Negara pendukung dan penentang Amerika Serikat serang SuriahRudal Tomahawk milik militer AS. (Reuters) ●
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali Tomahawk ke pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan, dan menyebut aksi ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Para pejabat tinggi AS mengungkapkan militernya menembakkan puluhan peluru kendali ke pangkalan udara yang digunakan pasukan Suriah, sebagai jawaban AS terhadap serangan gas beracun ke daerah yang dikuasai pemberontak Selasa silam.
Berikut sejumlah negara yang mendukung dan menentang keputusan Trump itu seperti dilansir dari Kantor Berita AFP.
Arab Saudi
Pemerintah Arab Saudi menyatakan pihaknya mendukung penuh serangan udara Amerika Serikat terhadap pangkalan udara pemerintah Suriah sebagai respons atas dugaan serangan kimia di daerah kekuasaan pemberontak.
"Arab Saudi mendukung penuh operasi militer Amerika Serikat terhadap militer Suriah, yang merupakan respons terhadap penggunaan senjata kimia oleh rezim (Suriah) terhadap warga sipil tidak berdosa," ujar pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilansir kantor berita SPA.
Inggris
"Pemerintah Inggris sepenuhnya mendukung tindakan AS, yang kami yakini sebagai respons yang tepat atas serangan senjata kimia brutal yang dilancarkan rezim Suriah,” kata seorang juru bicara dari pemerintahan dalam sebuah pernyataan.
Dia juga mengatakan serangan AS "bertujuan mencegah serangan lebih lanjut."
Turki
Turki menyambut baik serangan udara itu sebagai sebuah tindakan "positif" dan mendesak masyarakat internasional untuk mempertahankan sikapnya terhadap tindakan "barbarisme" dari Presiden Bashar al Assad.
"Kami menyambut serangan ini sebagai langkah positif, tetapi..... kami yakin bahwa rezim Assad harus dihukum sepenuhnya di arena internasional," kata Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus kepada Fox TV Turki dalam sebuah wawancara, dikutip oleh kantor berita negara Anadolu.
"Masyarakat internasional harus mempertahankan sikapnya untuk menentang barbarisme ini," kata Kurtulmus, yang juga menjabat sebagai juru bicara pemerintah.
Jepang
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan pemerintah Jepang mendukung keputusan pemerintah Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan pernah menoleransi distribusi dan penggunaan senjata kimia.
"Kami sangat menghargai komitmen tegas Presiden (Donald) Trump untuk menjaga ketertiban dunia dan perdamaian dan keamanan para sekutu dan seluruh dunia," katanya kepada awak media.
Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghassemi seperti dilansir kantor berita Fars mengatakan, "Kami mengecam semua aksi militer sepihak dan serangan rudal kapal perang Amerika Serikat terhadap Pangkalan Udara Shayrat dengan dalih dugaan serangan pada Selasa di Khan Sheikhun."
Rusia
Rusia menyebut serangan militer Amerika Serikat sebagai agresi terhadap negara berdaulat, yang hanya akan memperkeruh hubungan Washington dengan Moskow, ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Presiden Putin menganggap serangan Amerika Serikat terhadap Suriah sebagai agres terhadap negara berdaulat yang melanggar norma-norma internasional, dan berdasarkan dalih yang dibuat-buat," ujar Peskov seperti dilansir sejumlah kantor berita Rusia.
Indonesia
Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas serangan rudal yang dilancarkan militer Amerika Serikat ke Suriah.
"Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, serangan rudal Amerika Serikat ke Suriah itu merupakan tindakan militer sepihak karena dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai.
"Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi," ujar dia.
Tewaskan sembilan warga sipil
Ilustrasi kapal penghancur berpeluru kendali Angkatan Laut Amerika Serikat USS Ross (DDG 71) menembakkan rudal tomahawk serangan darat di Laut Mediterania, Jumat (7/4/2017). (Robert S Price/Courtesy US Navy/Handout via REUTERS)
Sembilan warga sipil termasuk empat anak-anak tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat pada pangkalan udara Suriah di dekat Kota Homs pada Jumat, menuruy kantor berita pemerintah Suriah.
