Sabtu, 20 April 2013

TNI AL Gelar Pelatihan ICT

TNI AL Gelar Pelatihan ICTPENTINGNYA sinergitas antar individu maupun satuan dalam pelaksanaan tugas, khususnya bidang information warfare dan cyber warfare menjadi modal utama dalam mendukung terwujudnya TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani, serta sebagai the world class navy.

Oleh karena itu, perlu pemahaman bersama, mulai dari pelaksana maupun pembuat keputusan guna terwujudnya sebuah wadah yang efektif dalam menghadapi ancaman information warfare maupun cyber warfare, yakni terbentuknya Naval Cyber Command (NCC) di kemudian hari.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama TNI Untung Suropati, menyampaikan itu saat menjadi inspektur upacara pada penutupan Pelatihan Naval Image Building Operation (NIBO) di kantor Dispenal, Gedung B-4, Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (19/4).

Kadispenal menjelaskan, pelatihan ini sebagai momentum membuka cakrawala dan wawasan para peserta untuk berpikir global dengan melihat berbagai masalah dalam bingkai yang luas (see in big picture). Hal ini menjadi penting dalam membantu pimpinan dalam menentukan kebijakan dan keputusan.

Selain itu, lanjut Kadispenal, pelatihan ini merupakan bagian dari upaya dispenal untuk turut berperan aktif dalam memaksimalkan pengetahuan bidang information and communication technology bagi perwira TNI Angkatan Laut, sehingga dapat dikuasai dengan baik, benar, dan tepat. Hal ini penting karena akan bermanfaat dalam mendukung tugas pokok TNI Angkatan Laut, khususnya dalam mengantisipasi ancaman information warfare, serta dalam membangun public trust pada umumnya.

“Secara lebih luas, dengan pelatihan ini ke depannya diharapkan para peserta dapat meningkatkan kemampuannya dalam mengelola informasi melalui cyber space, dengan memanfaatkan teknologi yang ada di bidang cyber antara lain cyber attack, baik yang bersifat defensive maupun offensive,” katanya melalui siaran pers Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Dispenal) yang diterima Jurnal Nasional.

Sementara itu, Kepala Subdinas Penerangan Umum (Kasubdispenum) Dispenal yang juga sebagai Ketua Pelaksana Latihan Kolonel Laut (S) Julius Widjojono mengatakan, pelatihan yang diberi nama Naval Image Building Operation (NIBO) diikuti oleh 15 Perwira TNI AL yang berdinas di satuan kerja (satker) terkait. Antara lain Staf Pengamanan Angkatan Laut (Spamal), Dinas Pengamanan Angkatan Laut (Dispamal), Dinas Komunikasi dan Elektronika Angkatan Laut (Diskomlekal), Dinas Informasi dan Pengolahan Data Angkatan Laut (Disinfolahtal), Dinas Penerangan Angkatan Laut (Dispenal), serta Dinas Penerangan Kotama TNI AL.

“Kegiatan ini merupakan tahap awal dan diharapkan pelatihan ini akan terus berkesinambungan seiring dengan perkembangan cyber space yang terus berkembang dinamis,” katanya.

Menurut Julius Widjojono, materi yang diberikan mencakup pengoperasian media cyber, pengamanan media cyber, dan pengembangan media cyber, dengan metode pelatihan kuliah di kelas, praktek di ruang Naval Media and Website Center (NMWC) Dispenal, serta diskusi dan tanya jawab. Sedangkan instruktur dalam pelatihan ini didatangkan dari PT. Sira Manunggal Selaras yang saat ini sebagai narasumber Tim Kerja Media Cyber Kementerian Pertahanan.

Julius menambahkan, melalui pelatihan yang berlangsung selama lima hari, 15-19 April 2013 ini, para peserta kini dapat memahami pentingnya memaksimalkan fasilitas information and communication technology (ICT) yang terus berkembang. Diantaranya mendayagunakan fasilitas berbasis ICT secara maksimal, baik social media seperti facebook dan twitter maupun fasilitas lainnya seperti website, e-mail, e-learning, digital library, termasuk mampu melakukan tindakan menganalisa berita di media massa, serta meng-counter attack terkait berita atau informasi yang berpotensi mendeskreditkan TNI AL.

“Sebagai organisasi yang senantiasa berkecimpung dengan teknologi, maka pemahaman akan information and communication technology merupakan sebuah tuntutan mutlak dalam aktifitas dunia global dewasa ini, terlebih dalam rangka mendukung kemampuan TNI Angkatan Laut guna meraih predikat sebagai the wold class navy,” kata Kasubdispenum Dispenal.

  ● Jurnas  

CN 235 MPA Berpeluncur Rudal Harpoon

CN 235 MPAPT. Dirgantara Indonesia telah melakukan uji terbang CN-235 MPA pesanan TNI-AL pada Jumat 5 April 2013 lalu. Uji terbang dilangsungkan dengan rute dari Bandung hingga Kawasan Pangandaran dengan waktu tempuh 1,5 jam. Uji terbang berlangsung sukses dan pesawat mendarat dengan selamat.

Berbeda dengan CN-235, pesawat patroli pesanan TNI-AL ini menggunakan desain winglet pada ujung sayap. Winglet dipercaya mampu mengefisienkan gaya hambat, yang juga penghematan bahan bakar. Dengan penghematan bahan bakar ini, CN 235 MPA bisa lebih lama di udara sehingga cocok untuk operasi maritim.

Dari foto-foto terlihat radar pesawat akan ditempatkan pada perut pesawat, seperti konfigurasi CN-235 milik Coast Guard Korsel. Selain itu terdapat pula bubble window pada bagian belakang pesawat. Jendela gembung ini berfungsi sebagai tempat awak pesawat melakukan pengamatan secara visual. Namun isi serta peralatan yang dipasang kedalam tubuh CN-235 ini belum diketahui secara pasti.

CN 235 MPA produksi PT DI merupakan pesawat medium-range twin-engined yang bisa dipasang: Radar Seaspray 4000 dari BAE Systems, Radar AN/APS-134 produksi Raytheon atau Ocean Master 100 buatan Thales.

CN 235 MPA (arc.web.id)
Menurut airforce-technology.com, perusahaan elektronik pesawat dan defence system Thales, telah menandatangani MoU dengan PT DI pada Mei 2000 untuk menyuplai piranti AMASCOS yakni, Airborne Maritime Situation Control System, termasuk juga Ocean Master search radar produksi Thales dan EADS. MoU itu juga meliputi pengadaan piranti: Elettronica ALR 733 radar warning receiver, The Chlio thermal imager buatan Thales Optronique, Gemini navigation computer dari Thales Avionics serta AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection (MAD) system dari CAE.

Lebih jauh lagi, CN 235 MPA ini akan dilengkapi tiga hardpoints di bawah masing-masing sayapnya yang mampu membawa Rudal Anti kapal Harpoon. Menurut airforce-technology.com CN 235 MPA Indonesia mampu membawa dua torpedo mk46 atau exocet M-39 air-launch anti-ship missiles. Hardpoint sisanya kemungkinan ditujukan untuk mengangkut rudal anti pesawat, sebagai pertahanan diri.

Departemen Pertahanan memesan 24 CN 235 ke PT DI, termasuk 6 pesawat untuk maritime reconnaissance TNI AL serta tiga untuk TNI AU.

  ● JKGR  

Untuk Disegani, TNI Butuh Dukungan Dana

KEPALA Operasi Infanteri 17 Brigade Airbone Kostrad TNI AD, Mayor Infantri Agus Harimurti Yudhoyono, mengingatkan perlunya peningkatan kapasitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC).

Menurut putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, pembangunan SDM ini juga penting dilakukan terhadap personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas menjaga pertahanan dan keamanan di seluruh Indonesia.

Agus mengatakan, ada banyak potensi konflik yang muncul di kawasan Asia Tenggara. Potensi konflik itu harus diatasi agar Indonesia siap memasuki era Pasar Tunggal ASEAN pada akhir 2015 mendatang.

