Type 209/1300
KAPAL
selam tipe 209 adalah sebuah kelas kapal selam penyergap yang ditenagai
sistem diesel-listrik yang dikembangkan khusus untuk pasar export pada
akhir tahun 60-an oleh Howaldtswerke-Deutsche Werft di Jerman.
Kehadiran KSRI Cakra yang bernomor lambung 401 pada tanggal 19 Maret 1981 seolah menuntaskan dahaga TNI AL akan kebutuhan kapal selam disel elektrik moderen sebagai pengganti Armada kapal selam klas Whiskey buatan Uni Sovyet yang satu demi satu harus dibesituakan karena ketiadaan suku cadang senagai imbas putusnya hubungan diplomatik dengan negara pembuatnya pasca pemberontakan Komunis 1965. Pilihan Indonesia pada kapal selam buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel ini sesuai dengan tuntutan strategis akan kebutuhan sosok kapal selam berkemampuan jelajah samudera dengan kelengkapan sensor dan senjata yang modern serta cocok dioperasikan di perairan tropis. Sampai tahun 1980 HDW telah memasarkan kapal selam klas 209 dengan berbagai variannya sebanyak 22 unit ke delapan negara Eropa dan Amerika Selatan tanpa terjadi komplain oleh negara pemakainya. Sampai tahun 2006 ini U-209 menjadi kapal selam paling laris di dunia dengan jumlah 64 unit dan dioperasikan oleh 14 negara.
KSRI Cakra (401) merupakan kapal pertama dalam jenis Kapal selam kelas Cakra. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Cakra dalam jajaran TNI AL. Kapal pertama merupakan KRI Tjakra (ejaan lama) salah satu dari 12 kapal selam kelas Tjakra buatan Russia (Kapal Selam Kelas Whiskey) yang di scrap tahun 70-an.
Kedua kapal Cakra class yang dipesan dari tahun 1977 diberi nama KSRI Cakra (401) dan KSRI Nanggala (402). Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Dan keduanya mempunyai motto Tabah Sampai Akhir.
Sistem penggerak pada kapal ini dirancang untuk mampu mendorong kapal selam lebih cepat melaju di bawah air dalam endurance di bawah permukaan yang lebih tinggi. Sepertiga bagian dari isi kapal selam ini dipenuhi oleh sistem pendorong yang berupa satu mesin pendorong, empat mesim disel, dan empat generator serta empat buah Baterai yang masing-masing terdiri dari 120 cell. Komposisi sistem penggerak ini mampu mendorong kapal selam pada kecepatan maksimal 21,5 knot saat menyelam dan 8 knot sat berlayar di permukaan serta berlayar snarting. Berbeda dengan klas Whiskey yang hanya melaju di kedalaman dengan kecepatan maksimal 13 knot.
Keunggulan
teknologi lainnya adalah pilihan Aplikasi persenjataan dari torpedo
konvensional, advanced torpedo semacam torpedo SUT (Surface and
Undersurface Torpedo) yang dapat dikendalikan dari kapal selam melalui
kabel serat seperti yang dipasang pada dua kapal selam TNI AL. Variasi senjata ini menjadi daya tarik tersendiri
pada kapal selam U-209 ini.
Perusahaan HDW menekankan pada kebutuhan pengguna kapal selam produknya. Kapal selam tropis membutuhkan pendingin udara kabin untuk memberikan kenyamanan pada Awak kapalnya, tingginya kadar garam (salinitas) air laut tropis juga memerlukan jenis sonar yang tidak sama dengan sensor bawah air di kawasan sub tropis. Disamping itu Perusahaan Jerman ini juga memberikan kebebasan pada customernya untuk memilih persenjataan yang dibutuhkan untuk kapal selam dipesannya. Kiat yang paling penting lainnya adalah memberikan layanan purna jual berupa perbaikan yang dikerjakan di galangan Jerman atau di luar Jerman. Perusahaan ini juga memberikan lisensi pembangunan U-209 kepada galangan kapal di luar Jerman seperti Mazagon India dan Daewoo Korea.
