Presiden Jokowi di atas Kapal Perang KRI Imam Bonjol (Biro Pers Setpres)
Presiden Joko Widodo langsung memimpin rapat terbatas di atas Kapal Perang KRI Imam Bonjol, Kamis (23/6/2016). Kunjungan Presiden di perairan Natuna terjadi setelah sempat memanasnya situasi perairan dengan beberapa insiden kapal penjaga pantai dan nelayan Tiongkok.
Adapun Kapal Perang KRI Imam Bonjol 383 adalah kapal yang sebelumnya menyergap kapal nelayan Tiongkok di perairan Natuna, Jumat (17/6/2016). Dalam insiden ini Beijing justru menuduh aparat Indonesia melakukan penembakan sehingga seorang nelayan Tiongkok terluka. TNI Al membantah keras melakukan penembakan justru kapal nelayan Tiongkok nekat menabrakan diri dan kapal penjaga pantai Tiongkok melakukan provokasi.
Jokowi dalam rapat terbatas di atas kapal perang itu, bahkan memikirkan akan mengalihkan nelayan-nelayan Indonesia yang melaut di perairan Jawa karena dinilai melebihi kapasitas. Presiden memikirkan rencana tersebut daripada sumber daya kekayaan laut Indonesia dimanfaatkan oleh nelayan asing.
Aksi Jokowi ternyata menjadi sorotan berbagai media internasional di dunia. Majalah “Time” melalui versi online menulis dengan judul “Indonesian President Jokowi Visits the Natuna Islands to Send a Strong Signal to China.” Time menulis tentang rapat Presiden Jokowi di tengah suasana insiden perairan Natuna. Sedangkan International Bussines Times UK menulis dengan judul “Indonesian leader visits South China Sea islands on warship.“
Laporan serupa ditulis oleh Japan Times dengan judul “Indonesia leader, top execs visit Natuna isles in warship” Japan Times juga menulis tentang insiden dengan Tiongkok yang mengklaim memiliki peta perairan Natuna yang tak diakui pemerintah Indonesia. Tulisan yang ditulis Washington Post melaporkan “Indonesian president visits Natuna in South China Sea” dengan foto Jokowi berada dalam kemudi KRI Imam Bonjol.
Sementara The Sydney Morning Herald menulis dengan judul “Indonesian president’s visit to Natuna Islands sends waters warning to China.” Media Australia ini juga menulis tentang protes keras Tiongkok tentang tuduhan adanya ABK nelayan Tiongkok yang ditembak. Media Australia lainnya menulis, ABC Online melaporkan dengan judul South China Sea: Indonesian leader visits Natuna Islands amid growing tensions.
Media negara tetangga Filipina juga menurunkan laporannya tentang kunjungan Presiden Jokowi di perairan Natuna. Inquirer menurunkan laporan dengan judul Indonesian leader stands up to China, visits isles off clash site. Hal serupa juga ditulis oleh The Manila Times dengan judul Indonesian leader visits South China Sea islands on warship.
Insiden di perairan Natuna, tak hanya kali ini. Sebelumnya KRI Oswald Siahaan-354 juga berhasil menangkap kapal nelayan Tiongkok yang juga melakukan aksi pencurian ikan di wilayah perairan yang sama.
Bahkan kapal pencuri ikan asal Tiongkok KM Kway Fey 10078 berbobot 300 GT sejatinya dikejar oleh Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 di perairan Natuna, namun melarikan diri dengan cara zig zag, Sabtu (19/3/2016). Upaya Hiu II tak berjalan mulus karena arogansi kapal penjaga pantai atau coast guard Tiongkok hingga sempat terjadi tembakan dan ancaman.
Pada 2013 lalu, KP Hiu Macan 001 menghentikan KIA RRC 58081 sedang menangkap ikan dengan trawl. Namun demikian, dihalangi kapal patroli RRC 310. Kapal patroli Tiongkok ini meminta kapal pencuri ikan itu dilepaskan hingga akhirnya dilepaskan oleh KP Hiu Macan 001. (asr)
Presiden Joko Widodo langsung memimpin rapat terbatas di atas Kapal Perang KRI Imam Bonjol, Kamis (23/6/2016). Kunjungan Presiden di perairan Natuna terjadi setelah sempat memanasnya situasi perairan dengan beberapa insiden kapal penjaga pantai dan nelayan Tiongkok.
