RI Bangga Tiga dokumen dukungan untuk Palestina disepakati dalam KAA. (Sindonews/Victor Maulana)
Tiga dokumen terkait deklarasi dukungan terhadap Palestina telah disepakati tanpa hambatan dalam pertemuan tingkat pejabat senior di Konfrensi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta. Mulusnya dukungan untuk Palestina dalam KAA itu membuat Indonesia bangga.
Sebelumnya muncul kabar bahwa dokumen-dokumen itu merupakan salah satu yang paling alot saat dibahas di New York, Amerika Serikat.
"Soal Palestine Smooth, ada tiga lembar (dokumen). Dukungan terhadap Palestina itu kan besar, jadi lebih mudah untuk menyepakati dokumen," ucap Direktur Jenderal Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik dan Afrika, Yuri Thamrin, semalam.
Dengan lancarnya pembahasan dokumen ini, Yuri mengaku sedikit bangga terhadap negara-negara anggota KAA. Menurutnya, negara-negara anggota KAA sangat solid dalam memberikan dukungan terhadap Palestina.
"Kita menyampaikan bahwa kita merasa bangga akan soliditas yang tetap teguh yang dalam berbagai cobaan. Kan ada Geneva Vote itu, di mana occupaying four harus memberikan treatment berdasarkan hukum internasional terhadap warga sipil di sana," imbuh dia.
Sementara itu, walaupun pembahasan dokumen ini berjalan mulus, Yuri mengakui bahwa masih banyak negara-negara KAA yang belum mengakui Palestina. Melalui deklarasi ini, Yuri berharap negara-negara yang belum mengakui, bisa segera mengakui kedaulatan Palestina.
"Kita mendorong negara-negara Asia-Afrika yang belum memberikan pengakuannya, dapat segera memberikan pengakuannya kepada Palestina," ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Inggris tersebut.(mas)KAA Sepakati 3 Dokumen Penting, Meski Sempat Alot KAA sepati tiga dokumen penting meski sempat alot. (Sindonews/Isra Triansyah)
Tiga dokumen penting berhasil disepakati dalam pembahasan tingkat pejabat senior dalam Konfrensi Asia-Afrika (KAA), semalam.
Tiga dokumen penting itu adalah; Bandung Message, Deklarasi untuk Palestina, dan New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP).
Pembahasan tiga dokumen ini rampung setelah beberapa kali menemui jalan buntu. Sejatinya, pembahasan tiga dokumen penting ini dijadwalkan selesai pada Minggu sore menjelang malam. Namun, semua pembahasan rampung pada pukul 22.30, setelah sebelumnya sempat diskors selama 15 menit.
Pembahasan mengenai reformasi Dewan Keamanan Perserikatan PBB (DK PBB) yang masuk ke dalam kesepakatan bersama NAASP disebut-sebut menjadi topik yang paling lama dibahas dalam pertemuan tersebut.
Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik dan Afrika, Yuri Thamrin, mengatakan, penggunaan bahasa dalam dokumen tersebut merupakan yang paling banyak mendapat koreksi, terutama dari negara-negara Afrika.
"Mereka minta jangan selektif, tetapi memilih bahasa yang tidak bertentangan dengan posisi semua orang. Jadi bahasa yang umum, yang bisa mengakomidir posisi-posisi yang berbeda itu yang menjadi tantangannya," kata Yuri.
Namun, pada akhirnya tiga dokumen tersebut disepakati para delegasi dari 107 negara anggota KAA. (mas)KAA di Indonesia Disebut Jadi Peta Kekuatan Dunia Wakil Menlu Ethipia, Berhane Gebre Christos (kanan), yakin KAA di Indonesia bisa jadi peta kekuatan dunia. (Sindonews/Victor Maulana)
Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar di Indonesia diyakini bisa menjadi peta kekuatan dunia. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Ethiopia, Berhane Gebre Christos. Menurutnya, KAA membawa dampak besar bagi perkembangan negara-negara di KAA, khusunya Afrika.
"Kami juga sangat percaya diri, jika kerangka kerja (KAA) ini bisa menempatkan kita pada peta kekuatan dunia. Jadi, kami setuju forum ini harus terus berlanjut dan kami juga sepakat untuk terus bekerja sama sebagai sesama anggota forum ini," kata Christos, di Jakarta, Senin (20/4/2015).
Berbicara usai melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, A.M Fachir, Chistos juga sedikit bernostalgia mengenai peran kedua negara dalam KAA pertama pada tahun 1955 silam.
"Kami membahas mengenai sejarah konferensi ini 60 tahun lalu, dan kami juga membahas mengenai outcome dan tantangan yang telah dihadapi dalam enam dekade terakhir," ujarnya.
Menurutnya, berkat KAA pertama, negaranya berhasil memperoleh kemerdekaan. "Kami menggarisbawahi mengenai perkembangan dan kesuksesan pertemuan ini. Yakni, mampu menghalau semua tantangan, dan pada akhirnya kami mendapatkan kemerdekaan kami," lanjut dia.
"Kemerdekaan negara kami menjadi bukti perkembangan luar biasa dari pertemuan ini, dan forum ini juga telah banyak berperan besar bagi kondisi dunia. Pada akhirnya, negara kami dapat terus berperan dalam hubungan internasional," imbuh dia.(mas)
Tiga dokumen terkait deklarasi dukungan terhadap Palestina telah disepakati tanpa hambatan dalam pertemuan tingkat pejabat senior di Konfrensi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta. Mulusnya dukungan untuk Palestina dalam KAA itu membuat Indonesia bangga.
