Menjadi penerbang atau pilot pesawat terbang militer wanita di lingkungan TNI AL menjadi kebanggan tersendiri bagi Tami dan Fika.
Meski bak sebuah mimpi tapi keduanya yakin mampu menjadi seorang pilot yang handal dan mumpuni.
Dengan memakai baju warna orange, yang dibalut rompi pelambung serta helm khusus kedua lajang ini sudah bersiap siap untuk terbang.
Namun bukan berarti persiapan untuk menjadi pilot pesawat ini hanya dilakukan pagi hari saat akan terbang. Tapi sudah sejak malam begitu ada rencana terbang mereka sudah mempersiapkan dengan seksama.
"Malamnya juga sudah persiapkan, melakukan checklist apa apa saja yang dioerlukan nanti, dan itu sudah menjadi prosedur," kata Sri Utami yang memiliki nama dada Tami, Senin (20/4/2015).
Lajang kelahiran Banyuwangi 26 tahun silam masuk mendaftar sebagai TNI hingga kini menjadi Calon Perwira (Capa) penerbang bukan hal mudah. "Pada awalnya saya ingin menjadi Polwan," katanya.
Namun cita cita itu tak kesampaian hingga akhirnya ia mendaftar sebagai Kowal (korps wanita Angkatan Laut). Di sela menunggu menjadi Kowal, ternyata anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ponikem dan Alm.Abas Toni ini tifak diam. "Saya bekerja apa saja, pernah menjadi SPG, sampai menjadi sekuriti mall," ungkap Tami yang kini menjadi mendalami sebagai pilot Helikopter jenis Colibri.
Tidak terbayangkan sama sekali jika ia sekarang tiap hari bergelut dengan pesawat, karena selama ini Tami mengaku belum pernah naik pesawat.
"Dulu itu membayangkan gimana rasanya naik pesawat, sekarang malah jadi memainkan pesawat," kata Tami yang sangat bangga dan tidak pernah menyangka bisa menjadi perwira penerbang di TNI AL.
Demikian juga Fika yang memiliki nama lengkap Rafika Kennarni, lajang kelahiran Jakarta 16 Oktober 1991 ini yang hobi memasak dan membuat kue ini sangat bangga bisa bergabung menjadi penerbang TNI AL.
"Kalau saya sudah menjadi impian menjadi Kowal," tukas Fika yang mendalami formasi pada pesawat latih Tobaggo.
Sama seperti Tami, sebelum menerbangkan pesawat, ia selalu melakukan checklist. "Malamnya minta arahan dulu pada senior sekaligus menguatkan mental," ujarnya. Tapi ia memiliki kiat khusus untuk menghilangkan rasa takut saat berada di ketinggian. "Tarik napas dalam dalam dan keluarja pelan pelan," katanya.
Meskipun di dada kedua Capa Penerbang, angkatan 21 ini ada tulisan Navy Sierra yang artinya pernah melakukan terbang solo mereka tetap adalah seorang wanita.
Fika mengakui memang tidak banyak wanita yang menjadi pilot terutama di lingkungan TNI AL. Saat mendaftar sebagai Pabang (perwira penerbang) ada 10 wanita, dan hanya lolos dua orang.
Urusan wanita masih menjadi rutinitas meski harus menyempatkan disela waktu pendidikan. "Sebisa mungkin disempatkan ke salon atau sekedar facial sebulan sekali, kalau tidak ada waktu ya terpaksa perawatan sendiri di mess," kata Fika.
Untuk make up misalnya keduanya juga suka dengan make up, mulai shading, lipstik hingga bentuk alis menjadi rutinitas sebelum terbang. "Pokoknya tidak terlalu tebal nanti bisa dikomplain instruktur," kelakar Tami.
Di mata para seniornya, kedua lajang ini sangat diandalkan untuk dapat menjadi pilot yang handal dan mumpuni, lebih lebih saat ini di lingkungan TNI AL hanya ada 5 Kowal termasuk kedua wanita ini yang menjadi penerbang.