Laporan SANA mengatakan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Dikatakan lebih banyak dari tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu telah rusak parah.
Sebelumnya, Gubernur Homs Talal Barazi mengatakan tujuh orang telah tewas dalam serangan itu. Tidak segera jelas apakah ini adalah korban dari serangan yang berbeda.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO "khawatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara dicabik perang tersebut.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Idlib telah membuatnya sedih dan marah.
Kota Khan Shikhoun, yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi, kata WHO.
Menurut laporan Xinhua, WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana.
Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.
Di Washington Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditolerir.
Ketika berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas di bagian barat-laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rejim (Bashar) al-Assad tak bisa ditolerir," kata Trump.
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.
Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".
Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan dalam pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dipastikan bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.
Lukai hubungan dengan Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin meyakini bahwa serangan peluru kendali (rudal) Amerika Serikat (AS) ke sebuah pangkalan udara Suriah sebagai perbuatan melanggar hukum internasional dan telah melukai hubungan AS dengan Rusia.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, pada Jumat menyatakan pemimpin Rusia, yang merupakan sekutu setia Presiden Suriah Bashar al-Assad, menganggap tindakan AS sebagai agresi terhadap bangsa yang berdaulat dengan dalih yang dibuat-buat dan sebagai upaya buruk untuk mengalihkan perhatian dunia dari kematian warga sipil di Irak akibat serangan AS.
Rusia tidak percaya bahwa Suriah memiliki senjata kimia, dan tindakan AS pasti akan menciptakan hambatan serius untuk menciptakan koalisi internasional untuk memerangi terorisme, sebuah ide yang telah berulang kali didorong oleh Putin.
Sebelumnyaa, Presiden AS Donald Trump memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali ke sebuah pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan.
Trump menyebut aksinya ini untuk kepentingan keamanan nasional AS dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, demikian laporan kantor berita Reuters.
Sekitar 50 rudal Tomahawk diluncurkan dari dua kapal perang Angkatan Laut AS USS Porter dan USS Ross di Laut Mediterania timur dengan membidik berbagai target, mulai landasan, pesawat tempur, sampai stasiun pengisian bahan bakar pesawat, di Pangkalan Udara Shayrat.
"Malam ini saya memerintahkan serangan militer ke pangkalan udara di Suriah yang menjadi asal serangan kimia diluncurkan. Serangan ini demi kepentingan keamanan nasional vital AS dalam mencegah dan menghalau penyebaran dan penggunaan senjata kimia berbahaya," kata Trump, Kamis waktu setempat (Jumat WIB).
Trump memerintahkan serangan rudal ini sehari setelah menuduh Bashar ada di balik serangan senjata kimia pekan ini yang menewaskan paling sedikit 70 orang yang kebanyakan darinya anak-anak, di kota Khan Sheikhoun.
"Tak dapat dibantah lagi bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia terlarang, melanggar kewajiban-kewajibannya di bawah konvensi senjata kimia dan mengabaikan Dewan Keamanan PBB," ujarnya.
Namun, Pemerintah Suriah membantah berada di belakang serangan bahan kimia pada Selasa (4/4) itu.
Upaya untuk alihkan perhatian dari Irak
Sebuah kendaraan pasukan Irak berkendara di sepanjang jalan saat warga berjalan meninggalkan rumah mereka di Mosul, Irak, Selasa (4/4/2017). (REUTERS/Andres Martinez Casares)
Wakil utusan Rusia untuk PBB Vladimir Safronkov mengecam serangan yang dilancarkan Amerika Serikat di Suriah pada Jumat.
Ia menggambarkan serangan itu sebagai "upaya untuk mengalihkan perhatian dari banyaknya korban yang jatuh di kalangan penduduk yang damai di Irak dan Suriah akibat aksi-aksi unilateral."
Safronkov mengatakan konsekuensi serangan tersebut bisa memunculkan konsekuensi yang sangat serius bagi stabilitas kawasan dan internasional.
