Sabtu, 01 Desember 2012

PUSHAMI: Hendardi Jalankan 'Operasi Intelijen Asing' untuk Hancurkan NKRI

Cefd4ad18ebabec2f9788f9428e2018d
Hendardi
Pengakuan Ketua Badan Pengurus Setara Institute, Hendardi di media online Rabu (21/11) telah mendapatkan dana dari luar negeri menjadi bukti bahwa dirinya telah menjalankan 'operasi intelijen asing' untuk menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Dengan menyatakan menerima dana Asia Foundation yang berasal dari Zionis Israel, Setara Institute berarti telah menjalankan 'operasi intelijen asing' dengan 'modus' mengangkat isu intoleransi," kata Direktur Pencegahan Penistaan Agama dan Anti Diskriminasi, Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (PUSHAMI) KL. Pambudi SH kepada itoday, Sabtu (1/12).

Menurut Pambudi, dalam menjalankan 'operasi intelijen asing ' itu, Hendardi membela aliran sesat Ahmadiyah secara membabi buta, tanpa melihat norma-norma hukum yang berlaku di NKRI.

Kata Pambudi, 'operasi intelijen asing' yang dijalankan Hendardi dan Setara Institute dengan dana Zionis Israel mengangkat isu intoleransi. "Isu itu Hanya menciptakan konflik horizontal di masyarakat yang akan menimbulkan instabilitas politik di NKRI serta merugikan dan menyudutkan umat Islam," paparnya.

Menurut Pambudi, PUSHAMI mendesak kepada Polri, TNI, PPATK berkoordinasi untuk mengusut aliran dana asing yang telah diterima oleh berbagai LSM terutama Setara Institute tersebut dan membekukannya demi menjaga kedaulatan dan kedamaian NKRI.

Melalui PUSHAMI, mendesak kepada pemerintah untuk segera membubarkan Setara Institute dan LSM-LSM yang menerima dana asing untuk melakukan operasi intelijen baik dengan modus isu intoleransi agama, isu Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Karena mereka semua hanya merusak dan menjual anak bangsa yang mayoritas umat Islam.

Selain itu, ia juga mengatakan, keberpihakan Setara Institute melalui Hendardi terhadap dana asing baik berupa hibah, maupun pinjaman asing untuk melakukan 'operasi intelijen asing', merupakan sikap yang anti terhadap kedaulatan dan kemandirian bangsa. "Pernyataan tersebut justru merupakan pernyataan 'broker' yang mengharap keuntungan dengan mengais-ngais recehan dari pihak asing dengan menggadaikan kedaulatan bangsa," paparnya.


© itoday

Dua Kompi Kopassus ke Kaltim

Ilustrasi Penerjunan Pasukan TNI
Jakarta - Dua kompi prajurit Korp Pasukan Khusus atau Kopassus TNI AD diterjunkan ke hutan belantara Kalimantan Timur, Sabtu (1/12/2012) malam ini. Penerjunan malam dari empat pesawat Hercules TNI AU tersebut dalam rangkaian latihan infiltrasi melalui udara.

Pejabat Penerangan Kopassus Mayor Inf Achmad Munir di Lanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Sabtu sore, membenarkan adanya rencana penerjunan para prajurit tersebut.

"Ini dalam rangkaian latihan bersandi Tribuana Cakti XVIII tahun 2012 yang sudah berlangsung beberapa waktu lalu dan puncaknya nanti pada 19 Desember," jelasnya, Sabtu sore.

Para prajurit tersebut dilepas oleh Wakil Komandan Jenderal Kopassus Brigjen TNI Jaswandi dan para perwira ahli, Asisten Danjen, dan Kabalak.


© Kompas

TNI Kembangkan Brigade Gabungan


Jakarta - TNI mengembangkan brigade gabungan untuk menangkal dinamika ancaman yang semakin kompleks. Kekuatan brigade gabungan dinilai akan menempatkan TNI dalam posisi penting dalam keamanan regional. Tak heran, brigade gabungan ini diterapkan dalam Latihan Gabungan (Latgab) 2012 TNI yang selesai belum lama ini.

Yonkav Marinir dalam Penutupan Latgab TNI 2012
(Foto Republika)
"Latihan ini merupakan salah satu upaya awal untuk menjawab dan mengetahui sampai di mana tingkat kemampuan dan batas kemampuan Brigade Gabungan TNI bila dihadapkan dengan tren tantangan dan ancaman," kata Panglima TNI, Laksamana TNI Agus Suhartono, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Marsekal Madya TNI Daryatmo, saat menutup Latgab, di Surabaya, Jumat (30/11). 

Agus mengatakan dibutuhkan daya tanggap, ketajaman evaluasi, dan kecermatan dari seluruh perwira hingga unsur satuan terkecil agar kemampuan brigade mumpuni. Setiap hal-hal penting harus menjadi perhatian dan disempurnakan dalam segala sisi. 

Kemampuan militer tingkat brigade, lanjut dia, juga dikembangkan beberapa negara. Hal ini sebagai konsekuensi menyikapi perkembangan ancaman dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. "Kemampuan militer tingkat brigade gabungan dinilai memiliki kemampuan taktis dan strategis serta mobilitas dan daya tempur yang efektif dan efisien guna menghadapi karakteristik ancaman modern di ruang globalisasi yang cenderung mengeliminasi batas negara dalam konteks global village," tegas dia.

Di sisi lain, lanjut Panglima TNI, penguatan kemampuan militer tingkat brigade gabungan memiliki dimensi politis dalam konteks kerja sama internasional sebab ini berguna untuk penanganan keamanan bersama di tingkat regional.

