Koalisi akhiri serangan udara di Yaman tapi tetap terbuka pilihan Serangan udara di Yaman★
Koalisi pimpinan Arab Saudi menyatakan penghentian serangan-serangan udara yang telah berlangsung selama empat pekan di Yaman, dengan menyatakan ancaman pemberontak dukungan Iran di sana telah dihalau dan operasi memasuki tahap politik.
Namun, serangan-serangan dapat dilakukan kembali jika gerakan-gerakan pemberontak Al-Houthi, yang beraliran Syiah, terjadi lagi. Ditambahkan, blokade laut atas negara yang strategis di ujung Jazirah Arab itu akan berlanjut.
Iran, yang berfaham Syiah, menyambut baik langkah tersebut, dengan menyebutnya suatu "langkah maju" menuju penyelesaian konflik itu, sementara belum ada reaksi segera dari pemberontak Al-Houthi.
Tetapi pengumuman tersebut dikeluarkan sementara satu kapal induk Amerika Serikat menuju ke Laut Arab, dan Washington menyatakan Amerika Serikat terus memantau kapal-kapal Iran yang diperkirakan membawa senjata untuk pemberontak, tindakan yang melanggar embargo PBB.
Koalisi itu telah "mengakhiri Operasi Badai Pamungkas" berdasarkan atas permintaan pemerintah Yaman dan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi, kata juru bicaranya Brigadir Jenderal Ahmed al-Assiri di Riyadh sebagaimana dikutip AFP.
Operasi itu, yang dimulai 26 Maret, akan berlanjut hingga tengah malam.
Satu pernyataan koalisi menyatakan langkah berikut akan bertujuan memulai kembali proses politik di Yaman, mengirim bantuan dan "memerangi terorisme" di negara itu, rumah bagi kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaida.
Secara diplomatik, koalisi itu akan mencari "kerja sama internasional ... untuk mencegah pasokan senjata sampai ke tangan" pemberontak.
Koalisi juga akan "menghadapi gerakan-gerakan dan operasi militer milisi Al-Houthi dan para sekutunya... untuk mencegah mereka menggunakan senjata yang dicuri dari kamp-kamp militer atau diselundupkan dari luar negeri", tambahnya.
Pasukan koalisi akan "terus melindungi warga sipil di Aden dan membidik setiap usaha untuk melakukan operasi-operasi" oleh milisi, kata Al-Assiri.
Wanita Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, yang berbicara di Teheran, mengatakan, "Pemberlakuan gencatan senjata dan penghentian pembunuhan orang-orang tak bersalah dan tak berdaya merupakan langkah maju."
Dalam keterangan yang disiarkan kantor berita IRNA, ia mengharapkan bantuan kemanusiaan akan segera dikirim dan "situasi bagi pembicaraan antara pihak-pihak dan kelompok-kelompok Yaman bagi formasi suatu pemerintahan komprehensif dimulai lagi".
Tetapi di tengah-tengah laporan adanya konvoi sembilan kapal Iran di kawasan itu, Angkatan Laut AS mengatakan Washington mengirim kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal jelajah USS Normandy.
Juru Bicara Pentagon Kolonel Steven Warren mengatakan laporan-laporan media yang menyatakan pihak Amerika siap-siap mencegah konvoi Iran itu mencapai Yaman jika membawa senjata merupakan "agak aneh".
"Kami tidak tahu apa yang konvoi kapal Iran akan lakukan, tetapi kami mengawasi mereka," kata Warren. "Dengan memiliki kekuatan laut di kawasan itu, kami akan lakukan pilihan-pilihan kami."
Yaman, yang berlokasi di rute-rute penting bagi pelayaran dan berbatasan dengan Arab Saudi, yang kaya akan minyak, terjerembab ke dalam konflik tahun lalu ketika peemberontak Al-Houthi menguasai Ibu Kotanya, Sanaa.(Uu.M016)Arab Saudi hentikan serangan ke Yaman upayakan solusi politik Serangan Udara Arab Saudi, Akibatnya KBRI pun ikut hancur ★
Arab Saudi pada Selasa menghentikan serangan udara yang menargetkan kelompok gerilyawan Houthi di Yaman dan mendukung upaya solusi politik untuk mengakhiri perang saudara di negara tersebut.
Iran, yang merupakan pendukung utama Houthi, menyambut baik tindakan Arab Saudi tersebut.
"Operasi kami telah berhasil mencapai tujuannya. Arab Saudi dan negara-negara tetangga telah terbebas dari ancaman, terutama dalam hal persenjataan berat," demikian pernyataan tertulis yang disiarkan oleh kantor berita SPA.
