Asia kini memimpin dunia dalam urusan pertumbuhan belanja militer, total 47 persen dari seluruh perdagangan senjata dunia berasal dari Asia dan Oseania. Sementara belanja militer negara-negara di sekitar Laut China Selatan seperti India dan Pakistan sering menjadi headline di berbagai media, Australia juga meningkatkan belanja militernya.
Angka-angka baru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa impor alutsista Australia sejak 2009 hingga 2013 telah meningkat sebesar 83 persen. Australia pun kini menjadi negera importir senjata terbesar ketujuh di dunia, meskipun dari segi anggaran pertahanan Australia masih menempati posisi 12 dunia (data SIPRI 2013).
Meskipun banyak terjadi pemotongan anggaran di beberapa departemen, Perdana Menteri Tony Abbott masih sanggup mengalokasikan 6% peningkatan anggaran militer sebesar USD 1,4 miliar. Abbott juga mengumumkan rencana Australia yang akan membeli tambahan 58 unit pesawat tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin.
Sebagian besar impor senjata Australia berasal dari Amerika Serikat, dan Australia kini menjadi pengimpor terbesar senjata buatan Amerika Serikat dengan persentase sebesar 10 persen dari seluruh ekspor senjata Amerika Serikat. Selain membeli F-35, dari Amerika Serikat Australia juga memesan delapan pesawat pengintai Poseidon, dua kapal serbu amfibi, dan tujuh drone surveilans Triton.
Sementara menambah anggaran impor senjata, Australia juga berupaya meningkatkan produksi senjatanya dalam negeri. Saat ini, sekitar USD 40 miliar akan Australia habiskan untuk pembangunan tiga kapal air warfare destroyers (AWD), serta untuk produksi 12 kapal selam diesel listrik. Proyek pembangunan kapal selam tersebut dijadwalkan akan rampung pada 2030, dan pengembangannya berdasarkan kapal selam kelas Collins yang saat ini digunakan Angkatan Laut Australia (RAN).
Dalam urusan ekspor senjata, Australia baru menandatangani kesepakatan penjualan 4 unit kendaraan Bushmaster buatannya ke Jepang. Bushmaster digunakan secara massif oleh militer Australia di Irak dan Afghanistan, lebih dari 1000 unit telah diproduksi dan dijual. Belanda dan Jamaika menjadi satu-satunya negara lain yang membeli kendaraan ini.
Secara historis, Australia sejak dulu dan kini juga sudah memproduksi sebagian besar senjata kecil untuk militernya, terutama Lithgow Arms, yang diprivatisasi pada tahun 2006.
Pada akhirnya, meskipun Australia memiliki kapasitas dalam membangun alutsista, dan pemerintah mereka terus menggenjot pembangunan alutsista dalam negeri, namun hal ini tidak serta merta menjadikannya sebagai produsen utama persenjataan untuk kawasan.
Angka-angka baru dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) menunjukkan bahwa impor alutsista Australia sejak 2009 hingga 2013 telah meningkat sebesar 83 persen. Australia pun kini menjadi negera importir senjata terbesar ketujuh di dunia, meskipun dari segi anggaran pertahanan Australia masih menempati posisi 12 dunia (data SIPRI 2013).
Meskipun banyak terjadi pemotongan anggaran di beberapa departemen, Perdana Menteri Tony Abbott masih sanggup mengalokasikan 6% peningkatan anggaran militer sebesar USD 1,4 miliar. Abbott juga mengumumkan rencana Australia yang akan membeli tambahan 58 unit pesawat tempur siluman F-35 buatan Lockheed Martin.
Sebagian besar impor senjata Australia berasal dari Amerika Serikat, dan Australia kini menjadi pengimpor terbesar senjata buatan Amerika Serikat dengan persentase sebesar 10 persen dari seluruh ekspor senjata Amerika Serikat. Selain membeli F-35, dari Amerika Serikat Australia juga memesan delapan pesawat pengintai Poseidon, dua kapal serbu amfibi, dan tujuh drone surveilans Triton.
Sementara menambah anggaran impor senjata, Australia juga berupaya meningkatkan produksi senjatanya dalam negeri. Saat ini, sekitar USD 40 miliar akan Australia habiskan untuk pembangunan tiga kapal air warfare destroyers (AWD), serta untuk produksi 12 kapal selam diesel listrik. Proyek pembangunan kapal selam tersebut dijadwalkan akan rampung pada 2030, dan pengembangannya berdasarkan kapal selam kelas Collins yang saat ini digunakan Angkatan Laut Australia (RAN).
Dalam urusan ekspor senjata, Australia baru menandatangani kesepakatan penjualan 4 unit kendaraan Bushmaster buatannya ke Jepang. Bushmaster digunakan secara massif oleh militer Australia di Irak dan Afghanistan, lebih dari 1000 unit telah diproduksi dan dijual. Belanda dan Jamaika menjadi satu-satunya negara lain yang membeli kendaraan ini.
Secara historis, Australia sejak dulu dan kini juga sudah memproduksi sebagian besar senjata kecil untuk militernya, terutama Lithgow Arms, yang diprivatisasi pada tahun 2006.
Pada akhirnya, meskipun Australia memiliki kapasitas dalam membangun alutsista, dan pemerintah mereka terus menggenjot pembangunan alutsista dalam negeri, namun hal ini tidak serta merta menjadikannya sebagai produsen utama persenjataan untuk kawasan.
★ Artileri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.