Pesawat angkut militer C-17. (Ist) ★
Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya TNI Angkatan Udara masih mengandalkan dua skuadron pesawat angkut lawas jenis Hercules sebagai tulang punggung pengiriman logistik ke daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia. Padahal, pesawat tersebut sudah berumur lebih dari 50 tahun dan di negara lain sudah lama dimuseumkan.
Pascamusibah jatuhnye Hercules di Medan, Sumatera Utara, banyak dorongan agar TNI meng-grounded pesawat-pesawat lawas. Tujuannya, selain untuk meminimalisir kejadian serupa juga untuk peremajaan dan penguatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) nasional.
Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Djundan Eko Bintoro, menegaskan, rencana untuk menggantikan peran pesawat angkut jenis Hercules sudah ada dalam rencana strategis (Renstra) dua 2015-2019.
“Pada renstra dua 2015-2019 akan ada perkuatan dengan memperbaharui skuadron angkut dengan pesawat (Airbus) A400 atau C17,” kata Djundan, Kamis (2/7).
Seperti halnya Hercules, Pesawat Airbus A400 merupakan pesawat angkut militer yang juga bermesin empat turboprop. Pesawat tersebut pertamakali melakukan penerbangan uji coba perdana di Sevilla, Spanyol pada akhir 2009 lalu. Pesawat ini dirancang oleh divisi militer Airbus untuk mengganti atau melengkapi pesawat yang digunakan dalam peran angkutan udara taktis.
Sedangkan pesawat jenis C-17 merupakan sebuah pesawat angkut militer Amerika Serikat yang diproduksi oleh Boeing Integrated Defense Systems dan sudah dioperasikan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, Angkatan Udara Britania Raya dan Angkatan Udara Australia.
Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya TNI Angkatan Udara masih mengandalkan dua skuadron pesawat angkut lawas jenis Hercules sebagai tulang punggung pengiriman logistik ke daerah-daerah terpencil di seluruh Indonesia. Padahal, pesawat tersebut sudah berumur lebih dari 50 tahun dan di negara lain sudah lama dimuseumkan.
Pascamusibah jatuhnye Hercules di Medan, Sumatera Utara, banyak dorongan agar TNI meng-grounded pesawat-pesawat lawas. Tujuannya, selain untuk meminimalisir kejadian serupa juga untuk peremajaan dan penguatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) nasional.
Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Djundan Eko Bintoro, menegaskan, rencana untuk menggantikan peran pesawat angkut jenis Hercules sudah ada dalam rencana strategis (Renstra) dua 2015-2019.
“Pada renstra dua 2015-2019 akan ada perkuatan dengan memperbaharui skuadron angkut dengan pesawat (Airbus) A400 atau C17,” kata Djundan, Kamis (2/7).
Seperti halnya Hercules, Pesawat Airbus A400 merupakan pesawat angkut militer yang juga bermesin empat turboprop. Pesawat tersebut pertamakali melakukan penerbangan uji coba perdana di Sevilla, Spanyol pada akhir 2009 lalu. Pesawat ini dirancang oleh divisi militer Airbus untuk mengganti atau melengkapi pesawat yang digunakan dalam peran angkutan udara taktis.
Sedangkan pesawat jenis C-17 merupakan sebuah pesawat angkut militer Amerika Serikat yang diproduksi oleh Boeing Integrated Defense Systems dan sudah dioperasikan oleh Angkatan Udara Amerika Serikat, Angkatan Udara Britania Raya dan Angkatan Udara Australia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.