Berakhirnya operasi militer lama itu kemudian akan diikuti oleh misi baru bernama "Operation Restoring Hope" yang akan mengkombinasukan upaya politik, diplomatik, dan militer dengan fokus pada "proses politik yang menciptakan kestabilan dan keamanan bagi Yaman."
Meski demikian, juru bicara militer Arab Saudi Brigadir Jenderal Ahmad Asseri mengatakan bahwa koalisi internasional yang dipimpin negaranya masih berwenang melancarkan serangan ke Houthi.
"Koalisi akan terus berupaya mencegah milisi Houthi untuk berpindah tempat atau melakukan serangan di Yaman," kata Asseri kepada sejumlah wartawan di Riyadh.
Sementara itu Gedung Putih juga menyambut baik langkah Arab Saudi.
"Amerika Serikat menyambut baik pengumuman dari pemerintah Arab Saudi dan negara-negara koalisi pada hari ini terkait penghentian operasi militer di Yaman," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Alistar Baskey.
Sebelumnya pada Senin lalu Amerika Serikat mengirim sebuah pesawat pengangkut dan kapal penjelajah ke perairan di sekitar Yaman untuk bergabung dengan tujuh kapal lain yang sudah terlebih dahulu berada di area yang sama.
Menurut keterangan Pentagon, kapal-kapal itu mengemban misi memastikan kebebasan navigasi di jalur pelayaran penting menuju Laut Merah dan Terusan Suez.
Salah satu tugas lainnya adalah untuk mengawasi kapal kargo dari Iran yang mendekati Yaman untuk memastikan bahwa kelompok Houthi tidak mendapatkan pasokan senjata dari Tehran.
Pada Selasa, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengingatkan Iran agar tidak mengirim senjata ke Yaman karena berpotensi dapat mengganggu pelayaran perdagangan di kawasan sekitar.
Perang di Yaman yang telah berlangsung selama empat pekan telah memakan korban tewas sebanyak 944 orang dan korban luka 3.487, demikian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa.
Perwakilan WHO Rana Sidani, menurut laporan Reuters, mengatakan bahwa jumlah tersebut hanya dihitung berdasarkan laporan dari rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan setempat. Total korban yang sebenarnya jauh lebih besar.(G005)
Koalisi pimpinan Arab Saudi menyatakan penghentian serangan-serangan udara yang telah berlangsung selama empat pekan di Yaman, dengan menyatakan ancaman pemberontak dukungan Iran di sana telah dihalau dan operasi memasuki tahap politik.
Namun, serangan-serangan dapat dilakukan kembali jika gerakan-gerakan pemberontak Al-Houthi, yang beraliran Syiah, terjadi lagi. Ditambahkan, blokade laut atas negara yang strategis di ujung Jazirah Arab itu akan berlanjut.
Iran, yang berfaham Syiah, menyambut baik langkah tersebut, dengan menyebutnya suatu "langkah maju" menuju penyelesaian konflik itu, sementara belum ada reaksi segera dari pemberontak Al-Houthi.
Tetapi pengumuman tersebut dikeluarkan sementara satu kapal induk Amerika Serikat menuju ke Laut Arab, dan Washington menyatakan Amerika Serikat terus memantau kapal-kapal Iran yang diperkirakan membawa senjata untuk pemberontak, tindakan yang melanggar embargo PBB.
Koalisi itu telah "mengakhiri Operasi Badai Pamungkas" berdasarkan atas permintaan pemerintah Yaman dan Presiden Abedrabbo Mansour Hadi, kata juru bicaranya Brigadir Jenderal Ahmed al-Assiri di Riyadh sebagaimana dikutip AFP.
Operasi itu, yang dimulai 26 Maret, akan berlanjut hingga tengah malam.
Satu pernyataan koalisi menyatakan langkah berikut akan bertujuan memulai kembali proses politik di Yaman, mengirim bantuan dan "memerangi terorisme" di negara itu, rumah bagi kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaida.
Secara diplomatik, koalisi itu akan mencari "kerja sama internasional ... untuk mencegah pasokan senjata sampai ke tangan" pemberontak.
Koalisi juga akan "menghadapi gerakan-gerakan dan operasi militer milisi Al-Houthi dan para sekutunya... untuk mencegah mereka menggunakan senjata yang dicuri dari kamp-kamp militer atau diselundupkan dari luar negeri", tambahnya.
Pasukan koalisi akan "terus melindungi warga sipil di Aden dan membidik setiap usaha untuk melakukan operasi-operasi" oleh milisi, kata Al-Assiri.
