Sabtu, 21 Desember 2013

Prajurit TNI Kawal Water Tank Spanyol di Lebanon

Prajurit TNI Kawal Water Tank Spanyol di LebanonLebanon Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) POM TNI Kontingen Garuda (Konga) XXV-F/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), melaksanakan pengawalan kendaraan Water Tank milik Kontingen Spanyol yang akan melakukan penyedotan air di wilayah Bravo 82, Marjayoun, Lebanon Selatan, Jumat (20/12/2013).

Kejadian ini merupakan kegiatan yang kerap terjadi apabila Lebanon tengah mengalami hujan yang cukup deras, dimana air hujan yang mengalir dari Israel menuju Lebanon akan mengalir ke sebuah tanggul yang memang dibuat untuk menampung air dari Israel.

"Apabila tanggul itu penuh, harus dilakukan penyedotan untuk dibuang lagi di daerah perbatasan antara Israel dan Lebanon, tepatnya di Bravo-90, Marjayoun," kata Letkol Cpm Andri Gunawan selaku Komadan Satgas (Dansatgas).

Konon ceritanya, orang Lebanon tidak mau menerima air yang berasal dari Israel tersebut dan menganggap air itu adalah air haram bagi warga Lebanon, sehingga UNIFIL melaksanakan penyedotan untuk selanjutnya dibuang kembali ke Israel.

Menurut Dansatgas Letkol Cpm Andri Gunawan, pihaknya merasa sangat bangga dimana dalam cuaca yang cukup dingin dan sebelumnya turun salju di daerah tersebut, prajuritnya masih dengan semangat mengatur lalu lintas yang cukup ramai, mengingat jalur ini merupakan jalur Panorama yang sering dikunjungi para wisatawan manca negara maupun lokal.

"Dalam melaksanakan tugas di lapangan harus tetap waspada, perhatikan faktor keamanan material maupun personel, sehingga tidak terjadi sesuatu hal yang tidak kita inginkan dan kegiatan ini akan berlanjut selama musim hujan masih berlangsung serta permintaan dari pimpinan atas," katanya.

  Tribunnews  

Bank Mandiri Biayai Alutsista TNI Rp 10 T

"Total kami sudah mengalokasikan sekitar Rp 10 triliun untuk pembangunan persenjataan TNI dan sifatnya hanya dana talangan, karena pembangunan alutsita dibiayai APBN." 

http://v-images2.antarafoto.com/g-pr/1387541710/peresmian-kri-alamang-644-10.jpg
KRI Alamang 644
Jakarta ☆ Bank Mandiri menyatakan sudah mengalokasikan dana hingga Rp 10 triliun untuk mendanai pembangunan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) guna memperkuat persenjataan dan peralatan tempur Tentara Nasional Indonesia (TNI).

"Total kami sudah mengalokasikan sekitar Rp 10 triliun untuk pembangunan persenjataan TNI dan sifatnya hanya dana talangan, karena pembangunan alutsita dibiayai APBN," kata Managing Directior Institutional Banking Bank Mandiri, Abdul Rachman di Batam, Jumat (20/12).

Untuk pembangunan KRI Alamang 644 jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) ukuran 40 meter menelan anggaran sekitar Rp 73 miliar.

Sebelumnya Bank Mandiri juga telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp 123,78 miliar untuk membangun tiga unit kapal cepat rudal pertama, kedua dan ketiga produksi dalam negeri, yaitu KRI Clurit 641, KRI Kujang 642 dan KRI Beladau 643.

"Selain itu, Bank mandiri juga membiayai pembangunan KRI Pari 849 dan KRI Sembilang 850 yang diresmikan September 2013 lalu," kata Rachman.

Rachman mengatakan, pembangunan KRI dan alat utama persenjataan lain didanai oleh Bank Mandiri sebelum dana dari APBN turun.

"Selain kapal-kapal yang dibangun untuk TNI AL, yang sudah ditandatangani oleh Kementerian Keuangan adalam pembiayaan kebutuhan perlengkapan tank tempur dan kebutuhan di TNI lainnya," kata dia.

Rachmad mengatakan, upaya tersebut sebagai bentuk peran serta Bank Mandiri agar pembangunan perlengkapan untuk TNI dan Polri bisa dilaksanakan.

"Jika diperlukan, untuk tahun-tahun berikutnya kami siap untuk memberikan dana talangan dan bekerjasama dalam pembangunan alutsita yang dibutuhkan TNI dan Polri," kata Rachmad.

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan selama ini pembangunan alutsita bagi kebutuhan TNI dan Polri dibantu dengan pembiayaan dari Bank Mandiri.

"Pada dasarnya semua didanai APBN, namun karena dana APBN memerlukan proses untuk pencairan. Maka Bank Mandiri yang menalangi hingga dana pemerintah tersebut turun,' kata dia.

Dengan pembiayaan dari Bank Mandiri, kata dia, pembangunan alutsita bisa dilaksanakan lebih cepat.[mad/ant]

  Skalanews  

Indonesia Harus Buat Simulator Sukhoi Sendiri

http://img215.imageshack.us/img215/6562/cn235ffs.jpg
Flight Simulator CN235 PT DI
Bandung Direktur Teknologi Dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Andi Alisjahbana menyarankan pemerintah agar tidak membeli simulator pesawat tempur Sukhoi dari luar negeri. "Full Mission Simulator banyak berisi pelatihan-pelatihan menjalankan misi pesawat tempur, dan banyak yang bersifat universal tapi juga di dalamnya adalah doktrin tempur TNI AU," kata dia dalam surat elektroniknya pada Tempo, Jumat, 20 Desember 2013.