Karenanya, dia meminta agar peningkatan kemampuan satuan TNI, konsep Latgab TNI harus terus diintensifkan dan dikembangkan melalui skenario operasi militer dari berbagai trouble spots yang diasumsikan terjadi di berbagai wilayah Indonesia. 

"Tentunya intensifikasi tersebut harus dilaksanakan secara bertahap dan bertingkat, baik di lingkup manajemen tempur, taktik dan strategi, maupun penguatan unsur-unsur bantuan lainnya,seperti unsur intelijen, logistik, dan lainnya,"jelas dia. 

Serangan Fajar Marinir dalam Latgab TNI 2012
(Foto Ipenk 666)
Memperhatikan kepentingan tersebut, tambah dia, evaluasi dan konsolidasi terhadap pelaksanaan Latgab menjadi hal yang urgen dan esensial. Hal itu guna mendapatkan perspektif yang lebih luas demi penyempurnaan beberapa aspek terkait, baik doktrin, strategi, taktik, teknik, dan prosedur, serta aspek psikologis dan litbang, yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan interoperability brigade gabungan TNI dalam skenario operasi militer.

Di samping itu, penyempurnaan juga untuk memperoleh besaran yang proporsional dan efektif, baik pada aspek personel, alutsista, maupun dukungan administrasi logistik lainnya, guna mendukung konsep pembangunan Minimum Essential Force (MEF).

Komandan Satgas Penerangan Latgab TNI 2012, Letkol Laut (KH) Edys Riyanto, mengungkapkan pelaksanaan latihan lapangan Latgab TNI Tingkat Brigade 2012 dengan sandi Wibawa Yudha berlangsung sejak 26 Oktober hingga 30 November 2012 di Sangatta dan Tarakan, Kalimantan Timur. Latihan itu melibatkan belasan ribu prajurit dengan puluhan alutsista berbagai jenis.

Sebelum penutupan, dilakukan evaluasi untuk penyempurnaan bagi beberapa aspek terkait, baik doktrin, strategi, taktik, teknik, dan prosedur, serta aspek psikologis dan litbang yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan kampanye militer.

Kasum TNI, Daryatmo, mengatakan perlunya beberapa penyempurnaan baik aspek pengorganisasian, peranti lunak, operasional, dan material. "Jaga terus soliditas dan solidaritas TNI demi tegaknya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," tegas Kasum TNI.[nsf/SB/P-3]

© Koran Jakarta

TNI Berangkatkan Kontingen Garuda ke Lebanon

TNI Berangkatkan Kontingen Garuda ke Lebanon
PERSONEL TNI Satgas Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-E2/UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) yang merupakan bagian dari Kontingen Garuda Indonesia misi PBB di Lebanon dengan kekuatan 150 personel (TNI AD, TNI AL dan TNI AU), dibawah pimpinan Mayor Inf Yuri Eliyas Mamahi, dengan menggunakan pesawat Jordan Aviation type A 330-200 berangkat menuju Bandara Internasional Rafik Hariri, Beirut-Lebanon dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, Jum’at (30/11/2012). Apel pemberangkatan Kontingen Garuda dipimpin oleh Wakil Komandan Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) TNI, Kolonel Pnb Irwan Ishak Dunggio. 

Selain personel TNI Satgas FPC, diberangkatkan juga personel Kontingen Garuda lainnya, diantaranya Batalyon Mekanis TNI Konga XXIII-G/UNIFIL, dan Military Police Unit (MPU) Konga XXV-E/UNIFIL. Keberangkatan personel Kontingen Garuda dilaksanakan dalam lima tahap, dimulai dari tanggal 30 November sampai dengan 10 Desember 2012.

Untuk pemberangkatan gelombang pertama, Satgas FPC Konga XXVI-E2/UNIFIL sebanyak 30 personel, dipimpin langsung oleh Dansatgas Mayor Inf Yuri Elias Mamahi. Dalam Misi PBB/UNIFIL, tugas pokok Satgas FPC adalah melaksanakan pengawalan Force Commander UNIFIL dan pengamanan Markas Besar PBB di Lebanon (Naqoura Headquarter).

Keberangkatan personel TNI yang tergabung dalam Kontingen Garuda ini diawali dengan berkumpulnya seluruh personel di Marshalling Area (MA), Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma dan pelaksanaan vaksinasi terhadap personel yang akan berangkat tugas, vaksin yang diberikan antara lain: Hepatitis 1 dan 2, Yellow fever, Tripacel, Typhoid, yang merupakan ketentuan Internasional bagi setiap prajurit yang tergabung misi PBB.

Wadansatgas FPC Konga XXVI-E2/UNIFIL
Kapten Inf Fardin Wardhana
© Majalah Potret Indonesia

147 Pasukan Indobatt Kembali Dari Lebanon

indobatt112Lebanon - Komandan Satuan Tugas Indonesian Batallion (Indobatt) Konga XXIII-F/UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), Letkol Inf Suharto Sudarsono melepas keberangkatan 147 prajurit Indobatt kembali ke tanah air setelah masa tugasnya selama satu tahun di Lebanon dinyatakan telah selesai, pelepasan gelombang pertama ini dilaksanakan di lapangan Soekarno, Markas Indobatt UN Posn 7-1, Adshid Al Qusayr, Lebanon Selatan, Jumat, (30/11). Gelombang pertama kepulangan ini dipimpin oleh Wadansatgas Indobatt Letkol Mar FJH Pardosi.

