Sabtu, 02 Juni 2012

SBY: Nipah Dirancang dan Dibangun untuk Gugus Depan Pertahanan

Tiba di Pulau Nipah
 
Pulau Nipah, Kepri : KRI Diponegoro-365 yang membawa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Hj Ani Bambang Yudhoyono merapat di dermaga Pulau Nipah, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu (2/6) pukul 16.00 WIB. Setibanya di Pulau Nipah, SBY dan Ibu Ani disambut Korps Marinir TNI AL dan Satuan Tugas Pengamanan Pulau Nipah, setelah itu melaksanakan peninjauan pulau dan barak Satgas Pulau Terluar Nipah.

Usai peninjauan, Presiden SBY memberikan keterangan pers kepada wartawan. "Dalam pelayaran tadi, saya mendapatkan briefing dari Menteri Pertahanan dan dilanjutkan Menteri Kelautan dan Perikanan," kata SBY. "Menhan melaporkan kepada saya apa saja yang telah dikembangkan di pos depan kita ini, satuan Marinir dan satuan Angkatan Darat, dengan komposisi kurang lebih dua pertiga Marinir dan sepertiga Angkatan Darat, yang tentu melaksanakan tugas-tugas pos depan tempur bagi pertahanan negara kita," jelas SBY.

"Juga dilaporkan kepada saya, rencana pembangunan Batalyon Marinir di wilayah ini. Dan telah saya putuskan tadi, dari 3 alternatif yang diusulkan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI, kita pilih tempat yang kita rasa paling memiliki nilai strategis dan taktis, dan insya Allah akan segera dibangun," ujar Presiden. "Dengan demikian akan ada 1 Batalyon Marinir di kawasan ini yang disamping benar-benar menjadi pos depan pertahanan kita, juga bisa ikut menjaga keamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura di bagian kita, dan kemudian juga ikut dalam menghadapi kejahatan transnasional bersama-sama dengan Kepolisian dan penegak hukum yang lain," terangnya.

Sementara dari Menteri Kelautan dan Perikanan, Presiden SBY mendapatkan penjelasan bahwa wilayah Nipah nanti juga akan dikembangkan, sehingga disamping berfungsi sebagai pos depan pertahanan, juga ada kegiatan ekonomi yang akan dilaksanakan. "Mengingat kawasan kita ini: Batam Bintan, Karimun, Singapura, dan Johor adalah kawasan ekonomi dan usaha, kita ingin memanfaatkan letak yang strategis ini untuk kepentingan ekonomi kita. Namun demikian, Nipah kita bangun, kita rancang memang untuk gugus depan pertahanan kita," SBY menegaskan.

Saat melakukan peninjauan di Pulau Nipah, Presiden SBY dan Ibu Ani menyempatkan menanam pohon di wilayah itu. SBY menanam pohon Waru, sementara Ibu Ani menanam pohon Jati Londo. Setelah menyampaikan keterangan pers, SBY dan Ibu Ani melanjutkan perjalanan menuju Pulau Bintan, masih di wilayah Kepulauan Riau, dengan Ferry Dumai Line-1. (osa)(presiden)

Dengan KRI Diponegoro, SBY Meninggalkan Singapura Menuju Pulau Nipah

Tiga kapal perang (KRI Ahmad Yani, KRI Pattimura, dan KRI Patiunus) tampak di kejauhan, Sabtu (2/6/2012), setelah melakukan sailing pass untuk menghormati Presiden RI yang menaiki KRI Diponegoro menuju Pulau Nipah (Provinsi Kepri) dari Singapura

Singapura : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Hj Ani Bambang Yudhoyono dan delegasi meninggalkan Singapura menuju Pulau Nipah, Indonesia, dengan KRI Diponegoro-365 dari Changi Naval Base, Sabtu (2/6) pukul 13.30 WIB. Rombongan Presiden SBY dilepas Duta Besar RI untuk Republik Singapura Andri Hadi, Atase Pertahanan RI Kol (Pnb) Mochamad Fadjar Sumarijadji, serta siswa-siswi KBRI yang mengenakan seragam pramuka dan melambai-lambaikan miniatur bendera Merah Putih.

Di atas kapal, di bawah terik sinar matahari, Presiden SBY disambut dengan upacara penyambutan militer. Selesai upacara penyambutan, Presiden SBY dan Ibu Ani melakukan peninjauan dalam kapal. KRI Diponegoro kemudian perlahan mulai meninggalkan Changi Naval Base dan berlayar menuju Pulau Nipah, Provinsi Kepulauan Riau. Perjalanan menuju Pulau Nipah ditempuh selama lebih kurang 1 jam 30 menit. Selama perjalanan menuju Pulau Nipah, KRI Dipenogoro mendapat pengawalan dari KRI Kujang dan KRI Clurit

Tiga puluh menit setelah KRI Diponegoro meninggalkan dermaga, dari anjungan kapal, SBY dan Ibu Ani menerima penghormatan sailing pass dan flying pass di anjungan lambung kiri KRI DPN-365, sebagai tanda memasuki wilayah perairan Indonesia. Sailing pass dan flying pass dilakukan oleh KRI Ahmad Yani-351, KRI Pati Unus-371, KRI Kapitan Pattimura-384, dan pesawat Cassa U-618. Presiden SBY pun memberikan penghormatan balasan.

Mendampingi Presiden SBY, antara lain, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Mensesneg Sudi Silalahi, Setkab Dipo Alam, Kapolri Jenderal Timur Pradopo, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan KSAL Laksamana TNI Soeparno. (osa)(presiden)

China Tawarkan Radar Maritim ke Indonesia

LONDON, KOMPAS.com - China dikabarkan menawarkan pemasangan sistem pengawas maritim senilai 1 miliar yuan (sekitar Rp 1,5 triliun) di kawasan Indonesia. Nantinya, sistem tersebut akan melengkapi sistem serupa buatan AS yang lebih dulu dipasang di Indonesia.

Demikian diungkapkan majalah pertahanan terkemuka IHS Jane's Defence Weekly (JDW) edisi 16 Mei 2012 yang mengutip berbagai sumber. Menurut JDW, tawaran tersebut disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat berkunjung ke Beijing, akhir Maret.

Detail sistem pengawas maritim yang ditawarkan China itu belum diketahui. Namun, JDW menduga sistem tersebut akan terdiri atas jaringan radar yang ditempatkan di Pulau Lombok, Selat Sunda, Kalimantan Barat, dan pantai barat daya Sulawesi. Nantinya, data pengamatan yang diperoleh dari sistem ini akan dibagi dengan China.

Dengan sistem ini, Beijing akan mendapat keuntungan berupa data kondisi perairan di Selat Sunda, Selat Karimata, dan Selat Makassar, yang menjadi titik-titik penyempitan penting di jalur komunikasi laut (SLOC).