Menurut Andi, semua negara pengguna pesawat tempur Sukhoi memilih membuat sendiri simulator kemudinya, dengan pertimbangan untuk melindungi rahasia negaranya. Contohnya, China dan Malaysia yang membuat sendiri simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia itu.

Andi menjelaskan, simulator kemudian untuk pesawat tempur berbeda dengan simulator untuk pesawat sipil. Simulasi kemudi pesawat sipil hanyalah Flight Simulator yang digunakan oleh umumnya sekolah penerbangan.

Flight Simulator dirancang, selain melatih keahlian terbang dan mengemudikan pesawat, juga untuk melatih pilot menghadapi keadaan darurat yang tidaklah mungkin di lakukan di pesawat aslinya seperti kerusakan mesin, rusaknya alat navigasi, hingga pendaratan darurat.

"Pilot akan dilatih menggunakan Flight Simulator pada kondisi kondisi ini, maka pilot langsung tahu langkah-langkah yang harus diambil," ucap Andi.

Simulator pesawat tempur punya prinsip yang sama. Hanya bedanya pesawat tempur punya tujuan menjalankan misi perang. Pesawat tempur juga dilengkapi dengan senjata seperti rudal dan radar untuk kepentingan tempur, yang pemakaiannya punya prosedur tertentu. "Simulator pesawat tempur memiliki cakupan jauh lebih luas dari Flight Simulator, karena itu disebut Full Mission Simulator (FSM)," kata Andi.

Piranti Full Mission Simulator juga dapat diprogram untuk menghadapi pesawat musuh yang spesifik hanya dengan memprogramkan data penerbangan dan manuver pesawat tempur musuh tersebut.

Dengan cakupan latihan pilot pesawat tempur dengan piranti kendali simulasi itu, Full Mission Simulator menyimpan data diantaranya prosedur saat pesawat tempur bertemu musuh mulai hingga prosedur melakukan pengejaran pesawat musuh, termasuk pelepasan senjata untuk melumpuhkan musuh. "Ini semuanya merupakan rahasia negara," kata Andi.

Andi mengatakan, dengan alasan itu, pemerintah disarankan membuat simulator Sukhoi itu di dalam negeri. "Nilai strategisnya sudah sangat jelas dan juga dilindungi dalam UU Nomor 16/2012 mengenai Industri Pertahanan Nasional," kata dia.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiaantoro mengungkapkan rencana pemerintah membeli simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi SU-27 dan SU-30. Kementerian Pertahanan tengah memilah produsen simulator Sukhoi tersebut sebab ada 3 negara yang bisa memproduksinya, yakni Rusia, China, dan Kazakhstan.

"Kami masih pikirkan mana yang lebih cocok," kata Purnomo pada wartawan di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, 16 Desember 2013.

Dewan Perwkilan Rakyat mendukung rencana Kementerian Pertahanan membeli simulator Sukhoi. Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan, pembelian simulator tersebut sudah dibicarakan sejak 2 tahun lalu untuk melengkapi skuadron Sukhoi. "DPR menilai Indonesia belum mampu memproduksi simulator sendiri," kata dia ketika dihubungi Tempo, Senin malam, 16 Desember 2013.

  Tempo  

[Video] Mengintip Atraksi Yonif 700/Raider


Jakarta Letkol Dody Tri Winarto, Danyonif Batalyon Infanteri 700/Raider mengungkap tugas pokok sebagai pasukan pemukul Kodam Wirabuana VII, Batalyon Infanteri 700/Raider adalah melaksanakan operasi keamanan dalam negeri, maupun operasi pertahanan dalam menjaga dan menciptakan stabilitas keamanan guna kelancaran pembangunan sulawesi.

"Inti dari tugas kami menjaga keutuhan NKRI," kata dia.

Batalyon berkekuatan 700 personel ini juga diminta selalu siap mengantisipasi sasaran strategis dan taktis. Ini termasuk keterampilan anti teror. "Ini yang membedakan kami dengan satuan yang lain," kata dia.

Seperti satuan lain, Batalyon Infanteri 700/Raider memiliki prestasi yang begitu banyak dan beragam. Di dalam negeri, tim Kompi Senapan B Yonif 700/Raider yang dipimpin Lettu Inf Timmy berhasil membebaskan sandera istri Letkol Lek Azhari, Safrid, dan istri Lettu Lek Agung, Sorata, keduanya merupakan Perwira TNI AU pada operasi Darmil Aceh 2004-2005 yang dipimpin Letkol Inf Catur. Itu belum termasuk, operasi di Timor-Timur, kemudian pemulihan keamanan di Aceh pada tahun 2001-2002.

Di luar negeri, Batalyon 700/Rider turut menyumbang delapan personel ke Lebanon. Dalam waktu dekat, sebanyak 129 personil akan dikirim ke Sudan untuk melaksanakan misi perdamaian PBB. "Saat ini, ada empat personil yang mengawal perhelatan Sea Games," kata dia.

  Republika  

Papua, Skandal Besar Barat

 Negara-negara barat mengamini penindasan karena ingin keruk alam Papua 

Noam Chomsky, bapak linguistik modern
Amerika Salah satu intelektual terkemuka dunia, Noam Chomsky, angkat bicara mengenai kondisi di Papua. Dalam sebuah wawancara yang muncul di YouTube, profesor emeritus Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, itu menyebut genosida sedang terjadi di Papua.