Dalam sambutannya Dansatgas Indobatt menyampaikan ucapan terima kasih atas dedikasi, disiplin dan loyalitas yang telah ditunjukan seluruh prajurit Indobatt dalam melaksanakan tugasnya mengemban misi perdamaian UNIFIL di Lebanon, sehingga dapat menghantarkan Satgas Batalyon Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL melaksanakan tugas pokoknya dengan baik.

Lebih lanjut Dansatgas berharap, walaupun tugas misi perdamaian telah usai namun kebersamaan dan ikatan kekeluargaan yang telah terjalin dengan baik selama ini, hendaknya dipelihara hingga sekembalinya ke tanah air dan kesatuan masing-masing.

Usai memberikan sambutan, Dansatgas memberikan plakat penghargaan kepada seluruh prajurit Indobatt sebagai tanda ucapan terima kasih dan bentuk apresiasi atas pelaksanaan tugas yang telah ditunjukan.

Personel Satgas Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) berjumlah 1.018 orang, kepulangannya ke tanah air dibagi menjadi 6 gelombang penerbangan dan setelah kepulangan ini misi selanjutnya akan digantikan oleh Satgas Konga XXIII-G/UNIFIL.(B)

Teks : Suasana pemulangan 147 anggota Indobatt dari Lebanon ke tanah air

© Poskota

Di HUT OPM, Polisi Tahan Aktivis Papua

Di hari ulang tahun OPM, kondisi Papua masih relatif aman.

Pasukan Organisasi Papua Merdeka
Tanggal 1 Desember merupakan hari ulang tahun Organisasi Papua Merdeka. Biasanya, pada tanggal tersebut, simpatisan, aktivis OPM serta kelompok pro kemerdekaan melakukan berbagai kegiatan, antara lain dengan menaikkan bendera "bintang kejora" dan ibadah syukur.

Hingga saat ini, kondisi Papua secara keseluruhan masih relatif aman. "Situasi kondusif. Tidak ada gerakan yang mencurigakan," kata Juru Bicara Polda Papua AKBP I Gede Sumerta Jaya, Sabtu 1 Desember 2012.

Meski begitu, polisi menahan aktivis Komite Nasional Papua Barat (KNPB) Viktor Yeimo, saat berada di Perumnas Waena, Jayapura. Belum diketahui alasan penahanan Viktor Yeimo yang selama ini dikenal sebagai ketua Hubungan Internasional KNPB.

Saat dikonfirmasi terkait penahanannya, Victor Yeimo membenarkan. "Ya benar, saya lagi ditahan dan sedang dimintai keterangan," kata Viktor. Tapi, Viktor tidak menjelaskan alasan penangkapan.

Sita ratusan amunisi


Polisi juga menyita ratusan amunisi dari tangan seorang warga, dalam razia gabungan Polri-TNI, Jumat malam, 30 November 2012 sekitar pukul 23.00 WIT. Razia dipusatkan di wilayah Sentani Jayapura, Papua.

I Gede Sumerta Jaya mengatakan, ratusan amunisi itu berhasil disita dari seorang warga berinisial MM. "Saat sweeping gabungan antara Polisi dan anggota Yonif 751 digelar di Sentani, seorang warga kepergok membawa 170 butir amunisi kaliber 5,56," ucapnya.

Warga itu langsung digelandang ke Markas Polres Jayapura untuk diminta keterangan. "Pembawa amunisi itu masih diperiksa secara intensif, dan juga sedang didalami dari mana ia memperolehnya serta untuk siapa," ucapnya.

Selain menyita 170 amunisi, polisi juga menyita sejumlah senjata tajam dan pistol mainan. "Tapi, bukan dari MM yang membawa amunisi," jelasnya. (art)

Kirim Densus 88 untuk Hadapi Separatis Teroris OPM dan RMS

http://m.itoday.co.id/timthumb.php?src=http://www.itoday.co.id/http://www.itoday.co.id/images/stories/itoday-images/OPM_2.jpg&h=auto&w=140&a=tlPemerintah harus segera mengirim Detasemen Khusus Anti Teror (Densus 88) Polri untuk melakukan pengejaran dan penangkapan terhadap gerombolan separatis teroris Organisasi Papua Merdeka (OPM) dan RMS.

Pernyataan sikap itu disampaikan Direktorat Kontra Teroris dan Kontra Separatisme Pusat Hak Asasi Muslim Indonesia (PUSHAMI) menyikapi geliat aksi separatis, khususnya terkait penyerangan Polsek Pirime, Jayapura, Papua.

PUSHAMI juga mendesak pemerintah Indonesia segera meminta penetapan PBB bahwa gerombolan OPM dan RMS sebagai organisasi gerombolan separatis teroris yang mengancam keutuhan NKRI.

Selain itu, PUSHAMI juga meminta pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Teror (BNPT) segera menetapkan gerombolan OPM dan RMS dan seluruh simpatisan, penyandang dana, LSM pendukungnya sebagai organisasi yang mengancam keutuhan NKRI.

Lebih jauh lagi, PUSHAMI mendesak PPATK bersama dengan TNI, POLRI dan BNPT untuk menelusuri dan membekukan aliran dana organisasi gerombolan separatis teroris seperti OPM dan RMS dan LSM pendukungnya.

Berdasarkan catatan PUSHAMI, dari 2009 hingga pertengahan 2012 aksi gerombolan separatis teroris OPM telah menewaskan 41 orang, baik sipil maupun aparat keamanan. Periode 2011-2012, korban warga sipil mencapai 26 orang dan aparat 14 orang.

Terkait aksi OPM dan RMS, PUSHAMI menyatakan menentang, menuntut dan mengkritik keras keseriusan pemerintah yang tebag pilih dalam menyelesaikan berbagai tindakan teror yang dilakukan gerombolan OPM dan RMS.