Tawaran China itu diberikan hanya beberapa bulan setelah pemerintah AS menyumbangkan Sistem Pengawasan Maritim Terpadu (IMSS) senilai 57 juta dollar AS (Rp 543,9 miliar) kepada TNI Angkatan Laut. Menurut pernyataan Departemen Luar Negeri AS, IMSS terdiri atas jaringan sensor terpadu yang dipasang di darat maupun di kapal-kapal perang Indonesia, berbagai peralatan komunikasi dan perangkat komputasi untuk mengumpulkan, mengirim, dan menganalisa berbagai data maritim.

Secara konkret, IMSS terdiri atas 18 stasiun pengawas pantai (CSS), 11 radar berbasis kapal, dua pusat komando regional, dan dua pusat komando armada di Jakarta dan Surabaya. Pemerintah AS juga telah mengalokasikan dana tambahan sebesar 4,6 juta dollar untuk merawat sistem tersebut sampai tahun 2014.

Meski demikian, sumber-sumber JDW mengatakan, bahkan dengan tambahan alokasi dana dari AS ini, IMSS masih terlalu mahal untuk dioperasikan oleh TNI AL dan belum terintegrasi secara menyeluruh.

Dengan adanya tawaran dari China ini, China akan memiliki sistem tandingan strategis terhadap IMSS, dan memungkinkan negara itu memantau pergerakan kapal-kapal AS dan lalu lintas laut lainnya di perairan Indonesia. (Kompas)

Kodam V Brawijaya Kerahkan 2 Ribu Prajurit

 Latihan Terpadu Penanggulangan Bencana

Potensi bencana alam berupa erupsi gunung berapai di Jawa Timur, sangat besar terjadi. Menyikapi kondisi ini, jajaran Kodam V Brawijaya bersama BPBD Provinsi Jawa Timur dan instansi terkait, menggelar latihan terpadu penanggulangan bencana alam gunung meletus selama 3 hari penuh, sejak Selasa (29/5/2012) sampai Kamis (31/5/2012) mendatang.

Mayjend TNI Murdjito Pangdam V Brawijaya membuka latihan terpadu penanggulangan bencana dalam apel di Alun-Alun Kabupaten Lumajang. (Foto Sentral FM)

Lokasi yang dipilih adalah daerah yang paling rawan potensi erupsi gunung berapi, yakni di Kabupten Lumajang. Dalam kegiatan ini, Mayjend TNI Murdjito Pangdam V Brawijaya hadir langsung membuka latihan yang akan difokuskan di wilayah Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro yang merupakan daerah dengan radius terdekat dari lokasi kawah Gunung Semeru.

Dalam kegiatan pembukaan ini, Mayjend TNI Murdjito dengan didampingi seluruh jajarannya bersama DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati menggelar apel pembukaan di Alun-Alun Kabupaten Lumajang.

Dimana dalam sambutannya, Jenderal dengan dua bintang di pundaknya ini, menekankan bahwa pelaksanaan latihan terpadu ini digelar untuk mempertajam kesiap-siapakan dan tanggap darurat bencana yang ada di wilayahnya.

“Dalam latihan terpadu ini, kita melibatkan 2.050 prajurit dengan didukung instansi terkait, seperti BPBD Provinsi Jawa Timur, BPBD Kabupaten Lumajang, Tim SAR dan lainnya,” jelas Mayjend TNI Murdjito ketika dikonfirmasi Sentral FM Lumajang, Selasa (29/5/2012).

Melalui latihan terpadu ini, ditegaskan oleh Pangdam V Brawijaya, seluruh personil tahu persis apa yang dilakukan ketika terjadi bencana alam sesungguhnya. Yang menjadi penekanan dalam latihan ini, seluruh prajurit harus tahu apa yang mereka lakukan.

“Apa berbuat apa, siapa bertanggungjawab terhadap siapa dan seterusnya. Itu yang akan kita latih, jangan sampai hanya di tulis-tulis saja. Maka, harus ada prakteknya dan latihan ini yang nantinya akan menjabarkan semuanya,” paparnya.

Pangdam V Brawijaya juga mengungkapkan, alasan kenapa wilayah Kabupaten Lumajang dipilih menjadi lokasi latihan terpdu yang diikuti seluruh prajurit TNI di bawah komandonya, karena wilayah Kota Pisang ini sangat rawan potensi letusan gunung berapi.

Dimana, Kabupaten Lumajang berpotensi bencana dari 3 gunung berapi sekaligus, diantaranya Semeru yang memiliki ketinggian 36876 meter diatas permukaan laut yang merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Lemongan yang juga aktif dan Gunung Bromo.

“Selain itu, di Kabupaten Lumajang saya secara pribadi dan kedinasan sangat apresitif dengan yang telah dilakukan pak Bupati (DR H Sjahrazad Masdar, MA) yang telah tadi menyampaikan sudah ada Kampung Siaga Bencana yang terdiri dari 7 Dusun di lereng Semeru. Hal itu menjadi salah-satu infrastruktur yang diperlukan dan sangat membantu dalam latihan terpadu ini,” papar Mayjend TNI Murdjito di dampingi DR H Sjahrazad Masdar, MA Bupati Lumajang.

Dalam kesempatan yang sama, Pangdam V Brawijaya menyampaikan, latihan terpadu ini sangat penting melibatkan langsung masyarakat di wilayah rawan bencana, untuk menekankan kewaspadaan dan antisipatif.

“Seperti yang saya bilang tadi, di Lumajang sudah ada Kampung Siaga Bencana hingga sikap antisipatif masyarakat sudah terbentuk, Latihan ini, untuk pemanasan, meski kita tidak berharap bencana itu terjadi. Namun, seluruhnya kita harus siap,” urainya.

Mayjend TNI Murdjito juga menyampaikan skenario latihan terpadu yang akan digelar selama tiga hari penuh di wilayah lereng Semeru ini, diantaranya hari pertama menyangkut perencanaan. Sementara memasuki hari kedua akan dilihat dinamikanya.

“Kalau di lapangan sudah ada tanda-tanda terjadinya getaran kecil-kecil. Sedangkan, hari ketiga digambarkan adanya erupsi atau letusan dan bertahap dilakukan evakusi. Sekaligus dilakukan analisa mana saja daerah bahaya. Kemana arah debu dan lahar, itu dipelajari dengan koordinasi instansi terkait,” jlentreh Pangdam V Brawijaya.

Di jajaran Kodam V Brawijaya sendiri, diterangkan Mayjend TNI Murdjito, seluruh prajurit telah dilatih untuk siap dalam penanggulangan bencana. Meski, ada pembagian unsur pembantu pimpinan, diantaranya Dandim ke atas yang diback-up Danramil.

“Dibawahnya ada Babinsa yang telah ditunjuk untuk peka terhadap kondisi alam di wilayah tugasnya,” demikian pungkas Mayjend TNI Murdjito seraya menyebutkan jika potensi bencana tsunami sangat kecil di Jawa Timur.

