⚓️ Kapal bantu hidro-oceanografi (BHO) KRI Spica, kapal hisro-oseanografi terbaru TNI AL (mer et marine)
TNI Angkatan Laut (TNI AL) menambah alutsista lagi. Kali ini KRI Spica-934, sebuah kapal baru TNI AL jenis survey hidro-oceanografi tercanggih saat ini.
"Kapal tersebut penggunaan secara resmi dilakukan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, di galangan kapal OCEA Shipyard Company, Les Sables d'Olone, Perancis, Sabtu (17/10) lalu," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI M. Zainudin di Jakarta, Rabu (21/10).
Diungkapkan Zainudin, peresmian dilaksanakan melalui prosesi commissioning berupa upacara yang diawali dengan tradisi penamaan kapal atau shipnamming yang dilakukan oleh Ny. Endah Ade Supandi, selaku ibu kandung kapal dengan tata tradisi memecahkan kendi di lambung kapal tersebut sebagai pertanda kelahiran kapal.
Upacara dilanjutkan dengan pernyataan kapal masuk kedalam jajaran kekuatan pertahanan negara Republik Indonesia dengan pernyataan kapal bantu hidro-oceanografi (BHO) yang memiliki peralatan survei hingga ke kedalaman 6.000 meter di bawah permukaan laut ini menjadi sebuah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) bernama KRI Spica-934 yang diambil dari nama salah satu bintang yang menjadi acuan bernavigasi.
KRI Spica-934 adalah kapal surver hirografi canggih kedua yang dimiliki TNI AL setelah KRI Rigel-933 yang juga memiliki spesifikasi teknis yang hamper sama. Dibuat di galangan kapal OCEA Dossier, di Les Sables-d’Olonne, Prancis. Memiliki kecepatan maksimum 14 knots, panjang 60 meter dan bobot kosong 500 ton, mampu menghadapi gelombang laut sampai level sea state six. Mampu menampung 30 awak dan 16 personel tambahan, dan mampu berlayar terus-menerus selama 20 hari.
Seperti halnya Rigel, nama Spica diambil dari nama rasi bintang. Fungsi asasinya sebagai kapal riset dan survey hidrog-oceanografi (Oceanographic Offshore Support Vessel/OSV), namun juga dapat menjalankan peran sebagai kapal patroli, pasalnya kapal dibekali kanon PSU Rheinmetall kaliber 20 mm pada haluan, serta dua pucuk SMB (senapan mesin berat) M2HB kaliber 12,7 mm di geladak buritan.KRI Spica 934 (MartinThouny)
Sebagai elemen inti dari fitur kapal ini adalah perlengkapan penunjang misi oseanografi. Seperti KRI Spica-934 dilengkapi perangkat single beam echo sounder jenis Kongsberg’s EA600 dan multibeam systems EM2040 dan EM302. Lebih canggih lagi, setiap OSV dibekali autonomous underwater vehicle (AUV), perangkat yang kerap disebut ROV (remotely operated vehicle) ini sanggup mengemban misi survei bawah air hingga kedalaman 6.000 meter.
Kasal pada kesempatan tersebut berpesan kepada Komandan KRI Spica-934 dan crew kapal agar mempertahankan kesiapan kondisi teknis kapal sebelum menjalani pelayaran dari Perancis menuju tanah air, memelihara kemampuan dalam memahami peralatan canggih yang ada di kapal dengan memanfaatkan hasil pelatihan selama di Perancis dan bertukar pengalaman dengan tenaga ahli dari galangan. “Kemampuan kapal ini menjadikan kekuatan pertahanan matra laut semakin kokoh dalam menunjang program pemerintah sebagai poros maritim dunia,” ujar Kasal.
Kasal juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak diantaranya pihak galangan OCEA, Komandan Satgas Proyek Pengadaan Kapal BHO TNI AL Kolonel Laut (P) Budi Purwanto dan jajaran satgas yang telah mengawasi jalannya pembangunan kapal, dan memberi masukan kepada pihak galangan serta melatih awak kapal dan juga kepada pihak KBRI yg dihadiri oleh Wakil Kepala Perwakilan RI dan Kantor Atase Pertahanan yg diwakili oleh Kolonel CZI Jaka Tandang maupun masyarakat Indonesia di Perancis yang membuat satgas dan crew kapal mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar selama beberapa tahun berada di Perancis.
Diperkirakan KRI Spica-934 akan tiba di Jakarta dalam pelayarannya dari Perancis pada pertengahan bulan November 2015 mendatang, setelah singgah di beberapa negara untuk bekal ulang.