Diberitakan sebelumnya, gerombolan separatis teroris telah menyerang dan membakar Polsek Pirime, Jayapura, Papua. Dalam serangan bersenjata itu Kapolsek Pirime bersama dua orang anggotanya tewas. Penyerang, berhasil membawa satu pucuk senpi genggam revolver S & W No Reg. 11D3814, satu pucuk senpi laras panjang jenis AR 15 no. Reg. ND001237 dan satu pucuk senpi laras panjang jenis SS1 V5 no. Reg 99001258.

© itoday

Tujuh Penyerang Polsek Ditangkap

 HUT OPM, Polri Tambah Pasukan di Papua

http://www.seputar-indonesia.com/publics/imagecache/detail/10/images/news/01%20December%202012/20121201%20nusantara.jpg Personel TNI AD bersenjata lengkap berjaga di kawasan Bandara Moses Kilangin, Cek Point Mile 28, Timika, Papua, kemarin. Sekitar 700 personel TNI/Polri disiagakan untuk mengantisipasi peringatan HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) 1 Desember di Timika. 

Jakarta – Tim gabungan Polri dan TNI menangkap tujuh orang yang diduga bagian dari kelompok penyerang Polsek Pirime, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, Selasa (27/11) lalu. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Agus Rianto memaparkan, beberapa jam setelah penyerangan polsek, tim menangkap seorang berinisial WW. 

Dia ditangkap saat tim melakukan penyisiran di sekitaran polsek yang diserang dan dibakar sehingga mengakibatkan tiga polisi tewas. Salah satu korbannya Kapolsek Pirime Ipda Rolvi Takubesi. Saat melakukan penyisiran, aparat melihat WW tengah membawa parang. Tim menangkap, lalu memeriksanya. “Saat ditangkap, yang bersangkutan melawan dengan berusaha menyerang petugas. Akhirnya petugas melumpuhkannya dengan menembak kaki kirinya,” ucap Agus di Mabes Polri, Jakarta,kemarin. 

Dari pengembangan, pada Kamis (29/11) lalu,tim kembali menangkap enam orang di Desa Muara Game, Distrik Piramid, Kabupaten Jayawijaya. Dari enam orang ini disita barang bukti sebuah laptop, senjata tajam, dan beberapa bendera, yang di antaranya bendera organisasi separatis. “Tujuh orang ini masih kita periksa intensif. 

Mereka diduga terlibat penyerangan Polsek Pirime,” ungkapnya. Terkait pengamanan menjelang HUT Organisasi Papua Merdeka (OPM) pada 1 Desember (hari ini), Agus mengatakan bahwa tim dari Polri ataupun TNI sudah bersiaga mengamankan wilayah Papua. Bahkan, kata dia, Kapolda Papua sudah menyiapkan strategi pengamanan. “Itu kita sesuaikan dengan situasi. Yang pasti, perkuatan Mabes Polri juga di sana,”tandasnya. 

Sebelumnya diberitakan, rombongan Kapolda Papua Irjen Pol Tito Karnavian baku tembak dengan sekelompok orang tak dikenal pada Selasa (28/11). Peristiwa yang terjadi sehari setelah penembakan dan pembakaran Polsek Pirime itu berlangsung hingga dua jam. Rombongan akhirnya berhasil memukul mundur kelompok bersenjata tersebut dan memaksa mereka lari ke hutan di sekitar lokasi. 

Namun, tim memutuskan tidak melakukan pengejaran dengan pertimbangan situasi beranjak gelap dan kubu musuh lebih mengenal medan. Dikhawatirkan, jika pengejaran berlanjut, jatuh korban di kubu aparat. Hingga kemarin belum ada kelanjutan terkait dengan pengejaran. 

 Gejolak karena HUT OPM  

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengatakan, gejolak yang terjadi di Papua belakangan terakhir karena OPM akan berulang tahun pada 1 Desember. Mereka berupaya menunjukkan eksistensinya. “Menjelang HUT OPM, ada upaya atau langkah-langkah untuk menunjukkan eksistensi mereka (OPM),” ujar Marciano di Jakarta kemarin. 

Untuk mengantisipasi hal itu, seluruh aparat di daerah sudah diterjunkan untuk mengambil langkah-langkah pencegahan. Selain itu, kata dia, para kapolda dan gubernur diminta melakukan langkah-langkah yang tepat dalam mengatasi dan mengantisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Ada penambahan kekuatan di semua wilayah,” ujarnya. 

Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo mengatakan bahwa Polri telah menambah jumlah personelnya di Papua. “Sudah ada penambahan personel dan terdistribusi di semua wilayah,” katanya di Jakarta. Menurut dia, pihaknya juga telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran aparat kepolisian di Papua untuk mengantisipasi dan melakukan upaya pencegahan atas peringatan HUT OPM besok (hari ini). 

Sebelumnya, pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan bahwa kepolisian harus menggelar operasi khusus untuk mengungkap berbagai aksi penembakan di Papua. Menurut dia, aksi kekerasan itu sengaja ditimbulkan pihak-pihak tertentu agar mencitrakan Papua sebagai kawasan yang tak aman. Mereka juga membutuhkan publikasi untuk menjadi konsumsi internasional. “Ketidak berhasilan polisi untuk mengungkap menjadikan mereka semakin percaya diri dalam melakukan aksinya. Harus ada langkah nyata dari kepolisian dan pemerintah,” kata dia.[krisiandi sacawisastra]

© Sindo

★ Boa Class

 Kapal Patroli Cepat Kelas Boa 


KRI Welang 808 dalam bantuan kecelakaan di laut
Luasnya perairan Indonesia membutuhkan banyak kapal, bersamaan dengan TNI AL mengusahakan kebutuhan kapal patroli. Karena minimnya anggaran pengadaan alutsista, maka diusahakan kapal yang dapat beroperasi di perairan Indonesia khususnya pinggir pantai dari para penyelundup maupun pencuri hasil alam, maka bersama Fasharkan TNI AL di Seluruh Indonesia dibuat beberapa kapal patroli yang dapat menjaga perairan dari ganguan di laut.