“Sengketa perbatasan, perebutan sumber daya alam, perebutan Selat Malaka salah satu selat terpenting di dunia yang harus dijaga keamanannya. Illegal logging, human trafficking, bencana alam, dan terorisme harus dicegah antar negara ASEAN,” kata Agus dalam presentasinya pada acara Indonesian Young Leaders Forum 2013 yang diselenggarakan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), di Jakarta, Kamis (18/4).

Potensi konflik itu, bisa ditanggulangi dengan kualitas prajurit yang unggul dan professional (smart power). Pendekatan yang dilakukan pun dilakukan secara soft power, banyak kawan tanpa musuh.

“Kami ingin Indonesia disegani, tapi tidak cukup dengan itu, aspek hard power, kekuatan moneter tidak bisa ditiadakan,” katanya.

Agus mengatakan, pertahanan masih butuh dukungan dana dari pemerintah. Anggaran untuk Kementerian Pertahanan tahun 2013 sebesar Rp 77,7 trilun atau 0,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jumlah itu masih di bawah Malaysia dengan rasio 1,6 persen dari PDB, dan Singapura 3,6 persen dari PDB.

“Untuk negara yang luas seperti Indonesia, masih butuh anggaran lebih besar untuk memodernisasi senjata kami,” ujar Agus.

Ia menambahkan, jika Masyarakat Ekonomi ASEAN diterapkan, maka pergerakan barang dan jasa di ASEAN tidak lagi ada batasan. Karena itu, masyarakat Indonesia harus menjadi kompetitor yang unggul agar tidak tergilas dengan kompetitor, sesama negara ASEAN. Pembangunan human capital melalui pendidikan dan pelatihan secara terus menerus, akan mampu melahirkan SDM yang kompetitif.

Selain itu, Agus juga mengingatkan pentingnya empat pilar strategi pembangunan ekonomi, pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment, “Dan tentu tanpa stabilitas keamanan tidak mungkin dapat membangun ekonomi yang berkelanjutan. Ini jadi sebuah keharusan,” ujar Agus.

Dalam Indonesian Young Leaders Forum 2013, HIPMI mengambil tema Bersama Menjaga Stabilitas Nasional dalam Menyambut ASEAN Economic Community 2015. Sejumlah pemimpin dan calon pemimpin negara diundang untuk berbagi ide mengenai persiapan Indonesia menyongsong era pasar bebas ASEAN. Acara dibuka oleh Presiden SBY, dan diisi dengan sejumlah forum beberapa pembicara diantaranya, Jusuf Kalla, Prabowo Subianto, Mayor Infantri Agus Harimurti Yudhoyono, Puan Maharani Soekarno Putri, Anindya Bakrie, Hary Tanoesoedibyo, dan Sandiaga Uno.

  ● Jurnas  

★ Bangkitnya Kembali Pabrik Pesawat RI

  Dulu sempat produksi panci, kini bersiap bangkit.  

 Budi Santoso, Dirut PT DI
Sebuah pesawat CN 235 Maritime Patrol (MPA) pesanan TNI Angkatan Laut terparkir di hanggar PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Berkelir hijau, pesawat itu baru saja lulus uji coba terbang selama satu jam di langit Jawa Barat awal April 2013 lalu.

Para teknisi PTDI berkerubung di pesawat seharga US 21,5 juta per buahnya itu. Burung besi produksi PTDI bekerjasama Airbus Military itu hendak diperkuat dengan radar pengintai lautan, dan kamera beresolusi tinggi.

“Radar itu dapat melihat hingga 200 meter di bawah permukaan laut,” kata mantan Kepala Humas PTDI, Rakhendi Priatna yang menemani VIVAnews berkeliling di pabrik pembuatan pesawat PTDI, di lahan seluas 80 hektar, awal April 2013 lalu.

Di belakang CN 235 MPA, tampak antri dua pesawat lainnya. Semua menunggu kelihaian tangan para teknisi. PTDI memang saat ini tengah kebanjiran berbagai pesanan pesawat, khususnya CN 235. Pada 2012, PTDI berhasil membuat empat unit CN 235, dua unit NC 212, dua unit Super Puma, satu unit CN 295 dan 12 unit Bell 412.

Setelah terpuruk dihajar badai krisis moneter 1997, perusahaan itu kini mencoba bangkit. Hanggar yang dulu sempat sepi, kini ramai dengan beragam pekerjaan. Order mengalir, dan rezeki pun tumpah. Setelah merugi sembilan tahun, baru pada 2012 perusahaan menangguk laba.

Terakhir, rapor keuangannya biru pada 2002, dengan laba bersih Rp 11,26 miliar. Setelah itu, kantong PTDI pun kempis. Hutangnya seawan, dan nyaris kolaps. Sekitar 16 ribu karyawan dipecat, dan hanya tersisa 4.000. Para insinyur terbaik pun hengkang ke berbagai pabrik pesawat dunia.

Lebih tragis lagi, perusahaan perakit pesawat itu sampai terpaksa membuat panci agar bisa bertahan hidup. “Sepanjang 2003 hingga 2007 PTDI ini tak pernah tutup buku. Sehingga kami harus mulai tutup buku 2003-2007,” kenang Direktur Utama PTDI, Budi Santoso.

Budi bukanlah orang baru di PTDI. Ia bergabung sejak 1987, saat masih bernama IPTN. Pada 1998 lalu, ia pindah menjadi Direktur Utama PT Pindad, dan berhasil. Pada 2007 lalu, doktor ilmu robotika dari Katholieke Universiteit Leuven, Belgia, ini diminta pemerintah membenahi PTDI.

Saat ia baru memimpin, Budi dicegat oleh banyak persoalan. Ribuan bekas karyawan berdemonstrasi menuntut pesangon. Dan soal itu terus menguras energinya. Ditambah beban hutang, khususnya hutang kepada pemerintah yang mencapai Rp 3,8 triliun. Kas keuangan PTDI kandas saat itu.

Dia lalu membereskannya tahap demi tahap. Pada 2009, semua urusan masa lalu itu kelar. Setelah diaudit BPK, instansi pajak, dan berbagai lembaga, utang ke pemerintah itu pun beres. “Kami minta utang kepada pemerintah dikonversi menjadi modal. Duitnya sih tidak ada, hanya di atas kertas. Tapi ia tidak menjadi beban keuangan PTDI,” katanya.

Tangan dingin Budi Santoso perlahan menuai hasil. Pada 2012 lalu, perusahaan membukukan laba bersih sekitar Rp 40 miliar, dengan pendapatan Rp 2,68 triliun. Pendapatan terbesar disumbang oleh pembuatan pesawat sebesar Rp 2,3 triliun, manufaktur komponen Rp 236 miliar, jasa teknisi dan alutsista Rp 65 miliar, dan dari perawatan pesawat Rp 104 miliar.

 Tiga langkah   

CN235 MPA TNI AL (planespotters) 
Beresnya utang masa lalu itu, kata Budi Santoso, menjadi titik balik PTDI. Pada akhir 2011, mendapatkan kucuran dana Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,06 triliun. Direksi tidak menyia-nyiakan dana itu, dan langsung memakainya untuk modernisasi mesin, hanggar dan sumber daya manusia.

Direktur Niaga dan Restrukturisasi, Budiman Saleh menjelaskan PTDI telah mengalokasikan Rp 270 miliar membeli berbagai mesin produksi serta membenahi dan membangun hanggar baru senilai Rp 140 miliar. Nantinya, PTDI akan mempunyai dua hanggar perakitan pesawat.

Satu hanggar baru tersebut baru akan beroperasi pada Semester I 2014, dan mampu merakit pesawat besar seperti CN 295.

Tiga langkah restrukturisasi pun dilakukan. Pertama, pada fase darurat, selama 2011-2012, dibenahi kondisi internal. Kedua, adalah tahap stabilisasi pada 2012-2013. Pada fase ini perusahaan melakukan berbagai investasi dan revitalisasi. Terakhir, diharapkan pada 2015 ke atas, PTDI diharapkan lepas dari ketergantungan pada pemerintah.

