Rockingham Cell Tim penyelidik senjata kimia (Ist)
Terkuaknya informasi terkait senjata pemusnah massal Irak merupakan bagian dari Operasi Rockingham. Informasi ini juga telah melegitimasi pemerintah Inggris untuk menginvasi Irak.
Operasi Rockingham adalah kode nama operasi intelijen Inggris akan keterlibatannya dalam pemeriksaan senjata Irak selama Perang Teluk 1990-1991. Untuk menjalankan operasi ini pada awal 1991 berdiri United Nations Special Commission on Iraq (UNSCOM), komisi khusus PBB untuk memeriksa senjata pemusnah massal Irak.
Operasi intelijen ini menggunakan kata Rockingham karena mengacu pada laporan tahunan kebijakan pertahanan Inggris dalam makalah “Statement on the Defence Estimate 1991”. Merujuk pada halaman 28 menyebutkan Inggris memainkan peran penting di UNSCOM untuk menjalankan operasi intelijen.
Kode nama ini digunakan untuk mendukung pemeriksaan senjata pemusnah massal Irak. Setiap departemen pada pemerintahan Inggris mendukung secara langsung operasi ini termasuk menempatkan stafnya dalam Operasi Rockingham.
Staf intelijen pertahanan Inggris, masuk tim UNSCOM dengan menggunakan nama “Rockingham Cell”. Kode ini menjadi soroton masyarakat Inggris setelah invasi ke Irak 2003. Masyarakat Inggris menduga Operasi Rockingham merupakan propaganda intelijen Inggris di seluruh dunia.
Intelijen Inggris juga menyatakan telah memiliki daftar yang berisi 14 ribu lokasi. Di seluruh lokasi itu diperkirakan terdapat bahan-bahan kimia dan biologi. Bahan-bahan itu diyakini bersama dengan fasilitas untuk pemanfaatannya sebagai senjata pemusnah massal.
Namun juru bicara IAEA, Melissa Fleming merasa yakin bahwa semua bukti-bukti yang diajukan pemerintah Inggris yang diberikan kepada IAEA berdasarkan dokumen palsu. Namun Fleming mengatakan tidak tertutup kemungkinan Inggris mempunyai sejumlah bukti lainnya yang dapat diajukan kepada badan pengawas dunia tersebut
Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan berdasarkan temuan pihak Inggris, Irak memiliki senjata pemusnah massal dan mencoba untuk mengimpor uranium dari Nigeria guna mendukung program persenjataan nuklirnya.
Menteri Luar Negri Inggris Jack Straw mengatakan bukti-bukti yang dimilikinya tidak berasal dari dokumen palsu namun berasal dari negara ketiga dan pihak Washington belum melihatnya.
Terkuaknya informasi terkait senjata pemusnah massal Irak merupakan bagian dari Operasi Rockingham. Informasi ini juga telah melegitimasi pemerintah Inggris untuk menginvasi Irak.
Operasi Rockingham adalah kode nama operasi intelijen Inggris akan keterlibatannya dalam pemeriksaan senjata Irak selama Perang Teluk 1990-1991. Untuk menjalankan operasi ini pada awal 1991 berdiri United Nations Special Commission on Iraq (UNSCOM), komisi khusus PBB untuk memeriksa senjata pemusnah massal Irak.
Operasi intelijen ini menggunakan kata Rockingham karena mengacu pada laporan tahunan kebijakan pertahanan Inggris dalam makalah “Statement on the Defence Estimate 1991”. Merujuk pada halaman 28 menyebutkan Inggris memainkan peran penting di UNSCOM untuk menjalankan operasi intelijen.
Kode nama ini digunakan untuk mendukung pemeriksaan senjata pemusnah massal Irak. Setiap departemen pada pemerintahan Inggris mendukung secara langsung operasi ini termasuk menempatkan stafnya dalam Operasi Rockingham.
Staf intelijen pertahanan Inggris, masuk tim UNSCOM dengan menggunakan nama “Rockingham Cell”. Kode ini menjadi soroton masyarakat Inggris setelah invasi ke Irak 2003. Masyarakat Inggris menduga Operasi Rockingham merupakan propaganda intelijen Inggris di seluruh dunia.
Intelijen Inggris juga menyatakan telah memiliki daftar yang berisi 14 ribu lokasi. Di seluruh lokasi itu diperkirakan terdapat bahan-bahan kimia dan biologi. Bahan-bahan itu diyakini bersama dengan fasilitas untuk pemanfaatannya sebagai senjata pemusnah massal.
