Menyoroti Tingkat Profesionalisme Kopassus Grup 81 dan Special Air Service Regiment (SASR) Dawn Komodo 2015 (DK15) adalah sebuah latihan bersama (latma) antara pasukan Kopassus Grup 81 (Gultor) dan Special Air Service Regiment (SASR). Dilaksanakan untuk pertama kalinya pada tahun 1993, latma tahunan tersebut merupakan sebuah komponen yang semakin penting di dalam kedua satuan pasukan khusus tersebut. Tahun ini, Latma Dawn Komodo diikutsertai oleh lebih dari 100 pasukan – jumlah yang cukup besar, dan mendekati skala dari episode DK terbesar pada tahun 2010 (Bali) dan 2011 (Banten / Pulau Seribu).
Skenario DK15 berdasarkan operasi Gultor (penaggulangan teror) di kawasan Asia Tenggara. Staf markas stagas di bidang intelijen dan operasi bekerjasama untuk menangani dan mengatasi sebuah ancaman teror. Sementara itu, para pasukan (bintara dan tamtama) melaksanakan serangkaian pelatihan yang khas gultor. Kegiatan tersebut termasuk pelatihan tembak bersama, masuk gedung dengan berbagai cara dan penyelidikan forensik.
Kegiatan pelatihan tersebut memuncak dengan adanya Full Mission Profile serangan terhadap sebuah sarang teroris. Pasukan dari Kopassus Grup 81 (didukung oleh pasukan SASR) ditugaskan ‘membersihkan’ lokasi itu sambil menyelamatkan beberapa sandera. Setelah menerima perintah, Kopassus Grup 81 dan SASR menyatukan kekuatan masing-masing dan mencapai tujuan dengan sangat berhasil. Beberapa perwira tinggi Australia turut ikut meninjau pelaksanaan DK15, sebagaimana telah menjadi tradisi sejak sekian tahun yang lalu (mirip dengan kunker rombongan Danjen Kopassus ke Australia saat latma Dawn Kookoburra dilaksanakan setiap tahun juga). Komandan Operasi Khusus Australia, MAYJEN Jeff Sengleman sempat mengunjungi lapangan pelatihan untuk menyaksikan kegiatan sambil berbicara dengan pasukan Kopassus dan SASR. Danyon dan Sersan Mayor SASR juga menyaksikan serangan terakhir dan mengikutsertai upacara penutupan pelatihan.
Dapat dikatakan bahwa perbedaan budaya dan bahasa, prosedur tetap (protap) dan cara pelatihan merupakan hal-hal rumit yang berhasil diatasi selama DK15 berlangsung, mengingat juga sejarah panjang kermamil Kopassus-SASR sehingga dapat dikatakan tidak asing lagi satu sama lain, khususnya karena kedua satuan telah memelihara cukup banyak juru jahasa baik penutur Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Ditambah dengan profesionalisme tinggi yang ciri khas di Kopassus dan SASR maka keberhasilan DK15 terwujud dengan baik. Inilah yang menunjukkan nilai seri Latma Dawn Komodo / Kookaburra secara menyeluruh, yaitu sebuah kontinuum kermamil bidang gultormil yang terbuka dan inovatif, memberikan platform untuk sharing, mengukur kekuatan dan kekurangan diri sendiri (dan satu sama lain), lalu berlanjut bersama dengan tujuan mencapai keunggulan dalam kemampuan mengatasi aksi teror kapan saja dipanggil oleh pemerintah masing-masing.
Skenario DK15 berdasarkan operasi Gultor (penaggulangan teror) di kawasan Asia Tenggara. Staf markas stagas di bidang intelijen dan operasi bekerjasama untuk menangani dan mengatasi sebuah ancaman teror. Sementara itu, para pasukan (bintara dan tamtama) melaksanakan serangkaian pelatihan yang khas gultor. Kegiatan tersebut termasuk pelatihan tembak bersama, masuk gedung dengan berbagai cara dan penyelidikan forensik.
Kegiatan pelatihan tersebut memuncak dengan adanya Full Mission Profile serangan terhadap sebuah sarang teroris. Pasukan dari Kopassus Grup 81 (didukung oleh pasukan SASR) ditugaskan ‘membersihkan’ lokasi itu sambil menyelamatkan beberapa sandera. Setelah menerima perintah, Kopassus Grup 81 dan SASR menyatukan kekuatan masing-masing dan mencapai tujuan dengan sangat berhasil. Beberapa perwira tinggi Australia turut ikut meninjau pelaksanaan DK15, sebagaimana telah menjadi tradisi sejak sekian tahun yang lalu (mirip dengan kunker rombongan Danjen Kopassus ke Australia saat latma Dawn Kookoburra dilaksanakan setiap tahun juga). Komandan Operasi Khusus Australia, MAYJEN Jeff Sengleman sempat mengunjungi lapangan pelatihan untuk menyaksikan kegiatan sambil berbicara dengan pasukan Kopassus dan SASR. Danyon dan Sersan Mayor SASR juga menyaksikan serangan terakhir dan mengikutsertai upacara penutupan pelatihan.
Dapat dikatakan bahwa perbedaan budaya dan bahasa, prosedur tetap (protap) dan cara pelatihan merupakan hal-hal rumit yang berhasil diatasi selama DK15 berlangsung, mengingat juga sejarah panjang kermamil Kopassus-SASR sehingga dapat dikatakan tidak asing lagi satu sama lain, khususnya karena kedua satuan telah memelihara cukup banyak juru jahasa baik penutur Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia. Ditambah dengan profesionalisme tinggi yang ciri khas di Kopassus dan SASR maka keberhasilan DK15 terwujud dengan baik. Inilah yang menunjukkan nilai seri Latma Dawn Komodo / Kookaburra secara menyeluruh, yaitu sebuah kontinuum kermamil bidang gultormil yang terbuka dan inovatif, memberikan platform untuk sharing, mengukur kekuatan dan kekurangan diri sendiri (dan satu sama lain), lalu berlanjut bersama dengan tujuan mencapai keunggulan dalam kemampuan mengatasi aksi teror kapan saja dipanggil oleh pemerintah masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.