TNI Angkatan Laut (TNI AL) menambah alutsista lagi. Kali ini KRI Spica-934, sebuah kapal baru TNI AL jenis survey hidro-oceanografi tercanggih saat ini.
"Kapal tersebut penggunaan secara resmi dilakukan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi, di galangan kapal OCEA Shipyard Company, Les Sables d'Olone, Perancis, Sabtu (17/10) lalu," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI M. Zainudin di Jakarta, Rabu (21/10).
Diungkapkan Zainudin, peresmian dilaksanakan melalui prosesi commissioning berupa upacara yang diawali dengan tradisi penamaan kapal atau shipnamming yang dilakukan oleh Ny. Endah Ade Supandi, selaku ibu kandung kapal dengan tata tradisi memecahkan kendi di lambung kapal tersebut sebagai pertanda kelahiran kapal.
Upacara dilanjutkan dengan pernyataan kapal masuk kedalam jajaran kekuatan pertahanan negara Republik Indonesia dengan pernyataan kapal bantu hidro-oceanografi (BHO) yang memiliki peralatan survei hingga ke kedalaman 6.000 meter di bawah permukaan laut ini menjadi sebuah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) bernama KRI Spica-934 yang diambil dari nama salah satu bintang yang menjadi acuan bernavigasi.
KRI Spica-934 adalah kapal surver hirografi canggih kedua yang dimiliki TNI AL setelah KRI Rigel-933 yang juga memiliki spesifikasi teknis yang hamper sama. Dibuat di galangan kapal OCEA Dossier, di Les Sables-d’Olonne, Prancis. Memiliki kecepatan maksimum 14 knots, panjang 60 meter dan bobot kosong 500 ton, mampu menghadapi gelombang laut sampai level sea state six. Mampu menampung 30 awak dan 16 personel tambahan, dan mampu berlayar terus-menerus selama 20 hari.
Seperti halnya Rigel, nama Spica diambil dari nama rasi bintang. Fungsi asasinya sebagai kapal riset dan survey hidrog-oceanografi (Oceanographic Offshore Support Vessel/OSV), namun juga dapat menjalankan peran sebagai kapal patroli, pasalnya kapal dibekali kanon PSU Rheinmetall kaliber 20 mm pada haluan, serta dua pucuk SMB (senapan mesin berat) M2HB kaliber 12,7 mm di geladak buritan.KRI Spica 934 (MartinThouny)
Sebagai elemen inti dari fitur kapal ini adalah perlengkapan penunjang misi oseanografi. Seperti KRI Spica-934 dilengkapi perangkat single beam echo sounder jenis Kongsberg’s EA600 dan multibeam systems EM2040 dan EM302. Lebih canggih lagi, setiap OSV dibekali autonomous underwater vehicle (AUV), perangkat yang kerap disebut ROV (remotely operated vehicle) ini sanggup mengemban misi survei bawah air hingga kedalaman 6.000 meter.
Kasal pada kesempatan tersebut berpesan kepada Komandan KRI Spica-934 dan crew kapal agar mempertahankan kesiapan kondisi teknis kapal sebelum menjalani pelayaran dari Perancis menuju tanah air, memelihara kemampuan dalam memahami peralatan canggih yang ada di kapal dengan memanfaatkan hasil pelatihan selama di Perancis dan bertukar pengalaman dengan tenaga ahli dari galangan. “Kemampuan kapal ini menjadikan kekuatan pertahanan matra laut semakin kokoh dalam menunjang program pemerintah sebagai poros maritim dunia,” ujar Kasal.
Kasal juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak diantaranya pihak galangan OCEA, Komandan Satgas Proyek Pengadaan Kapal BHO TNI AL Kolonel Laut (P) Budi Purwanto dan jajaran satgas yang telah mengawasi jalannya pembangunan kapal, dan memberi masukan kepada pihak galangan serta melatih awak kapal dan juga kepada pihak KBRI yg dihadiri oleh Wakil Kepala Perwakilan RI dan Kantor Atase Pertahanan yg diwakili oleh Kolonel CZI Jaka Tandang maupun masyarakat Indonesia di Perancis yang membuat satgas dan crew kapal mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar selama beberapa tahun berada di Perancis.
Diperkirakan KRI Spica-934 akan tiba di Jakarta dalam pelayarannya dari Perancis pada pertengahan bulan November 2015 mendatang, setelah singgah di beberapa negara untuk bekal ulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.