“Saat ini kami sedang dalam tahap fase kedua. Kita lakukan pencarian pendanaan untuk permodalan, pemetaan pasar dan persiapan produk baru seperti N 219,” kata Budiman.

Saat ini, untuk bergerak perusahaan memang tergantung pada rezeki dari pemerintah. Misalnya, PTDI meraup kontrak hingga Rp 7 triliun hingga tiga tahun mendatang, sebagian besar dari Kementerian Pertahanan. Tapi setelah itu, PTDI diminta untuk mandiri.

“Kami perlu hidup. Bisnis pesawat terbang bukan sesuatu yang instan,” kata Budi Santoso.

Bantuan itu, kata Budi, penting. Ia seperti efek bola salju. Konsumen melihat perusahaan mulai bangkit, dan tanpa diundang, mereka datang ke pabrik dan melakukan kerjasama. “Lima tahun lalu, saat saya pertama kali menjadi Direktur Utama, hal ini tidak pernah saya bayangkan,” katanya.

 Menggandeng Airbus 

Salah satu kunci keberhasilan PTDI adalah belajar dari kesalahan masa lalu. Sewaktu masih bernama IPTN, perusahaan ini “jor-joran” mengembangkan berbagai macam pernik pesawat walaupun tidak ekonomis. Insinyur mereka waktu itu sangat menguasai teknologi, tapi tidak mengerti ilmu marketing.

“Ternyata, mengerti teknologi saja tidak cukup. Bagian lain adalah menguasai pasar, kami tidak pernah pelajari hal tersebut,” kata Budi.

Jalan lain mendongkrak kembali perusahaan yang “pingsan” sejak krisis 1997 lalu adalah usaha menggandeng industri penerbangan lain yang telah berkibar, yaitu Airbus dan Boeing. “Dua-duanya kami jajaki,” ujar Budi.

Namun, yang terdekat adalah EADS, perusahaan yang termasuk grupnya Airbus. Secara sejarah, PTDI lebih dekat, meskipun dulu mereka pernah punya hubungan dengan Boeing.

Cara ini, kata Budi, lebih efektif. Soalnya, membuat pasar baru membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. PTDI tidak mungkin menanti selama itu, bisa keburu mati. Cara PTDI mirip seperti yang dilakukan Lenovo dan IBM. “Lenovo dahulu menggunakan merek IBM hingga orang-orang sadar IBM itu Lenovo. Sekarang Lenovo tidak memakai nama IBM namun tetap laku,” katanya.

Cara ini mulai membuahkan hasil. PTDI kini menerapkan standar administrasi hingga membuat pesawat, yang sesuai standar Airbus, baik EADS Airbus dan Airbus Military, membantu dari teknik hingga non teknik. Per tahun, PTDI mendapatkan kontrak Rp 180-200 miliar. Dengan bekal inilah, PTDI bertekad membuat pesawat asli Indonesia.

Selain dengan EADS, PTDI juga menjalin kerjasama dengan Eurocopter Family yang juga dibawah EADS untuk membuat body helikopter MK II, yaitu tailboom dan fuselage senilai Rp 5 miliar. Selain itu PTDI juga menjadi subkontrak CTRM dan Korean Air senilai Rp 10 miliar.

Berbagai pesanan inilah yang membuat para karyawan PTDI bergairah. Saat ini, pabrik PTDI berjalan dua shift. Pada shift malam mereka akan mengejar produksi jika terjadi masalah di dua shift sebelumnya. Saking penuhnya order, PTDI tidak berani mengambil pekerjaan lagi. Kapasitas produksi perusahan itu sudah penuh.

“Maka, kalau ada yang bilang kami menganggur, itu salah. Dengan modernisasi saat ini, PTDI 2-3 kali lebih produktif dari yang lama,” katanya.

 Jet tempur 

Mesin-mesin buatan Jerman, Italia dan Taiwan terbaru sejak 2012 lalu telah hadir di pabrik PTDI. Mesin CNC (Computerized Numerical Control), di antaranya Quaser MV 18C, Haas VF6-50, Haas VR 11 B Deckel Maho DMU 100 mB, dan mesin Gantry Jobs LINX30 serta Gantry Matec 30 P membuat semangat baru bagi para teknisi. Urusan produksi menjadi lebih cepat.

Meski begitu, kapasitasnya belum setara dengan pabrik besar seperti Airbus. Untuk membuat sebuah pesawat dari nol hingga bisa terbang PTDI membutuhkan waktu 8-12 bulan. Sementara Airbus dan Boeing, rata-rata hanya butuh dua pekan. Dengan mesin baru, waktu produksi diharapkan bisa diringkas menjadi dua bulan.

Bermodal mesin itu pula, perusahaan yakin dapat meraup laba lebih besar. Pada 2013 ini PTDI menargetkan pendapatan sebesar Rp 3 triliun, dengan target laba bersih Rp 60 miliar. Pada 2012 laba tercatat Rp 40 miliar. Perusahaan kini mulai percaya diri, misalnya meminjam dana ke Bank sebagai modal kerja.

Secara potensial, PTDI masih bisa mengembangkan CN-235 menjadi CN-234 Next Generation. CN-235 adalah proyek bersama antara PTDI dengan CASA. PTDI diberikan kebebasan oleh CASA untuk memberikan berbagai inovasi pada CN-235. Salah satunya menambahkan wing tips untuk menambah kestabilan pesawat.

Selain itu, C-212 versi improvement, harganya lebih murah, dan kapasitasnya juga bertambah. “Kami juga menargetkan pusat perawatan PTDI dapat merawat Airbus A320 di Indonesia,” ujar Budi.

Agar makin tokcer di masa depan, perusahaan itu akan merekrut generasi muda. Penerimaan besar-besaran insinyur PTDI terjadi pada 1982-1986. Setelah itu, tidak ada lagi. Kini sekitar 45 persen sumber daya ahli di perusahaan itu, khususnya para engineer, telah memasuki masa pensiun.

Kini, pegawai baru direkrut secara bertahap. “Yang pensiun, akan kami pertahankan 1-2 orang sebagai pelatih engineer baru. Cara ini kami gunakan mengatasi lost generation di PTDI,” kata Budiman.

Sebagai bahan latihan bagi para insinyur muda, PTDI menyiapkan N 219. Pesawat berkapasitas 19 orang ini akan dijadikan model agar para insiyur muda mengetahui satu siklus pembuatan pesawat.

Dari produk N 219 inilah, tenaga ahli muda itu dapat mengembangkan beragam jenis pesawat. Bukan tak mungkin suatu saat mereka menciptakan pesawat jet komersial seperti N2130 yang mati suri. Atau pesawat tempur IF-X/K-FX, kolaborasi PTDI dengan Korea Selatan.

Proyek terakhir itu kini memang tidak jelas nasibnya. Sebab, Korea Selatan memotong anggaran riset, serta pemerintah Turki mengundurkan diri dari program itu.(np)

 Agar di Langit Kita Jaya 

Bikinan insinyur Indonesia. Bisa terbang ke daerah susah. 

 N219 Hasil Karya Anak Bangsa
Hari sudah tengah malam. 10 Agustus 1995. Larut malam begitu, sudah banyak orang terlelap. Tapi laki-laki ini baru bergegas. Dia menyalakan mobil di garasi. Lalu menginjak pedal gas. Sendirian dari Bandung melaju ke Jakarta. Meliuk melewati bukit dan lembah. Saat itu Padalarang belum bersambung.

Rakhendi Priyatna, begitu nama pria ini, harus cepat sampai di Jakarta. Subuh hari, dia harus menyambut 40 wartawan di Halim Perdanakusumah. Dan banyak wartawan dari manca negara. Hari itu, kawasan Halim memang membetot mata Indonesia, bahkan Asia.

Dan itu karena Gatotkaca. Sebuah pesawat N250 buatan Indonesia yang namanya dicuplik dari tokoh pewayangan yang dicintai banyak orang itu. Hari itu, si Gatotkaca ini terbang perdana. Dan acara ini lebih dari sekedar menerbangkan pesawat, tapi juga tanda kedigdayaan ekonomi Indonesia. Di udara kita jaya.

