Ishak Daud |
Dia
menuturkan, 12 anggota TNI yang dipimpin Sersan Kepala Herlambang
memergoki sekelompok anggota GAM tengah mandi di sungai wilayah itu.
Kontak senjata pun terjadi selama lima menit. Hasilnya, dua anggota GAM,
lelaki-perempuan, tewas, sementara enam sisanya berhasil melarikan
diri.
Semula,
kata Asep, anggota TNI telah mencurigai bahwa yang tewas itu adalah
Ishak dan istrinya. Karena harus melakukan pengejaran, kedua mayat itu
dititipkan ke penduduk setempat. Baru pada pukul 15.30 kemarin, ibunya
dan dua tahanan GAM diminta untuk mengkonfirmasi kedua mayat tersebut.
"Mereka membenarkan, bahwa itu Ishak Daud dan istrinya," kata Asep.
Dari
pertempuran lanjutan, total pasukan GAM yang tewas mencapai 13 orang.
Juga, disita antara lain 230 butir amunisi kaliber 7,6 mm, 3 magasin, 6
AK-47, teropong, 23 tenda plastik, dan 2 bendera GAM. "Kami sangat
kehilangan. Dia adalah sumber inspirasi kami, tapi kami akan melanjutkan
perjuangannya," kata Kafrawi.
Kabar
tewasnya Ishak memang semula datang dari pasukan TNI. Mereka sudah
sejak 5 September melakukan pengepungan di Desa Alue Dua. Pengepungan
dilakukan karena mereka mendeteksi keberadaan salah seorang yang paling
dicari TNI itu. Pada Rabu (8/9) siang, muncul kabar pasukan TNI berhasil
menewaskan setidaknya empat orang yang diduga anggota GAM. Namun, kabar
soal tewasnya Ishak masih simpang-siur.
Pangdam
Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya kemarin mengunjungi markas
Kotis Satgaspur I Desa Alue Bate, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur.
Namun, hingga siang hari, dia belum dapat memastikan Ishak telah tewas
karena belum ditemukan bukti konkret. Dia hanya memastikan pengepungan
terhadap markas GAM pimpinan Ishak Daud terus dilakukan sampai GAM
benar-benar terjepit.
Ishak
lahir di Desa Blang Geulumpang Idi Rayeuk, Aceh Timur, 1960. Debutnya
mulai terdengar pada Maret 1990. Saat itu, ia nekat menyerang pos ABRI
Masuk Desa di Buloh Blang Ara, Aceh Utara. Dia merebut 21 pucuk senjata
berikut 4.000 butir peluru, serta terlibat baku tembak dengan tentara
yang menewaskan dua anggota ABRI dan seorang siswa SMP. Peristiwa itu
mengharuskannya mendekam di sel Diborongborong, Tapanuli Utara, selama
20 tahun. Namun, amnesti dari Presiden B.J. Habibie membebaskan suami
dari Siti Zubaidah dan Cut Rostinah ini pada 1999.
Kebebasan
sempat membawa langkahnya ke Ibu Kota pada tahun berikutnya, meski tak
lama. Di awal 2001, Ishak sudah bergerilya kembali di pelosok Aceh
Timur. Pembawaannya yang ramah membuat dia dekat dengan kalangan pers.
Dengan telepon satelit di genggamannya, dia mudah dihubungi wartawan
kapan saja.
Lelaki
tampan tamatan sekolah menengah pertama itu lihai merancang strategi
perang. Maklum, dia sempat tiga tahun mengikuti pendidikan militer di
Libya. Di sebuah kamp pelatihan di sana, ia belajar bergerilya dan
perang dalam berbagai medan.