Kehadiran KSRI Cakra yang bernomor lambung 401 pada tanggal 19 Maret 1981 seolah menuntaskan dahaga TNI AL akan kebutuhan kapal selam disel elektrik moderen sebagai pengganti Armada kapal selam klas Whiskey buatan Uni Sovyet yang satu demi satu harus dibesituakan karena ketiadaan suku cadang senagai imbas putusnya hubungan diplomatik dengan negara pembuatnya pasca pemberontakan Komunis 1965. Pilihan Indonesia pada kapal selam buatan industri Howaldt Deutsche Werke (HDW), Kiel ini sesuai dengan tuntutan strategis akan kebutuhan sosok kapal selam berkemampuan jelajah samudera dengan kelengkapan sensor dan senjata yang modern serta cocok dioperasikan di perairan tropis. Sampai tahun 1980 HDW telah memasarkan kapal selam klas 209 dengan berbagai variannya sebanyak 22 unit ke delapan negara Eropa dan Amerika Selatan tanpa terjadi komplain oleh negara pemakainya. Sampai tahun 2006 ini U-209 menjadi kapal selam paling laris di dunia dengan jumlah 64 unit dan dioperasikan oleh 14 negara.
KSRI Cakra (401) merupakan kapal pertama dalam jenis Kapal selam kelas Cakra. Kapal ini merupakan kapal kedua yang menyandang nama Cakra dalam jajaran TNI AL. Kapal pertama merupakan KRI Tjakra (ejaan lama) salah satu dari 12 kapal selam kelas Tjakra buatan Russia (Kapal Selam Kelas Whiskey) yang di scrap tahun 70-an.
Kedua kapal Cakra class yang dipesan dari tahun 1977 diberi nama KSRI Cakra (401) dan KSRI Nanggala (402). Angka 4 menunjukkan identifikasi divisi kapal selam. Dan keduanya mempunyai motto Tabah Sampai Akhir.
Sistem penggerak pada kapal ini dirancang untuk mampu mendorong kapal selam lebih cepat melaju di bawah air dalam endurance di bawah permukaan yang lebih tinggi. Sepertiga bagian dari isi kapal selam ini dipenuhi oleh sistem pendorong yang berupa satu mesin pendorong, empat mesim disel, dan empat generator serta empat buah Baterai yang masing-masing terdiri dari 120 cell. Komposisi sistem penggerak ini mampu mendorong kapal selam pada kecepatan maksimal 21,5 knot saat menyelam dan 8 knot sat berlayar di permukaan serta berlayar snarting. Berbeda dengan klas Whiskey yang hanya melaju di kedalaman dengan kecepatan maksimal 13 knot.
Proses pemasangan torpedo SUT |
Perusahaan HDW menekankan pada kebutuhan pengguna kapal selam produknya. Kapal selam tropis membutuhkan pendingin udara kabin untuk memberikan kenyamanan pada Awak kapalnya, tingginya kadar garam (salinitas) air laut tropis juga memerlukan jenis sonar yang tidak sama dengan sensor bawah air di kawasan sub tropis. Disamping itu Perusahaan Jerman ini juga memberikan kebebasan pada customernya untuk memilih persenjataan yang dibutuhkan untuk kapal selam dipesannya. Kiat yang paling penting lainnya adalah memberikan layanan purna jual berupa perbaikan yang dikerjakan di galangan Jerman atau di luar Jerman. Perusahaan ini juga memberikan lisensi pembangunan U-209 kepada galangan kapal di luar Jerman seperti Mazagon India dan Daewoo Korea.
Overhaul KSRI Cakra
Bersama
adik kembarnya, KSRI Nanggala-402, eksistensi KSRI Cakra menjadi andalan
kekuatan pemukul TNI AL sejak tahun 1981. Rangkaian operasi laut dan
patroli laut menjaga perairan Indonesia menjadi menu utamanya setiap
tahun. Karena hanya memiliki dua kapal, satuan kapal selam Armada RI
Kawasan Timur harus membagi rotasi dua elemennya ini secara maksimal.
