PASUKAN Kancil Merah adalah nama samaran Pasukan Siliwangi yang berkedudukan di wilayah Cirebon dengan komandannya yang bernama Letnan Abdul Kadir. Pasukan Kancil Merah, merupakan salah satu pasukan gerilya yang memiliki persenjataan yang lengkap dengan jumlah personil yang cukup banyak serta dikenal dengan kedisiplinan dan keberaniannya.
Tercatat dalam buku yang berjudul “Semuanya Untuk Cirebon” (Maharyono : 2003), Pasukan Kancil Merah mengalami beberapa kali kontak senjata dengan Belanda serta melakukan tindakan sabotase untuk memperlambat gerak pasukan Belanda.
Beberapa anggota Pasukan Kancil Merah yang gugur dalam medan pertempuran, diantaranya kini diabadikan menjadi nama jalan di Kota Cirebon, seperti jalan Kusnan, Jalan Saleh dan Jalan Suratno. Sedangkan Palagan Mandala merupakan peristiwa yang berawal ketika meletusnya Agresi Belanda I sebagai bentuk pengingkaran Belanda terhadap kesepakatan hasil perjanjian Linggarjati.
Belanda melakukan agresinya yang pertama pada tanggal 21 Juli 1947 dengan melakukan penyerangan diberbagai daerah termasuk wialayah Cirebon.
Tepat pada pukul 09.00, bertepatan dengan Bulan Puasa, serangan udara dilancarkan oleh Belanda, sebagai tanda dimulainya agresi militer Belanda ke Cirebon. Padahal saat itu Belanda masih terikat oleh perjanjian Linggarjati. Kota Cirebon diserang dari udara dengan pesawat pemburu dan pembom yang melepaskan tembakan senapan mesin, roket dan bom yang terdiri dari jenis seberat sepuluh hingga seratus kilogram.
Pada tanggal 22 Juli Belanda terus melakukan penyerangan dari udara dan laut. Beberapa daerah yang dijadikan sasaran tembak diantaranya adalah jembatan kereta api Krian, Stasiun Kejaksan, Kutagara, Prujakan dan Pagongan. Akibat insiden tersebut puluhan orang tewas termasuk anak-anak, kaum perempuan serta masyarakat sipil lainnya. Pasukan Siliwangi yang berkedudukan di Cirebon waktu itu tidak dapat menahan serangan Belanda yang pesenjataannya lebih lengkap dan modern. Atas segala pertimbangan dan untuk menghindarkan dari kehancuran yang lebih fatal Pasukan Siliwangi menjauh ke Desa Mandala untuk mengatur siasat gerilya.
Desa Mandala adalah salah satu desa yang berada di bawah kaki Gunung Ciremai, secara administratif berada di wilayah Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon. Selanjutnya pertempuran terus terjadi antara pasukan TNI dibawah pimpinan Letnan Budhi Hardjo dengan pasukan Belanda sampai dengan tercapainya persetujuan penghentian tembak menembak pada bulan Agustus 1949, yang kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Meja Bundar (KMB).
Selama pertempuran yang terjadi di Desa Mandala puluhan pejuang gugur termasuk diantaranya Kapten Hendrik bersama putranya yang baru berusia 10 tahun.
- sumber kolektorsejarah -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.