Normalnya setahun bisa tiga atau dua unit Helikopter Panther [Bambang Sulistyo/edit by supermarine] ★
Sebanyak 10 helikopter Anti Kapal Selam (AKS) yang dipesan Kementerian Pertahanan guna memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) tengah diproduksi. Helikopter AKS itu pun diharapkan sudah bisa hadir di Tanah Air pada 2016.
"Saat ini sudah diproduksi. Tahun depan diharapkan sudah bisa datang, tapi secara bertahap," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ediwan Prabowo, Ahad (23/8).
Sebelumnya, TNI AL memang telah mengajukan pemesanan pengadaan helikopter AKS. Mabes TNI pun sudah mengajukan helikopter AKS tersebut, yaitu helikopter jenis AS565 Sea Panther.
Rencananya, pembuatan helikopter AKS ini akan dilakukan di Prancis oleh Airbuss Helicopter (dulu dikenal dengan Eurocopter) dan bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Pengadaan helikopter AKS ini menjadi satu dengan rencana pembentukan kembali Skuadron 100, yang sempat menjadi skuadron andalan TNI AL dalam mendeteksi keberadaan kapal selam pada era 1960-an. Kehadiran Skuadron 100 juga diharapkan bisa meningkatkan kembali kemampuan TNI AL, terutama dalam mendeteksi kehadiran kapal selam asing di wilayah perairan Indonesia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, sempat mengungkapkan, rencana pengadaan helikopter AKS ini memang sudah dimasukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI 2015-2019.
Kehadiran kembali Skuadron 100 ini pun diharapkan bisa menimbulkan efek gentar di sekitar kawasan. "Satu skuadron saja terpenuhi, mungkin bisa menimbulkan efek gentar bagi negara-negara lain di kawasan, terutama yang kerap melanggar wilayah RI," ujar Zainudin.
Tidak hanya itu, kehadiran helikopter AKS akan terkoneksi dengan sejumlah KRI yang memiliki fungsi pertempuran. Nantinya, helikopter AKS ini akan menjadi mata dan telinga dari KRI-KRI tersebut. Terlebih helikopter AKS memiliki sonar yang bisa mendeteksi bayangan di bawah laut dengan mudah.
Terkait rencana kedatangan helikopter AKS itu, Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, sempat mengungkapkan, semua itu tergantung dari kemampuan manufaktur produsen pembuat helikopter tersebut.
"Tergantung kemampuan dari manufaktur. Normalnya dia ya mungkin setahun bisa tiga atau dua unit. Helikopter AKS itu bisa dibilang sebagai perpanjangan dari kapal," kata Ade Supandi, akhir Juni.
Sebanyak 10 helikopter Anti Kapal Selam (AKS) yang dipesan Kementerian Pertahanan guna memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI Angkatan Laut (AL) tengah diproduksi. Helikopter AKS itu pun diharapkan sudah bisa hadir di Tanah Air pada 2016.
"Saat ini sudah diproduksi. Tahun depan diharapkan sudah bisa datang, tapi secara bertahap," ujar Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertahanan, Letnan Jenderal TNI Ediwan Prabowo, Ahad (23/8).
Sebelumnya, TNI AL memang telah mengajukan pemesanan pengadaan helikopter AKS. Mabes TNI pun sudah mengajukan helikopter AKS tersebut, yaitu helikopter jenis AS565 Sea Panther.
Rencananya, pembuatan helikopter AKS ini akan dilakukan di Prancis oleh Airbuss Helicopter (dulu dikenal dengan Eurocopter) dan bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Pengadaan helikopter AKS ini menjadi satu dengan rencana pembentukan kembali Skuadron 100, yang sempat menjadi skuadron andalan TNI AL dalam mendeteksi keberadaan kapal selam pada era 1960-an. Kehadiran Skuadron 100 juga diharapkan bisa meningkatkan kembali kemampuan TNI AL, terutama dalam mendeteksi kehadiran kapal selam asing di wilayah perairan Indonesia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI M Zainudin, sempat mengungkapkan, rencana pengadaan helikopter AKS ini memang sudah dimasukkan dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI 2015-2019.
Kehadiran kembali Skuadron 100 ini pun diharapkan bisa menimbulkan efek gentar di sekitar kawasan. "Satu skuadron saja terpenuhi, mungkin bisa menimbulkan efek gentar bagi negara-negara lain di kawasan, terutama yang kerap melanggar wilayah RI," ujar Zainudin.
Tidak hanya itu, kehadiran helikopter AKS akan terkoneksi dengan sejumlah KRI yang memiliki fungsi pertempuran. Nantinya, helikopter AKS ini akan menjadi mata dan telinga dari KRI-KRI tersebut. Terlebih helikopter AKS memiliki sonar yang bisa mendeteksi bayangan di bawah laut dengan mudah.
Terkait rencana kedatangan helikopter AKS itu, Kepala Staff Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Ade Supandi, sempat mengungkapkan, semua itu tergantung dari kemampuan manufaktur produsen pembuat helikopter tersebut.
"Tergantung kemampuan dari manufaktur. Normalnya dia ya mungkin setahun bisa tiga atau dua unit. Helikopter AKS itu bisa dibilang sebagai perpanjangan dari kapal," kata Ade Supandi, akhir Juni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.