Tentu saja jam layar keduanya amat tinggi dari unsur kombatan lainnya
dengan komposisi operasi-siaga di pangkalan-perbaikan (1/3:1/3:1/3),
sedangkan satuan kapal selam menganut kekuatan operasi dan kekuatan
lainnya perbaikan.
Jam layar yang sedemikian tinggi membuat KSRI Cakra harus mengalami perbaikan besar lagi atau overhaul pada tahun 1993, sebelumnya tahun 1986 KSRI Cakra melakukan perbaikan di Jerman dengan sandi "Operasi Cakra Sehat" yang mempunyai banyak kisahnya (baca Operasi Cakra Sehat). Perbaikan ini difokuskan pada pengembalian performa sistem pendorong, pergantian baterai dan meng-update sistem sensornya. Seluruh perbaikan tersebut dilakukan di galangan PT PAL Surabaya selama empat tahun. Sejak saat itu kiprah kapal selam ini semakin tinggi karena KSRI Nanggala menyusul masuk dock pada tahun 1997-1999.
Tujuh tahun setelah perbaikan besarnya, kemampuan KSRI Cakra semakin menurun sehingga pemimpin TNI AL mengajukan program perbaikan besar dan sejumlah pergantian pada sebagian peralatan radar dan sonarnya dengan spare part baru. Pekerjaan mengembalikan performa KSRI Cakra ini merupakan pekerjaan besar yang memerlukan galangan kapal yang berpengalaman untuk dapat menyelesaikan overhaul dengan hasil optimal dan cepat mengingat Indonesia membutuhkan kehadiran kapal selam ini.
Pilihan jatuh pada galangan kapal Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME), sebuah industri pembuatan kapal Korea Selatan yang berdomisili di kota Ockpo. Perusahaan ini telah mendapatkan lisensi dari HDW untuk membuat kapal selam klas U-209. Reputasi perusahaan tidak diragukan lagi dalam urusan pembuatan dan perbaikan kapal selam karena telah berhasil memproduksi 9 unit kapal selam U-209/1200 setipe dengan KSRI Cakra klas Chang Bo Go untuk AL Korea Selatan sejak tahun 1989 beserta perbaikannya dengan hasil memuaskan. Dengan kata lain perusahaan itu memiliki kemampuan tinggi untuk melaksanakan overhaul.
Kontrak perbaikan KSRI Cakra ini disepakati pada tahun 2004 senilai 60 juta dolar US dan dikerjakan selama 22 bulan. Overhaul itu meliputi perbaikan bangunan kapal, peralatan navigasi, peralatan komunikasi, sistem kendali senjata, diesel generator, tangki-tangki, dan peralatan sensor (radar dan sonar), serta penggantian sejumlah komponen radar dan sonar dengan peralatan baru.
DSME memenuhi jadwal yang ditentukan. Perbaikan mulai dilaksanakan pada pertengahan Mei 2004, pada awal bulan Februari 2006 seluruh pekerjaan telah diselesaikan, dan diuji coba pada tanggal 13 Februari 2006. Menurut Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto, perbaikan itu mengembalikan performa KSRI Cakra 80 % dari kemampuan tertingginya.
Bila saat pemberangkatannya menuju Korea Selatan, kapal selam ini digendong dengan kapal tunda raksasa, maka saat berlayar kembali ke tanah air, 60 personel TNI AL dibawah pimpinan komandan KSRI Letkol Laut (P) Iwan Isnarto melayarkannya dari Korea Selatan ke Indonesia dengan menempuh jarak 2812 mil laut dalam waktu 16 hari. Pelayaran ini sekaligus digunakan untuk menguji semua kemampuannya terutama sejumlah sistem yang menjadi Fokus perbaikan di DSME tersebut.