Wanita Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Marzieh Afkham, yang berbicara di Teheran, mengatakan, "Pemberlakuan gencatan senjata dan penghentian pembunuhan orang-orang tak bersalah dan tak berdaya merupakan langkah maju."
Dalam keterangan yang disiarkan kantor berita IRNA, ia mengharapkan bantuan kemanusiaan akan segera dikirim dan "situasi bagi pembicaraan antara pihak-pihak dan kelompok-kelompok Yaman bagi formasi suatu pemerintahan komprehensif dimulai lagi".
Tetapi di tengah-tengah laporan adanya konvoi sembilan kapal Iran di kawasan itu, Angkatan Laut AS mengatakan Washington mengirim kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal jelajah USS Normandy.
Juru Bicara Pentagon Kolonel Steven Warren mengatakan laporan-laporan media yang menyatakan pihak Amerika siap-siap mencegah konvoi Iran itu mencapai Yaman jika membawa senjata merupakan "agak aneh".
"Kami tidak tahu apa yang konvoi kapal Iran akan lakukan, tetapi kami mengawasi mereka," kata Warren. "Dengan memiliki kekuatan laut di kawasan itu, kami akan lakukan pilihan-pilihan kami."
Yaman, yang berlokasi di rute-rute penting bagi pelayaran dan berbatasan dengan Arab Saudi, yang kaya akan minyak, terjerembab ke dalam konflik tahun lalu ketika peemberontak Al-Houthi menguasai Ibu Kotanya, Sanaa.(Uu.M016)Arab Saudi hentikan serangan ke Yaman upayakan solusi politik Serangan Udara Arab Saudi, Akibatnya KBRI pun ikut hancur ★
Arab Saudi pada Selasa menghentikan serangan udara yang menargetkan kelompok gerilyawan Houthi di Yaman dan mendukung upaya solusi politik untuk mengakhiri perang saudara di negara tersebut.
Iran, yang merupakan pendukung utama Houthi, menyambut baik tindakan Arab Saudi tersebut.
"Operasi kami telah berhasil mencapai tujuannya. Arab Saudi dan negara-negara tetangga telah terbebas dari ancaman, terutama dalam hal persenjataan berat," demikian pernyataan tertulis yang disiarkan oleh kantor berita SPA.
Berakhirnya operasi militer lama itu kemudian akan diikuti oleh misi baru bernama "Operation Restoring Hope" yang akan mengkombinasukan upaya politik, diplomatik, dan militer dengan fokus pada "proses politik yang menciptakan kestabilan dan keamanan bagi Yaman."
Meski demikian, juru bicara militer Arab Saudi Brigadir Jenderal Ahmad Asseri mengatakan bahwa koalisi internasional yang dipimpin negaranya masih berwenang melancarkan serangan ke Houthi.
"Koalisi akan terus berupaya mencegah milisi Houthi untuk berpindah tempat atau melakukan serangan di Yaman," kata Asseri kepada sejumlah wartawan di Riyadh.
Sementara itu Gedung Putih juga menyambut baik langkah Arab Saudi.
"Amerika Serikat menyambut baik pengumuman dari pemerintah Arab Saudi dan negara-negara koalisi pada hari ini terkait penghentian operasi militer di Yaman," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, Alistar Baskey.
Sebelumnya pada Senin lalu Amerika Serikat mengirim sebuah pesawat pengangkut dan kapal penjelajah ke perairan di sekitar Yaman untuk bergabung dengan tujuh kapal lain yang sudah terlebih dahulu berada di area yang sama.
Menurut keterangan Pentagon, kapal-kapal itu mengemban misi memastikan kebebasan navigasi di jalur pelayaran penting menuju Laut Merah dan Terusan Suez.
Salah satu tugas lainnya adalah untuk mengawasi kapal kargo dari Iran yang mendekati Yaman untuk memastikan bahwa kelompok Houthi tidak mendapatkan pasokan senjata dari Tehran.
Pada Selasa, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengingatkan Iran agar tidak mengirim senjata ke Yaman karena berpotensi dapat mengganggu pelayaran perdagangan di kawasan sekitar.
Perang di Yaman yang telah berlangsung selama empat pekan telah memakan korban tewas sebanyak 944 orang dan korban luka 3.487, demikian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Selasa.
Perwakilan WHO Rana Sidani, menurut laporan Reuters, mengatakan bahwa jumlah tersebut hanya dihitung berdasarkan laporan dari rumah sakit kepada Kementerian Kesehatan setempat. Total korban yang sebenarnya jauh lebih besar.(G005)
☠ Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.