Namun juru bicara IAEA, Melissa Fleming merasa yakin bahwa semua bukti-bukti yang diajukan pemerintah Inggris yang diberikan kepada IAEA berdasarkan dokumen palsu. Namun Fleming mengatakan tidak tertutup kemungkinan Inggris mempunyai sejumlah bukti lainnya yang dapat diajukan kepada badan pengawas dunia tersebut
Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengatakan berdasarkan temuan pihak Inggris, Irak memiliki senjata pemusnah massal dan mencoba untuk mengimpor uranium dari Nigeria guna mendukung program persenjataan nuklirnya.
Menteri Luar Negri Inggris Jack Straw mengatakan bukti-bukti yang dimilikinya tidak berasal dari dokumen palsu namun berasal dari negara ketiga dan pihak Washington belum melihatnya.
Penyesatan informasi Tim penyelidik menggunakan masker (Ist)
Dalam wawancara dengan Scottish Sunday Herald Juni 2003 mantan pejabat militer intelijen AS dan pengawas senjata PBB Scott Ritter mengakui bahwa Operasi Rockingham merupakan operasi intelijen rahasia Inggris.
Ritter mendapat julukan “Cowboy” oleh para pejabat PBB. Ia juga yang memperkenalkan cara dan sistem prosedur pengawasan persenjataan ketat dan memimpin tim inspeksi senjata ke Irak dari 1991 sampai 1998.
Ritter mengatakan pada wartawan Neil Mackay bahwa tujuan Operasi Rockingham memberikan penyesatan informasi tentang keberadaan senjata pemusnah massal Irak. Kebohongan informasi ini digunakan untuk membenarkan penyerangan terhadap negara “seribu satu malam”.
Ritter juga mengakui bahwa Rockingham Cell berpusat di Inggris. Untuk menjalankan operasi ini, intelijen Inggris dibantu organisasi intelijen AS.
Operasi Rockingham juga menjalin kerjasama dengan berbagai institusi intelijen di dunia. Operasi ini mendapat dukungan warga maupun pejabat Irak yang meninggalkan negaranya.
Untuk mengatur jalannya operasi ini, UNSCOM dijadikan pusat aktivitas. Orang-orang yang bekerja di lembaga ini mengumpulkan berbagai informasi yang mendukung adanya kepemilikan senjata massal Irak.
Mereka juga membuat opini dunia tentang keburukan negara yang dipimpin Saddam Husain. Data yang ditampilkan tampak tentara Irak menggunakan senjata kimia membunuh warga Iran sewaktu Perang Iran-Irak.
Operasi Rockingham sebagai operasi intelijen terbaik yang pernah dijalankan Inggris. Dalam menjalankan operasi ini intelijen Inggris mengumpulkan data akan keberadaan senjata pemusnah massal Irak.
Memang, ada beberapa staf intelijen Inggris yang memberikan informasi tidak adanya senjata pemusnah massal Irak, tapi pimpinan mereka membuat seolah-olah Irak mempunyai senjata pemusnah massal.
Selanjutnya pemerintah Irak di bawah Saddam Husain menolak pemeriksaan senjata oleh UNSCOM. Kata Saddam lembaga ini tidak independen karena ada kepentingan Inggris dan AS yang ingin menguasai Irak.
Karena desakan dari dunia internasional, anggota UNSCOM berhasil memasuki Irak untuk meneliti berbagai laboratorium yang diduga digunakan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal.
Dari berbagai pemeriksaan yang dilakukan, UNSCOM belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal dan Inggris menuduh Saddam Husain tidak mau bekerjasama dengan PBB.
Dari pemeriksaan ini, Ritter mengakui bahwa pemanfaatan UNSCOM untuk Operasi Rockingham sangat kentara sekali. Opini yang ingin dibangun bahwa Irak benar mempunyai senjata pemusnah massal dan tidak mau bekerjasama dengan PBB.
Rockingham menggunakan beberapa sumber informasi yang kontroversi terutama mengenai keberadaan senjata antar benua dan pemusnah massal Irak.
“Kita tidak menemukan sesuatu apapun, tindakan ini hanya membenarkan AS dan Inggris akan keberadaan senjata pemusnah massal Irak,“ kata Ritter.
Ritter menduga Operasi Rockingham intelijen Inggris mempunyai peran yang sangat penting membangun opini keberadaan senjata pemusnah massal Irak yang menjadi ancaman Inggris dan AS.
Ritter mengatakan bahwa pada Rockingham Cell, terdapat perwakilan intelijen militer, menteri pertahanan dari kalangan sipil. Menurut Ritter, ahli senjata Inggris David Kelly mempunyai peran penting dalam Operasi Rockingham.Saksi kunci David Kelly Pasukan tengah melakukan pengamanan (Ist)
Kelly adalah seorang pegawai sipil yang biasa bekerja di belakang layar. Namun, keadaan telah membuatnya menjadi tokoh sentral pada perseteruan BBC dengan Downing Street (kantor Perdana Menteri Inggris).