KSRI Cakra tiba di pangkalannya dermaga Ujung Surabaya pada tanggal 21 April 2006. Upacara penyambutannya pun langsung dipimpin oleh Kasal Laksamana TNI Slamet Soebijanto. Hal ini menyuratkan betapa pentingnya kapal selam tersebut bagi armada tempur TNI AL saat ini. Kapal selam yang memakai nama senjata sakti tokoh pewayangan Sri Kresna ini kini telah kembali bertugas bersama saudara kembarnya yang menyandang nama senjata sakti Baladewa itu. Bergabungnya kembali kapal selam tersebut paling tidak cukup melegakan mengingat kompleksnya ancaman keamanan laut di Indonesia. Kasal mengharapkan pemerintah dapat memenuhi 12 kapal selam yang dalam kajian angkatan laut kekuatan tersebut akan mampu memberikan daya pukul dan memberikan efek penangkalan kepada semua pihak yang mencoba mengusik kedaulatan di perairan Indonesia. Orang nomor satu dijajaran TNI AL itu meyakini bahwa kapal selam merupakan alutsista angkatan laut yang paling strategis.(Heri Sutrisno-Dispenal)
Penugasan
2002
2004
KSRI
Nanggala terlibat dalam latihan gabungan TNI AL-US Navy, CARAT-8/02
yang diadakan pada 27 Mei - 3 Juni 2002. CARAT (Coorperation Afloat
Readiness and Training) adalah bantuan latihan militer Amerika terhadap
militer negara sahabat di Asia Tenggara. Latihan CARAT ini berlangsung
di perairan Laut Jawa, Selat Bali dan Situbondo.
2004
Dalam
Latihan Operasi Laut Gabungan (Latopslagab) XV/04 di Samudera Hindia,
tanggal 8 April hingga 2 Mei 2004, KSRI Naggala berhasil menenggelamkan
eks KRI Rakata, sebuah kapal tunda samudera buatan 1942 dengan torpedo
SUT.
Data teknis
Cakra
class ini memiliki berat selam 1,395 ton. Dengan dimensi 59,5 meter x
6,3 meter x 5,5 meter. Ditenagai oleh mesin diesel elektrik, 4 diesel, 1
shaft menghasilkan 4,600 shp. Sanggup mendorong kapal hingga kecepatan
21,5 knot. Diawaki oleh 34 pelaut.
Tenaga
digerakan oleh motor listrik Siemens jenis low-speed disalurkan
langsung (tanpa gear pengurang putaran) melalui sebuah shaft ke
baling-baling kapal. Total daya yang dikirim adalah 5000 shp (shaft
horse power), tenaga motor listrik datang dari baterai-baterai besar
yang beratnya sekitar 25% dari berat kapal, baterai dibuat oleh Varta
(low power) dan Hagen (Hi-power). Tenaga batere diisi oleh generator
yang diputar 4 buah mesin diesel MTU jenis supercharged. Senjata terdiri
dari 14 buah terpedo buatan AEG , diincar melalui periskop buatan Zeiss
yang diletakan disamping snorkel bikinan Maschinenbau Gabler.
Persenjataan
Sebagai bagian dari armada pemukul Cakra class dipersenjatai 14 buah torpedo 21 inci dalam 8 tabung.
Sensor dan elektronis
Cakra Class mempunyai sonar dari jenis CSU-3-2 suite.
Foto Cakra class dari formil kaskus :
Sumber :
Satuan Kapal Selam Armatim, Hasil Pekerjaan Overhaul Di Korea Selatan
untuk peralatan Sewaco KRI Cakra-401, Rekap Laporan yang tidak
diterbitkan, 2006.
Mabes TNI AL, Kapal Selam Samudera Kelas 209 type 1300 KRI Cakra-401 dan KRI Nanggala-402, Jakarta: Mabes TNI AL, 1978.
Jane's Fighting Ships 2004-2005
Release Dispenal No: 33/PR/IV/2006 tanggal 21 April 2006.
Seputar Indonesia, tanggal 4 April 2006, hal. 11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.