Pada tahun 2003-2005 Fasharkan di sebagian daerah dimaksimalkan untuk dapat membuat kapal patroli. Dari desain yang sama maka lahirrlah kapal patroli cepat kelas Boa.

Dari jenis kelas Boa lahir 4 kapal dan bertambah kembali menjadi 9 unit yang menggunakan nama binatang sejenis ular, Nama jenis Ular-ular ganas ini mempunyai makna yang berarti kecil tapi mematikan. Diharapkan dapat meminimalkan gangguan dilaut.


Jetski keluar dari kapal
Kapal hasil produksi bangsa Indonesia ini dibuat oleh putra-putra daerah di fasharkan TNI AL terbuat dari bahan fiberglass yang terbukti cukup mumpuni untuk sejenis kapal patroli.

Karena fungsi utama hanya sebagai penghalau gangguan ringan dilaut maka kapal patroli ini tidak menggunakan senjata berat seperti meriam dan bebannya pun terbatas, dan hanya dipersenjatai kanon 20 mm dan senjata mesin berat (SMB) 12.7 mm. Satu lagi yang menarik perhatian dari kapal jenis Boa Class ini mempunyai ruang di belakang kapal untuk satu/dua unit jetski. Jetski ini bisa berguna untuk antisipasi kecelakaan di laut dengan cepat tanpa alat bantu derek, karena mampu langsung terjun ke laut tanpa banyak buang-buang waktu (seperti gambar diatas).

Kapal kelas ini sebagai fungsinya sebagai kapal patroli dan masuk dalam satuan patroli TNI AL (Satrol) tersebar di sebagian daerah sebagai kapal patroli daerah di Indonesia. Kapal jenis ini telah berjasa dalam pencariaan korban kecelakaan kapal maupun menangkap kapal penyelundup di laut.

No.    Nama          Tahun Dibangun                   Dibangun di      
807    Boa                    2003                         Fasharkan TNI AL Mentigi
808    Welang               2003                         Fasharkan TNI AL Mentigi
809    Suluh Pari           2004                         Fasharkan TNI AL Mentigi
810    Katon                 2005                         Fasharkan TNI AL Mentigi
815    Sanca                 2005                         Fasharkan TNI AL Manokwari
816    Warakas             2005                         Fasharkan TNI AL Jakarta
817    Panana               2005                         Fasharkan TNI AL Makassar
818    Kalakay              2005                         Fasharkan TNI AL Manokwari
819    Tedong Naga       2005                         Fasharkan TNI AL Jakarta

Kapal jenis Boa ini memiliki berat 90 ton. Dengan dimensi 36 meter x 7 meter. Ditenagai oleh 3 mesin MAN 1100HP D2842 LE 410 yang sanggup mendorong kapal hingga kecepatan 25-30 knot. Diawaki oleh maksimal 20 pelaut. Kapal ini dibuat dari bahan fiberglass oleh Fasharkan TNI AL.

  Persenjataan : 
  1. Kanon Oerlikon 20 mm/70 : 1 pucuk, kecepatan tembakan 250-320 rpm, 
dengan jangkauan maksimum 4,3 km dengan berat amunisi 0,1 kg,
 anti kapal (terbatas), pesawat udara, helikopter. 
  2. Senapan Mesin 12,7 mm : 1-2 pucuk.
Berikut Foto Kapal Boa Class:

 KRI Boa 807 


KRI Boa 817

 KRI Welang 808 



KRI Welang 808

 KRI Suluh Pari 809 


KRI Suluh Pari 809

 KRI Katon 810 


KRI Katon 810 bersama KRI lainnya

 KRI Sanca 815 


KRI Sanca 815

 KRI Warakas 816 


KRI Warakas 816

 
KRI Panana 817 


KRI Panana 817

 KRI Kalakay 818 


KRI Kalakay 818


 KRI Tedong Naga 819 

KRI Tedong Naga ini mempunyai jasa yang tak terlupakan pada waktu patroli menjaga kedaulatan NKRI di Ambalat bertemu kapal Malaysia, lalu terjadi insiden penyerempetan kapal, karena sudah berkali-kali memperingatkan KD Rencong (Malaysia) agar segera meninggalkan perairan Ambalat. Kejadian ini sempat heboh di media dan diberitakan luas.

KRI Tedong Naga 819


(sumber dan foto dari berbagai media online dan google)

© Garuda Militer

Kisah Getir Evakuasi Korban Sukhoi Super Jet 100

“Manusia luar biasa adalah mereka yang dapat mengubah ketidakmampuan menjadi kemampuan, kelemahan menjadi kekuatan, dan membawa keterbatasan melampaui berbagai batasan...” Kata-kata ini disampaikan Mayor Pnb. M.R.Y. Fahlefie dari Skadron Udara 6 Atang Senjaya tatkala mengevakuasi korban Sukhoi Super Jet 100 yang bulan Mei lalu menabrak Gunung Salak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Meski terlihat mudah, evakuasi diakui cukup sulit dan sempat membuat resah Mayor Fahlefie, captain pilot heli NAS-332 Super Puma. Berikut ini petikan kisahnya:

Rabu, 9 Mei 2012, mungkin merupakan salah satu hari yang sulit dilupakan insan penerbangan di Tanah Air. Sore di hari itu, sebuah berita mengejutkan diterima di Jakarta: pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100 nomor registrasi RA-36801 yang sedang melaksanakan terbang demo (demo flight) dari Bandara Halim Perdanakusuma dinyatakan hilang kontak. Di dalam pesawat terdapat 45 orang dari berbagai kalangan (termasuk reporter dan fotografer Angkasa: Dody Aviantara dan Didik Nur Yusuf) yang bermaksud merasakan langsung kehebatan serta kecanggihan pesawat penumpang pertama yang diproduksi pabrikan Sukhoi dari Rusia.