Amerika Serikat pada Jumat menembakkan peluru kendali dari dua kapal perusaknya di Laut Tengah ke sebuah pangkalan, yang dikatakan Presiden AS Donald Trump sebagai tempat serangan senjata kimia maut dilancarkan pada Selasa.
Washington mengatakan pemerintah Suriah adalah pihak yang melakukan serangan gas beracun tersebut di kota Khan Sheikhoun di provinsi Idlib yang dikuasai para pemberontak. Serangan menewaskan sedikitnya 70 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, termasuk anak-anak.
Komando angkatan darat Suriah telah membantah bertanggung jawab atas serangan.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pencemaran gas itu merupakan dampak dari kebocoran gudang senjata kimia milik pemberontak yang terkena serangan udara pemerintah Suriah.
Rusia tuduh serangan AS langgar hukum internasional Gambar satelit serangan rudal pada suriah airbase [Digitalglobe]
Utusan PBB Rusia pada Jumat (7/4) menuding Amerika Serikat (AS) melanggar hukum internasional dengan melancarkan serangan militer di Suriah.
"Amerika Serikat menyerang wilayah kedaulatan Suriah. Kami menyebut serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan tindakan agresi," kata Wakil Duta Besar Vladimir Safronkov kepada Dewan Keamanan.
Dewan Keamanan mengadakan rapat darurat setelah Amerika Serikat meluncurkan rentetan serangan rudal di pangkalan udara Suriah dengan dalih sebagai balasan atas dugaan serangan kimia.
Prancis dan Inggris mengatakan respons AS "tepat" dan menimpakan kesalahan pada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sebanyak 86 orang, termasuk sedikitnya 27 anak, tewas dalam serangan pada Selasa di Khan Sheikhun, kota yang dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib, Suriah.
Hasil dari autopsi yang dilakukan pada korban menunjukkan paparan racun saraf sarin, menurut pejabat kesehatan Turki.
Pertemuan Dewan Keamanan diajukan oleh Bolivia, yang juga menyebut serangan AS melanggar hukum internasional.
Duta Besar Bolivia Sacha Lorenti mengatakan Amerika Serikat bertindak sebagai "penyidik, pengacara, hakim dan algojo" di Suriah, demikian dilansir AFP. (mr)
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali Tomahawk ke pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan, dan menyebut aksi ini untuk kepentingan keamanan nasional Amerika dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Para pejabat tinggi AS mengungkapkan militernya menembakkan puluhan peluru kendali ke pangkalan udara yang digunakan pasukan Suriah, sebagai jawaban AS terhadap serangan gas beracun ke daerah yang dikuasai pemberontak Selasa silam.
Berikut sejumlah negara yang mendukung dan menentang keputusan Trump itu seperti dilansir dari Kantor Berita AFP.
Arab Saudi
Pemerintah Arab Saudi menyatakan pihaknya mendukung penuh serangan udara Amerika Serikat terhadap pangkalan udara pemerintah Suriah sebagai respons atas dugaan serangan kimia di daerah kekuasaan pemberontak.
"Arab Saudi mendukung penuh operasi militer Amerika Serikat terhadap militer Suriah, yang merupakan respons terhadap penggunaan senjata kimia oleh rezim (Suriah) terhadap warga sipil tidak berdosa," ujar pejabat Kementerian Luar Negeri Arab Saudi seperti dilansir kantor berita SPA.
Inggris
"Pemerintah Inggris sepenuhnya mendukung tindakan AS, yang kami yakini sebagai respons yang tepat atas serangan senjata kimia brutal yang dilancarkan rezim Suriah,” kata seorang juru bicara dari pemerintahan dalam sebuah pernyataan.
Dia juga mengatakan serangan AS "bertujuan mencegah serangan lebih lanjut."
Turki
Turki menyambut baik serangan udara itu sebagai sebuah tindakan "positif" dan mendesak masyarakat internasional untuk mempertahankan sikapnya terhadap tindakan "barbarisme" dari Presiden Bashar al Assad.
