Nurtanio Menggempur Komunis
RENCANA kunjungan itu sebelumnya tak pernah diberitakan.
Tahu-tahu dari Manila, Filipina, beberapa tahun yang lalu muncul kabar: Pangab
Jenderal L.B. Moerdani pada saat itu menyerahkan dua pesawat angkut jenis
CN-212 buatan Indonesia kepada Presiden Filipina Ferdinand
Marcos.
Dua pesawat itu kabarnya dipinjamkan selama tiga bulan kepada AB
Filipina bersama 12 awak pesawat dan perawat teknis.
Menurut laporan beberapa kantor berita, peminjaman itu diberikan secara cuma-cuma dan dapat diperpanjang untuk tiga bulan berikutnya. Pangab Jenderal Benny Moerdani yang berkunjung selama tiga hari di Filipina mengatakan, kedua pesawat tersebut juga akan diuji coba kemampuannya oleh angkatan udara Filipina. Selain itu, AB Fllipina akan menggunakannya untuk meningkatkan operasi baktinya. Namun, menurut Presiden Marcos, kedua pesawat transpor itu akan dipakai untuk mendukung perlawanan terhadap gerilyawan komunis di Filipina. Marcos, sembari mengucapkan terima kasih atas pinjaman itu, juga mengatakan - seperti dikutip Jenderal Benny - "Keadaan di Filipina tidaklah sejelek seperti yang digambarkan media pekabaran asing'.
Sebuah sumber menjelaskan, pesawat CN-212 Aviocar yang dipinjamkan ke Filipina itu milik TNI-AU. TNI-AU sendiri memiliki satu skuadron (16 buah) pesawat jenis ini yang tergabung dalam Skuadron 4 yang berpangkalan di Lanuma Abdurrachman Saleh, Malang.
Pesawat buatan Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) Bandung ini merupakan pesawat serba guna. Dengan memodifikasi interiornya, pesawat ini bisa digunakan untuk berbagai keperluan: pesawat penumpang, pengangkut barang, ambulans, pembuat hujan, keperluan militer, patroli laut, pembuat foto udara, dan pesawat untuk pendidikan navigasi. CN-212 Aviocar, pesawat bermesin dua (turboprop) ini, mempunyai kelebihan: ia dapat lepas landas dan mendarat pada landasan yang relatif pendek. Untuk tinggal landas diperlukan landasan sepanjang 430850 meter (bergantung pada penuh tidaknya kapasitas pesawat dan elevasl landas pacunya), sedang untuk mendarat diperlukan landasan sepanjang 205-280 meter. Pesawat ini juga tidak memerlukan landas pacu yang diaspal atau dibeton, cukup yang diperkeras saja. Sebagai pesawat angkut biasa, CN-212 bisa mengangkut 26 penumpang atau 2.770 kg barang. Sebagai pesawat militer ia bisa mengangkut 23 penerjun ditambah seorang instruktur, atau 24 tentara yang bersenjata lengkap. Bila tangkinya penuh, pesawat ini mempunyai daya jelajah sampai 1.760 km, tapi bila kapasitas angkutnya penuh, daya jelajahnya hanya 408 km. Sejak 1976, IPTN sudah membuat 78 buah CN-212, 22 di antaranya dioperasikan Merpati Nusantara Airlines untuk penerbangan perintis, lima dibeli Departemen Pertanian Muangthai untuk pembuatan hujan, sebuah dibeli Air Guam, dan empat buah diserahkan ke Pendidikan Latihan Penerbangan Curug. Belum jelas apakah AB Filipina berminat membeli pesawat ini. Juga belum jelas alasan peminjaman itu, sekadar promosi pemasaran, ataukah juga karena dilatarbelakangi keinginan untuk ikut membantu memerangi gerilya komunis Filipina.
Belakangan ini, seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan di Filipina, kekuatan gerilyawan kiri di negara ini meningkat cepat. Yang dianggap paling mengancam adalah kelompok NPA (New People's Army), pemberontak komunis yang oleh kalangan pemerintah ditaksir berjumlah 10--12 ribu. Namun, NPA sendiri mengaku memiliki kekuatan bersenjata 20 ribu. Meningkatnya ancaman komunis Filipina itu, dengan sendirinya, mengkhawatirkan negara-negara tetangganya. Soalnya, percikan api kalau tidak segera dipadamkan memang bisa menjalar ke mana-mana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.