Dalam kesempatan terpidah, Sudarmawan Kepala BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Provinsi Jawa Timur menyampaikan, jika pihaknya berkolaborasi dengan unsur TNI melalui pelatihan ini untuk mempersiapkan segala-sesuatu kewaspadaan dan sikap antisipatif menyikapi potensi bencana yang ada.

“Latihan yang digelar unsur TNI ini, memang baru pertama kali digelar di Jawa Timur. Namun, kami dari BPBD Provinsi Jatim bersama BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dan BPBD Kabupaten Lumajang sudah beberapa kali melakukan latihan dan simulasi. Apalagi, dokumen kontijensi bencana sudah ada yang akan diterapkan dalam latihan hari ini. Seperti yang disampaikan Pangdam tadi, apa berbuat apa dan siapa bertanggungjawab dengan siapa sudah jelas dan tinggal dipraktekkan,” kata Sudarmawan.

Sedangkan, Drs Rochani Kepala BPBD Kabupaten Lumajang mengatakan, latihan terpadu dari unsur TNI ini akan didukung penuh jajarannya, sesuai dengan skenario yang akan diterapkan selama 3 hari penuh. “Skenario ini akan dilaksanakan tiga hari, sesuai penggambaran peristiwa erupsi sesungguhnya,” terang Drs Rochani. (her/ipg)(suarasurabaya)

CARAT Indonesia @ 1 Juni 2012



JUANDA NAVAL BASE, Indonesia (June 1, 2012) Lt. Trey Ross, assigned to Patrol Squadron FIVE (VP-5) Mad Foxes, gives a pre-flight brief to Indonesian aviators during an orientation flight as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012.

JUANDA NAVAL BASE, Indonesia (June 1, 2012) Lt. j.g. Tim Clemmons, assigned to Patrol Squadron FIVE (VP-5) Mad Foxes, discusses functions of a tactical coordinator (TACCO) station within the P-3 Orion to Indonesian aviators Cmdr. C.H. Ahdriahtoro, left, and Lt. Y. Rizali during an orientation flight as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012. CARAT 2012 is a nine-country, bilateral exercise between the United States and Bangladesh, Brunei, Cambodia, Indonesia, Malaysia, Singapore, the Philippines, Thailand, and Timor Leste and is designed to enhance maritime security skills and operational cohesiveness among participating forces. (U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 1st Class Elizabeth Thompson/Released)

JUANDA NAVAL BASE, Indonesia (June 1, 2012) Indonesian aviator Lt. Y. Rizali and Naval Aircrewman 2nd Class Catherine Buckel, assigned to Patrol Squadron FIVE Mad Foxes, discuss aircraft functions of the P-3 Orion during an orientation flight as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012.

JUANDA NAVAL BASE, Indonesia (June 1, 2012) Sailors assigned to Patrol Squadron FIVE (VP-5) Mad Foxes visit with Indonesian aviators during an orientation flight as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012.

JUANDA NAVAL BASE, Indonesia (June 1, 2012) Sailors assigned to Patrol Squadron FIVE (VP-5) Mad Foxes visit with Indonesian aviators after an orientation flight as part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012.

☆ Bung Tomo

Sutomo atau lebih dikenal dengan Bung Tomo (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 3 Oktober 1920 – meninggal di Padang Arafah, Arab Saudi, 7 Oktober 1981 pada umur 61 tahun) lebih dikenal dengan sapaan akrab oleh rakyat sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang. Ibunya berdarah campuran Jawa Tengah, Sunda, dan Madura. Ayahnya adalah seorang serba bisa. Ia pernah bekerja sebagai polisi di kotapraja, dan pernah pula menjadi anggota Sarekat Islam, sebelum ia pindah ke Surabaya dan menjadi distributor lokal untuk perusahaan mesin jahit Singer.
 Masa muda

Sutomo dibesarkan di rumah yang sangat menghargai pendidikan. Ia berbicara dengan terus terang dan penuh semangat. Ia suka bekerja keras untuk memperbaiki keadaan. Pada usia 12 tahun, ketika ia terpaksa meninggalkan pendidikannya di MULO, Sutomo melakukan berbagai pekerjaan kecil-kecilan untuk mengatasi dampak depresi yang melanda dunia saat itu. Belakangan ia menyelesaikan pendidikan HBS-nya lewat korespondensi, namun tidak pernah resmi lulus. Sutomo kemudian bergabung dengan KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Belakangan Sutomo menegaskan bahwa filsafat kepanduan, ditambah dengan kesadaran nasionalis yang diperolehnya dari kelompok ini dan dari kakeknya, merupakan pengganti yang baik untuk pendidikan formalnya. Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia.
 Perjuangan

Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia berusaha membangkitkan semangat rakyat sementara Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Sutomo terutama sekali dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi, ”Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!” Meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia.
 Setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik karena merasa difitnah berkaitan dengan pendirian pabrik sabun bermodalkan iuran tukang becak di Surabaya akan tetapi masalah beliau ini kemudian tidak diketahui rimbanya. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Soeharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional. Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia. 

Namun, pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap program-program Soeharto sehinga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Soeharto. Meskipun semangatnya tidak hancur di dalam penjara, Sutomo tampaknya tidak lagi berminat untuk bersikap vokal. Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, namun ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya. Sutomo sangat bersungguh-sungguh dalam kehidupan imannya, namun tidak menganggap dirinya sebagai seorang Muslim saleh, ataupun calon pembaharu dalam agama. Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Padang Arafah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel, Surabaya.
 Gelar Pahlawan Nasional

Gelar pahlawan nasional akhirnya diberikan ke Bung Tomo bertepatan pada peringatan Hari Pahlawan tanggal 10 November 2008. Keputusan ini disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika Kabinet Indonesia Bersatu, Muhammad Nuh pada tanggal 2 November 2008 di Jakarta.
PALAGAN No 42 Tahun IX Edisi Desember 2009

MiG 21 Fishbed

 Pesawat Penyergap AURI

ampai pertengahan 1950-an, diketahui AURI (kini TNI AU) sudah.mempunyai 30 MiG-15 UTI yang tiba di Lanud Kemayoran dan Chekoslovakia sejak 14 Agutus 1958. Setahun kemudian disusul kedatangan 49 MiG-17 juga dan Chekoslovakia. Ketika ketegangan dengan Belanda semakin memu­ncak pada awal 1960, Pemerintah merasa masih perlu untuk menam­bah kekuatan udara agar mampu menggetarkan nyali lawan. Maka datanglah 10 MiG-19 dan makin lengkap dengan tibanya 24 MiG-21 pada tahun 1962.