Kisah Getir Evakuasi Korban Sukhoi Super Jet 100

Pencarian langsung dimulai sejak sore hari itu. Namun dinamika cuaca yang cepat berubah di area Gunung Salak Bogor (lokasi perkiraan hilangnya SSJ-100) membuat pencarian mengalami hambatan serius dan belum membuahkan hasil. Esok harinya, 10 Mei 2012, Komandan Lanud Atang Sendjaja (ATS) Marsma TNI Tabri Santoso, S.IP memerintahkan satu pesawat NAS-332 Super Puma (H-3214) dari Skadron Udara 6 berangkat untuk melanjutkan pencarian. Saya yang saat itu bertindak sebagai captain pilot berangkat bersama co-pilot Lettu Pnb Budiono, dan dua awak lain serta enam personel dari Kompi Senapan 1 Batalyon 467 Korpaskhasau menuju Halim yang dijadikan posko pencarian. Direncanakan pencarian akan dilaksanakan bersama-sama unsur udara lainnya melalui komunikasi intensif dengan tim evakuasi darat gabungan serta tim Vehicle Control Post (VCP) TNI AU dari Lanud ATS yang telah diberangkatkan sore sebelumnya.

Saat take-off pukul 06.00 WIB, cuaca di sekitar Lanud Atang Sendjaja masih berkabut (ground fog), namun pesawat tetap berangkat dan 10 menit kemudian mendarat di Bandara Halim. Tampak beberapa helikopter dari berbagai instansi lain seperti Basarnas, PMI, Derazona, dan lainnya. Koordinasi pencarian udara langsung dipimpin oleh Kepala Badan SAR Nasional Marsdya TNI Daryatmo S.IP didampingi oleh Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsda TNI Bagus Puruhito.

Dasar jurang

Sekitar pukul 08.00 WIB, Posko mendapatkan info dari tim VCP di kaki Gunung Salak bahwa cuaca sedikit membaik, namun tidak akan berlangsung lama. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh Kabasarnas yang memerintahkan satu helikopter yang pada saat itu siap dan mampu melaksanakan terbang tinggi untuk terbang menuju Gunung Salak. Dengan puncak tertinggi Gunung Salak yang sekitar 7.000 kaki, maka hanya pesawat H-3214 yang dinilai mampu mengatasi kendala ketinggian tersebut. Here we go dan pesawat terbang menuju Gunung Salak melalui Depok dengan ketinggian terbang 1.500 kaki (saat itu ikut onboard Direktur Operasi Basarnas Marsma TNI Sunarbowo Sandhi). Lepas dari Depok, saya memutuskan untuk naik ke 7.000 kaki untuk dapat melihat kondisi cuaca di puncak gunung.


Kisah Getir Evakuasi Korban Sukhoi Super Jet 100

Setelah terbang sekitar 20 menit, H-3214 mencapai Gunung Salak. Sebelumnya sudah disiapkan pola pencarian melalui udara oleh Komandan Skadron Udara 6 Letkol Pnb Hendro. Namun setelah tiba di medan yang sesungguhnya, pola pencarian tersebut ternyata meliputi area berpenduduk padat yang cukup luas, yang dalam logika saya tidak mungkin tidak ada laporan dari masyarakat apabila melihat pesawat jatuh di tempat itu. Analisis super cepat ini membawa saya untuk mengubah pencarian ke sekitar area puncak gunung.

Gunung Salak memiliki tiga puncak. Titik tertingginya yang dikenal dengan “Puncak Salak 1” memiliki ketinggian sekitar 7.000 kaki. Awan di sekitar puncak gunung masih menempel pada saat itu, sehingga saya perlu meyakinkan celah yang betul-betul aman untuk dilalui pesawat. Saya memutuskan mengarahkan pesawat dari selatan ke utara, dan dalam perjalanan terlihat suatu kejanggalan di lereng Puncak Salak 1, yakni ada rerumputan yang seperti terbakar, tetapi tidak tampak sama sekali bangkai pesawat. ”Siapa yang bakar-bakar di ketinggian segini?” itu yang ada di pikiran saya. Namun karena cuaca yang kurang baik konsentrasi saya tetap pada kontrol pesawat. Ketika melintas di lokasi ketiga kalinya, barulah saya menunjuk dan mengatakan melalui mikrofon, ”Mungkin itu ya?”. Sontak seluruh awak memusatkan perhatian untuk melihat, dan setelah tiga kali berputar untuk meyakinkan, kopilot Lettu Pnb Budiono berseru, “Bang, saya lihat lambang Sukhoi di dasar jurang...!”