"Dukungan Barat terhadap penindasan di Papua Barat adalah skandal besar," kata Chomsky dalam salah satu video yang merupakan bagian dari serial "The Chomsky Videos", diunggah pada 8 Desember 2013. Negara-negara Barat, kata Chomsky, mengamini karena ingin mengeruk sumber daya alam Papua.

Chomsky yang kerap disebut sebagai "Bapak Linguistik Modern" itu menyatakan, populasi, kebudayaan dan masyarakat Papua sedang berada dalam penindasan. "Apa yang terjadi di sana? Jelas genosida yang nyata," kata Chomsky. "Jika aktivis-aktivisnya ditaruh di satu ruangan, mereka terlihat putus asa," katanya pria keturunan Yahudi kelahiran 7 Desember 1928.

Dan posisi Amerika Serikat, kata Chomsky, mendukung aksi itu. Selama 25 tahun, politik luar negeri negerinya itu mendukung segala macam aksi termasuk penindasan militer terhadap Papua, kata intelektual yang menganggap dirinya seorang sosialis libertarian itu.

Video wawancara Chomsky ini sudah beredar luas di Papua. Tabloid Jubi melalui lamannya turut menyiarkan ulang video ini.(umi)

  Vivanews  

Tim teknis kapal selam segera dikirim ke Rusia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJOZIiKvdJqvEehUwoa68wIjf-U4xT470O1UqBu-l71Wg9N-TRyLLtRP-rIY-_GtOSiXNEXGgb2OINll1ocBRi2eBNR-dUlneurJlKjtXufgwL3wBAHBO9736qDDow_i-K_WcFnxg40rY/s1600/kilo-class-hibah-dari-rusia.jpgBatam Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Marsetio mengatakan segera mengirim tim teknis ke Rusia untuk memastikan Indonesia akan membeli kapal selam baru atau bekas.

"Januari 2014 nanti tim teknis segera berangkat ke Rusia untuk menanggapi tawaran kapal selam dari negara tersebut. Tim teknis akan mempelajari kesesuaian penawaran tersebut dengan kebutuhan di Indonesia," kata dia usai menyaksikan peresmian KRI Alamang 644 di Batam, Jumat.

Ia mengatakan, Indonesia memang membutuhkan penambahan kapal selam untuk menjaga kedaulatan NKRI dari kedalaman laut terutama untuk wilayah berperairan dalam.

Marsetio mengatakan, jika dilihat dari luas lautan yang mencapai dua per tiga dari luas NKRI, idealnya Indonesia memiliki sedikitnya 12 kapal selam.

"Kalau Indonesia jadi membeli dari Rusia, maka akan menjadi negara pertama di Asia yang memiliki kapal selam Kilo Class," kata dia.

Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro mengatakan saat ini tengah melakukan negosiasi atas penawaran Rusia agar Indonesia membeli kapal selam Kelas Kilo.

"Kami inginnya kapal tersebut dilengkapi dengan rudal Club S yang mampu membidik sasaran hingga 400 kilometer," kata dia.

Rudal Club S, ialah rudal antikapal jarak jauh yang diluncurkan dari bawah permukaan air. Jenis peralatan tempur ini termasuk kategori misil pembunuh yang mempunyai jarak tembak hingga 400 kilometer.

Ia mengatakan, kapal-kalal selam yang akan dibeli Indonesia cocok ditempatkan pada wilayah timur yang memiliki perairan laut yang dalam.

"Untuk perairan barat yang berkarakterisitik berpulau-pulau cocok dengan kapal jenis Kapal Cepat Rudal (KCR) ukuran 40-60 meter namun dengan persenjataan yang modern," kata Purnomo.

Ia mengatakan, akan membangun hingga 40 KCR hingga 2024 untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI AL terutama wilayah barat.

Jumat sore, Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan sejumlah pejabat utama Mabes TNI meresmikan tiga kapal untuk TNI AL.

Kapal tersebut adalah KRI Alamang 644 berjenis Kapal Cepat Rudal ukuran 40 meter, dan dua kapal Angkatan Laut (KAL) Bireuen II-1-63 (KAL Bireun) dan KAL Kumai I-6-58 dengan panjang kurang lebih 28 meter.(LNO/A029)

  Antara  

Pengamanan KTT APEC Dinilai Sukses, China Belajar ke Paspampres RI

Paspampres (Cuap2)
Jakarta Penyelenggaraan KTT APEC 2013 pada Oktober lalu dinilai sukses khususnya dari segi pengamanan.

Atas dasar itu, China ingin belajar kepada Indonesia mengenai sistem keamanan kepada kepala negara dan delegasinya.

"Mereka mau mendengar langsung pengalaman kita pada pengamanan KTT APEC 2013. Mereka menilai pengamanan kita berhasil.

Mereka ingin tahu lebih detail soal organisasi, komando dan koordinasi kita. Mereka anggap organisasi kita perfect," ujar Komandan Paspampres Mayjen TNI Doni Munardo saat berbincang dengan detikcom, Selasa (17/12/2013).

Pertemuan tersebut berlangsung di Markas Komando Paspampres Jl Tanah Abang II, Jakarta Pusat, Senin (16/12). Delegasi Cina dipimpin oleh Deputi Direktur Keamanan Kementerian Pertahanan RRC Wang Lei.

Doni mengatakan keberhasilan sebuah KTT setengahnya ditentukan oleh sistem keamanan. Nah, China ingin tahu cara pengamanan yang dilakukan Indonesia saat penyelenggaran event internasional tersebut.