Soal MiG family yang dioperasikan AURI, tak usah diragukan lagi bahwa kedatangan MiG-21 menjadi momentum penting bagi AURI. Pasalnya ketika itu, MiG-21 tergolong pesawat pencegat tercanggih di eranya. Namun dibanding MiG-15 dan MiG-17, jet ini tergolong telat datangya hingga tidak banyak kiprahnya dalam Trikora

Untuk menyambut kedatangan pesawat - pesawat baru dari Blok Timur ini, maka berdasarkan surat Keputusan Men/Pangau tahun 1962 yang berisi tentang pembentukan Skadron 12 sebagai pangkalan bagi MiG-19 di Ke­mayoran, Skadron 14 home base pesawat MiG-21F, dan Skadron 41 / 42 dengan pesawat Tu-16 di Madiun.

Sebagai persiapan, AURI mengirimkan penerbang­nya ke Rusia untuk belajar menerbangkan pesawat MiG-21 pada tahun 1961. Para penerbang yang terpliih adalah Kapten Sukardi, Letnan Udara I Jahman, Letnan Udara I Sobirin Misbach, dan Let­nan Udara I Saputro. Sebenarnya Sobirin Misbach dan Saputro tidak diberangkatkan ke Rusia.

Namun mereka harus meng­gantikan dua penerbang lainnya yang terpaksa grounded setibanya di Uni Soviet. Selama empat bulan, para penerbang belajar menerbangkan pesawat di Lanud Lugowaya yang berada di sebuah kota kecil di perbatasan dengan India.

Selain mengirim ke luar, AURI juga mendatangkan instruktur dari Soviet. Pener­bang yang dididik di dalam negeri adalah Mayor Roesman sebagai calon komandan skadron MiG-21.

Program latihan dilaksanakan hampir bersamaan dengan kadet yang di Lugowaya. Setelah menyelesaikan latihan terbang, mereka mengajarkan ilmu yang sama kepada penerbang di skadron. Penerbang MiG-21 diambil dari penerbang MiG-17 Skadron 11 dan MiG-19 Skadron 12

Ada cerita unik soal MiG-17. Semula skadron berkekuatan 49 MiG-17 dan 30 MiG-15UTI ini berpangkalan di Kemayoran sebe­lum dipindah ke Madiun. Secara resmi kepindahan ini dikarenakan padatnya traffic di Kemayoran. Karena selain penerbangan sipil, di Kemayoran juga ditempatkan 10 MiG-19 asal Skadron 12 dan Skadron 21 dengan 22 11-28 Beagle.  

Namun sejumlah orang percaya bahwa kepindahan ini gara-gara penembakan Istana Merdeka oleh Letnan Daniel Maukar meng­gunakan MiG-17 dengan no. F-1112 pada 9 Maret 1960. Setelah kejadian itu Skadron 11 tiba-tiba menda­pat perintah untuk keluar dari Ibukota.

Proses pindahnya pun rada unik. Perintah keluar Ibukota itu didahului dengan rencana terbang navigasi keliling Indonesia. Pada saat mereka tiba di Bali dan bersiap kembali ke Kemayoran, Mabes AURI tiba-tiba menge­luarkan instruksi tentang home base baru mereka di Iswahjudi. Sehingga dari Bali MiG-17 lang­sung diterbangkan ke Iswahjudi, sedangkan personel dan peralatan menyusul kemudian. Sebuah kepindahan yang mendadak.

Kehadiran MiG-21F mem­perkuat AURI memang sebuah lompatan sangat jauh. Terbang perdana dilaksanakan pada Juli 1962 di Kemayoran. Mayor Roesman sebagai komandan skadron pertama, dipercaya melaksanakan penerbangan ini. Disaksikan oleh Suryadarma dan pejabat lainnya, MiG-21 membuktikan kehebatan­nya ketika diterbangkan untuk pertama kali di Indonesia.

MiG-21 sejatinya memang dirancang untuk menyergap bomber dan pesawat tempur supersonik lainnya. Sehingga setelah tiba di Indonesia pada 1962, pesawat-pesawat ini men­jadi pesawat interceptor AURI.

Tak pelak kedatangan jet yang mampu mencapai kecepatan Mach 2 membuat pihak Barat gusar. Dengan mesin Tumanski berkekuatan 11.240 lbs dan berat total 16.500 lbs, MiG-21 merupa­kan pesawat dengan thrust to weight ratio paling baik saat itu yaitu 5:1. Kehebatan mesin ini dibanding pesawat AS saat itu adalah tidak adanya jejak asal yang keluar dari mesin.

Awalnya MiG-21 ditempatkan di Skadron 14. Menyusul sejum­lah kejadian teknis yang menim­pa MiG-19 dari Skadron 12, maka sebagian MiG-21 ditempatkan di Skadron 12, Kemayoran. MiG-17 grounded dan akhirnya dijual ke Pakistan pada tahun 1965. Pengiriman dari Lanud Kemayoran dilaksanakan melewati pelabuhan Tanjung Priok pada bulan Okto­ber, sesaat setelah pemberontakan PKI meletus.

Selain dikenal bandel, MiG-21 juga tidak mengenal FOB (foreign object damage), yaitu benda­-benda asing yang bisa merusak system pesawat. MiG-21 bisa mendarat di landasan yang buruk seperti di Morotai yang berlumut. MiG-21 juga terkenal kasar.

Suatu saat pernah pintu roda pendarat rusak. Kru darat berusaha melepas dan menggantinya dengan pintu roda pesawat lain (kanibalisme). Ternyata uku­rannya tidak sama.

Kekurangan MiG-21 adalah pada daya jelajah dan system avi­onic. Daya jelajahnya tidak terlalu jauh disebabkan kapasitas tangki bahan bakar internal hanya 1.470 liter dan tangki eksternal 490 liter, hanya bisa digunakan untuk terbang selama 1 jam 45 menit. Sis­tern avionik juga lemah. Di kokpit hanya terdapat peralatan semacam automatic direction finder (ADF).

Sebagai pesawat interceptor, kecepatan yang dimiliki memang “Boleh diandalkan, namun tanpa radar yang memadai maka pener­bang harus menemukan sasaran di udara dengan mata telanjang setelah dipandu radar darat". Radar yang di pesawat hanya terbatas untuk melepas roket K-13 A.

Penerbang yang sempat men-Omni Skadron 14 pada saat itu antara lain : 
  • Roesman, Saputro
  • Tri Suharto
  • Subardi
  • Yos Bakarbesi
  • Jahman, Martin
  • Tetelepta, Sukar­di
  • Firman, Siahaan
  • Beni Joseph
  • Eli Sumarmo
  • M Syafii
  • Wofkar Usmani
  • Sobirin Misbach.
Nasib MiG fam­ily juga mengenaskan. Kepedihan itu paling dirasakan oleh pener­bang angkatan Ciptoning III yang baru kembali dari Ceko. Setelah tiga tahun tiga bulan mengikuti sekolah terbang di Ceko dan pulang ke tanah air, ternyata mereka mendapati kondisi AURI sudah berubah drastis. 

Saat mereka kembali Agustus 1968, MiG-21 sudah dalam kondisi kritis. Bahkan setahun sebelum­nya telah diadakan farewel l flight untuk menandai berakhirnya masa pakai pesawat ini. Terbang perpisahan itu berlangsung malam hari selama satu bulan penuh di Halim Perdanakusuma. Setelah itu hanya beberapa pesa­wat saja yang diizinkaan terbang. 

