Ilustrasi aparat kepolisian mengamankan lokasi penemuan bahan peledak. [ANTARA FOTO/Lucky R] ☆
Polri menyatakan Rio Priatna Wibawa, terduga teroris yang ditangkap di Majalengka, Jawa Barat, mempunyai kemampuan membuat bahan peledak berdaya rusak tiga kali lebih besar dibandingkan bom Bali.
"Bom Bali itu bahannya masih low explosive. Kalau ini, TNT bisa 2,5 kali kekuatan bom Bali 2002 atau 2005. RDX bisa 3, 2 kali kekuatan bom Bali," kata seorang petugas laboratorium forensik yang identitasnya dirahasiakan, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (25/11).
Kepolisian menemuikan RDX (research deparment formula X) dan TNT (trinitrotoluena) ketika menggeledah rumah Rio. Polri menyebut Rio mampu membuat bahan-bahan peledak di laboratorium yang dia buat sendiri.
"Kali ini ada seseorang yang punya laboratorium sedemikian bagus. Kami belum menemukan banyak, jadi ini skala laboratorium. Tapi kuncinya, kalau dia berhasil, dia mungkin bisa membuat dalam skala lebih banyak, mungkin (bom) mobil," ujar petugas forensik itu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Komisaris Besar Rikwanto menyebut Rio, yang diduga berjejaring dengan ISIS sel Bahrun Naim, merencanakan aksi di sejumlah objek vital. Ia berkata, kemampuan dan wacana teror Rio merupakan peringatan untuk Detasemen Khusus 88.
"Pada waktunya, sasarannya kompleks DPR/MPR, Mabes Polri, Mako Brimob, kedutaan besar, tempat ibadah, kafe dan stasiun televisi," ujarnya.
Bahan peledak yang dibuat Rio, kata Rikwanto, disalurkan berdasarkan pesanan tertentu dari jaringan teroris yang ada di sekitar Jawa dan Sumatera. Sejauh ini, benda-benda tersebut belum sempat diedarkan.
Tak tamat kuliah
Rio, 24 tahun, ditangkap di Majalengka, Rabu pekan ini. Rikwanto berkata, Rio pernah menimba ilmu pertanian di salah satu perguruan tinggi, namun tidak tamat.
Pada saat itulah, kata Rikwanto, Rio mempelajari ilmu kimia. Rio mengaplikasikan ilmunya setelah mengenal paham radikal.
"Yang bersangkutan teradikalisasi secara aktif dengan membaca buku dan artikel Aman Abdurahman tentang thoghut dan sebagainya," kata Rikwanto.
Selain itu, cara membuat bahan peledak juga dia pelajari sendiri lewat internet. Secara spesifik, Rikwanto menyebut Google dan YouTube sebagai sumber ilmu Rio membuat senjata pembunuh.
"Yang bersangkutan mencoba membuat ramuan kimia yang bisa dijadikan bom. Tinggal ditambah paku dan gotri, bisa mengakibatkan dampak yang dahsyat," kata Rikwanto.
Sementara itu, dana dia dapatkan dari warga Indonesia yang berada di luar negeri, yakni di Arab Saudi, Taiwan dan Filippina. "Mereka bekerja sebagai TKI di negara-negara tersebut," ujar Rikwanto. (abm/obs)
Polri menyatakan Rio Priatna Wibawa, terduga teroris yang ditangkap di Majalengka, Jawa Barat, mempunyai kemampuan membuat bahan peledak berdaya rusak tiga kali lebih besar dibandingkan bom Bali.
"Bom Bali itu bahannya masih low explosive. Kalau ini, TNT bisa 2,5 kali kekuatan bom Bali 2002 atau 2005. RDX bisa 3, 2 kali kekuatan bom Bali," kata seorang petugas laboratorium forensik yang identitasnya dirahasiakan, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (25/11).
Kepolisian menemuikan RDX (research deparment formula X) dan TNT (trinitrotoluena) ketika menggeledah rumah Rio. Polri menyebut Rio mampu membuat bahan-bahan peledak di laboratorium yang dia buat sendiri.
"Kali ini ada seseorang yang punya laboratorium sedemikian bagus. Kami belum menemukan banyak, jadi ini skala laboratorium. Tapi kuncinya, kalau dia berhasil, dia mungkin bisa membuat dalam skala lebih banyak, mungkin (bom) mobil," ujar petugas forensik itu.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Komisaris Besar Rikwanto menyebut Rio, yang diduga berjejaring dengan ISIS sel Bahrun Naim, merencanakan aksi di sejumlah objek vital. Ia berkata, kemampuan dan wacana teror Rio merupakan peringatan untuk Detasemen Khusus 88.
"Pada waktunya, sasarannya kompleks DPR/MPR, Mabes Polri, Mako Brimob, kedutaan besar, tempat ibadah, kafe dan stasiun televisi," ujarnya.
Bahan peledak yang dibuat Rio, kata Rikwanto, disalurkan berdasarkan pesanan tertentu dari jaringan teroris yang ada di sekitar Jawa dan Sumatera. Sejauh ini, benda-benda tersebut belum sempat diedarkan.
Tak tamat kuliah
Rio, 24 tahun, ditangkap di Majalengka, Rabu pekan ini. Rikwanto berkata, Rio pernah menimba ilmu pertanian di salah satu perguruan tinggi, namun tidak tamat.
Pada saat itulah, kata Rikwanto, Rio mempelajari ilmu kimia. Rio mengaplikasikan ilmunya setelah mengenal paham radikal.
"Yang bersangkutan teradikalisasi secara aktif dengan membaca buku dan artikel Aman Abdurahman tentang thoghut dan sebagainya," kata Rikwanto.
Selain itu, cara membuat bahan peledak juga dia pelajari sendiri lewat internet. Secara spesifik, Rikwanto menyebut Google dan YouTube sebagai sumber ilmu Rio membuat senjata pembunuh.
"Yang bersangkutan mencoba membuat ramuan kimia yang bisa dijadikan bom. Tinggal ditambah paku dan gotri, bisa mengakibatkan dampak yang dahsyat," kata Rikwanto.
Sementara itu, dana dia dapatkan dari warga Indonesia yang berada di luar negeri, yakni di Arab Saudi, Taiwan dan Filippina. "Mereka bekerja sebagai TKI di negara-negara tersebut," ujar Rikwanto. (abm/obs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.