KRI Kujang 642 [Top 81] ♆
Tingginya eskalasi ancaman kedaulatan laut di perairan perbatasan Indonesia di Laut Tiongkok Selatan, dan klaim Tiongkok terhadap perairan Laut Tiongkok Selatan, TNI AL akan mengelar latihan perang bersinergi dengan TNI AU di perairan Pulau Natuna, bagian utara wilayah laut Provinsi Kalimantan Barat, Kamis (27/8/2015).
"Latihan perang ini dilakukan secara gabungan dan sinergi dengan TNI AU terutama Lanud Supadio Pontianak, dimana nanti tak hanya tiga kapal perang TNI AL yang dilibatkan namun juga skuadron Elang Khatulistiwa di Lanud Supadio Pontianak," kata Kepala Asiten Operasi TNI AL, Kolonel Laut (P) Bambang S kepada detikcom di Lantamal XII Pontianak, Selasa (25/8/2015).
Latihan perang digelar bersamaan dengan munculnya masalah hubungan Indonesia-Malaysia terkait perairan Temajuk, Kabupaten Sambas, yang diklaim oleh Malaysia. Malaysia mendirikan menara suar di perairan itu.
"Kita harus siap terhadap segala ancaman, karena kita tidak ingin kasus hilangnya Sipadan dan Ligitan terulang," tegasnya.
Skenario latihan perang ini dipadukan antara kekuatan militer laut dan udara. "Secara rinci skenario belum diketahui, tapi yang jelas latihan perang ini melibatkan unsur kekuatan TNI AL dan TNI AU," tambah Komandan Satuan Keamanan Laut, Mayor Laut M. Homsin.
Homsin menjelaskan latihan bersama ini melibatkan tiga KRI yakni KRI Kujang 642 dan KRI Sembilang 850 yang bertolak dari Batam menuju ke perairan sekitar Natuna. Sementara KRI Silas Papare 386 bertolak dari Pontianak pada esok, Rabu (26/8/2015) menuju ke perairan Natuna dari Lantamal XII Pontianak.
"Dalam skenario nanti KRI Silas Papare buatan Jerman dijadikan sebagai kapal asing yang memasuki perairan Indonesia, sementara dua KRI yakni Kujang dan Sembilang melakukan operasi penyergapan di wilayah ALKI Satu perairan Natuna," jelas Homsin.
Setelah melakukan penyergapan ini, dua KRI melakukan kontak ke Pusat Komando untuk melakukan langkah-langkah dan tindakan nyata.
"Apabila dalam operasi penyergapan dua KRI ini tidak mampu mengatasi ancaman dari kapal asing, maka dua KRI akan meminta bantuan ke TNI AU dengan meminta dukungan operasi udara menggunakan pesawat tempur Hawk dari Lanud Supadio Pontianak," ujarnya.
Latihan bersama terintegrasi ini untuk meningkatkan kesiapan TNI AL dan TNI AU terhadap ancaman kedaulatan maritim Indonesia yang berada di perbatasan dengan negara lain, termasuk klaim Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan dan ilegal fishing di perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI). (try/try)
Tingginya eskalasi ancaman kedaulatan laut di perairan perbatasan Indonesia di Laut Tiongkok Selatan, dan klaim Tiongkok terhadap perairan Laut Tiongkok Selatan, TNI AL akan mengelar latihan perang bersinergi dengan TNI AU di perairan Pulau Natuna, bagian utara wilayah laut Provinsi Kalimantan Barat, Kamis (27/8/2015).
"Latihan perang ini dilakukan secara gabungan dan sinergi dengan TNI AU terutama Lanud Supadio Pontianak, dimana nanti tak hanya tiga kapal perang TNI AL yang dilibatkan namun juga skuadron Elang Khatulistiwa di Lanud Supadio Pontianak," kata Kepala Asiten Operasi TNI AL, Kolonel Laut (P) Bambang S kepada detikcom di Lantamal XII Pontianak, Selasa (25/8/2015).
Latihan perang digelar bersamaan dengan munculnya masalah hubungan Indonesia-Malaysia terkait perairan Temajuk, Kabupaten Sambas, yang diklaim oleh Malaysia. Malaysia mendirikan menara suar di perairan itu.
"Kita harus siap terhadap segala ancaman, karena kita tidak ingin kasus hilangnya Sipadan dan Ligitan terulang," tegasnya.
Skenario latihan perang ini dipadukan antara kekuatan militer laut dan udara. "Secara rinci skenario belum diketahui, tapi yang jelas latihan perang ini melibatkan unsur kekuatan TNI AL dan TNI AU," tambah Komandan Satuan Keamanan Laut, Mayor Laut M. Homsin.
Homsin menjelaskan latihan bersama ini melibatkan tiga KRI yakni KRI Kujang 642 dan KRI Sembilang 850 yang bertolak dari Batam menuju ke perairan sekitar Natuna. Sementara KRI Silas Papare 386 bertolak dari Pontianak pada esok, Rabu (26/8/2015) menuju ke perairan Natuna dari Lantamal XII Pontianak.
"Dalam skenario nanti KRI Silas Papare buatan Jerman dijadikan sebagai kapal asing yang memasuki perairan Indonesia, sementara dua KRI yakni Kujang dan Sembilang melakukan operasi penyergapan di wilayah ALKI Satu perairan Natuna," jelas Homsin.
Setelah melakukan penyergapan ini, dua KRI melakukan kontak ke Pusat Komando untuk melakukan langkah-langkah dan tindakan nyata.
"Apabila dalam operasi penyergapan dua KRI ini tidak mampu mengatasi ancaman dari kapal asing, maka dua KRI akan meminta bantuan ke TNI AU dengan meminta dukungan operasi udara menggunakan pesawat tempur Hawk dari Lanud Supadio Pontianak," ujarnya.
Latihan bersama terintegrasi ini untuk meningkatkan kesiapan TNI AL dan TNI AU terhadap ancaman kedaulatan maritim Indonesia yang berada di perbatasan dengan negara lain, termasuk klaim Tiongkok terhadap Laut Tiongkok Selatan dan ilegal fishing di perairan Zona Ekonomi Eklusif Indonesia (ZEEI). (try/try)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.