Rakhendi berkisah. Pukul 8 pagi, menjelang lepas landas, semua orang gelisah. Terutama mereka yang bekerja keras di balik layar Gatotkaca. Para insinyur PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), yang menciptakan pesawat ini. Jika gagal seribu malu dipikul bangsa. "Rasanya bercampur aduk. Panas dingin. Semua orang khawatir pesawat itu gagal terbang atau trouble di udara,” kisah Rakhendi kepada VIVAnews. Apalagi Presiden Soeharto dan para petinggi bangsa sudah berdiri gagah di panggung kehormatan. Kamera para wartawan asing sudah membidik.

Tepuk tangan bergemuruh. Erwin Danuwinata, pilot penguji N250 Gatotkaca berkapasitas 70 penumpang itu sukses mendaratkan pesawat dengan mulus. Semua bersorak-sorai. Gembira campur rasa haru. Indonesia terselamatkan. Industri dirgantara Indonesia sontak menjadi sorotan dunia.

Hari gembira itu tinggal kenangan. Pernah dikagumi negeri tetangga, pabrik pesawat itu lama mati suri. Ada dua pesawat tersisa. N250 dan N250-100. Diparkir di halaman kantor IPTN, yang kini berubah nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Bandung Jawa Barat.

  ● Vivanews  

Jumat, 19 April 2013

Latihan Strategi dan Taktik di Cilodong

Lihat Keseriusan Personel TNI Latihan Strategi dan Taktik di CilodongPanglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., didampingi Kasal Laksamana TNI DR. Marsetio, Kasau Marsekal TNI I.B. Putu Dunia, Kasum TNI Marsdya TNI Daryatmo, S.IP selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirlatgab) TNI tahun 2013 dan Wakasad Letjen TNI Moeldoko, menyaksikan langsung jalannya kegiatan Olah Yudha Kampanye Militer “Wibawa Yudha II” melalui Tactical Floor Game (TFG), di Markas Komando Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong, Jawa Barat, Jumat (19/4/2013). Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com.

Kegiatan tersebut dalam rangka menguji rencana Kampanye Militer Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 beserta jajarannya dihadapan Direktur Latihan, menguji rencana Kampanye Militer tanda berakhirnya latihan posko Latgab TNI.

Dalam Latihan Gabungan TNI tahun ini, di skenariokan bahwa pasukan bersenjata Aliansi Sonora secara terbuka mengerahkan kekuatan darat, laut dan udaranya dengan poros manuver dari pangkalan ajunya di P. Namit menuju P. Tarakan, Sangatta dan Bima dengan komposisi dan disposisi sebagai kekuatan Laut yang terdiri dari 1 PKR, 1 KCR, 1 AT dan 1 BCM serta didukung dengan kekuatan Udara yang terdiri dari 1 Pesawat Intai B 737, Pesawat Angkut dengan jenis 4 Pesawat PC 7 MK2, 2 Pesawat Cessna, 1 Pesawat C 130 serta dilengkapi dengan 2 Pesawat UAV Eagle ARV, yang dipersiapkan untuk memberikan dukungan kepada kekuatan Aliansi Sonora yang sudah berada di Tarakan, Sangatta, dan Bima.

Kekuatan Darat Aliansi Sonora yang terdiri dari 1 Brigade (+) diperkuat, Batalyon Armed 76, Kompi Kavaleri Tank dan Baterai Arhanud saat ini telah link up dengan Gerakan Sumpit Merdeka serta didukung oleh kekuatan udara dengan komposisi 1 Pesawat CN-235, 2 Heli Angkut S61A-4, UAV Alutsista Udara dan Black Hawk, berusaha untuk terus merebut dan menguasai sebagian wilayah Sanggata, Tarakan sambil bertahan di kedudukannya untuk menunggu bantuan perkuatan dari Pangkalan aju Aliansi Sonora sebelum melanjutkan gerakan selanjutnya.

Melihat kondisi yang demikian, TNI segera tanggap dan langsung melakukan segala manuvernya untuk memulihkan kembali situasi keamanan NKRI, khususnya di wilayah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, di Bima NTB, dan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Komando Gabungan TNI melaksanakan Kampanye Militer meliputi Operasi Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Linud, Operasi Ratmin & Operasi Darat Gabungan untuk menghancurkan kekuatan Aliansi Sonora dan Gerakan Sumpit Merdeka (GSM) serta Gerakan Nusa Merdeka (GNM) mulai hari “H” jam “J" selama 20 hari di Mandala Operasi Kalimantan Timur & Nusa Tenggara Barat dalam rangka mengembalikan kedaulatan NKRI beralih ke operasi selanjutnya atas perintah.

  ● Trbunneews   

TNI Gempur Gerakan Sumpit Merdeka

 Latigab 2012
Pasukan TNI dari matra Laut, Udara dan Darat menggempur Gerakan Sumpit Merdeka dan aliansi negara Sonora, dalam latihan tempur di Sangatta, Kalimantan Timur dan Selat Makassar.

Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono dalam peninjauan Olah Yudha atau simulasi Posko Peperangan di Markas Divisi I Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Jumat (19/4/2013), menyaksikan skenario serangan asing pasukan bersenjata Aliansi Sonora secara terbuka mengerahkan kekuatan darat, laut, dan udaranya dengan poros manuver dari pangkalan ajunya di Pulau Namit menuju Pulau Tarakan, lalu ke Sangatta di Kalimantan Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat.

Pusat Penerangan (Puspen) TNI menjelaskan, TNI segera tanggap dan langsung melakukan segala manuvernya untuk memulihkan kembali situasi keamanan NKRI, khususnya di wilayah Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, di Bima NTB, dan di Sangatta, Kalimantan Timur.

Komando Gabungan TNI melaksanakan kampanye militer meliputi Operasi Khusus, Operasi Udara, Operasi Laut Gabungan, Operasi Amfibi, Operasi Linud, Operasi Ratmin, dan Operasi Darat Gabungan, untuk menghancurkan kekuatan Aliansi Sonora dan Gerakan Sumpit Merdeka (GSM) serta Gerakan Nusa Merdeka (GNM).

Panglima TNI Laksamana (TNI) Agus Suhartono, didampingi KSAL Laksamana (TNI) Marsetio, KSAU Marsekal (TNI) IB Putu Dunia, Kasum (TNI) Marsdya (TNI) Daryatmo selaku Direktur Latihan Gabungan (Dirldalam Olah Latgab) TNI tahun 2013, Wakil KSADLetjen (TNI) Moeldoko, menyaksikan langsung jalannya kegiatan Olah Yudha kampanye militer Wibawa Yudha II melalui Tactical Floor Game (TFG).

Kegiatan itu dilakukan dalam rangka menguji rencana Kampanye Militer Panglima Komando Gabungan (Pangkogab) Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2013 pada bulan Mei 2013.

  Kompas  

TNI AU Kejar Target Tahun 2013 Lengkapi Skadron Sukhoi

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiO1YWvUd1wUsFo0f9IWkah-3hrxBEaximeNTcyrK8mVH_SUceLFIAqNZrjPF7GMVBZCOSIX2kPFTyl1BDwafcyR_nzGe8qseLMfoufy1aZ6Lk3ml9fFfHM8DrnE9sxdZysVMku1_ZTblQ/s1600/logo+dephan.gifJakarta • Dalam rangka pencapaian modernisasi peralatan Alutsista TNI Angkatan Udara akan mengejar target untuk melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebanyak 16 Unit di Tahun 2013.

“Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014, akan tetapi khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi kesimpulan persiapan bahwa di dalam 2014 ini kita akan lengkap skadron 16 unit dan sudah mengudara semua,“ Ungkap Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddi, Kamis (18/4) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.