"Kami menyambut serangan ini sebagai langkah positif, tetapi..... kami yakin bahwa rezim Assad harus dihukum sepenuhnya di arena internasional," kata Wakil Perdana Menteri Turki Numan Kurtulmus kepada Fox TV Turki dalam sebuah wawancara, dikutip oleh kantor berita negara Anadolu.
"Masyarakat internasional harus mempertahankan sikapnya untuk menentang barbarisme ini," kata Kurtulmus, yang juga menjabat sebagai juru bicara pemerintah.
Jepang
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe, mengatakan pemerintah Jepang mendukung keputusan pemerintah Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan pernah menoleransi distribusi dan penggunaan senjata kimia.
"Kami sangat menghargai komitmen tegas Presiden (Donald) Trump untuk menjaga ketertiban dunia dan perdamaian dan keamanan para sekutu dan seluruh dunia," katanya kepada awak media.
Iran
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Bahram Ghassemi seperti dilansir kantor berita Fars mengatakan, "Kami mengecam semua aksi militer sepihak dan serangan rudal kapal perang Amerika Serikat terhadap Pangkalan Udara Shayrat dengan dalih dugaan serangan pada Selasa di Khan Sheikhun."
Rusia
Rusia menyebut serangan militer Amerika Serikat sebagai agresi terhadap negara berdaulat, yang hanya akan memperkeruh hubungan Washington dengan Moskow, ujar juru bicara Kremlin Dmitry Peskov.
"Presiden Putin menganggap serangan Amerika Serikat terhadap Suriah sebagai agres terhadap negara berdaulat yang melanggar norma-norma internasional, dan berdasarkan dalih yang dibuat-buat," ujar Peskov seperti dilansir sejumlah kantor berita Rusia.
Indonesia
Pemerintah Indonesia menyatakan prihatin atas serangan rudal yang dilancarkan militer Amerika Serikat ke Suriah.
"Adanya serangan rudal Tomahawk AS ke Suriah sebagai respon serangan senjata kimia dua hari lalu, posisi Indonesia sangat mengutuk penggunaan senjata kimia yang memakan banyak korban. Pada saat yang sama, Indonesia prihatin serangan unilateral dari pihak manapun," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, di Jakarta, Jumat.
Menurut dia, serangan rudal Amerika Serikat ke Suriah itu merupakan tindakan militer sepihak karena dilakukan tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, dan tidak sejalan dengan prinsip-prinsip hukum internasional dalam penyelesaian konflik secara damai.
"Bagi Indonesia, stabilitas dan perdamaian di Suriah hanya bisa tercapai melalui dialog, proses politik yang inklusif, dan dengan mengedepankan diplomasi," ujar dia.
Tewaskan sembilan warga sipil
Ilustrasi kapal penghancur berpeluru kendali Angkatan Laut Amerika Serikat USS Ross (DDG 71) menembakkan rudal tomahawk serangan darat di Laut Mediterania, Jumat (7/4/2017). (Robert S Price/Courtesy US Navy/Handout via REUTERS)
Sembilan warga sipil termasuk empat anak-anak tewas dalam serangan rudal Amerika Serikat pada pangkalan udara Suriah di dekat Kota Homs pada Jumat, menuruy kantor berita pemerintah Suriah.
Laporan SANA mengatakan warga sipil itu tewas di desa-desa dekat pangkalan udara. Dikatakan lebih banyak dari tujuh orang terluka dan rumah di daerah itu telah rusak parah.
Sebelumnya, Gubernur Homs Talal Barazi mengatakan tujuh orang telah tewas dalam serangan itu. Tidak segera jelas apakah ini adalah korban dari serangan yang berbeda.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengutuk dugaan penggunaan senjata kimia di Kota Kecil Khan Shikhoun, Suriah, dan menyatakan WHO "khawatir" mengenai penggunaan bahan kimia beracun sebagai senjata di negara dicabik perang tersebut.
Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO Peter Salama mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Idlib telah membuatnya sedih dan marah.