"Mereka surprise melihat keamanan KTT kemarin. Mereka merasa puas dan terkesan. Mereka anggap itu adalah sistem yang terbaik selain petugas-petugasnya yang profesional," tuturnya.

Salah satu yang membuat mereka terkesan adalah mengenai bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi dalam sistem keamanan. Doni menjelaskan Indonesia menerapkan sistem keamanan satu komando antara TNI dan Polri.

"Mereka ingin belajar bagaimana TNI dan Polri bisa bersinergi, di mana semua unsur pengamanan bisa bersatu," imbuhnya.

Doni juga menjelaskan bahwa semua pemimpin atau kepala negara mendapat prioritas yang sama. Dengan koordinasi Badan Intelijen Negara (BIN) dan Badan Intelijen Strategis (BAIS), pihaknya menentukan klasifikasi potensi keamanan dari masing-masing pemimpin negara.

Doni mengakui bahwa ada negara-negara yang detail mempertanyakan persiapan pengamanan Indonesia. Ada juga negara-negara yang meminta fasilitas-fasilitas khusus seperti kendaraan berat atau mobil antipeluru.

"Nah kalau soal helipad itu sebenarnya kita yang sudah jauh hari merancangnya. Sejak tahun lalu kita sudah siapkan untuk evakuasi medis misalnya, atau evakuasi kepala negara jika ada potensi gangguan. Jadi kita sudah siapakan di kawasan Nusa Dua, jalur evakuasi pengamanan pantai, dan semua aspek dari laut udara dan darat, semua fasilitas kita penuhi," paparnya.

Doni menegaskan bahwa untuk sisi keamanan, tidak ada satupun negara yang bisa mendikte Indonesia. Terlebih Indonesia sudah menerapkan sistem keamanan sesuai dengan standar internasional.

"Semua pelaksanaan pengamanan dibawah kendali kita dan semua harus tunduk. Sama seperti kita tunduk kalau kita datang ke negara mereka," tegasnya.

  detik 

Pola Pembelian Alutsista Menuju Kemandirian

Pembelian alutsista yang deras akhir-akhir ini, meninggalkan pola yang bisa dianalisa oleh pengamat militer dan para pecinta dunia militer.

Proses Pemindahan MBT Leopard 2A4 TNI AD
MBT Leopard 2A4 TNI AD
Tentu, pembelian alutsisita oleh pemerintah berdasarkan: Blueprint, Strategi Pertahanan serta Doktrin Induk Tentara Nasional Indonesia. Strategi Pertahanan Indonesia tak lepas dari Doktrin Induk yang merumuskan apa hakekat kepentingan pertahanan nasional, jatidiri/identitas militer/tentara (who we are ?) dan tugas militer/tentara (what do we do?).

Di bawah doktrin induk adalah doktrin dasar yang intinya berisi rumusan strategi untuk memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok militer untuk mencapai tujuan pertahanan nasional. Misalnya, apakah akan menggunakan continental strategy atau defence in depth atau layered defence. Doktrin ini kemudian dijabarkan ke dalam postur dan struktur kekuatan (posture and force structure), dan penggelarannya.

Lapis berikutnya adalah doktrin operasional yang merujuk pada doktrin militer yang memberikan arah bagi penggunaan secara efektif dan efisien kekuatan militer dalam melaksanakan operasi militer, baik gabungan maupun kecabangan. Pada lapis ini, doktrin operasional mengidentifikasi karakteristik dasar masing-masing kekuatan yang mempunyai implikasi bagi pengembangan strategi dan operasi militer. Sedangkan Doktrin paling bawah dan operasional adalah pada tingkat taktis yang dikembangkan langsung untuk pelaksanaan operasi militer di lapangan.

Prajurit TNI AD
Sistim pertahanan Indonesia masih didasarkan atas doktrin pertahanan semesta (sishanta) dengan paradigma taktik perang gerilya. Doktrin ini dicopy oleh Singapura dan disebut strategi “total defence”. Demikian juga dengan negara-negara lain yang memiliki dinas wajib militer melalui sistem konskripsi (conscription) atau mobilisasi.

Jika nantinya alutsista sudah lengkap (walau namanya tetap sishanta), tapi penerapannya akan menggunakan SISHANTA KEPULAUAN dengan menggunakan Gerilya laut dan Gerilya Udara untuk menangkal secara dini di wilayah maritim dan kontrol wilayah udara atas segala potensi ancaman.

Strategi pertahanan bila dilihat dari medan pertahanannya, jika musuh sudah mendarat dan memulai sishanta, berarti musuh sudah melewati dua medan lapisan.

Medan pertahanan dibagi menjadi 3 yaitu:
  1. Lapisan pertama adalah medan pertahanan penyanggah, berada di luar garis batas zona ekonomi eksklusif dan lapisan udara di atasnya.
  2.  Lapisan kedua adalah medan pertahanan utama sebagai medan operasi, dari laut zona ekonomi eksklusif sampai dengan laut teritorial dan lapisan udara di atasnya. 
  3. Lapisan ketiga adalah daerah-daerah perlawanan pada wilayah kompartemen strategis darat, termasuk wilayah perairan kepulauan dan lapisan udara di atasnya, meliputi daerah pertempuran, daerah komunikasi, dan daerah pangkal pertahanan dan perlawanan.

