Penembakan di kereta cepat Perancis berhasil dihentikan oleh para penumpang, termasuk dua tentara AS. Salah seorang di antaranya terluka akibat serangan ini. (Reuters/Pascal Rossignol)
Serangan penembakan di kereta cepat Thalys rute Amsterdam-Paris pada Jumat (21/8) yang dilakukan oleh seorang militan berhasil dihentikan oleh para penumpang, termasuk dua tentara Amerika Serikat yang tengah mengenakan pakaian sipil.
Dilaporkan CNN, penyerang tengah mempersiapkan senapan Kalashnikov di dalam toilet dan bersiap untuk menyerang, ketika niatnya tersebut diketahui oleh dua tentara AS yang sedang tidak bertugas dan kebetulan menumpang kereta tersebut. Penyerang kemudian melepaskan tembakan ke arah mereka, melukai tiga orang.
Alek Skarlatos, 22, seorang tentara Garda Nasional AS asal Oregon menyatakan bahwa seorang rekan tentaranya terluka ketika bergulat dengan sang penyerang. Mereka akhirnya dapat menghentikan serangan.
"Aku baru saja kembali dari Afghanistan bulan lalu, dan tengah berlibur di sini," kata Skarlatos, dikutip dari Reuters.
Penyerang kemudian ditahan setelah penembakan dapat dihentikan dan kereta tersebut dialihkan dan berhenti di Stasiun Arras, sebelah utara Perancis, sekitar 185 km dari Paris.
Salah seorang penumpang, Chris Norman, menyatakan bahwa dia tengah duduk di dalam gerbong yang sama dengan warga negara AS tersebut ketika mendengar suara tembakan.
"Aku mendongak dan melihat seorang pria membawa (senapan) AK-47 atau semacamnya. Ini bisa jadi serangan yang mematikan," kata Norman, 62, warga negara Inggris yang berprofesi sebagai akuntan.
Media Inggris yang mengutip seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan tidak ada warga negara Inggris yang terluka akibat serangan ini.
Juru bicara Komando Eropa untuk Amerika Serikat yang tidak dipublikasikan namanya mengonfirmasi bahwa salah satu penumpang yang terluka adalah tentara AS, dan menyatakan kondisinyan kini stabil.
"Penyerang bersenjatakan senjata otomatis dan pisau. Dia berhasil dihentikan oleh para penumpang," ujar juru bicara perusahaan kereta api Perancis, SNCF kepada televisi iTele.
Sementara, pejabat dari Thalys, afiliasi SNCF di Eropa menyatakan bahwa sang penyerang yang hingga kini tidak dipublikasikan identitasnya naik kereta tersebut dari Brussels, Belgia. Mengutip CNN, serangan terjadi ketika kereta tengah berada dalam wilayah Belgia.
Petugas polisi setempat Slimane Hamzi menyatakan sang penyerang, seorang pria berusia 26 tahun itu bersenjatakan Kalashnikov dan berasal Maroko.
Kereta cepat Thalys merupakan kereta yang sebagian besar dimiliki oleh SNCF dan badan kereta api Belgia. Kereta cepat ini menempuh rute yang melewati kota-kota besar di Perancis, Belgia, Belanda dan Jerman. Keempat negara ini merupakan bagian dari area Schengen yang memperbolehkan warga melakukan perjalanan tanpa paspor dan pengecekan keamanan.
Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve menyatakan serangan ini masih diselidiki oleh penyidik anti-terorisme Perancis. Motif penembakan saat ini masih belum terungkap.
Cazeneuve memaparkan bahwa korban terluka termasuk seorang warga negara AS dan aktor Perancis Jean-Hugues Anglade.
"Tanpa keberanian mereka (tentara AS), kami akan pasti menghadapi tragedi yang mengerikan," kata Cazeneuve.
"Ketika terdapat kemungkinan aksi teroris, penyidikan akan dilakukan dengan sangat hati-hati," kata Cazeneuve memaparkan soal penyelidikan serangan ini.
Sementara, Presiden Perancis, Francois Hollande menyatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Belgia, Charles Michel dan kedua negara akan bekerja sama menyelidiki serangan ini.
Juru bicara pemerintah Belgia menyebutkan bahwa pemerintahnya kini tengah mempertimbangkan peningkatan sistem keamanan.
Perancis tengah berada dalam siaga tinggi sejak serangan tiga hari di Paris pada Januari lalu. Serangan yang bermula dengan penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris, disusul oleh sejumlah serangan dan penyanderaan selama dua hari berikutnya, menyebabkan total 17 orang tewas.
