Di era Orde Baru, keterlibatan ABRI dalam tugas-tugas di luar pertahanan negara sudah biasa dilakukan. Salah satunya adalah memberantas kriminal yang terjadi di masyarakat.
Slamet (69), salah satu purnawirawan TNI AD berpangkat sersan dua di Kesatuan Artileri Pertahanan Udara yang ditemui merdeka.com mengisahkan pernah terlibat dalam operasi memburu penjahat di kawasan Pedongkelan, Jakarta Barat. Dia dipilih menjadi intel karena rambutnya yang gondrong tidak seperti anggota TNI lain yang cepak.
Dalam tugas perburuan penjahat selama hampir dua bulan lamanya, Slamet menyamar menjadi seorang tukang cendol. Gerobak cendolnya sudah dipersiapkan oleh kesatuan dan dia hanya tinggal menjualnya saja.
"Ya saat bikin cendol bisa kemanisan bisa enggak manis, maklum lah saya kan bukan tukang cendol," kenangnya sambil tertawa saat ditemui merdeka.com (27/2).
Dia mengaku kerepotan saat memburu pelaku sambil melayani pelanggan yang berdatangan yang ingin membeli cendol. Saat operasi penangkapan, Slamet dilengkapi senjata jenis FN yang diikatnya di pinggangnya, dan juga ada foto sang pelaku yang diburu.
Tugasnya hanya memantau dan memastikan di mana pelaku berada. Sambil berdagang dia mengelilingi daerah Pedongkelan untuk memastikan alamat penjahat yang diburunya.
Dua bulan memantau pergerakan sang buruan, akhirnya Slamet memastikan target dan melaporkan ke komandannya. Saat penyergapan, terjadi baku tembak di daerah tersebut. Karena kaget, Slamet yang masih menyamar sebagai tukang cendol langsung loncat ke kali untuk menyelamatkan diri.
Untungnya Slamet selamat dan tidak ikut tertembak saat penggerebekan. "Tembakan dari segala arah pas penggerebekan itu, saya panik dan langsung loncat aja," tuturnya.
Slamet (69), salah satu purnawirawan TNI AD berpangkat sersan dua di Kesatuan Artileri Pertahanan Udara yang ditemui merdeka.com mengisahkan pernah terlibat dalam operasi memburu penjahat di kawasan Pedongkelan, Jakarta Barat. Dia dipilih menjadi intel karena rambutnya yang gondrong tidak seperti anggota TNI lain yang cepak.
Dalam tugas perburuan penjahat selama hampir dua bulan lamanya, Slamet menyamar menjadi seorang tukang cendol. Gerobak cendolnya sudah dipersiapkan oleh kesatuan dan dia hanya tinggal menjualnya saja.
"Ya saat bikin cendol bisa kemanisan bisa enggak manis, maklum lah saya kan bukan tukang cendol," kenangnya sambil tertawa saat ditemui merdeka.com (27/2).
Dia mengaku kerepotan saat memburu pelaku sambil melayani pelanggan yang berdatangan yang ingin membeli cendol. Saat operasi penangkapan, Slamet dilengkapi senjata jenis FN yang diikatnya di pinggangnya, dan juga ada foto sang pelaku yang diburu.
Tugasnya hanya memantau dan memastikan di mana pelaku berada. Sambil berdagang dia mengelilingi daerah Pedongkelan untuk memastikan alamat penjahat yang diburunya.
Dua bulan memantau pergerakan sang buruan, akhirnya Slamet memastikan target dan melaporkan ke komandannya. Saat penyergapan, terjadi baku tembak di daerah tersebut. Karena kaget, Slamet yang masih menyamar sebagai tukang cendol langsung loncat ke kali untuk menyelamatkan diri.
Untungnya Slamet selamat dan tidak ikut tertembak saat penggerebekan. "Tembakan dari segala arah pas penggerebekan itu, saya panik dan langsung loncat aja," tuturnya.
♞ Merdeka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.