Kelly disebut pemerintah sebagai sumber yang telah memberikan keterangan kepada koresponden BBC, Andrew Gilligan, tentang senjata pemusnah massal Irak.
Kelly kepada komite khusus Parlemen Inggris telah mengatakan, tidak yakin bahwa dirinya sebagai sumber berita BBC meski dia mengaku telah bertemu dengan Gilligan.
Dia juga telah menjadi ahli soal kontrol senjata di Irak ketika bekerja sebagai pemeriksa senjata di Irak setelah Perang Teluk I, periode 1991-1998. Kemudian Kelly menjadi penasihat senior soal senjata biologis pada PBB yang ditugaskan di Irak 1994, dan memegang jabatan itu hingga 1999.
Garth Whitty, mantan kolega Kelly yang bekerja dengannya sebagai pemeriksa senjata di Irak-kepada BBC mengatakan, Kelly adalah orang yang disegani di tingkat internasional soal senjata biologis.
Kelly juga dikenal sudah terbiasa dengan berbagai tekanan. Dia orang yang tenang dan ini sangat sesuai dengan profesinya. Dia melakukan tugas dengan standar profesionalisme tinggi.
Satu hari sebelum kematian David Kelly, dia mengatakan pada komisi keamanan dan intelijen di parlemen Inggris. Kelly telah memberikan informasi penting secara rahasia di Rockingham Cell.
Desakan yang tinggi dari kalangan publik perihal saksi kunci David Kelly menyebabkan Operasi Rockingham perlu dipublikasikan secara luas. Pada Juni 1998, Brigader Jenderal Richard Holmes memberikan kesaksian pada komisi pertahanan Inggris.
Menurutnya Operasi Rockingham lambat laun akan dilupakan masyarakat. Kalaupun ada yang menanyakan, maka itu terjadi karena yang bersangkutan mempunyai kepentingan. Menurut Richard Operasi Rockingham ini ditujukan untuk melindungi warga Inggris dari aksi teror negara Irak.
John Morrison, pendiri dan manajer intelijen pertahanan Rockingham Cell, menolak pengakuan Ritter. Di surat kabar Guardian ia menulis:
“Rockingham adalah kelompok terkecil yang berkoordinasi pada semua sumber intelijen pertahanan, bertujuan memberikan informasi di UNSCOM. Kegiatan ini sangat sukses walaupun ada kekurangan dan masih perlu adanya peningkatan.”
Kata John Morrison operasi intelijen ini sangat efektif di mana fasilitas utama senjata pemusnah massal, program nuklir, persediaan senjata kimia dan biologi Irak telah dihancurkan. Ia pun menilai operasi ini untuk perdamaian dunia.
Dalam wawancara dengan Scottish Sunday Herald Juni 2003 mantan pejabat militer intelijen AS dan pengawas senjata PBB Scott Ritter mengakui bahwa Operasi Rockingham merupakan operasi intelijen rahasia Inggris.
Ritter mendapat julukan “Cowboy” oleh para pejabat PBB. Ia juga yang memperkenalkan cara dan sistem prosedur pengawasan persenjataan ketat dan memimpin tim inspeksi senjata ke Irak dari 1991 sampai 1998.
Ritter mengatakan pada wartawan Neil Mackay bahwa tujuan Operasi Rockingham memberikan penyesatan informasi tentang keberadaan senjata pemusnah massal Irak. Kebohongan informasi ini digunakan untuk membenarkan penyerangan terhadap negara “seribu satu malam”.
Ritter juga mengakui bahwa Rockingham Cell berpusat di Inggris. Untuk menjalankan operasi ini, intelijen Inggris dibantu organisasi intelijen AS.
Operasi Rockingham juga menjalin kerjasama dengan berbagai institusi intelijen di dunia. Operasi ini mendapat dukungan warga maupun pejabat Irak yang meninggalkan negaranya.
Untuk mengatur jalannya operasi ini, UNSCOM dijadikan pusat aktivitas. Orang-orang yang bekerja di lembaga ini mengumpulkan berbagai informasi yang mendukung adanya kepemilikan senjata massal Irak.
Mereka juga membuat opini dunia tentang keburukan negara yang dipimpin Saddam Husain. Data yang ditampilkan tampak tentara Irak menggunakan senjata kimia membunuh warga Iran sewaktu Perang Iran-Irak.
Operasi Rockingham sebagai operasi intelijen terbaik yang pernah dijalankan Inggris. Dalam menjalankan operasi ini intelijen Inggris mengumpulkan data akan keberadaan senjata pemusnah massal Irak.
Memang, ada beberapa staf intelijen Inggris yang memberikan informasi tidak adanya senjata pemusnah massal Irak, tapi pimpinan mereka membuat seolah-olah Irak mempunyai senjata pemusnah massal.