Adapun Kapal Perang KRI Imam Bonjol 383 adalah kapal yang sebelumnya menyergap kapal nelayan Tiongkok di perairan Natuna, Jumat (17/6/2016). Dalam insiden ini Beijing justru menuduh aparat Indonesia melakukan penembakan sehingga seorang nelayan Tiongkok terluka. TNI Al membantah keras melakukan penembakan justru kapal nelayan Tiongkok nekat menabrakan diri dan kapal penjaga pantai Tiongkok melakukan provokasi.
Jokowi dalam rapat terbatas di atas kapal perang itu, bahkan memikirkan akan mengalihkan nelayan-nelayan Indonesia yang melaut di perairan Jawa karena dinilai melebihi kapasitas. Presiden memikirkan rencana tersebut daripada sumber daya kekayaan laut Indonesia dimanfaatkan oleh nelayan asing.
Aksi Jokowi ternyata menjadi sorotan berbagai media internasional di dunia. Majalah “Time” melalui versi online menulis dengan judul “Indonesian President Jokowi Visits the Natuna Islands to Send a Strong Signal to China.” Time menulis tentang rapat Presiden Jokowi di tengah suasana insiden perairan Natuna. Sedangkan International Bussines Times UK menulis dengan judul “Indonesian leader visits South China Sea islands on warship.“
Laporan serupa ditulis oleh Japan Times dengan judul “Indonesia leader, top execs visit Natuna isles in warship” Japan Times juga menulis tentang insiden dengan Tiongkok yang mengklaim memiliki peta perairan Natuna yang tak diakui pemerintah Indonesia. Tulisan yang ditulis Washington Post melaporkan “Indonesian president visits Natuna in South China Sea” dengan foto Jokowi berada dalam kemudi KRI Imam Bonjol.
Sementara The Sydney Morning Herald menulis dengan judul “Indonesian president’s visit to Natuna Islands sends waters warning to China.” Media Australia ini juga menulis tentang protes keras Tiongkok tentang tuduhan adanya ABK nelayan Tiongkok yang ditembak. Media Australia lainnya menulis, ABC Online melaporkan dengan judul South China Sea: Indonesian leader visits Natuna Islands amid growing tensions.
Media negara tetangga Filipina juga menurunkan laporannya tentang kunjungan Presiden Jokowi di perairan Natuna. Inquirer menurunkan laporan dengan judul Indonesian leader stands up to China, visits isles off clash site. Hal serupa juga ditulis oleh The Manila Times dengan judul Indonesian leader visits South China Sea islands on warship.
Insiden di perairan Natuna, tak hanya kali ini. Sebelumnya KRI Oswald Siahaan-354 juga berhasil menangkap kapal nelayan Tiongkok yang juga melakukan aksi pencurian ikan di wilayah perairan yang sama.
Bahkan kapal pencuri ikan asal Tiongkok KM Kway Fey 10078 berbobot 300 GT sejatinya dikejar oleh Kapal Pengawas (KP) Hiu 11 di perairan Natuna, namun melarikan diri dengan cara zig zag, Sabtu (19/3/2016). Upaya Hiu II tak berjalan mulus karena arogansi kapal penjaga pantai atau coast guard Tiongkok hingga sempat terjadi tembakan dan ancaman.
Pada 2013 lalu, KP Hiu Macan 001 menghentikan KIA RRC 58081 sedang menangkap ikan dengan trawl. Namun demikian, dihalangi kapal patroli RRC 310. Kapal patroli Tiongkok ini meminta kapal pencuri ikan itu dilepaskan hingga akhirnya dilepaskan oleh KP Hiu Macan 001. (asr)
♖ erabaru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.