MiG-21 melakukan penerbangan terakhir pada tahun 1970, saat diadakan fly past di Jakarta. Pada tahun itu seluruh pesawat jenis MiG dinyatakan grounded oleh Mabes AURI.

Padahal MiG-21 dan MiG­19 relatif masih baru, namun mempunyai akhir pengabdian yang memilukan. MiG-19 dijual ke Pakistan, bahkan beberapa penerbang dan teknisi juga dikirim ke Pakistan dalam Operasi Pakis untuk membantu Pakistan yang terlibat konflik dengan India. Bantuan MiG-19 ini ditukar dengan empat unit pesawat Lock- heed Constelation yang ternyata performanya buruk. Pesawat ini hanya dipakai beberapa tahun saja sebelum akhirnya di-ground­ed.

Dalam kerjasama itu, Pakistan sempat mengajukan permintaan untuk memperoleh rudal Kennel AS-1 bawaan Tu-16. Namun per­mintaan ini ditolak oleh KSAU Omar Dhani.

Sementara MiG-21 yang ter­paksa harus diangkut ke Amerika sebagai bagian dari barter dengan T-33, sempat terlihat diangkut pesawat C-141 Starlifter pada awal 1970 ( ben).
 Benteng Indonesia Yang Ampuh

Jahman bergaya di depan MiG-21
"Walau tidak sempat mempertunjukkan kebolehannya, harus diakui, daya gertak pesawat Rusia satu ini, memang hebat. Amerika, konon, sampai menghimbau Belanda untuk membatalkan niatnya perang terbuka dengan Indonesia.”

Begini ceritanya. Ketika Presiden Soekarno menyatakan perang terbuka dengan Belanda awal tahun 1960, semua unsur kekuatan disiagakan. AURI sampai detik itu sudah memiliki 49 MiG-17 Fresco. Setengah dari kekuatan sudah bercokol di Morotai, Amahai, dan Letfuan. Ada juga P-51 Mustang, Il-28 Beagle, B-25 Mitchell, B-26 Invader, C-47 Dakota serta C-130 Hercules. Belanda masih garang sampai detik ini. Boleh jadi, karena kapal induk Karel Doorman sudah membuang jangkar di Biak sejak tanggal 6 Agustus 1960. Hingga suatu hari, sebuah pesawat intai AU AS Lockheed U-2 Dragon Lady melayang di atas Madiun. Selama konfrontasi, sering pesawat ini sengaja diterbangkan dari Darwin ke Filipina untuk misi-misi intelijen. Dari ketinggian 70.000 kaki, teridentifikasi oleh pilot beserta kru deretan jet tempur dan pembom. Ditiliknya dengan cermat. Tak salah lagi, sang pilot yakin bahwa pesawat yang dilihatnya adalah pembom Tu-16 Badger dan MiG-21F Fishbed C (sebutan yang diberikan NATO), jet tempur penghadang (intercept) paling ditakuti barat kala itu. Sebelumnya, intelijen AS sudah mengendus kedatangan MiG-21 di Indonesia. Data pengintaian inilah yang kemudian menjadi dasar pertimbangan Belanda dan tentu atas desakan AS, untuk menghentikan pertikaian dengan Indonesia.

Hasil pengintaian ini bergegas disampaikan Amerika kepada Belanda. “Percuma melawan Indonesia, mereka punya ini.” Begitu kira-kira laporan intel AS kepada pihak Belanda sambil menyodorkan foto hasil jepretan pesawat U-2. Amerika pun sebenarnya masih gamang, mengingat F-4E Phantom yang baru dimodifikasi, masih meragukan untuk diadu berlaga melawan MiG-21. Seriusnya ancaman MiG-21 terhadap pesawat tempur AS, sampai membuat AL AS mendirikan sekolah elit tempur Top Gun.

Begitu cerita Marsda (Pur) Jahman, penerbang MiG-21 AURI. Menurut Jahman (65), Indonesia membeli MiG-21 sebagai tindakan bela diri andaikata Belanda mendatangkan pesawat-pesawat yang lebih modern. Ketika kampanye Trikora dicanangkan, AU Belanda memiliki satu skadron pesawat Hawker Hunter F.6 buatan Inggris tahun 1954. Disejajarkan dengan MiG-21, pesawat ini jelas bukan tandingan. Kecepatan maksimumnya hanya 1.117 km/jam, daya capai ketinggian 14.325 meter dengan jangkauan 690 kilometer. Kalau terbang rendah, pemakaian bahan bakarnya akan bertambah boros. Sementara MiG-21, dengan kecepatan Mach-2,1 mampu mencegat pembom pada ketinggian 20 kilometer pada jarak 1.800 kilometer.

“MiG-21 begitu luar biasa”, ujar Rusman Sebagai persiapan menyambut kedatangan si “pencegat”, AURI telah menyiapkan dua jalur pembentukan penerbang MiG-21. Yang pertama, dengan cara mengirimkan langsung empat penerbangnya ke Uni Soviet. Yaitu Kapten Udara Sukardi, Letnan Udara I Jahman, Letnan Udara II Igon Suganda, dan Letnan Udara II Mundung dua penerbang terakhir di-grounded setibanya di Rusia. Mundung didera sakit, sedangkan Suganda terlalu kecil. Pressure suit nomor kecilpun, masih terlalu besar untuknya. Karena itu kemudian diganti dengan Letnan Udara I Sobirin Misbach dan Letnan Udara I Saputro.

Langkah kedua, sebaliknya, di dalam negeri Mayor Udara Rusman ditunjuk Komodor Udara Leo Wattimena untuk mendapatkan pelatihan langsung dari instruktur yang sengaja didatangkan dari Rusia. “Jadi kita dilatih hampir bersamaan. Hanya beda tempat,” tutur Marsda (Pur) Rusman.

Tim kecil yang dikirim ke Uni Soviet, persisnya di Lugowaya, sebuah kota kecil yang berbatasan langsung dengan India di mana sebuah pangkalan AU Uni Soviet bercokol, pun tidak berlama-lama di negeri tirai besi itu. Hanya empat bulan, “Sekadar just to know how to fly,” jelas Jahman. “Bukan berarti tidak terbang, tetap terbang, kita solo,” tambahnya.

Ketika mendapat perintah berangkat ke Rusia, Jahman baru beberapa bulan standby di Letfuan, setelah sebelumnya siaga di Morotai dalam mendukung kampanye Trikora. Menurut Jahman, kepindahannya ke Letfuan menyusul gugurnya Kapten Udara Gunadi setelah pesawat MiG-17 yang diterbangkannya gagal take off karena afterburner-nya tidak maksimal. Tragedi itu terjadi tanggal 29 Juni 1962. Komandan skadron MiG-17 saat itu dijabat Mayor Rusman.