Meski bak sebuah mimpi tapi keduanya yakin mampu menjadi seorang pilot yang handal dan mumpuni.
Dengan memakai baju warna orange, yang dibalut rompi pelambung serta helm khusus kedua lajang ini sudah bersiap siap untuk terbang.
Namun bukan berarti persiapan untuk menjadi pilot pesawat ini hanya dilakukan pagi hari saat akan terbang. Tapi sudah sejak malam begitu ada rencana terbang mereka sudah mempersiapkan dengan seksama.
"Malamnya juga sudah persiapkan, melakukan checklist apa apa saja yang dioerlukan nanti, dan itu sudah menjadi prosedur," kata Sri Utami yang memiliki nama dada Tami, Senin (20/4/2015).
Lajang kelahiran Banyuwangi 26 tahun silam masuk mendaftar sebagai TNI hingga kini menjadi Calon Perwira (Capa) penerbang bukan hal mudah. "Pada awalnya saya ingin menjadi Polwan," katanya.
Namun cita cita itu tak kesampaian hingga akhirnya ia mendaftar sebagai Kowal (korps wanita Angkatan Laut). Di sela menunggu menjadi Kowal, ternyata anak kedua dari dua bersaudara pasangan Ponikem dan Alm.Abas Toni ini tifak diam. "Saya bekerja apa saja, pernah menjadi SPG, sampai menjadi sekuriti mall," ungkap Tami yang kini menjadi mendalami sebagai pilot Helikopter jenis Colibri.
Tidak terbayangkan sama sekali jika ia sekarang tiap hari bergelut dengan pesawat, karena selama ini Tami mengaku belum pernah naik pesawat.
"Dulu itu membayangkan gimana rasanya naik pesawat, sekarang malah jadi memainkan pesawat," kata Tami yang sangat bangga dan tidak pernah menyangka bisa menjadi perwira penerbang di TNI AL.
Demikian juga Fika yang memiliki nama lengkap Rafika Kennarni, lajang kelahiran Jakarta 16 Oktober 1991 ini yang hobi memasak dan membuat kue ini sangat bangga bisa bergabung menjadi penerbang TNI AL.
"Kalau saya sudah menjadi impian menjadi Kowal," tukas Fika yang mendalami formasi pada pesawat latih Tobaggo.
Sama seperti Tami, sebelum menerbangkan pesawat, ia selalu melakukan checklist. "Malamnya minta arahan dulu pada senior sekaligus menguatkan mental," ujarnya. Tapi ia memiliki kiat khusus untuk menghilangkan rasa takut saat berada di ketinggian. "Tarik napas dalam dalam dan keluarja pelan pelan," katanya.
Meskipun di dada kedua Capa Penerbang, angkatan 21 ini ada tulisan Navy Sierra yang artinya pernah melakukan terbang solo mereka tetap adalah seorang wanita.
Fika mengakui memang tidak banyak wanita yang menjadi pilot terutama di lingkungan TNI AL. Saat mendaftar sebagai Pabang (perwira penerbang) ada 10 wanita, dan hanya lolos dua orang.
Urusan wanita masih menjadi rutinitas meski harus menyempatkan disela waktu pendidikan. "Sebisa mungkin disempatkan ke salon atau sekedar facial sebulan sekali, kalau tidak ada waktu ya terpaksa perawatan sendiri di mess," kata Fika.
Untuk make up misalnya keduanya juga suka dengan make up, mulai shading, lipstik hingga bentuk alis menjadi rutinitas sebelum terbang. "Pokoknya tidak terlalu tebal nanti bisa dikomplain instruktur," kelakar Tami.
Di mata para seniornya, kedua lajang ini sangat diandalkan untuk dapat menjadi pilot yang handal dan mumpuni, lebih lebih saat ini di lingkungan TNI AL hanya ada 5 Kowal termasuk kedua wanita ini yang menjadi penerbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.