Kota Khan Shikhoun, yang terletak di pinggir selatan Idlib dan dikuasai gerilyawan, dilaporkan diserang dengan menggunakan bahan kimia pada Selasa (4/4), sehingga menewaskan tak kurang dari 70 orang dan melukai ratusan orang lagi, kata WHO.
Menurut laporan Xinhua, WHO memperingatkan daya tampung rumah sakit di daerah itu untuk melayani keperluan orang yang cedera terbatas di tengah kekurangan obat dan kerusakan prasarana.
Organisasi yang berpusat di Jenewa tersebut menyatakan WHO telah mengirim obat penting seperti Atropine dan Steroid untuk layanan kesehatan di daerah itu, dan para ahli yang berpusat di Turki memberi saran mengenai cara terbaik mendiagnosis dan merawat pasien yang terpengaruh.
Di Washington Presiden AS Donald Trump pada hari yang sama juga mengutuk serangan kimia "yang mengerikan" di Suriah, dan mengatakan itu tak bisa ditolerir.
Ketika berbicara dalam taklimat di Gedung Putih bersama dengan Raja Jordania Abdullah II, yang sedang berkunjung, Trump menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad atas serangan gas di bagian barat-laut Suriah.
"Kematian mereka (para korban) adalah penghinaan buat umat manusia. Perbuatan keji ini oleh rejim (Bashar) al-Assad tak bisa ditolerir," kata Trump.
Trump tidak memberi perincian, tapi itu dipandang sebagai sinyal mengenai perubahan pikirannya setelah pernyataan belum lama ini oleh para pejabat AS bahwa prioritas pemerintah Trump mengenai Suriah bukan lagi menggulingkan Bashar dari kekuasaan.
Pemerintah sebelumnya AS di bawah Barack Obama berkeras Bashar tak boleh memainkan peran dalam penyelesaian krisis Suriah.
Pemerintah Portugal juga bergabung dalam mengecam serangan bahan kimia di Suriah, dan mengatakan itu adalah "bukti dari kekejaman dan konflik di negeri itu".
Kementerian Urusan Luar Negeri Portugal mengatakan dalam pernyataan bahwa penyelidikan mesti dilakukan setelah dipastikan bahwa serangan bahan kimia dilakukan di Provinsi Idlib di Suriah.
Lukai hubungan dengan Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin meyakini bahwa serangan peluru kendali (rudal) Amerika Serikat (AS) ke sebuah pangkalan udara Suriah sebagai perbuatan melanggar hukum internasional dan telah melukai hubungan AS dengan Rusia.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, pada Jumat menyatakan pemimpin Rusia, yang merupakan sekutu setia Presiden Suriah Bashar al-Assad, menganggap tindakan AS sebagai agresi terhadap bangsa yang berdaulat dengan dalih yang dibuat-buat dan sebagai upaya buruk untuk mengalihkan perhatian dunia dari kematian warga sipil di Irak akibat serangan AS.
Rusia tidak percaya bahwa Suriah memiliki senjata kimia, dan tindakan AS pasti akan menciptakan hambatan serius untuk menciptakan koalisi internasional untuk memerangi terorisme, sebuah ide yang telah berulang kali didorong oleh Putin.
Sebelumnyaa, Presiden AS Donald Trump memerintahkan militernya untuk melancarkan serangan peluru kendali ke sebuah pangkalan udara Suriah yang menjadi asal serangan senjata kimia maut diluncurkan.
Trump menyebut aksinya ini untuk kepentingan keamanan nasional AS dalam melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad, demikian laporan kantor berita Reuters.
Sekitar 50 rudal Tomahawk diluncurkan dari dua kapal perang Angkatan Laut AS USS Porter dan USS Ross di Laut Mediterania timur dengan membidik berbagai target, mulai landasan, pesawat tempur, sampai stasiun pengisian bahan bakar pesawat, di Pangkalan Udara Shayrat.