Ishak
juga dikenal gemar menyandera warga sipil. Mereka yang diculik kerap
dituduhnya sebagai cuak alias mata-mata TNI. Anggota DPRD Aceh Timur
Ghazali dan atlet Aceh Singkil pernah diculiknya. Dari kalangan
wartawan, tiga teknisi Televisi Republik Indonesia Banda Aceh pernah
diculiknya. Juga, almarhum wartawan RCTI Ersa Siregar dan juru kamera
Ferry Santoro. Ersa tewas pada 29 Desember 2003; Ferry dibebaskan pada
Mei lalu.
Gubernur
Aceh Abdullah Puteh dan Bupati Aceh Timur Azman Usmanuddin pernah
berjanji akan menghadiahkan Rp 150 juta kepada siapa pun yang dapat
menangkap Ishak, hidup atau mati. "Ah, kalau soal itu kami tak
memikirkannya. Kami cukup bangga kerja keras prajurit membuahkan hasil,"
kata Asep.(sudrajat/imran ma/afp/sri wahyuni-pdat)
[sumber infoanda]
Tembak Mati Ishak Daud, 14 Anggota TNI Naik Pangkat
BANDA ACEH - 14 prajurit TNI yang menembak mati Panglima Operasi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Wilayah Peureulak Ishak Daud akan mendapat kenaikan pangkat luar biasa sebanyak satu tingkat. Ke-14 prajurit itu masing-masing, 12 orang berasal dari pasukan Yonif Raider 500 dan dua anggota Kopassus.
"Mereka
naik pangkat satu tingkat dari pangkat sebelumnya," kata Pangdam
Iskandar Muda Mayjen TNI Endang Suwarya usai acara pemulangan pasukan
Yonif 527 di Pelabuhan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar, Rabu
(22/9/2004).
Rencananya,
Endang sendiri yang akan melakukan penyematan kenaikan pangkat pada
Kamis mendatang, mewakili Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto,
yang berhalangan hadir.
Meski
salah satu pentolan GAM sudah tewas, diakui Endang, TNI masih punya
banyak pekerjaan rumah. Pasalnya, masih banyak pentolan GAM lainnya yang
sampai saat ini belum berhasil dilumpuhkan seperti Panglima Tertinggi
GAM Muzakkir Manaf, Panglima GAM wilayah Jeunib Darwis Jeunib, Panglima
GAM wilayah Pasee Sofyan Dawood, Abrar Muda Panglima GAM Wilayah Aceh
Selatan dan sejumlah nama lainnya.
"Jika
semua komponen dapat bekerja sama, dalam satu tahun kedepan situasi
Aceh dapat segera pulih," katanya. Peristiwa yang menewaskan Ishak Daud,
terjadi Rabu (8/9/2004) lalu, di Desa Babah Krueng, Kecamatan Peureulak
Timur, Aceh Timur. Selain Ishak, istrinya Cut Rostina dan 11 orang anak
buahnya juga tewas.
Ishak
adalah salah seorang tokoh GAM yang paling ditakuti di wilayah timur
Aceh. Pasalnya, pria yang kerap keluar masuk penjara ini, suka menculik
warga sipil tanpa alasan yang jelas. Termasuk reporter dan juru kamera
RCTI, Ersa Siregar dan Ferry Santoro. Ersa akhirnya tewas dalam
penyanderaan tersebut karena baku tembak yang terjadi antara GAM dan
TNI.
Yonif
527/BY Pulang ke Kesatuannya Sementara itu, 647 personel Batalyon
Infanteri 527/Baladibya Yudha, Kodam V Brawijaya, dipulangkan ke
kesatuannya, Rabu (22/9/2004).
Mereka
pulang melalui Pelabuhan Malahayati, Krueng Raya, Aceh Besar. Tiga
orang tewas selama bertugas di Aceh, dari pasukan ini. Ketika
diberangkatkan, mereka berjumlah 650 personel. Selama bertugas di Aceh,
pasukan ini telah menembak mati 240 anggota GAM dan menyita 34 pucuk
senjata berbagai jenis.(ton/)
[sumber Nur Raihan - detikNews, Rabu, 22/09/2004]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.