Lapisan lapisan tersebut tentunya bersentuhan dengan Pertahanan Laut dan Pertahanan Udara dan pertahanan darat Indonesia. Kawasan pertahanan udara ditentukan oleh Zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ – Air Defense Identification Zone), Daerah Terlarang, Daerah Terbatas dan Daerah Berbahaya.

Wilayah udara adalah ruangan udara di atas wilayah teritorial sebuah negara. Sedangkan zona Pertahanan Laut pastinya ditentukan oleh Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa 1982 tentang Hukum Laut (lihat UNCLOS 82) dan juga Landasan Kontinen yang diumumkan pada tanggal 17 Februari 1969 dan diundang-undangkan dengan UU no:1 tahun 1973.

Untuk itu, perlu alutsista yang bisa menjangkau lapisan pertama medan pertahanan penyanggah yang sementara bisa diwakili oleh Kapal Selam Killo, Heavy Fighter dan Pesud patroli maritim, Apache, MBT dan Javelin, sambil menunggu real fregat, destroyer dan rudal Sam Jarak Jauh atau bisa disebut alutsista berkemampuan heavy. Juga memerlukan alutsista medium untuk menjaga lapisan pertahanan lapis kedua serta alutsista yang light untuk mempertahankan lapisan pertahanan pertama.

Politik Luar Negeri Non-Blok Dan Zero Enemy 

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro
Indonesia menganut politik luar negeri non blok dan zero enemy sehingga bebas untuk belanja keperluan alutsista dari negara blok mana saja dan tidak terikat oleh suatu pakta pertahanan tertentu. kita bisa mencampurkan (gado-gado) sistim alutsista kita.

Selama ini banyak yang mencemoh kebijakan pemerintah dalam pengadaan alutsita, baik itu kubu yang pro produk dari barat atau kubu dari blok timur yang berpolemik dengan berbagai alasan tentang isu embargo.

Kita pernah diembargo oleh pihak barat beberapa kali dimulai embargo pada thn 1957 dengan terbatasnya kemampuan pesawat B-25 karena diembargo suku cadangnya dan juga embargo torpedo untuk kapal cepat kelas jaguar KRI macan tutul, padahal waktu Indonesia sibuk menghadapi pemberontakan permesta dan menghadapi Trikora. Embargo selanjutnya pada tahun 1991 oleh Amerika Serikat setelah peristiwa Santa Cruzz, Dili yang ditutup dengan episode embargo militer pada tahun 1999, setelah jajak pendapat Timtim. Kita sudah pengalaman akan PAHITNYA EMBARGO.

Embargo Militer dari pihak Timur juga pernah kita alami saat penggantian orde lama ke orde baru. Saat itu pihak Uni Soviet memutuskan hubungan dikarenakan kecewa dengan Indonesia yang jatuh ke pelukan barat, sehingga membuat kekuatan militer kita dari yang terkuat di belahan bumi paling selatan, menjadi sebaliknya.

Seharusnya saat itu Presiden Soeharto bisa memainkan kartu dan diplomasinya dengan CANTIK yaitu tetap Ideologi negara ini berpaling ke blok barat tetapi tetap mempertahankan kekuatan militernya yang dari blok timur yang sudah terbangun. Hal tersebut dilakukan oleh Mesir sehingga pihak barat tidak seenaknya mendikte kebijakan Mesir. Sementara Indonesia, kita membebek saja karena kekuatan militernya sudah dipaksa untuk dipreteli.

Pak Harto mulai sadar dengan membuka hubungan baik (PEMULIHAN) dengan pihak Uni Soviet diawali dengan berlangsungnya pertukaran nota pengesahan protokol pada 4 Juli 1968 di Jakarta yang membahas kewajiban pembayaran kembali hutang Indonesia kepada Uni Soviet, serta pemulihan kembali soal soal hubungan ekonomi antara kedua negara dan negara negara blok timur lainnya.

Berlanjut ke persetujuan mengenai kerjasama ekonomi dan teknik dengan Rumania pada bulan september 1972 dan dengan Uni Soviet bulan Desember 1974, serta memulai kedekatannya dengan militer Rusia di era 1990, untuk penjajakan pembelian Pesawat Sukhoi 27 (setelah diembargo 1991). Mungkin Pak Harto di masa terakhir pemerintahannya menyesal dengan terlalu mempercayai pengadaan alutsista militernya terhadap blok barat.

Mendompleng MEF Menuju Kemandirian. 

Dengan pengalaman merasakan pahitnya diembargo militer tentunya Indonesia sadar bahwa kita harus mandiri dalam pengadaan alutsista sehingga minim akan dampak dari embargo. Maka ada Undang undang yang wajib Transfer of Technology (TOT) untuk mendukung kemandirian dalam beralutsista.

Pertimbangan utama pemeritah membeli alutsista yaitu: life cycle maintanance cost, communalities dan stablished. Maka bisa dibaca dari pola pembelian alutsista kita yang bisa dibagi dengan kretria: Pembelian Alutsista kelas berat (heavy), alutsista menengah (medium) dan Alutsista ringan (Light).

Pembelian Alutsista Kelas Berat (Heavy)

Kapal Selam Amur 1650 Rusia
Pembelian alutsista kelas heavy biasanya minim akan ToT. ToT hanya sekedar tingkat 1 yang meliputi bagaimana merawat dan mengoperasikannya dengan benar. Kalaupun ada ToT, maka diajari perbaikan yang kecil kecil misalnya menyambung kabel/sekring yang putus dll (troubleshooting).