"Malam ini saya memerintahkan serangan militer ke pangkalan udara di Suriah yang menjadi asal serangan kimia diluncurkan. Serangan ini demi kepentingan keamanan nasional vital AS dalam mencegah dan menghalau penyebaran dan penggunaan senjata kimia berbahaya," kata Trump, Kamis waktu setempat (Jumat WIB).
Trump memerintahkan serangan rudal ini sehari setelah menuduh Bashar ada di balik serangan senjata kimia pekan ini yang menewaskan paling sedikit 70 orang yang kebanyakan darinya anak-anak, di kota Khan Sheikhoun.
"Tak dapat dibantah lagi bahwa Suriah telah menggunakan senjata kimia terlarang, melanggar kewajiban-kewajibannya di bawah konvensi senjata kimia dan mengabaikan Dewan Keamanan PBB," ujarnya.
Namun, Pemerintah Suriah membantah berada di belakang serangan bahan kimia pada Selasa (4/4) itu.
Upaya untuk alihkan perhatian dari Irak
Sebuah kendaraan pasukan Irak berkendara di sepanjang jalan saat warga berjalan meninggalkan rumah mereka di Mosul, Irak, Selasa (4/4/2017). (REUTERS/Andres Martinez Casares)
Wakil utusan Rusia untuk PBB Vladimir Safronkov mengecam serangan yang dilancarkan Amerika Serikat di Suriah pada Jumat.
Ia menggambarkan serangan itu sebagai "upaya untuk mengalihkan perhatian dari banyaknya korban yang jatuh di kalangan penduduk yang damai di Irak dan Suriah akibat aksi-aksi unilateral."
Safronkov mengatakan konsekuensi serangan tersebut bisa memunculkan konsekuensi yang sangat serius bagi stabilitas kawasan dan internasional.
Amerika Serikat pada Jumat menembakkan peluru kendali dari dua kapal perusaknya di Laut Tengah ke sebuah pangkalan, yang dikatakan Presiden AS Donald Trump sebagai tempat serangan senjata kimia maut dilancarkan pada Selasa.
Washington mengatakan pemerintah Suriah adalah pihak yang melakukan serangan gas beracun tersebut di kota Khan Sheikhoun di provinsi Idlib yang dikuasai para pemberontak. Serangan menewaskan sedikitnya 70 orang, yang sebagian besar di antaranya adalah warga sipil, termasuk anak-anak.
Komando angkatan darat Suriah telah membantah bertanggung jawab atas serangan.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pencemaran gas itu merupakan dampak dari kebocoran gudang senjata kimia milik pemberontak yang terkena serangan udara pemerintah Suriah.
Rusia tuduh serangan AS langgar hukum internasional Gambar satelit serangan rudal pada suriah airbase [Digitalglobe]
Utusan PBB Rusia pada Jumat (7/4) menuding Amerika Serikat (AS) melanggar hukum internasional dengan melancarkan serangan militer di Suriah.
"Amerika Serikat menyerang wilayah kedaulatan Suriah. Kami menyebut serangan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional dan tindakan agresi," kata Wakil Duta Besar Vladimir Safronkov kepada Dewan Keamanan.
Dewan Keamanan mengadakan rapat darurat setelah Amerika Serikat meluncurkan rentetan serangan rudal di pangkalan udara Suriah dengan dalih sebagai balasan atas dugaan serangan kimia.
Prancis dan Inggris mengatakan respons AS "tepat" dan menimpakan kesalahan pada Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Sebanyak 86 orang, termasuk sedikitnya 27 anak, tewas dalam serangan pada Selasa di Khan Sheikhun, kota yang dikuasai pemberontak di Provinsi Idlib, Suriah.
Hasil dari autopsi yang dilakukan pada korban menunjukkan paparan racun saraf sarin, menurut pejabat kesehatan Turki.
Pertemuan Dewan Keamanan diajukan oleh Bolivia, yang juga menyebut serangan AS melanggar hukum internasional.
Duta Besar Bolivia Sacha Lorenti mengatakan Amerika Serikat bertindak sebagai "penyidik, pengacara, hakim dan algojo" di Suriah, demikian dilansir AFP. (mr)
★ antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.