Bagi yang berangkat ke Rusia mungkin tidak terlalu kesulitan, karena langsung ke asalnya. Lain halnya Rusman. “Saya harus melabeli dulu dengan bahasa Inggris semua panel-panel di kokpit, yang sebelumnya berbahasa Rusia,” aku Rusman. Setibanya di Indonesia, pesawat MiG-21 langsung dirakit. Para teknisi Rusia segera membimbing teknisi Indonesia. Rusman pun mulai mempersiapkan diri. Perang yang tidak ketahuan kapan akan berkecamuk di Papua Barat, terpaksa ditinggalkannya. Rencananya, tentu Rusman akan dikembalikan ke medan perang seandainya Belanda benar-benar serius untuk perang.

Disamping perwira senior di skadron fighter, Rusman juga menjabat perwira operasi Skadron Udara 11 DH-115 Vampire, jet latih pertama Indonesia. Tak salah, melihat keseniorannya, Leo mempercayainya sebagai orang pertama yang menerbangkan MiG-21 di dalam negeri. Kebetulan, Leo juga harus ke luar negeri. Rusman tidak terlalu kesulitan untuk mengakrabkan diri dengan MiG-21, mengingat ratusan jam terbang sudah dikantonginya dari MiG-15 dan MiG-17. “Pada dasarnya tidak jauh beda dengan MiG-17,” kata Rusman perihal pesawat bersayap delta ini.

Program kilat dimulai. Buku manual MiG-21 dilahapnya, para instruktur Rusia dengan tekun menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Pesawat rampung dirakit teknisi dan dinyatakan ready to fly. Tibalah Rusman pada saat yang menentukan, yaitu menerbangkan pesawat yang disebut sebagai roket terbang di hadapan beberapa pejabat penting yang, katanya, mau hadir. “Secara teoritis saya sudah paham,” aku Rusman.

Pagi itu, Juli 1962, segala persiapan dilakukan di Bandara Kemayoran. Sebagian dari MiG-17 dan MiG-15 yang berpangkalan di Kemayoran, terlihat berjejer di pelataran parkir. Benar saja, KSAU Laksamana Suryadarma dan beberapa pejabat teras AURI sudah terlihat hadir. Di hanggar, sebuah mesin turbojet Tumansky R-11-F2-300 mulai memekakkan telinga. Pesawat siap bergerak ke landasan pacu. Tidak ada perasaan janggal bagi Rusman, sama seperti menerbangkan pesawat Rusia terdahulu. Di ujung landasan, gemuruh mesin jet berdaya dorong 5.950 kilogram meninggi. Itulah tenaga penuh karya spektakuler biro disain Mikoyan-Gurevich (OKB).

Rusman mencelat meninggalkan tanah, menanjak, meninggalkan hadirin dengan tepuk tangannya yang riuh rendah. Menurut rute yang di-plot, pesawat akan belok ke kiri. Rusman menyentakkan tangkai kemudi (handle) ke kiri. Astaga, dia kaget, pesawat melintir kencang. Tak dikiranya akan begitu sensitif. Tapi kesadarannya cepat muncul. “Ya sudah, saya putar saja sekalian sampai empat kali,” katanya tertawa. Setelah mendarat, didapatinya ucapan selamat dan decak kagum. Hadirin takjub melihat Rusman yang sanggup membuat roll sampai beberapa kali. “Mereka nggak tahu, kagetnya saya.”

Beberapa hari kemudian, jelas Rusman, Skadron 14 berkekuatan 20 MiG-21 yang bermarkas di Lanud Iswahyudi, Madiun, diresmikan KSAU di Bandara Kemayoran. Rusman langsung ditunjuk sebagai komandan. Sebelumnya sudah diresmikan Skadron 11 MiG-15/17. Sedangkan Skadron 12 MiG-19, justru dibentuk belakangan. Kemudian dibentuk pula Wing 300, induk skadron-skadron tempur yang bermarkas di Kemayoran. Rusman ditunjuk sebagai komandan Wing 300 dari tahun 1963 sampai 1966.

Penerbangan pertama diikuti beberapa penerbang berikutnya. Menyusul transisi penerbang. Dari ribuan kilometer di utara, Jahman beserta ketiga rekannya juga mulai menerbangkan pesawat yang sama. Nantinya, setelah kembali dari Lugowaya (1963), keempat penerbang ini bersama Rusman menjadi instruktur pesawat yang mulai dipakai Uni Soviet tahun 1959 dan dipertahankan di garis terdepan pertahanan selama 30 tahun. Target utama AURI yaitu, mempercepat alih teknologi dari penerbang Rusia ke Indonesia.
 Seruduk Hutan Jati

Deretan Mig-21 AURI
Seorang komandan harus lebih dulu tahu segalanya dari anak buah. Filosofi ini dipegang Rusman sebagai komandan skadron. Penguasaan menerbangkan MiG-21 terus dilakukannya baik melalui petunjuk buku manual maupun dari instruktur. Satu hari, sebulan setelah terbang perdana, Rusman terbang seorang diri dalam sebuah misi untuk menguji kemampuan high speed pesawat. Pagi itu, 29 Agustus 1962, pemilik 1.500 jam terbang MiG-21 ini bertolak dari Madiun dengan rute seputaran Jawa Timur. (baca: Rusman Tembus Mach-2).

“Yang mengejutkan saya saat harus terbang high speed adalah, bahwa pesawat ini ternyata lebih cepat dari pikiran saya,” kata si “Hell Cat”, panggilan Rusman di udara. Persis seperti yang dirasakan Rusman, kehebatan inilah yang diunggulkan Soviet untuk menahan laju pembom B-52 Stratofortress AU AS yang kecepatan mendekati Mach-1. Bagi Indonesia hampir serupa. Menahan ancaman pembom negara-negara musuh menjadi tugas utama MiG-21. “Kita harus sanggup mengintersep pada titik dimana mereka bisa merilis bom,” jelas Jahman, mantan Danlanud Iswahyudi itu.

Untuk mendukung akselerasinya secepat mungkin mencegat pembom, MiG-21 dilengkapi afterburner. Malasalahnya, kadangkala afterburnernya tidak berfungsi dengan baik saat pesawat tengah menggandul sebuah bom konvensional “jatuh bebas” seberat 500 kilogram. Kesalahan teknis ini sempat merenggut nyawa beberapa penerbang MiG-21. Seperti pada satu ketika, tepatnya hari Kamis, saat dilangsungkan latihan terbang tinggi di Madiun.

Seorang penerbang, ingat Rusman, gagal lepas landas, karena tenaga tambahannya tidak bekerja sempurna. Pesawatnya terus merambat cepat di permukaan landasan, baru hidung yang terangkat. Anak muda ini terus berusaha, dihidupkannya lagi. Dia sadar, ujung landasan sekian detik lagi habis. Tanpa pikir panjang, ditariknya kursi pelontar (ejection seat) bermaksud bail out. Pesawat tercebur masuk sungai di ujung landasan.