Pembelian Alutsista kelas Heavy di matra udara dengan membeli pesawat heavy fighter Sukhoi dengan minim ToT. Tujuannya mengejar ketinggalan alusista yang juga mempertimbangkan efek detteren karena kita belum punya alutsista itu. Keuntungan lain yang diharapkan dalam pembelian jet tempur Sukhoi adalah membuka konekvitas kita dengan negara produsen yaitu Rusia dan terbukti kita langsung mendapatkan kredit eksport dalam pembelian alutsisita ke Rusia.

Selain itu kita bisa membangun kedekatan dengan pihak pabrikan Sukhoi sehingga bila mungkin kita mempercepat pembangunan IFX untuk kemandirian agar bisa memakai mesin dan avionik Sukhoi yang dicangkokkan ke IFX.

Pembelian alutsista heavy di matra Laut saat ini, ada dua proyek dalam proses pengadaan, yaitu pembelian kapal selam Kilo dan Amur dan juga pembelian Real Fregat yang masih belum ditentukan kelas apa dan apakah beli baru atau bekas.

Pembelian alutista ini juga dengan tujuan membuka jaringan dengan galangan kapal militer Rusia untuk bisa mendukung, mengajari atau bisa mencontek teknologinya untuk proyek korvet nasional kita yang akan dibuat PT PAL.

Kita perlu banyak korvet kelas 100 meter untuk mengisi kekurangan fregat yang berpatroli di ZEE, maka kebutuhan Korvet kelas ocean going bisa mengisi patroli lapisan pertama untuk medan penyanggah.

Dari hal itu kita tidak akan heran bila nanti ada pengumuman pembelian korvet tiger class untuk penambahan korvet yang bisa ocean going, karena kita memang masih kurang dalam korvet tipe tersebut.

Demikian juga pembelian Kapal selam Kilo, kita ingin memperoleh teknologi Misile di bawah permukaan, yaitu Club S yang mungkin bisa diinstal dalam proyek kapal selam nasional oleh PT. PAL.

Pembelian Alutsista Heavy Di Matra Darat

Pembelian alutsisita Tank MBT Leopard, Heli Apache dan ATGM Javelin, selain itu belum pernah punya alutsista heavy ini, kita juga ingin mendapatkan TOT. Keuntungan dalam pembelian ini, untuk bisa mencontoh bahkan mencontek teknologinya. Pembelian Leopard dan Marder diberi bonus blueprint marder sehingga bisa untuk pengembangan Tank medium/ringan Nasional.

Kita ke depan menginginkan setiap Kodam ada 2-3 Batalyon Kavaleri yang memakai Tank kombinasi MBT dan Medium juga Ringan. Maka untuk ke depan pengadaan tank akan dilayani oleh produk dalam negeri dari PT Pindad.

Kita tidak akan terkejut bila nantinya ada pengumuman pemerintah akan ada penambahan pengadaan Leopard dan membeli Tank MBT T series untuk kavaleri AD dan Marinir untuk unsur perimbangan teknologi barat dan timur. Dan pihak Tank MBT T series, akan produksi bersama di sini secara besar besaran.

Sedagkan untuk pembelian Apache dan javelin selain untuk mensejajarkan Indonesia dengan kawasan, juga ingin bisa mencontek teknologinya untuk pengembangan Helikopter Gandiwa PT DI dan pengembangan ATGM dalam negeri yang akan dirintis oleh PT Pindad.

Kita akan banyak memerlukan heli jenis serang ini, untuk mewujudkan konsep perang kavaleri modern, baik itu untuk matra darat maupun marinir.

Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan (photo: US Army)
Kemampuan baru Apache AH-64E-Guardian untuk meningkatkan operasi dibandingkan peningkatan persenjataan.

Pembelian Alutsista Menengah (Medium)

Di dalam pembelian alutsista kelas medium, persyaratan ToT nya lebih keras, karena di kelas ini kita mampu untuk memulai memproduksi alutsista kelas medium. Dan sepertinya kita mempercayakan sebagian besar alutsista ini berasal dari Barat.

Di Matra Udara, pembelian alutsita medium diwakili akan diadakannya penggantian pesawat F 5 Tiger. Kandidatnya Euro Typhon, Rafaele, F-16 block 60 dan Saab Gripen.

Bila nanti pembelian mengerucut kepada Saab Gripen, kita tidak akan heran dengan pertimbangan bahwa Gripen adalah pesawat yang murah biaya opersional dan perwatannya karena memakai singgle engine. Bila dikoneksikan dengan kemandirian alutsista, kita memilih Saab Gripen karena pihak produsen Saab menawarkan pengintregrasian sistim antara pespur, pesawat Aew&C, UAV dan Kapur.

Selain itu kita juga mencapai tujuan strategis lainnya, yaitu untuk percepatan program pesawat tempur IFX. Bila IFX dipercepat maka yang paling masuk akal adalah kita akan menjadi PENJAHIT yang menggabungkan frame body, avionik dan mesin yang gado-gado dari pihak barat dan timur yang MAU memberikan teknologinya untuk dipakai di IFX.

Pihak Saab adalah yang bisa dan sanggup mengajari cara menjahit frame body (bikinan dalam negeri), avionik (mungkin dari pihak sukhoi atau Saab) dan Mesin/Engine (Mungkin memakai Saturn).

Pembelian Alutsita Medium Di Matra Laut

Light Frigate Nakhoda Ragam Class
Pembelian korvet sigma 10514 terus berjalan dengan opsi TOT, Damen Belanda (DSNS) akan mengajari cara menjahit kapal dengan sistim modular dan sudah bisa kita aplikasikan di KCR-60 dan KCR-40 dengan body diamond cut-nya.