Publik Perancis juga dikejutkan dengan serangan lainnya pada Juni lalu di sebuah pabrik gas industri milik AS di pinggiran kota Lyon, ketika seorang karyawan memenggal kepala bosnya dan mencoba meledakkan pabrik tersebut. (ama/ama)
Serangan penembakan di kereta cepat Thalys rute Amsterdam-Paris pada Jumat (21/8) yang dilakukan oleh seorang militan berhasil dihentikan oleh para penumpang, termasuk dua tentara Amerika Serikat yang tengah mengenakan pakaian sipil.
Dilaporkan CNN, penyerang tengah mempersiapkan senapan Kalashnikov di dalam toilet dan bersiap untuk menyerang, ketika niatnya tersebut diketahui oleh dua tentara AS yang sedang tidak bertugas dan kebetulan menumpang kereta tersebut. Penyerang kemudian melepaskan tembakan ke arah mereka, melukai tiga orang.
Alek Skarlatos, 22, seorang tentara Garda Nasional AS asal Oregon menyatakan bahwa seorang rekan tentaranya terluka ketika bergulat dengan sang penyerang. Mereka akhirnya dapat menghentikan serangan.
"Aku baru saja kembali dari Afghanistan bulan lalu, dan tengah berlibur di sini," kata Skarlatos, dikutip dari Reuters.
Penyerang kemudian ditahan setelah penembakan dapat dihentikan dan kereta tersebut dialihkan dan berhenti di Stasiun Arras, sebelah utara Perancis, sekitar 185 km dari Paris.
Salah seorang penumpang, Chris Norman, menyatakan bahwa dia tengah duduk di dalam gerbong yang sama dengan warga negara AS tersebut ketika mendengar suara tembakan.
"Aku mendongak dan melihat seorang pria membawa (senapan) AK-47 atau semacamnya. Ini bisa jadi serangan yang mematikan," kata Norman, 62, warga negara Inggris yang berprofesi sebagai akuntan.
Media Inggris yang mengutip seorang pejabat Departemen Luar Negeri mengatakan tidak ada warga negara Inggris yang terluka akibat serangan ini.
Juru bicara Komando Eropa untuk Amerika Serikat yang tidak dipublikasikan namanya mengonfirmasi bahwa salah satu penumpang yang terluka adalah tentara AS, dan menyatakan kondisinyan kini stabil.
"Penyerang bersenjatakan senjata otomatis dan pisau. Dia berhasil dihentikan oleh para penumpang," ujar juru bicara perusahaan kereta api Perancis, SNCF kepada televisi iTele.
Sementara, pejabat dari Thalys, afiliasi SNCF di Eropa menyatakan bahwa sang penyerang yang hingga kini tidak dipublikasikan identitasnya naik kereta tersebut dari Brussels, Belgia. Mengutip CNN, serangan terjadi ketika kereta tengah berada dalam wilayah Belgia.
Petugas polisi setempat Slimane Hamzi menyatakan sang penyerang, seorang pria berusia 26 tahun itu bersenjatakan Kalashnikov dan berasal Maroko.
Kereta cepat Thalys merupakan kereta yang sebagian besar dimiliki oleh SNCF dan badan kereta api Belgia. Kereta cepat ini menempuh rute yang melewati kota-kota besar di Perancis, Belgia, Belanda dan Jerman. Keempat negara ini merupakan bagian dari area Schengen yang memperbolehkan warga melakukan perjalanan tanpa paspor dan pengecekan keamanan.
Menteri Dalam Negeri Perancis, Bernard Cazeneuve menyatakan serangan ini masih diselidiki oleh penyidik anti-terorisme Perancis. Motif penembakan saat ini masih belum terungkap.
Cazeneuve memaparkan bahwa korban terluka termasuk seorang warga negara AS dan aktor Perancis Jean-Hugues Anglade.
"Tanpa keberanian mereka (tentara AS), kami akan pasti menghadapi tragedi yang mengerikan," kata Cazeneuve.
"Ketika terdapat kemungkinan aksi teroris, penyidikan akan dilakukan dengan sangat hati-hati," kata Cazeneuve memaparkan soal penyelidikan serangan ini.
Sementara, Presiden Perancis, Francois Hollande menyatakan telah berbicara dengan Perdana Menteri Belgia, Charles Michel dan kedua negara akan bekerja sama menyelidiki serangan ini.
Juru bicara pemerintah Belgia menyebutkan bahwa pemerintahnya kini tengah mempertimbangkan peningkatan sistem keamanan.
Perancis tengah berada dalam siaga tinggi sejak serangan tiga hari di Paris pada Januari lalu. Serangan yang bermula dengan penembakan di kantor majalah satire Charlie Hebdo di Paris, disusul oleh sejumlah serangan dan penyanderaan selama dua hari berikutnya, menyebabkan total 17 orang tewas.
Publik Perancis juga dikejutkan dengan serangan lainnya pada Juni lalu di sebuah pabrik gas industri milik AS di pinggiran kota Lyon, ketika seorang karyawan memenggal kepala bosnya dan mencoba meledakkan pabrik tersebut. (ama/ama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.