Sulit berpikir jernih kala terjepit. Mungkin itu yang dialami anak muda ini. Dalam kepanikkannya, ditariknya kursi pelontar yang jelas tidak menerapkan teknologi zero ejection seat baru aktif pada ketinggian 1.000 kaki. Pemuda berkemauan besar itu menghembuskan napas terakhir. “Padahal dia sudah minta izin pada saya, usai terbang akan ke Yogya untuk melangsungkan pertunanganan pada hari Sabtu,” kenang Rusman. Sebelumnya, di hari Selasa, kecelakaan juga menimpa seorang penerbang. Sebuah pesawat jatuh di hutan jati, daerah Cepu, dalam sebuah latihan terbang malam. Pesawat menyambar pohon jati sepanjang satu kilometer.

Seorang penerbang lainnya juga membuat kekeliruan saat akan mendarat. Padahal, menurut Rusman, dia sudah memberitahu kalau mengurangi kecepatan dari high speed, intake-nya akan membuka. Proses ini akan menimbulkan getaran. Celakanya, karena kaget, dia langsung eject. Penerbangnya sih, selamat, tapi pesawatnya hancur.

Rusman sendiri juga nyaris celaka gara-gara afterburner, ketika berangkat dari Kemayoran ke Madiun. Ketenangan serta segudang pengalaman, menjadi sangat mahal dalam kondisi ini. Rusman sangat sadar, kecepatan pesawat saat itu hanya pas untuk melayang. Salah handling sedikit saja, fatal. Sayapnya yang teramat tipis, hampir tidak bisa diharapkan memberikan daya angkat besar. Pesawat melayang persis di atas atap rumah penduduk.
 Kegagahannya Berakhir Mengharukan

Walau sangat cepat, pesawat pencegat MiG-21 tidak bisa diharapkan mengerjakan tugas-tugas strategis. Kemampuannya hanya untuk mengangkasa dengan cepat, terbang cepat, kombat, dan pulang! Endurance-nya kecil.

Menyadari keterbatasan pesawat, sementara wilayah Indonesia teramat luas untuk dipertahankan dan dijangkau MiG-21. Namun rasa bela negara, terlalu besar untuk dikalahkan oleh keterbatasan pesawat. Sebagai uji coba, Rusman terbang keliling Jawa Timur. Ternyata pesawatnya hanya mampu terbang 1 jam 40 menit. “Itupun sudah dengan drop tank dan teknik terbang yang irit,” katanya.

Satu jam 40 menit. Apa yang bisa dijangkau dari Jakarta? Mulailah mereka menghitung. Medan bisa! “Tapi tidak bisa pulang,” jawab Rusman. Bagaimana kalau cuaca buruk, tiba-tiba engine trouble, atau ada gangguan di landasan? Padahal terbangnya harus lurus, tidak ada toleransi “belok kiri-kanan”. Waktu tempuh Kemayoran-Medan sekitar 1 jam 30 menit. Artinya, hanya tersisa 10 menit untuk keadaan darurat. Berbagai pertanyaan dibenak Rusman. Namun dia sudah memutuskan, pulau-pulau besar di luar Jawa harus didarati.

Medan akhirnya dikunjungi. Kurang puas, Rusman, Sukardi, dan Ibnu Subroto, melakukan terbang cross country melintas Sumatera pada tahun 1963. Dengan mengambil rute Kemayoran-Palembang-Medan-Padang-Kemayoran, ketiga pencegat menyambar-nyambar di setiap daerah yang disinggahi. Mereka juga menginap di ketiga kota yang didarati. Sambutan masyarakat begitu antusias.

Sukses rupanya. Karena itu, perjalanan dilanjutkan ke Indonesia bagian timur setahun kemudian. Kali ini lebih banyak, melibatkan enam pesawat. Rute yang diambil : Madiun-Makasar-Morotai-Biak. Dalam jumlah besar, MiG-21 pernah melakukan formasi sembilan pesawat. Cross country ini dilakukan bukan untuk unjuk kekuatan AURI, “Tapi untuk meningkatkan skill, dan orientasi daerah bagi penerbang,” jelas Rusman lagi.

Ketika konfrontasi dengan Malaysia yang dikenal dengan kampanye Dwikora, Indonesia menyiagakan pembom Tu-16 dan MiG-21. Karena jangkauannya yang kecil, pesawat harus ditempatkan di Palembang dan Medan. Selama pengabdiannya di AURI, memang tidak ada pengalaman perang udara hebat yang ditinggalkan MiG-21 bagi generasi berikutnya. Selama Dwikora pun, hanya beberapa kali berpapasan dengan pesawat Hawker Hunter atau HS Buccaneer Inggris saat mengawal Tu-16.

Leo Wattimena sendiri memang tidak menghendaki adanya duel udara di antara kedua belah pihak. “Kecuali ditembak,” perintah Leo. Namun begitu, dua rudal K-13A atau NATO menyebutnya AA-2 Atoll dan kanon 30 mm, tetap disiagakan. Biarpun dilarang bertindak provokasi, ada saja beberapa penerbang yang berbuat iseng. Maksudnya hanya ingin melihat kesiapan radar lawan.

Dengan airborne dari Medan, pesawat terbang low level menyusuri selat Malaka. Begitu menjelang perbatasan, tower akan berteriak memberitahu ada pesawat naik dari Butterworth. “Kita langsung pull up, kabur,” jelas Jahman yang menjabat komandan Skadron 14 setelah Rusman. Saat pesawat Inggris tiba di perbatasan, MiG-21 AURI sudah terbang jauh. “Kita (MiG-21) memang tidak pernah perang. Sebagai pencegat, kita hanya menunggu lawan yang tidak pernah jelas. Itulah tugas kita, menunggu dan menunggu,” tutur Jahman yang menerbangkan MiG-21 nomor 2164.

Bagi Rusman maupun Jahman, agak kelam nasib MiG-21 pasca “pemberontakan yang gagal” oleh komunis Indonesia. Kedua penerbang MiG generasi pertama ini, kurang begitu tahu apakah betul MiG-21 di jual. Lain halnya dengan MiG-19. “Saya sendiri yang mengantarkan ke Pakistan, sekalian melatih penerbangnya,” aku Rusman. Soal pembelian MiG-19, ditambahkan Jahman, terpaksa dibeli Indonesia ulah politik dagang Rusia. Soalnya, sepengetahuan Jahman, Rusia hanya bersedia melepas MiG-21 asalkan MiG-19-nya juga dibeli.