Tujuan strategisnya, kita akan membangun sendiri korvet nasional 105 meter dan KCR dalam jumlah besar untuk mendukung pengembangan tiga Komando Armada di bawah Komando Pertahanan Laut, yang tiap Armada membawahi Guspurla dan Guskamla. Sedangkan Lantamal yang akan dikembangkan menjadi 14 di bawah kendali langsung Kohanla RI. Untuk proyeksi kekuatan laut ke darat, akan dikembangkan 3 Divisi Marinir, 3 Satlinlamil dan 3 Wing Udara.

Pembelian Alutsista Medium Di Matra Darat


Pembelian Panser 6 roda Cannon Tarantula menimbulkan pertanyaan kenapa kita sudah punya anoa yang 6 roda, masih membeli tarantula. Tarantula termasuk AFSV (Armoured Fire Support Vehicle). Korps baret hitam kita telah memiliki panser kanon berkemampuan amphibi dan kanon kaliber 90mm. Sudah diuji di Jatiluhur dan kemampuan berenangnya memuaskan.

Sebelumnya di kelas ini memang akan dimasuki Anoa versi kanon 90mm, tapi lantaran prototipe-nya belum lulus pengujian, maka dibelilah Tarantula untuk menyempurnakan Anoa versi cannon dan Anoa yang berkemampuan ampihibi.

Pembelian Alutsista Ringan (Light) polanya saat ini mengutamakan produk dalam negeri bagi alutsista yang sudah dibuat oleh InHan kita. Sedangkan yang belum bisa diproduksi tetap mengimpor dari luar sambil menyerap teknologinya.

Selama ini pembelian alutsista masih terkesan gado-gado dan tidak berkonsep padahal tidak sepenuhnya begitu. Pemerintah dan Kemenhan CERDIK dengan strateginya di mana pembelian alutsista yang tujuan utamanya MEF adalah untuk mencukupi alutsista kita yang tertinggal dan banyak yang tua dan pemenuhan ”stopgap”, untuk kesiapan dalam “critical element of combat-ready forces”. Agar bila dalam dua tahun ke depan ada negara lain yang ingin mencoba bermain api, kita langsung bisa membalasnya dengan melemparkan sekuntum bunga beserta pot-potnya.

Tujuan satrategis lainnya, untuk mendukung kemampuan Industri Pertahanan dalam negeri dalam penyerapan teknologi, enginering, cara menjahit dan pengintegrasikan dari berbagai macam teknologi, bahan baku TERBAIK dari masing-masing alutsista, baik dari blok barat ataupun timur. Kita akan mendapatkan suatu formula, racikan suatu alutsista produk dalam negeri yang KHAS RASA NASIONAL untuk disajikan kepada para user baik itu matra darat, laut dan udara sesuai doktrin dan strateginya, menuju KEMANDIRIAN dalam beralutsista…amin.

  JKGR 

Rp 380 Miliar untuk Bekas Aktivis Organisasi Papua Merdeka

 Sejumlah eks OPM meminta dana untuk sekolah dan menjadi PNS. 

Papua Pemerintah Provinsi Papua akan menggelontorkan dana hingga Rp 380 miliar untuk rekonsiliasi aktivis Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang telah turun gunung dan kembali bergabung dengan masyarakat di Puncak Jaya.

"Menyambut baik kembalinya kelompok yang selama ini berseberangan. Ini wujud nyata dari langkah-langkah yang diambil selama ini," ujar Gubernur Provinsi Papua, Lukas Enembe, Jumat, 20 Desember 2013.

Karena itu, guna memberdayakan serta melibatkan mereka dalam proses pembangunan yang sedang berlangsung, Pemerintah Provinsi akan menyiapkan anggaran untuk membangun rekonsiliasi.

"Dana senilai Rp 380 milliar sudah disiapkan guna menyambut mereka yang telah turun gunung," katanya.

Menurut Lukas Enembe, dana yang disiapkan akan diwujudkan dalam berbagai program antara lain membangun perumahan yang layak dan memberikan pelatihan dalam berbagai keahlian. Dana itu tidak dikhususkan untuk ratusan eks OPM yang ada di Puncak Jaya, tapi untuk daerah konflik lainnya.

"Kalau ada daerah lain yang berhasil merangkul kelompok yang berseberangan, Pemprov juga akan mengulurkan dana ke daerah itu," katanya.

Menurut gubernur, kembalinya anggota OPM kepada masyarakat hasil dari membangun komunikasi yang selama ini dilakukan pemerintah daerah. Namun yang lebih penting adalah kesadaran dari mereka sendiri.

"Semua karena kesadaran mereka, bahwa perjuangan yang dilakukan selama ini sia-sia dan tak membuahkan hasil," katanya.

Gubernur berharap, semua pihak tanpa terkecuali, menerima mereka kembali sebagai warga Indonesia dan melibatkannya dalam proses pembangunan. Sejumlah eks OPM yang turun gunung meminta untuk sekolah dan menjadi PNS. Sebagian dari mereka bahkan sudah ada yang jadi personel Satuan Polisi Pamong Praja di lingkungan Pemerintah Kabupaten.

"Mereka ingin diberdayakan, agar merasa sebagai bagian dari negeri ini," katanya.

