⍟ Diduga Milik SingapuraAV81 Terrex di Hong Kong. [TNI AD]☆
Media di Hong Kong ramai memberitakan penyitaan sejumlah alutsista panser beroda ban 8×8 dari kapal kargo dengan rute Kaohsiung (Taiwan) – Singapura yang dilakukan pada malam hari 23/11/16 di pelabuhan peti kemas Kwai Chung. Sebanyak 12 unit panser 8×8 yang ditutup terpal kanvas berwarna abu-abu dan biru kini ditahan dan dijaga oleh petugas bea cukai Hong Kong, yang konon juga menemukan sejumlah amunisi atau bahan peledak yang dikapalkan bersama panser-panser tersebut.
Menurut hukum yang berlaku di Hong Kong, segala pengiriman baik ekspor maupun impor senjata masuk kategori barang yang harus diawasi, dan oleh karena itu forwarder dan pengirim harus memiliki lisensi khusus untuk memasukkan dan mengeluarkan barang dari atas kapal. Permasalahannya kemudian, bagaimana kejadiannya sehingga panser-panser tersebut diturunkan di Hong Kong yang ada di bawah kekuasaan Tiongkok? Apakah ini murni kesalahan pihak forwarder yang ceroboh menurunkan kargo berisi panser, yang seharusnya tetap berada di atas kapal ketika kapal kargo sandar dan menurunkan peti kemas dan barang lainnya? Ataukah ada suatu operasi khusus dari pihak Tiongkok yang menyasar transshipment kargo khusus dalam perjalanan ini?
Yang jelas, ketika terpal penutup dibuka, sosok panser 8×8 yang tersimpan di bawahnya tak kalah mengejutkan ketika tersingkap: dengan bentuk yang khas moncong hiu dan warna abu-abu, sulit untuk mengatakan kalau panser yang disita tersebut bukanlah AV-81 Terrex milik AD Singapura. Lalu kenapa panser-panser itu bisa datang dari Taiwan yang jauh letaknya dari negara pulau tersebut?
AV81 Terrex.
Jawabannya mungkin ada pada program Starlight yang awalnya merupakan program rahasia Angkatan Bersenjata Singapura pada dekade 1970an dan sekarang boleh dikata sudah menjadi rahasia umum. Berdasarkan program ini, AD Singapura menempatkan sejumlah alutsistanya di Taiwan dan mengirim prajurit-prajuritnya ke negeri pulau tersebut secara berkala untuk rotasi dan berlatih.
Singapura dengan keterbatasan lahan, memang tak punya banyak pilihan, dan sedikit pula negara yang mau membukakan pintunya untuk militer negara lain berlatih karena mudah jadi isu sensitif. Di Taiwan pula konon Singapura menempatkan tank Centurion yang diberi nama lokal Tempest, menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang mengoperasikan tank berukuran besar.
Yang jelas, insiden ini membawa implikasi besar bagi Singapura. Yang pertama jelas hal ini merupakan insiden diplomatik yang akan memeras waktu dan sumber daya untuk menyelesaikannya, terutama agar urusannya tidak panjang lebar dan menyerempet urusan hukum dan hubungan diplomatik antara Singapura dan Tiongkok. Yang kedua, yang lebih strategis, adalah bagaimana menjaga agar teknologi AV81 Terrex yang dibuat dengan teknologi canggih dari segi proteksi dan elektronik, tidak jatuh ke tangan asing selama panser-panser tersebut ditahan di pelabuhan Kwai Chung. Dengan kemampuan menirunya yang masif, siapa berani jamin kalau Tiongkok tidak akan ‘mendalami’ panser tercanggih di Asia Tenggara ini?
Author: Aryo Nugroho
Media di Hong Kong ramai memberitakan penyitaan sejumlah alutsista panser beroda ban 8×8 dari kapal kargo dengan rute Kaohsiung (Taiwan) – Singapura yang dilakukan pada malam hari 23/11/16 di pelabuhan peti kemas Kwai Chung. Sebanyak 12 unit panser 8×8 yang ditutup terpal kanvas berwarna abu-abu dan biru kini ditahan dan dijaga oleh petugas bea cukai Hong Kong, yang konon juga menemukan sejumlah amunisi atau bahan peledak yang dikapalkan bersama panser-panser tersebut.
Menurut hukum yang berlaku di Hong Kong, segala pengiriman baik ekspor maupun impor senjata masuk kategori barang yang harus diawasi, dan oleh karena itu forwarder dan pengirim harus memiliki lisensi khusus untuk memasukkan dan mengeluarkan barang dari atas kapal. Permasalahannya kemudian, bagaimana kejadiannya sehingga panser-panser tersebut diturunkan di Hong Kong yang ada di bawah kekuasaan Tiongkok? Apakah ini murni kesalahan pihak forwarder yang ceroboh menurunkan kargo berisi panser, yang seharusnya tetap berada di atas kapal ketika kapal kargo sandar dan menurunkan peti kemas dan barang lainnya? Ataukah ada suatu operasi khusus dari pihak Tiongkok yang menyasar transshipment kargo khusus dalam perjalanan ini?
Yang jelas, ketika terpal penutup dibuka, sosok panser 8×8 yang tersimpan di bawahnya tak kalah mengejutkan ketika tersingkap: dengan bentuk yang khas moncong hiu dan warna abu-abu, sulit untuk mengatakan kalau panser yang disita tersebut bukanlah AV-81 Terrex milik AD Singapura. Lalu kenapa panser-panser itu bisa datang dari Taiwan yang jauh letaknya dari negara pulau tersebut?
AV81 Terrex.
Jawabannya mungkin ada pada program Starlight yang awalnya merupakan program rahasia Angkatan Bersenjata Singapura pada dekade 1970an dan sekarang boleh dikata sudah menjadi rahasia umum. Berdasarkan program ini, AD Singapura menempatkan sejumlah alutsistanya di Taiwan dan mengirim prajurit-prajuritnya ke negeri pulau tersebut secara berkala untuk rotasi dan berlatih.
Singapura dengan keterbatasan lahan, memang tak punya banyak pilihan, dan sedikit pula negara yang mau membukakan pintunya untuk militer negara lain berlatih karena mudah jadi isu sensitif. Di Taiwan pula konon Singapura menempatkan tank Centurion yang diberi nama lokal Tempest, menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang mengoperasikan tank berukuran besar.
Yang jelas, insiden ini membawa implikasi besar bagi Singapura. Yang pertama jelas hal ini merupakan insiden diplomatik yang akan memeras waktu dan sumber daya untuk menyelesaikannya, terutama agar urusannya tidak panjang lebar dan menyerempet urusan hukum dan hubungan diplomatik antara Singapura dan Tiongkok. Yang kedua, yang lebih strategis, adalah bagaimana menjaga agar teknologi AV81 Terrex yang dibuat dengan teknologi canggih dari segi proteksi dan elektronik, tidak jatuh ke tangan asing selama panser-panser tersebut ditahan di pelabuhan Kwai Chung. Dengan kemampuan menirunya yang masif, siapa berani jamin kalau Tiongkok tidak akan ‘mendalami’ panser tercanggih di Asia Tenggara ini?
Author: Aryo Nugroho
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.