Dijelaskan Wamenhan, dengan datangnya 2 unit pesawat Sukhoi jenis MU SU-30 MK2 pada bulan Februari lalu, saat ini TNI AU sudah memiliki 12 unit pesawat jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SKM dan Su-30 MK2 buatan industri pesawat terbang Rusia, Konsomolsk-Na Amure Aircraft Production Associattion (KNAPO). Sisanya masih menunggu kedatangan 4 unit pesawat dari 6 unit yang terakhir di pesan oleh Indonesia dari Pabrikan Rusia. Diharapkan sisanya bisa kembali datang pada bulan Juni 2013, sehingga Skadron 11 ini sudah dilengkapi dengan 16 unit pesawat.

Wamenhan mengatakan, perjalanan moderanisasi Alutsista TNI AU sudah on the track, tinggal sekarang akan mengejar jadwalnya. Tentunya perencanaan ini harus didukung dengan administrasi keuangan dari negara. Kemhan memiliki tugas untuk menuntaskan sampai dengan perjalaann Kabinet Indonesia Bersatu selesai pada tahun 2014 maka organisasi peralatan militer juga harus selesai karena itu bagian dari pertanggungjawaban pemerintah.

Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan rencana kelengkapan unit pesawat di Skadron 11 ini juga harus sejalan dengan adanya dukungan konstruksi sistem yang bisa mengcover seluruh pesawat. Selain itu juga dengan adanya keperluan fasilitas mesin simulator untuk bisa melatih efisiensi dan juga bisa melatih tekhnis non taktis dari para pilot penerbang tempur. Sehingga nantinya tidak perlu lagi mengirimkan pilot penerbang tempur keluar negeri untuk melatih skill tekhnis mereka.

“Alat simulator itu harus ada dipangkalan ini, itu akan kita jadikan paket bahwa kita punya satu skadron harus ada simulator agar bisa mengimbangi latihan penerbang.” jelas Wamenhan.

Disampaikan Wamenhan, mengenai pengadaan unit latih simulator ini akan direncanakan di tahun 2014. Tetapi jika simulator ini belum sampai, untuk sementara waktu para pilot penerbang akan di kirimkan ke negara yang memiliki fasilitas simulator salah satunya negara china karena sudah merupakan bagian dari kerjasama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok.

  Transfer Technology 

Ketika menanggapi Alih Teknologi Pesawat Tempur Sukhoi dengan pihak Rusia, Wamenhan mengakatan untuk sementara waktu didalam rencana strategis belum sampai mengalihkan teknologi untuk membuat pesawat. Dengan arti lain targetnya baru sampai alih teknologi pemeliharaan pesawat (Maintanance Facility Center).

“Untuk alih teknologi pesawat itu tidak mudah jadi sementara kita dengan pihak Rusia akan membangun Joint Facilities Center. Karena di dalam satu skadron harus dipenuhi untuk fasilitas tersebut supaya tidak mengirimkan kembali ke luar negeri,” Kata Wamenhan.

Pada saat meninjau Skadron 11 Wamenhan juga mengingatkan untuk selalu sama-sama memperhatikan di dalam penggunaan anggaran pertahanan. Seiring dengan hal itu faktor ketertiban dan Akuntabilitas menjadi sangat penting untuk menghindari kekhawatiran akan terjadinya keborosan dan kebocoran di dalam penggunaan anggaran pertahanan.

"Perlu sama-sama kita perhatikan juga adalah tertib di dalam penggunaan anggaran pertahanan, jadi semua berpikir akuntabel dan tidak salah didalam penggunaan anggaran pertahanan karena sangat ketat dibandingkan dengan sasarannya.“Jika kita tidak tertib didalam penggunanannya itu dikhawatirkan akan terjadi istilah “BOBO” atau Boros dan bocor. Dan itulah komitmen kita untuk mengerjakannya untuk mencegah keborosan dan kebocoran tersebut,” tegas Wamenhan.

Kunjungan Wamenhan ke Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin kali ini dalam rangka High Level Committee (HLC) untuk mengendalikan dan mengawasi perkembangan dari persiapan modernisasi peralatan Alutsista TNI untuk pencapaian 2014.

Saat meninjau Skadron Sukhoi Wamenhan didampingi oleh Komandan Lanud (Pangkalan TNI AU) Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, dan Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb (Penerbang) Dedy S Salam.

  DMC  

Menhan Bantah Batal Beli Helikopter Apache

 Apache AH 64 D Longbow
Jakarta Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro membantah batal membeli delapan helikopter serbu canggih AH-64 D Apache Longbow dari Amerika Serikat. Purnomo menyebut pihaknya masih memperhitungkan dan mempertimbangkan pembelian itu.

"Kami berupaya renegosiasi lagi masalah harga," kata Purnomo saat ditemui di Hotel Sultan, Jakarta, kemarin malam, Kamis, 18 April 2013.

Purnomo mengaku harga yang ditawarkan Amerika Serikat sangat mahal. Satu heli dihargai US$ 40 juta atau sekitar Rp 388 miliar per unit. Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral ini ingin Amerika Serikat menurunkan harga Apache. "Kami maunya dengan harga itu dapat tiga helikopter," kata Purnomo sambil tertawa.

Kemarin, Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan Indonesia batal membeli Apache dengan alasan harga terlalu mahal. Untuk pembelian alat sistem pertahanan bagi TNI Angkatan Darat, dia melanjutkan, diprioritaskan pada tank tempur utama Leopard.

Batalnya Apache bukan berarti Indonesia tak jadi beli helikopter serbu. Sebab, Indonesia mengalihkan pandangan ke 16 helikopter Bell buatan PT Dirgantara Indonesia yang harganya sekitar Rp 160 miliar. Hasanuddin beralasan harga Bell lebih murah ketimbang Apache. "Tapi, memang Bell tidak sehebat Apache," kata dia.

  Tempo  

PAL Garap 16 Kapal Rudal TNI AL

KCR-60 PT. PAL (foto : archive.kaskus.co.id)
 Ilustrasi Design KCR 60 PAL (Incoherrent)
Sinergi antara industri galangan kapal dengan industri pertahanan nasional makin kuat. Hingga sepuluh tahun ke depan, kebutuhan kapal industri pertahanan khususnya kapal cepat rudal (KCR) 60 meter mencapai 16 kapal. Saat ini tiga kapal di antaranya sudah menjalin kontrak kerja sama dengan PT PAL.

Dirut PT PAL M Firmansyah Arifin mengatakan, pembangunan KCR tersebut mengacu pada perjanjian surat jual beli kedua pihak, yakni untuk W273, 274, 275. "Kapal pertama kami serahkan akhir Desember tahun ini, kapal kedua Maret 2014 dan kapal ketiga pada medio Juni 2014," urainya saat memantau proses pembangunan dasar kapal (keel laying) di pabrik PT PAL di Surabaya, Kamis (18/4).

Dia mengatakan, sebagai industri galangan kapal, kendala utama pada pasokan peralatan dan komponen kapal. Selama industri dalam negeri belum mampu menyuplai peralatan dan komponen yang diperlukan, maka industri galangan kapal tetap bergantung ke impor. "Tapi dengan keterbatasan itu, kami berusaha untuk menyelesaikan proyek ini sesegera mungkin. Karena dengan demikian kami masih terus dipercaya untuk memenuhi kebutuhan kapal TNI-AL," ucapnya.

Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Marsetio mengatakan, kebutuhan kapal TNI makin besar. Sebab untuk mempertahankan kedaulatan, perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Disebutkan, dalam concept map hingga 2024, kebutuhan KCR 60 meter mencapai 16 kapal dan KCR 40 meter 16 kapal. Sehingga total kebutuhan 32 kapal.

"Nah ini sekaligus memajukan industri perkapalan nasional dan tantangan bagi PT PAL ke depan. Melalui momentum ini kami berharap PT PAL makin meningkatkan kinerja sebagai leading sector kapal perang skala dunia," tutur dia.

Marsetio mengatakan, kendati baru menandatangani kontrak kerja sama untuk pembangunan KCR tiga unit, tapi ke depan pihaknya akan tetap mempercayakan pembangunan tiga belas kapal sisanya pada perusahaan pelat merah tersebut. "Total, 16 KCR 60 meter kami akan dibuat oleh PT PAL," tandas dia. Sedangkan, untuk KCR 40 meter akan dipercayakan pada industri galangan kapal nasional melalui mekanisme lelang.