Kami kembali ke Halim, sambil melaporkan hasil temuan kami saat itu melalui tower Halim dan ATS, yaitu titik jatuhnya SSJ-100 pada koordinat 06º 41’61.3” S, 106º44’41.2” E, di lereng barat Puncak Salak 1 pada ketinggian kurang lebih 5.800 kaki. Temuan ini langsung dilaporkan oleh Kabasarnas kepada Presiden RI bahwa lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 sudah ditemukan dan operasi pencarian berubah menjadi evakuasi. Operasi pencarian udara terhadap pesawat yang mengalami kecelakaan kali ini tergolong yang tercepat, hanya dalam 12 jam lokasi kejadian sudah ditemukan sehingga memudahkan jalannya evakuasi. Sayang, cuaca saat itu sudah kembali memburuk sehingga diputuskan untuk memulai evakuasi keesokan harinya...

This is not a drill!

Jumat, 11 Mei 2012, operasi evakuasi mulai dilaksanakan. Tim penyiap yang dipimpin langsung oleh Komandan Lanud ATS menyiapkan helipad terdekat untuk mengevakuasi korban. Helipad disiapkan di daerah Cijeruk (lereng Gunung Salak sebelah timur laut, ketinggian 2.644 kaki). Lokasi ini dipilih karena luas dan mampu menampung empat helikopter sekaligus serta mudah dalam dukungan akomodasi. Uji pendaratan (landing test) yang dilakukan dengan H-3214 juga cukup aman.


Kisah Getir Evakuasi Korban Sukhoi Super Jet 100

Tugas kami pada hari itu adalah menurunkan tim penolong (rescuer) dari Kipan I Paskhas sedekat mungkin dengan lokasi kecelakaan guna membuka helipad terdepan untuk pelaksanaan evakuasi. Segala sesuatunya dihitung dengan cepat sesuai flight manual NAS-332 Super Puma, meliputi elevasi sasaran, bahan bakar yang mampu dibawa, arah angin, jumlah personel yang bisa diturunkan melalui rappelling, dan segala kemungkinan lainnya. Namun bagi saya pribadi, tetap saja ada keresahan, ”Apakah perhitungan saya benar? Apakah ada kemungkinan lain yang belum saya antisipasi?” Saya teringat kata-kata dalam berbagai film perang Holywood: ”This is not a drill!”

Kali ini saya ditemani Mayor Pnb Frits sebagai kopilot, dan didampingi sebuah NBO-105 Basarnas yang diawaki Letkol Pnb Hendro dalam mencari area dropping. Setelah menemukan lokasi penurunan tim rescue (puncak tebing sebelah timur crash site elevasi ± 6.000 kaki), masalah baru muncul. Jumping master dari Paskhas, Serka Mardi, tidak yakin akan kondisi daratan yang ada di bawah karena tertutup pepohonan. Sedangkan untuk melaksanakan rappelling ke pohon sangat berisiko karena batang pohon tidak terlalu besar namun tinggi dan dikhawatirkan tidak mampu menahan bobot tubuh anggota tim.

Selain itu, angin yang cukup kencang akan membuat tali carmantle melilit ke pohon. Yang terjadi adalah, setelah heli hovering, persiapan tali diturunkan, tali langsung melilit pohon dan tidak dapat ditarik lagi. Beberapa saat saya bertanya, “Kenapa lama sekali?” Setelah itu awak kabin melaporkan, “Tali nyangkut Ndan, sedang dicoba ditarik!” Secara naluriah saya berteriak, “Potong tali.., tinggal!” Talipun dipotong dan kami putuskan untuk kembali ke Cijeruk guna konsolidasi. Keputusan saya itu juga didasari pengamatan bahwa pasukan SAR darat sudah mendekati dan akan mencapai lokasi kecelakaan.

Semakin berat

Pengalaman itu menyadarkan saya bahwa ini jauh lebih sulit dari yang saya duga. Banyak hal kecil yang bila tidak diperhitungkan dengan matang akan berakibat fatal dan membahayakan semuanya. Belum lagi perubahan cuaca yang sangat cepat. Ya Allah betapa berat tugas saya ini.

Jumat 11 Mei 2012, sekitar pukul 14.30 WIB diperoleh laporan bahwa tim evakuasi darat sudah berhasil membuka medan, namun mereka sendiri belum yakin dapat didarati helikopter. Sementara bantuan kekuatan dari Polisi Udara (NBell-412) dan Penerbad (Mi-17) disiagakan di Lanud ATS, karena selain keterbatasan kapasitas helipad Cijeruk, kedua pesawat itu tidak dilengkapi dengan peralatan SAR terutama hoist (whinch) dan perlengkapan rappelling. Di satu sisi ini membanggakan saya karena hanya NAS-332 yang mampu melaksanakan misi ini, namun di sisi lain, saya hanya dapat berkata kepada awak pesawat saya, “Tugas kita berat, dan akan semakin berat...”

Tanggal 12 Mei 2012, ditemani oleh Mayor Pnb Z.A. Purba sebagai kopilot dan bahan bakar yang tidak lebih dari 700 liter di tangki pesawat, saya terbang ke koordinat yang sehari sebelumnya dilaporkan oleh “Jaguar” (kode sandi tim Paskhas yang ada di Puncak Salak 1). Kekhawatiran saya terjawab, lokasi evakuasi yang disiapkan adalah Puncak Salak 1, yang belum bisa didarati oleh Super Puma. Tetap dengan H-3214 kami melemparkan logistik untuk pasukan darat yang sudah empat hari hari belum makan sambil mengamati situasi sekeliling. Angin di puncak cukup kencang dan sering kali berlawanan arah dengan yang ada di lereng. Dan saya melihat kantong-kantong jenazah sudah mulai dikumpulkan di pick-up point tersebut. Kami kembali ke Cijeruk untuk melaksanakan persiapan selanjutnya.