Sebelumnya muncul kabar bahwa dokumen-dokumen itu merupakan salah satu yang paling alot saat dibahas di New York, Amerika Serikat.
"Soal Palestine Smooth, ada tiga lembar (dokumen). Dukungan terhadap Palestina itu kan besar, jadi lebih mudah untuk menyepakati dokumen," ucap Direktur Jenderal Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik dan Afrika, Yuri Thamrin, semalam.
Dengan lancarnya pembahasan dokumen ini, Yuri mengaku sedikit bangga terhadap negara-negara anggota KAA. Menurutnya, negara-negara anggota KAA sangat solid dalam memberikan dukungan terhadap Palestina.
"Kita menyampaikan bahwa kita merasa bangga akan soliditas yang tetap teguh yang dalam berbagai cobaan. Kan ada Geneva Vote itu, di mana occupaying four harus memberikan treatment berdasarkan hukum internasional terhadap warga sipil di sana," imbuh dia.
Sementara itu, walaupun pembahasan dokumen ini berjalan mulus, Yuri mengakui bahwa masih banyak negara-negara KAA yang belum mengakui Palestina. Melalui deklarasi ini, Yuri berharap negara-negara yang belum mengakui, bisa segera mengakui kedaulatan Palestina.
"Kita mendorong negara-negara Asia-Afrika yang belum memberikan pengakuannya, dapat segera memberikan pengakuannya kepada Palestina," ujar mantan Duta Besar Indonesia untuk Inggris tersebut.(mas)KAA Sepakati 3 Dokumen Penting, Meski Sempat Alot KAA sepati tiga dokumen penting meski sempat alot. (Sindonews/Isra Triansyah)
Tiga dokumen penting berhasil disepakati dalam pembahasan tingkat pejabat senior dalam Konfrensi Asia-Afrika (KAA), semalam.
Tiga dokumen penting itu adalah; Bandung Message, Deklarasi untuk Palestina, dan New Asia Africa Strategic Partnership (NAASP).
Pembahasan tiga dokumen ini rampung setelah beberapa kali menemui jalan buntu. Sejatinya, pembahasan tiga dokumen penting ini dijadwalkan selesai pada Minggu sore menjelang malam. Namun, semua pembahasan rampung pada pukul 22.30, setelah sebelumnya sempat diskors selama 15 menit.
Pembahasan mengenai reformasi Dewan Keamanan Perserikatan PBB (DK PBB) yang masuk ke dalam kesepakatan bersama NAASP disebut-sebut menjadi topik yang paling lama dibahas dalam pertemuan tersebut.
Menurut Direktur Jenderal Kerja Sama Intrakawasan Asia-Pasifik dan Afrika, Yuri Thamrin, mengatakan, penggunaan bahasa dalam dokumen tersebut merupakan yang paling banyak mendapat koreksi, terutama dari negara-negara Afrika.
"Mereka minta jangan selektif, tetapi memilih bahasa yang tidak bertentangan dengan posisi semua orang. Jadi bahasa yang umum, yang bisa mengakomidir posisi-posisi yang berbeda itu yang menjadi tantangannya," kata Yuri.
Namun, pada akhirnya tiga dokumen tersebut disepakati para delegasi dari 107 negara anggota KAA. (mas)KAA di Indonesia Disebut Jadi Peta Kekuatan Dunia Wakil Menlu Ethipia, Berhane Gebre Christos (kanan), yakin KAA di Indonesia bisa jadi peta kekuatan dunia. (Sindonews/Victor Maulana)
Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar di Indonesia diyakini bisa menjadi peta kekuatan dunia. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Ethiopia, Berhane Gebre Christos. Menurutnya, KAA membawa dampak besar bagi perkembangan negara-negara di KAA, khusunya Afrika.
"Kami juga sangat percaya diri, jika kerangka kerja (KAA) ini bisa menempatkan kita pada peta kekuatan dunia. Jadi, kami setuju forum ini harus terus berlanjut dan kami juga sepakat untuk terus bekerja sama sebagai sesama anggota forum ini," kata Christos, di Jakarta, Senin (20/4/2015).
Berbicara usai melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, A.M Fachir, Chistos juga sedikit bernostalgia mengenai peran kedua negara dalam KAA pertama pada tahun 1955 silam.
"Kami membahas mengenai sejarah konferensi ini 60 tahun lalu, dan kami juga membahas mengenai outcome dan tantangan yang telah dihadapi dalam enam dekade terakhir," ujarnya.
Menurutnya, berkat KAA pertama, negaranya berhasil memperoleh kemerdekaan. "Kami menggarisbawahi mengenai perkembangan dan kesuksesan pertemuan ini. Yakni, mampu menghalau semua tantangan, dan pada akhirnya kami mendapatkan kemerdekaan kami," lanjut dia.
"Kemerdekaan negara kami menjadi bukti perkembangan luar biasa dari pertemuan ini, dan forum ini juga telah banyak berperan besar bagi kondisi dunia. Pada akhirnya, negara kami dapat terus berperan dalam hubungan internasional," imbuh dia.(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.