Selanjutnya pemerintah Irak di bawah Saddam Husain menolak pemeriksaan senjata oleh UNSCOM. Kata Saddam lembaga ini tidak independen karena ada kepentingan Inggris dan AS yang ingin menguasai Irak.
Karena desakan dari dunia internasional, anggota UNSCOM berhasil memasuki Irak untuk meneliti berbagai laboratorium yang diduga digunakan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal.
Dari berbagai pemeriksaan yang dilakukan, UNSCOM belum berhasil menemukan senjata pemusnah massal dan Inggris menuduh Saddam Husain tidak mau bekerjasama dengan PBB.
Dari pemeriksaan ini, Ritter mengakui bahwa pemanfaatan UNSCOM untuk Operasi Rockingham sangat kentara sekali. Opini yang ingin dibangun bahwa Irak benar mempunyai senjata pemusnah massal dan tidak mau bekerjasama dengan PBB.
Rockingham menggunakan beberapa sumber informasi yang kontroversi terutama mengenai keberadaan senjata antar benua dan pemusnah massal Irak.
“Kita tidak menemukan sesuatu apapun, tindakan ini hanya membenarkan AS dan Inggris akan keberadaan senjata pemusnah massal Irak,“ kata Ritter.
Ritter menduga Operasi Rockingham intelijen Inggris mempunyai peran yang sangat penting membangun opini keberadaan senjata pemusnah massal Irak yang menjadi ancaman Inggris dan AS.
Ritter mengatakan bahwa pada Rockingham Cell, terdapat perwakilan intelijen militer, menteri pertahanan dari kalangan sipil. Menurut Ritter, ahli senjata Inggris David Kelly mempunyai peran penting dalam Operasi Rockingham.Saksi kunci David Kelly Pasukan tengah melakukan pengamanan (Ist)
Kelly adalah seorang pegawai sipil yang biasa bekerja di belakang layar. Namun, keadaan telah membuatnya menjadi tokoh sentral pada perseteruan BBC dengan Downing Street (kantor Perdana Menteri Inggris).
Kelly disebut pemerintah sebagai sumber yang telah memberikan keterangan kepada koresponden BBC, Andrew Gilligan, tentang senjata pemusnah massal Irak.
Kelly kepada komite khusus Parlemen Inggris telah mengatakan, tidak yakin bahwa dirinya sebagai sumber berita BBC meski dia mengaku telah bertemu dengan Gilligan.
Dia juga telah menjadi ahli soal kontrol senjata di Irak ketika bekerja sebagai pemeriksa senjata di Irak setelah Perang Teluk I, periode 1991-1998. Kemudian Kelly menjadi penasihat senior soal senjata biologis pada PBB yang ditugaskan di Irak 1994, dan memegang jabatan itu hingga 1999.
Garth Whitty, mantan kolega Kelly yang bekerja dengannya sebagai pemeriksa senjata di Irak-kepada BBC mengatakan, Kelly adalah orang yang disegani di tingkat internasional soal senjata biologis.
Kelly juga dikenal sudah terbiasa dengan berbagai tekanan. Dia orang yang tenang dan ini sangat sesuai dengan profesinya. Dia melakukan tugas dengan standar profesionalisme tinggi.
Satu hari sebelum kematian David Kelly, dia mengatakan pada komisi keamanan dan intelijen di parlemen Inggris. Kelly telah memberikan informasi penting secara rahasia di Rockingham Cell.
Desakan yang tinggi dari kalangan publik perihal saksi kunci David Kelly menyebabkan Operasi Rockingham perlu dipublikasikan secara luas. Pada Juni 1998, Brigader Jenderal Richard Holmes memberikan kesaksian pada komisi pertahanan Inggris.
Menurutnya Operasi Rockingham lambat laun akan dilupakan masyarakat. Kalaupun ada yang menanyakan, maka itu terjadi karena yang bersangkutan mempunyai kepentingan. Menurut Richard Operasi Rockingham ini ditujukan untuk melindungi warga Inggris dari aksi teror negara Irak.
John Morrison, pendiri dan manajer intelijen pertahanan Rockingham Cell, menolak pengakuan Ritter. Di surat kabar Guardian ia menulis:
“Rockingham adalah kelompok terkecil yang berkoordinasi pada semua sumber intelijen pertahanan, bertujuan memberikan informasi di UNSCOM. Kegiatan ini sangat sukses walaupun ada kekurangan dan masih perlu adanya peningkatan.”
Kata John Morrison operasi intelijen ini sangat efektif di mana fasilitas utama senjata pemusnah massal, program nuklir, persediaan senjata kimia dan biologi Irak telah dihancurkan. Ia pun menilai operasi ini untuk perdamaian dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.