Disebutkan dana yang dianggarkan untuk membeli satu KCR mencapai Rp 500 miliar. Marsetio mengakui, pembangunan satu kapal tidak dapat mengandalkan komponen dalam negeri sepenuhnya. Menurutnya itu wajar, di berbagai negara pun memang rakitan dari berbagai negara seperti Jerman, Jepang dan Inggris. "Tapi kami harapkan semua industri dan peralatan dalam negeri dipakai secara maksimal, misalnya kerja sama teknologi dengan PT LAN Industri (Persero), lalu pelat dari Krakatau Steel, interior dengan PT INKA. Jadi, semua industri dalam negeri diberdayakan," tegasnya.

Selain KCR, lanjut Marsetio, pihaknya sudah memesan kapal selam pada PT PAL yang bekerja sama dengan Korea Selatan. Dua kapal selam akan dibangun di Korea dan sisanya satu kapal di galangan milik PT PAL. Sedangkan untuk membangun itu, PT PAL mengirim karyawannya ke Korea.(res/kim)

  JPNN  

Tank Leopard Tiba Oktober 2013

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgh6cKXSPxAJ502ciI7vUfRELN_9Xd4WG1tAwXIaYAaBSF8F9GNg0J8D1s8towLJNGymVMOJksJflbO70trnHJWOQX1uFxnc0OGK47xhnZdJ5103w_zRabPEyOsEErvhRDkKXnjRLvvwYI/s1600/Leopard_MBT_Revolution_main_battle_tank_Rheinmetall_Defence_German_Germany_Defense_Industry_military_technology_001.jpg
 MBT L2Revolution
Kementerian Pertahanan menyatakan tidak lama lagi senjata baru TNI Angkatan Darat yakni tank tempur utama Leopard dan tank tempur menengah Marder tiba di Indonesia. Sesuai rencana, kedua tank asal pabrikan Rheinmettal, Jerman ini tiba secara berangsur mulai Oktober 2013.

"Tank Leopard dan Marder yang datang bukan cuma contoh saja, tapi sudah yang produksi," kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin saat ditemui kemarin malam di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis, 18 April 2013.

Sjafrie melanjutkan, rencananya pengiriman kedua tank akan rampung akhir tahun 2014. Jumlah tank yang akan dikirim Jerman sebanyak 153 unit. Yakni tank Leopard Ri sebanyak 61 unit, tank Leopard 2A4 sebanyak 42 unit, dan tank Marder sebanyak 50 unit. Pembelian tank ini disebut tidak melebihi pagu anggaran sebesar US$ 280 juta.

Pembelian tank ini juga dilengkapi dengan kesepakatan transfer teknologi yang diteken November 2012 lalu. PT Pindad dan Bengkel Pusat Angkatan Darat akan mendapatkan kerja sama pelatihan untuk perbaikan ringan hingga berat.

Kehadiran 153 unit tank ini diharapkan bisa menambah kekuatan TNI AD. Saat ini Indonesia belum juga punya tank kelas berat yang mumpuni. Selama ini TNI AD mengandalkan tank tempur ringan seperti Scorpion buatan Inggris, tank AMX-13 dan AMX-10p. Ketiga jenis tank ringan itu terbilang uzur, sebab diproduksi sejak tahun 1940-1950an.

   Tempo  

Pesawat Asing Bombardir Pangkalan TNI AL Tarempa Anambas

Anambas • Kamis (18/4) sekitar pukul 07.00 WIB seluruh personel TNI AL di Lanal Tarempa, Anambas dikejutkan adanya serangan mendadak yang dilakukan beberapa pesawat negara X.

Beberapa pesawat terbang sangat rendah dan memborbardir dengan roket dan peluru besar ke sekitar pangkalan serta permukiman sekitar.

Akibatnya beberapa bangunan dan kendaraan yang terkena efek ledakan tersebut, mengalami rusak hingga terbakar hebat. Bahkan ada juga sampai jatuh korban luka dari pihak tentara maupun sipil.

Mendapati serangan tersebut, para personel tidak bersembunyi. Berbekal senjata yang siap sedia, personel TNI AL langsung membalas serangan udara. TNI menembaki pesawat dan berhasil menjatuhkan sekitar separo dari jumlah pesawat musuh.

"Tembak Blekedes tuh...Incar bagian mesin dan cocpitnya...Tembak!!," teriak seorang perwira kepada persenel TNI AL. Setelah beberapa jam terlibat pertempuran udara dan darat, akhirnya pesawat musuh berhasil ditaklukkan dan meninggalkan sisa-sisa puing dan api masih membara. Tentara bersama warga pun langsung berusaha memadamkan api yang membakar satu bangunan milik warga.

Peristiwa tersebut bukanlah sebuah pertempuran sungguhan, melainkan simulasi untuk menguji ketahanan pangkalan dari ancaman dan gangguan, baik itu dari serangan udara, laut dan darat.

Komandan Lanal Tarempa Letkol Laut (P) Agung Jaya Santika mengatakan, simulasi tersebut merupakan kegiatan rutin tahunan di setiap pangkalan TNI AL. Bertujuan untuk menguji kemampuan prajurit dalam menghadapi segala bentuk serangan, ancaman dan gangguan keamanan, baik dari dalam maupun luar.

"Kesiapan personel kita sangat penting dan menjadi kunci utama dalam melakukan pengamanan di Kabupaten Kepulauan Anambas. Mengingat wilayah kita berdekatan secara langsung dengan beberapa negara. Sehingga membutuhkan pengamanan ekstra terhadap ancaman keutuhan NKRI," terang Agung.

Sementara itu, perwira komando latihan armada barat, Mayor Laut (P) Pendi Silalahi mengatakan, dari hasil simulasi ini, dirinya memandang bahwa kesiapan dan keseriusan seluruh personel Lanal Tarempa cukup siap dalam mengantisipasi serangan. "Namun demikian kiranya jangan sampai kita terlena begitu saja. Kita harus selalu siap sedia," ungkapnya.(*)

  Tribunnews  

Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR-60) Kedua untuk TNI AL

PT PAL INDONESIA (PERSERO) kembali menggelar acara Keel Laying Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M hull No. M000274 yang merupakan kapal kedua dari 3 (tiga) kapal sejenis pesanan TNI-AL. Direncanakan Kasal beserta jajaran berkenan hadir untuk menyaksikan acara tersebut.

Pembangunan KCR 60 M ini berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Nomor : KTR/1056/02-48/XII/2011/Disadal No. Pembangunan M000273, W000274 dan W000275 antara PT PAL INDONESIA (PERSERO) dan TNI-AL yang diwakili oleh DINAS PENGADAAN MABESAL, di bangun atas dasar kelas BKI.

Dijadwalkan kapal ke-2 ini akan diserahkan pada medio Maret 2014, sedangkan kapal yang ke-1, direncanakan akan diserahkan pada akhir Desember 2013, sedangkan kapal ke-3 akan diserahkan pada medio Juni 2014.

KCR-60 PT. PAL (foto : archive.kaskus.co.id)
Ilustrasi KCR 60 PAL (Incoherrent)

Adapun ukuran Utama Kapal Cepat Rudal 60 Meter (KCR-60M) :
- Panjang keseluruhan (LOA) : 59.80 M
- Panjang garis air (LWL) : 54.82 M
- Lebar (B) : 8.10 M
- Tinggi pada tengah kapal (T) : 4.85 M
- Sarat muatan penuh (Dd) : 2.60 M
- Berat muatan penuh (Displacement) : 460 Ton

Sistem Persenjataan
1. 1 X Meriam Utama 57 mm
2. 2 X Senjata 20 mm
3. 2 X 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM)
4. 2 X Decoy Launcher


Olah Gerak
KCR 60M mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan.