Menurut polemik yang beredar saat itu, Indonesia memberikan MiG-19 kepada Pakistan karena merasa dikerjain. Gosip yang beredar seperti diceritakan Jahman, satu ketika Pakistan memberi pesawat angkut yang ternyata bobrok. Ketahuannya, sejak mendarat pesawat sumbangan ini tidak pernah diterbangkan lagi. Dari karakteristik pesawat yang diceritakan Jahman, sepertinya pesawat dimaksud adalah Lockheed Constellation. Itulah sebabnya, MiG-19 diberikan kepada Pakistan. Kondisi MiG-19 sebenarnya tidak terlalu baik. Pesawatnya selalu tidak siap untuk diterbangkan. “Padahal teknisi sudah menyatakan bagus. Begitu kita hidupkan, selalu ada saja yang tidak benar,” ucap Jahman.

Namun yang jelas, bagi Pakistan yang tengah terlibat perang dengan India, jelas berharga. Selain Indonesia, Cina juga menyumbangkan pesawat yang sama. Niat hatinya, Pakistan sebenarnya ingin meminjam pembom Tu-16 AURI yang dipersenjatai rudal AS 1 Kennel, tapi ditolak Men/Pangau Omar Dhani.

“Saya tidak tahu apakah betul dijual dan kemana. Kalau benar, palingan itu urusan orang-orang gede,” kilah Rusman yang selalu menerbangkan pesawat MiG-21 bernomor 2160 dan 2170 tersenyum kecut. “Pesawat itu hebat sekali,” tutur Rusman berkali-kali, seperti tidak puas memuji kehebatan sang pencegat. MiG-21 AURI mengakhiri zaman keemasannya setelah farewell flight sebulan penuh, pada tahun 1967.(ben)
 Red Eagles, America’s Secret MiGs

Berikut adalah kutipan yang diambil dari “Red Eagles, America’s Secret MiGs” karangan Steve Davies.

“Setelah pemerintahan mantan presiden Soekarno jatuh, yang diikuti hubungan Indonesia dan Uni Soviet yang memburuk dan pemerintahan mantan presiden Soeharto yang condong ke arah Amerika Serikat. Maka Uni Soviet kemudian menarik maintenance support untuk pesawat buatan Uni Soviet yang berada di Indonesia. Sehingga dengan “terpaksa” Indonesia mempensiunkan 30 Mig-17, 10 Mig-19 dan 20 Mig-21 yang dimilikinya diakibatkan kekurangan suku cadang.

Kemudian Pemerintah Amerika Serikat dengan dalih untuk membantu mengembangkan kekuatan TNI AU maka memperbolehkan Indonesia untuk membeli peralatan militer buatan amerika serikat mulai dari T-33, UH-34D, hingga F5E/F dan OV-10. Tetapi perjanjian tersebut entah bagaimana membuat Amerika Serikat dapat membawa Mig kita ke ke Groom Lake, markas dari Red Eagles yaitu suatu skuadron yang ditugasi untuk mempelajari kelemahan dari pesawat-pesawat buatan uni soviet.

Adapun Mig yang dibawa ke amerika serikat tersebut dari 10 Mig-21F13 dengan tail number 2151, 2152, 2153, 2155, 2156, 2157 ,2159, 2162, 2166, 2170; 1 Mig-21U tail number 2172 dan 2 Mig-17F tail number 1184 dan 1187.”

Beberapa dari pesawat Mig tersebut masih bisa dilihat di Musium Satria mandala dan ITB, beberapa kabar dari milis info militer juga menyatakan beberapa Tu-16 kita juga dibawa kesana dan sisanya discrap. Lebih menyedihkan lagi pesawat T-33 yang kita beli dari Amerika tidak dilengkapi oleh persenjataan, walaupun akhirnya bisa diakali oleh ground crew TNI AU sehingga T-33 tersebut bisa dipersenjatai dan dapat digunakan untuk operasi militer.
Sumber : 
  • angkasa-online edisi februari
  • sejarahperang
  • adiewicaksono

Jumat, 01 Juni 2012

Pangarmatim Tinjau Latihan Parsial SAR Kapal Selam

Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum berkesempatan meninjau pelaksanaan latihan Parsial SAR Kapal Selam yang dilaksanakan oleh Satuan Kapal Selam Koarmatim dan Dislambairarmatim, Jumat (1/6).

Latihan yang akan dilaksanakan pada minggu IV bulan Juni 2012 dimaksudkan untuk melatih unsur-unsur dan seluruh komponen SAR TNI AL dalam menyelenggarakan pencarian dan penyelamatan (SAR) memberikan bantuan atau pertolongan terhadap kapal selam yang mengalami kedaruratan di bawah air. Latihan SAR ini merupakan latihan pertama yang akan dilaksanakan oleh TNI AL, oleh karena itu Pangarmatim menekankan agar dilaksanakan latihan secara parsial terhadap seluruh skenario latihan yang akan dilaksanakan, sehingga latihan SAR benar-benar dapat terlaksana dengan baik.

Dalam kunjungan tersebut, Pangarmatim berkesempatan menyaksikan proses penggenangan dan pengeringan Conning tower kapal selam yang dalam skenario latihan nanti akan dipergunakan sebagai tempat peluncuran para awak kapal selam dalam proses penyelamatan diri apabila kapal selam mengalami kedaruratan di bawah air.

Latihan parsial SAR kapal selam dilaksanakan selama lima hari, dimulai tanggal 28 Mei hingga 1 Juni 2012. Latihan dilaksanakan dalam dua tahap yaitu teori dan praktek. Tahap teori dilaksanakan dari tanggal 28 hingga 30 Mei di Dock Kapal selam dan di ponton lumba-lumba. Sedangkan tahap praktek dilaksanakan dari tanggal 31 Mei sampai 1 Juni 2012 di dermaga kapal selam.

Dalam tahap praktek kapal selam disimulasikan duduk dasar dan tidak dapat dihembus dari dalam kapal selam, sehingga memerlukan bantuan dari unsur penyelam TNI AL (Dislambair) untuk menghembus tangki pemberat pokok (TPP) kapal selam, sehingga kapal selam dapat timbul ke permukaan. Setelah kapal selam diketahui lokasinya, unsur penyelam memasang Hose Connection ke TPP 1 dan 2 di bagian buritan kapal selam, dan ke TPP 5 dan 6 di haluan kapal selam. Setelah pemasangan selesai, penyelam memberikan tanda ketukan dua kali pertanda kapal siap di hembus dari ponton lumba-lumba, kemudian ABK kapal yang ada didalam kapal membalas ketukan dua kali sebagai tanda mengerti dan kapal siap dihembus dengan bantuan ponton lumba-lumba.

Kegitan penghembusan kapal selam dari ponton lumba-lumba tersebut disaksikan langsung oleh Asops Pangarmatim yang mengawasi proses pelaksanaan penghembusan tersebut sampai dengan selesai. Proses penghembusan dilaksanakan secara perlahan selama 41 menit dengan tetap memperhatikan kondisi kapal. Setelah kapal berhasil di timbulkan tim penyelam melepas kembali Hose Connection ke TPP kapal selam, sekaligus sebagai tanda selesainya dilaksanakan latihan parsial SAR kapal selam tersebut. (Dispenarmatim)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...