Di Cijeruk kami mulai mempersiapkan rescue net untuk mengangkut kantong jenazah ke pesawat, dan saat menurunkannya kami masukkan logistik, terutama air minum sebagai pemberat mengingat kondisi angin yang cukup kencang. Saya banyak mendengar cerita sukses dari berbagai penyelamatan di puncak gunung, namun semua dilewati dengan tingkat kesulitan dan resiko yang tinggi. Sekarang, ini giliran saya! Selama proses climbing ke 7.000 kaki saya terus saling mengingatkan dengan seluruh awak pesawat agar memastikan bahwa kami masih bisa go around bila terjadi emergency saat menjelang hover. Bila emergency terjadi saat hover, pilihan hanya satu: jatuh tegak lurus di atas Puncak Salak 1! (pilihan yang tak disukai siapapun).

Proses penurunan logistik dan pengambilan kantong jenazah yang pertama berjalan aman, demikian pula yang kedua dengan tetap memperhitungkan setiap risiko. Satu hal yang saya pelajari adalah ketika melaksanakan hovering, arah pesawat hampir tidak pernah sama, menandakan cepatnya perubahan arah dan kecepatan angin di Puncak Gunung Salak. Kantung jenazah kami bawa ke helipad Cijeruk dan dari sana diterbangkan lagi menggunakan heli lain jenis NBO-105 ke Halim untuk kemudian dilaksanakan proses identifikasi. H-3214 sendiri dikhususkan untuk evakuasi dari “Jaguar” menuju Cijeruk. Sedangkan pengiriman logistik dilaksanakan oleh Mi-17 dan NBell-412 dengan titik muat dari Lanud ATS Bogor.

Hal lain yang belum saya perhitungkan sebelumnya, saya mengamati kondisi kantong jenazah yang berair. Saya mulai berpikir bagaimana dengan jaring dan logistiknya? Akhirnya saya minta kepada petugas PMI untuk menyiram kabin H-3214 dan rescue net untuk dibersihkan dengan alkohol setiap kembali ke Cijeruk. Awak heli saya perintahkan juga untuk selalu menggunakan sarung tangan guna mengantisipasi berbagai kemungkinan.

Pada tanggal 13 Mei 2012, tim evakuasi asal Rusia mulai bergerak menuju crash site melalui jalur darat. Baru empat jam perjalanan dua orang sudah menyatakan mundur karena beratnya medan. Pada keesokan paginya tiga orang lagi meminta untuk dievakuasi karena kondisi mereka yang tidak memungkinkan. Merupakan pekerjaan baru lagi, bila kemarin benda mati yang kami bawa, kali ini kami harus mengangkut benda hidup. Namun “order is order” dan dengan perhitungan yang lebih matang saya persiapkan segala sesuatunya.

Saya cek peralatan SAR yang ada hanya rescue anchor (jangkar penyelamat). Saya pikir ini tidak cocok karena bila si korban panik (melihat dirinya tergantung di puncak gunung) justru akan sangat berbahaya. Secara tidak sengaja saya melihat tiga anggota Paskhas dari Wing 3 dipimpin Mayor Psk Tambunan membawa body harness dan akan naik lagi ke crash site. Saya panggil mereka dan saya perintahkan untuk mengenakan harness yang mereka bawa namun turun ke “Jaguar” dengan rappelling. Awalnya mereka bingung, tapi saya sampaikan untuk mengenakan harness itu ke personel KNKT Rusia dan Indonesia. “Tiga orang dulu, karena total yang harus dievakuasi ada lima orang.”

Pelaksanaan rappelling kali ini lebih menegangkan karena angin bertiup kencang dan awan pun ikut sesaat menutupi “Jaguar”. Saya harus pandai-pandai mencari lubang awan kalau mau selamat. Selama menuju ke sasaran sambil terus mengamati cuaca di sekitar puncak Gunung Salak, saya berpikir dan memutuskan langkah yang akan dilaksanakan. Yaitu menurunkan rescue net dengan hoist, tinggalkan rescue net di “Jaguar”, baru laksanakan rappelling tiga personel Paskhas. Melihat kondisi cuaca saya putuskan untuk melaksakan hoist tiga orang dalam sekali hover (yang biasa dilatihkan adalah satu kali hoisting lalu memutar terlebih dahulu untuk proses cooling down). Saya briefing kopilot dan flight engineer agar mengecek instrumen heli pada saat hovering. Semua setuju dalam diam karena memang baru kali ini dilaksanakan. Alhamdullilah, yang pertama berhasil. Namun kami tetap berdebar-debar karena masih ada dua lagi yang harus diangkat.

Mendarat di Cijeruk, tiga orang yang baru saja dievakuasi turun dengan aman. Pesawat melaksanakan hot refueling (pengisian bahan bakar ke heli saat mesin heli masih berputar) karena kami berpacu dengan cuaca -seperti biasa tidak lebih dari 700 liter dari 2.700 liter yang mampu di telan H-3214. Sampai di final leg, saya baru ingat bagaimana cara menurunkan tiga body harness tadi ke “Jaguar”? Apa yang akan terjadi kalau itu dilempar ke bawah? Sekali lagi berkat kebesaran Allah, body harness yang kami lemparkan aman dan tepat jatuh di “Jaguar” dan dapat segera dikenakan oleh satu orang Rusia dan satu anggota KNKT. Proses penarikan pun sama, tiga kali hoisting dalam sekali hover. Ungkapan puji syukur tidak pernah lepas dari mulut saya.

NAS-332 Super Puma sudah membuktikan bahwa heli ini benar-benar “Singa Gunung Salak” sesuai arti namanya.

(Baca tulisan lengkapnya di Angkasa edisi November 2012)

© Angkasa
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...