  Vivanews  

Jumat, 20 Desember 2013

Indonesia harus kuat dalam hal pangan dan alutsista

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-KNehCxvQVOWoWezXF1e5Bpa6dObhmnOPAzI7AFz2TMfbICf1Hq6Ki5Pj7p80dG2lhR1xzMvijwaJPz7tmM5OxyR4-RX6CHQmGpB5wL6n-m_7GOzuZcqvRlcERCiBo5PllXe2HKsjMOY/s1600/presiden-sby-pantau-latgab-tni-di-perairan-pulau-jawa-005-iqbal-s-nugroho.jpgBogor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyadari, ada dua hal yang menjadi kata kunci dalam mencapai keberhasilan sebuah bangsa. Kedua hal yang dimaksudnya saling bertolak belakang, tapi melalui titik tersebut Indonesia harus bisa mandiri tanpa bergantung pada bangsa lain.

"Saya punya pendapat, bahwa komoditas pangan dan persenjataan militer dasar bagaimanapun bangsa Indonesia perlu memiliki kemandirian yang kuat. Ingat dunia tidak selalu bersahabat," ujar SBY saat Orasi Ilmiah pada Dies Natalis IPB ke-50 di Kampus IPB, Bogor, Jawa Barat, Jumat (20/12).

Pernyataan yang disampaikannya itu bukan tanpa sebab, apalagi tekanan terhadap keberlangsungan hidup manusia kini semakin berat. Terutama kebutuhan terhadap komoditas pangan yang kini semakin serius.

"Tetapi percayalah selalu ada solusi untuk itu. Tetaplah berparadigma bahwa masalah serius itu bisa dicegah dan diatasi jika manusia sejagat bisa mengubah gaya hidupnya, pemerintahan negara-negara sedunia memiliki kebijakan yang tepat, dan teknologi terus dikembangkan dan diaplikasikan," katanya di hadapan ratusan mahasiswa dan guru besar IPB.

Dua kondisi itu memberikan sebuah pemikiran bagi sejumlah negara hingga berpengaruh terhadap kebijakan dalam negerinya sendiri. Yaitu harus memilih sebagai produsen atau hanya sekedar konsumen dalam menjalani hubungannya dengan negara lain.

"Karena dengan demikian akan lebih efisien. Itu pulalah esensi dari hakikat perdagangan internasional," ungkapnya.

Atas alasan-alasan itu, SBY menyebut dunia tidak selamanya bersahabat dan masyarakat perlu berpikir cerdas agar nasib bangsa tidak terpuruk. Karena itu, Indonesia harus kuat dalam komoditas pangan dan persenjataan militer.

"Marilah kita berpikir cerdas, agar nasib dan masa depan bangsa kita, anak cucu kita, senantiasa terjamin dan bahkan semakin baik," pungkasnya.(mdk/hhw)

  Merdeka  

Satu KRI dan 2 KAL Amankan Perairan Indonesia

1 KCR40 dan 2 KAL (Batampost)
BATAM Tentara Nasional Indonesia (TNI) AL kembali mendapatkan penambahan armada perang untuk menjaga perairan Indonesia. Armada tersebut terdiri dari satu kapal perang (KRI) Alamang-644 dan 2 kapal angkatan laut (KAL) Kumai I-6-58 dan KAL Bireun II-1-63 produksi PT Palindo Marine Shipyard, Batam.

Menteri Pertahanan (Menhan) Republik Indonesia (RI), Purnomo Yosgiantoro menegaskan kedepan tidak ada lagi cemoohan untuk Tentara Nasional Indonesia (TNI), sebab saat ini TNI sudah memilik armada perang yang cukup bagus dan patut diandalkan.

Bahkan yang membanggakan lagi, armada perang yang baru ini, KRI Alamang-644, KAL Kumai I-6-58 serta KAL Bireun II-1-63 merupakan produksi anak dalam negeri.

"Jadi kedepan tidak perlu lagi kita minder, sebab kualitas armada perang kita juga tidak kalah dengan tentara yang ada di luar sana," tegas Purnomo.

KRI Alamang-644 ini, menurut Purnomo merupakan kapal perang jenis Kapal cepat rudal (KCR-40) dan mampu dipersenjatai rudal anti kapal C-705 dengan jarak tembak rudal mencapai 80 km.

"KRI Alamang-644 KCR-40 merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul serta mampu menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat pula," kata Purnomo.

Kapal yang berukuran panjang 40 meter, lebar 7,35 meter dan berat 250 ton ini, memiliki sistem pendorong handal yang mampu berlayar dan bermanuver dengan kecepatan 27 knot, serta memiliki daya tembak atau hancur yang besar karena dilengkapi persenjataan rudal C-705.

"Kelebihan kapal perang ini, dilengkapi dengan sistem persenjataan canggih berupa sensor weapon control (Sewaco), meriam caliber 30 mm, 6 laras sebagai close in weapon system (CIWS) kaliber 30 mm serta meriam anjungan 2 unit caliber 20 mm," terang Purnomo.

Selain itu, kapal Alamang-644 ini mampu menampung bahan bakar sampai 50 ton, air tawar 15 ton, 35 orang anak buah kapal dan masih mampu memuat 13 personel pasukan Khusus.

"Kapal ini juga memiliki peralatan navigasi yang akurat, sehingga memberikan keyakinan keamanan bernavigasi," katanya.

Begitu juga dengan alat komunikasi,KRI Alamang-644 juga sudah dilengkapi peralatan komunikasi yang mampu digunakan untuk melaksanakan komunikasi antar kapal permukaan dan pesawat udara dalam satu kesisteman.(mau)

  Tribunnews  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...