Ketahanan Berlayar
1. Ketahanan dilaut : 9 hari
2. Jarak jelajah : 2.400 nm pada kecepatan 20 knot
3. Akomodasi : 43 orang

Kelaikan Kapal
KCR 60m dirancang dengan mempertimbangkan kriteria kelaikan laut sbb :
1. Stabilitas kapal memenuhi kriteria standar IMO A (749)
2. Tugas patroli hingga sea state 3
3. Kemampuan pengoperasian senjata hingga sea state 4

Diharapkan dengan even ini, semakin memperkokoh komitmen PT PAL INDONESIA (PERSERO) serta wujud nyata untuk terus berperan aktif dalam pemenuhan alutsista negara, menuju kemandirian bangsa pada ALUTSISTA khususnya bidang kemaritiman.

  PAL  

TNI AL Harus Mampu Mengatasi Lebih Dari Dua Trouble Spot

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg8Wkt0VbFHoFS-snWSzxHe7I4V0SmzmBcgjtbBNwc8iVkj227ot3hj1tFsE13bqKtkygHq1ME6Z3nKOaf25h3G2xylhtbSiF-bnJi4C7CTbpRHHkk3PJOYuTwMpoqe3nVulcwc-YP3_bA3/s1600/Fasharkan+160213+1.jpgJakarta Beberapa ancaman potensial seperti konflik perbatasan, ancaman agresi militer asing, gerakan separatis yang dibantu agen-agen asing dengan berbagai cover atas kepentingan nasional, serta ancaman lepasnya suatu daerah dari wilayah NKRI harus segera diantisipasi dan diwaspadai sejak dini. Ancaman yang terjadi di satu titik akan memicu ancaman di titik lain.

"Ancaman di satu titik merupakan momentum bagi pihak musuh untuk melakukan hal yang sama. Itu dilakukan dengan harapan bahwa konsentrasi pasukan Indonesia akan terpecah-pecah," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Marsetio ketika memberikan pembekalan 170 Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler angkatan ke-51 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Jakarta, Kamis (18/4).

Menurut Kasal, belajar dari hal tersebut maka ancaman terhadap Indonesia akan datang dari beberapa trouble spot. Untuk itu, perlu diantisipasi oleh TNI AL. Tidak hanya mengantisipasi dua trouble spot, tetapi harus mampu lebih dari dua trouble spot.

Beberapa kegiatan latihan gabungan yang telah dilaksanakan selama ini, kata Kasal, adalah Latihan Gabungan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam, Latihan Gabungan Pasus TNI Trimatra, Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi dan Penembakan Senjata Strategis, Latihan Hanudnas Perkasa, Latmako Koarmabar dan Koarmatim, Latgultor TNI – Polri Waspada Nusa, Latihan PPRC TNI, Latihan Hanudnas Tutuka XXXVII, Latgabma Malindo Darsasa, Cobra Gold Exercise serta Shanti Prayas Exercise.

"Kegiatan-kegiatan itu diharapkan menjadi sarana peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) prajurit TNI dan pengawak alutsista berteknologi tinggi yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai standar mutu yang diharapkan," jelas Kasal.

Menyinggung tentang peningkatan SDM, Kasal berjanji akan memberikan kesempatan kepada Perwira TNI AL untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di dalam maupun luar negeri. TNI AL juga akan meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut melalui kegiatan latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut termasuk latihan-latihan dalam tugas operasi.

"Kami juga ingin memberikan pengalaman penugasan dan peningkatan wawasan kepada personel, utamanya strata perwira melalui tour of area (TOA) maupun tour of duty (TOD) sebagai variasi dalam penugasan," jelasnya.

  Koran Jakarta  

☆ Kisah Pasukan Kopassus Tak Tergiur Satu Peti Uang Rampasan

Komando Pasukan Khusus (Kopassus) merayakan hari jadi 16 April. Hampir semua operasi militer diikuti korps baret merah tersebut. Banyak serpihan cerita menarik di setiap palagan operasi.

12 Maret 1958, satu kompi pasukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ditugaskan merebut Pekanbaru, Riau. Saat itu Sumatera telah bergolak. Sebagian daerah yang tak puas pada pemerintah Jakarta mendirikan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI).

Maka Jakarta membalas aksi PRRI dengan operasi militer. Mereka mengirimkan pasukan untuk menguasai Sumatera dari para kolonel pembangkang. Kompi A RPKAD dipimpin Lettu Benny Moerdani. Mereka diberangkatkan dari Pangkal Pinang dengan pesawat Dakota untuk terjun di daerah landasan udara Simpang Tiga. Tugas mereka merebut landasan itu agar pesawat Angkatan Udara bisa segera mendarat membawa perbekalan dan pasukan tambahan.

Walau memimpin pasukan terjun, Benny Moerdani belum pernah terjun payung sebelumnya. Ketika RPKAD mengadakan latihan terjun, Benny sedang sakit.

Tapi Benny tak takut, dia hanya berpesan kalau ragu-ragu agar didorong saja keluar dari pesawat. Soal penerjunan pertama ini ditulis Julius Pour dalam buku Benny Tragedi Seorang Loyalis yang diterbitkan Kata.

Informasi intelijen menyebutkan Simpang Tiga dan Pekanbaru dijaga 800 tentara PRRI. Tentunya risiko penerjunan besar sekali, mendarat tepat di jantung musuh.

Benny dan pasukan terjun serta mendarat mulus. Walau tak pernah terjun, Benny bisa mendarat dengan baik.

Para pemberontak tak mengira pasukan dari Jakarta telah mendarat. Begitu melihat RPKAD yang datang, mereka ambil langkah seribu. Sama sekali tak berani melakukan perlawanan. Pasukan PRRI begitu saja meninggalkan peralatan perang dan bantuan dari Amerika Serikat yang baru dikumpulkan di landasan.

Saat itulah Letnan II Dading Kalbuadi, rekan Benny, menendang sebuah peti kayu. Perwira muda RPKAD itu terkejut setengah mati melihat isinya.

"Wah duit, Ben! Uang, gimana ini?" kata Dading.

"Sudahlah jangan kau hiraukan. Tinggalkan saja, nanti kamu mati," kata Benny.

Selain uang, pasukan baret merah itu dikejutkan dengan persenjataan para pemberontak yang ditinggalkan. Jumlahnya melimpah. Semuanya senjata modern, bahkan ada bazooka. TNI sama sekali belum memiliki senjata-senjata secanggih itu.

Walau menerima bantuan senjata dari asing, rupanya PRRI tak punya semangat juang yang tinggi. Setelah Pekanbaru, berikutnya TNI bisa merebut Padang, Jambi, Medan, Jambi dan daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.

Seorang bintara pensiunan baret merah, Peltu Nadi (86) berkisah soal perebutan Sumatera pada merdeka.com. Dia membenarkan memang perlawanan PRRI tak begitu berat.

"Mereka punya senjata lebih canggih, tapi semangat bertempur lemah. Apalagi kalau sudah mendengar harus berhadapan dengan RPKAD. Sengaja juga dibuat kabar RPKAD yang diterjunkan satu batalyon. Padahal satu kompi pun tak ada. darimana jumlah satu batalyon? Jika dikumpulkan juga paling-paling cuma dua kompi," kenang Nadi sambil tertawa.

Benny Moerdani kelak menjadi Panglima ABRI dengan pangkat jenderal bintang empat. Dia menjadi salah satu tokoh legendaris ABRI di masa orde baru.(mdk/ian)


  ● Merdeka  

Program TNI Masuk Desa Bermanfaat bagi Masyarakat

Prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kizi TNI Konga XX-J/MONUSCO (Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) kembali mendapat perintah dari Brigade Ituri Monusco untuk memperbaiki jalan Duru-Bitima sepanjang 25 Km dan jembatan Moke yang terletak di tengah belantara hutan Kongo atau Taman Nasional Garamba 136 Km dari Base Camp Kontingen Indonesian Engineering Company (Indo Eng Coy) Bumi Nusantara Dungu.

Jakarta Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi menyatakan program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) telah memberikan manfaat yang besar bagi kesejahteraan masyarakat. Program ini juga berfungi sebagai bentuk perekat penguatan integrasi bangsa pada daerah perbatasan antar Negara dan pulau-pulau terluar.

"Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan bahwa Program TMMD ini sangat besar manfaatnya dalam rangka percepatan pembangunan baik pembangunan fisik maupun non fisik bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat," kata Gawaman Fauzi dalam Rapat Koordinasi Teknis TNI Manunggal Membangun Desa ke-90 Tahun 2013 di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (17/4/2013).

Gamawan menuturkan, sebagaimana diketahui bersama bahwa Program TMMD yang merupakan program keterpaduan antara TNI dan Kementerian serta Pemerintah Daerah yang dilaksanakan bersama-sama masyarakat sudah berjalan selama 33 tahun sejak tahun 1980 yang dulu dikenal dengan nama ABRI Masuk Desa (AMD). Program TMMD merupakan salah satu upaya penanggulangan kemiskinan baik di perdesaan maupun di wilayah kumuh perkotaan dan merupakan perekat penguatan integrasi bangsa pada daerah perbatasan antar Negara dan pulau-pulau terluar.

"Program TMMD berfungsi sebagai sarana mengukuhkan persatuan dan kesatuan bangsa, mengatasi kesulitan yang terjadi di daerah serta percepatan pembangunan desa dalam upaya menjaga keutuhan NKRI," kata Gamawan.

Gamawan berharap melalui program TMMD, dapat mewadahi dan mewujudkan aspirasi dan kepentingan masyarakat perdesaan. "Mengingat proses perencanaannya yang melibatkan berbagai instansi dan masyarakat, disusun dengan perpaduan bottom-up dan top down planning system serta dengan pendekatan partisipatif," pungkas Gamawan.

 Masuk Desa, TNI Bakal Rehab 208 Rumah Warga 

Tentara Nasional Indonesia (TNI) berencana menggelar kegiatan Tentara Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-90 yang sebelumnya disebut ABRI Masuk Desa (AMD). Kegiatan itu berlangsung selama 21 hari, mulai 14 Mei hingga 3 Juni 2013.

Program tersebut tersebar di 61 Kabupaten dan Kota serta di 67 Kecamatan dan di 104 Desa di seluruh Indonesia, dengan melibatkan personel TNI sebanyak 61 SSK, dengan 61 sasaran TMMD yang tersebar di 13 Kodam.

Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Wakasad) Letjen Moeldoko mengatakan, TMMD merupakan program terpadu lintas sektoral antara TNI, Kementerian atau Lembaga Pemerintah Non-Kementerian dan Pemerintah Daerah serta komponen bangsa lainnya, di mana pada tahun ke-34 ini program TMMD telah memasuki tahapan ke-90.

"Program TNI Manunggal Membangun Desa bertujuan untuk meningkatkan akselerasi kegiatan pembangunan di daerah pedesaan yang tergolong sebagai daerah miskin atau tertinggal, daerah terpencil atau terisolir, daerah perbatasan atau pulau-pulau kecil terluar, daerah kumuh perkotaan yang belum tersentuh oleh pembangunan dan daerah lain yang terkena dampak akibat bencana," kata Wakasad Letjen Moeldoko saat ditemui diacara Rakortis TMMD ke-90 di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (17/4/2013).

Disamping itu, lanjutnya, untuk meningkatkan kemanunggalan TNI-Rakyat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional melalui kegiatan yang terintegrasi dengan seluruh komponen masyarakat secara berkesinambungan, program ini juga untuk menampung aspirasi dan kepentingan masyarakat di daerah, juga untuk menyikapi berbagai kejadian alam, baik dalam bentuk gempa bumi, tanah longsor, banjir bandang maupun bencana lainnya.

Adapun sasaran kegiatan TMMD ke-90 dibagi atas sasaran fisik dan nonfisik. Untuk sasaran fisik antara lain Pembangunan jalan sepanjang 270.999 meter, pembangunan jembatan sebanyak 68 unit, pembangunan irigasi sepanjang 16.450 meter, pembangunan gorong-gorong 100 unit, rehab rumah ibadah 45 unit, dan rehab sekolah 6 unit.

"Selain itu juga akan melakukan rehab rumah tinggal layak huni sebanyak 208 unit, pembangunan kantor atau balai desa 16 unit, pembangunan pos kamling 52 unit, pembangunan unit sanitasi 63 unit, serta merehabilitasi sarana prasarana yang rusak di daerah akibat tertimpa bencana alam, meningkatkan sarana prasarana wilayah yang berada di pedesaan berupa infrastruktur, dan fasilitas umum dan sosial," ungkapnya.

Sedangkan untuk sasaran nonfisik, Moeldoko menjelaskan, program TMMD ini juga akan meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara di kalangan masyarakat, kesadaran bela negara, penegakan hukum, disiplin nasional dan pengetahuan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat pedesaan. "Seperti pertanian, perikanan, peternakan, kesehatan, keluarga berencana, dan lain-lain," tambahnya.

Program TMMD tersebut akan tersebar di 13 Kodam yaitu pertama, Kodam I/BB, Kodam II/Swj, Kodam III/Slw, Kodam V/Brw dan Kodam VII/Wrb masing-masing 6 sasaran. Yang kedua, Kodam IV/Dip dan Kodam XVII/Cen masing-masing 5 sasaran. Sedangkan yang ketiga, Kodam VI/Mlw, 4 sasaran. Dan yang keempat yakni, Kodam XII/TPR dan Kodam IM masing-masing 3 sasaran. Serta yang terakhir Kodam IX/Udy 7 sasaran, Kodam XVI/Ptm dan Kodam Jaya masing-masing 2 sasaran.

"Adapun anggaran yang digunakan dalam kegiatan TMMD ke-90 ini merupakan anggaran APBN sektor pertahanan dan dana hibah dari Pemda setempat yang menjadi sasaran TMMD," pungkas Moeldoko.(Mut) 

 Rumah Bocah Tulang Punggung Keluarga Dibedah TNI 

Banyumas Sejak kisah pilu empat bocah yang harus hidup mandiri di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, diberitakan, banyak pihak memberikan perhatian dan bantuan. Tasripin (12) salah satu bocah yang kini menjadi tulang punggung keluarga mengaku bersyukur.

Rencananya, siang ini sejumlah anggota TNI Kodim 071/Wijayakusuma Purwokerto melakukan rehab total terahdap rumah orangtua Tasripin. Tak hanya itu, Dandim juga berjanji menyekolahkan Tasripin dan adik-adiknya.

Sejumlah anggota TNI Kodim 071/Wijayakusuma, Purwokerto, sejak pagi tadi sudah disibukkan untuk mempersiapkan peralatan yang akan digunakan untuk memperbaiki rumah Taspirin. Mereka harus membawa bahan-bahan bangunan dengan mendaki bukit. Kondisi jalan yang terjal dan rusak, membuat mereka harus ekstra hati-hati.

Meski sudah dicat baru oleh sejumlah relawan, namun dari sisi kesehatan masih dianggap kurang layak. Di rumah itu Tasripin tinggal bersama tiga adiknya, yakni Riyanti (7), Dandi (6), dan Daryo (5)

Anggota Kodim membongkar semua bangunan untuk kembali didirikan rumah baru yang standar kesehatan. Di saat bersamaan, seluruh sumbangan yang diterima Tasripin dititipkan ke tetangga.

Dandim 071/Wijayakusuma, Letkol Helmy, mengatakan, rehabilitasi rumah yang dilakukan anggotanya bertujuan agar Tasripin dan adik-adiknya mendapat kehidupan yang layak.

“Kami merehab total rumahnya agar bisa menjadi rumah yang berstandar sehat untuk anak-anak seusianya. Selain itu, kami juga akan bangunkan MCK di rumah tersebut. Televisi dan keperluan lainnya juga sudah kami sediakan,” ujar Helmy, Kamis (18/4/2013).

Beberapa tetangga Tasripin juga ikut membantu anggota TNI dengan menyediakan makanan. Sementara Tasripin dan adik-adiknya diungsikan sementara ke hotel berbintang dua oleh Dandim.

  Tribunnews | Liputan6  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...