Sabtu, 13 April 2013

Prajurit TNI Diterjunkan di Perbatasan Malaysia

Sebanyak 650 prajurit Batalyon 403 Kentungan Sleman akan dikirim ke perbatasan kawasan Kalimantan-Malaysia. Mereka akan diberangkatkan akhir bulan ini, untuk fokus pengamanan konflik di jalur darat.

Wakasad TNI AD Letjen TNI Moeldoko menyatakan, secara materiil para prajurit sudah siap diberangkatkan. Namun yang jauh lebih penting adalah faktor fisik dan psikologis.

"Banyak hal yang perlu diwaspadai. Apalagi di kawasan perbatasan sekarang marak kegiatan ilegal seperti peredaran narkoba, dan penyelundupan berbagai barang," katanya di Sleman, Jumat (12/4).

Masa tugas prajurit ini di daerah perbatasan ini adalah enam bulan. Setelahnya, mereka akan kembali dan digantikan anggota lain. Batalyon 403 Kentungan juga satu perwira TNI sebagai dokter, tiga bintara perawat, dan empat prajurit wanita sebagai tenaga medis.

Melalui tugas ini diharapkan mereka bisa mencermati langsung situasi di wilayah perbatasan. Selain itu juga untuk mengasah naluri tempur prajurit.

  Suara Merdeka  

Delapan Hari di Laut Mediterania

KRI Diponegoro-365 yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Konga XXVIII/E UNFIL 2013 memulai tugas sebagai peacekeeper di Area of Maritime Operation (AMO) selama delapan hari di laut Mediterania, mulai tanggal 5 hingga 12 April mendatang.

Di hari pertama tugasnya Satgas MTF Unifil tersebut langsung disambut oleh gelombang laut Mediterania, Perwira Pelaksana (Palaksa) selaku Wadan Satgas MTF Letkol Laut (P) Wawan Trisatya mengatakan “….tetap semangat laksanakan tugas walaupun cuaca kurang bersahabat…”, jelasnya memberi semangat kepada divisi jaga yang saat itu jaga di anjungan KRI.

Hari kedua di Laut Mediterania KRI Diponegoro-365 langsung mendapatkan kehormatan menjadi MIO Commander dari enam Negara (Brazil, Jerman, Turki, Yunani, Bangladesh dan Indonesia) Unsur-unsur MTF/CTF-448 yang terdiri dari delapan Kapal perang. Sebagai MIO Commander, KRI Diponegoro-365 menjadi pemimpin semua unsur MTF yang sedang melaksanakan operasi Maritime Interdiction Operation (MIO) di AMO, bertugas menerima setiap laporan hailing unsur-unsur yang sedang beroperasi untuk didata dan dicocokkan dengan Abakus List klasifikasi status kapal tersebut.

Unsur-unsur MTF/CTF-448 tersebut diantaranya KRI Diponegoro-365 dari Indonesia, BRNS Constituicao (COS) dari Brazil, FGS Gepard (GEP) dan FGS Hermelin (Her) dari Jerman, TCG Turgutreis (TUR) dari Turki, BNS Osman (OSM) dan BNS Madhumati (MAD) dari Banglades serta HS Kasos (KAS) dari Yunani.

Selama menjadi MIO Commander KRI Diponegoro-365 beserta Satgas MTF juga bertanggung jawab terhadap situasi ancaman keamanan udara dengan menjadi HEC (Helicopter Element Coordinator). Tugas tersebut dilaksanakan karena KRI Diponegoro-365 pun bertugas sebagai AAWC (Anti Air Warfare Commander).

Pada saat itu Helicopter BO-105 NV 409 milik Indonesia melaksanakan AASYWEX (Anti Asymetris Warfare Execise) dengan unsur HS Kasos dari negara Yunani, dengan skenario helly BO-105 NV 409 tersebut terbang mendekat dan disimulasikan sebagai ancaman udara terhadap kedua unsur KRI Diponegoro-365 dan HS Kasos.

Helly BO-105 mendekat di kapal HS Kasos, kemudian dilaksanakan panggilan oleh HS COS kepada Helly tersebut, tetapi dari pihak Helly tidak menjawab panggilan dari COS, bahkan semakin mendekat, sehingga helly dianggap ancaman udara bagi kapal HS COS maka disimulasikan diadakan penembakan senjata mitraliur dari HS COS, yang kemudian helly tersebut terbang menjauh. Demikian juga, latihan tersebut dilaksanatkan pada KRI Diponegoro-365 dengan bentuk latihan yang sama.

Pada hari yang sama KRI Diponegoro-365 kedatangan satu Kadet dan Bintara pelatih dari LAF (Lebanon Armed Force) Navy, dalam rangka belajar dan memahami tentang kegiatan tugas sebagai peacekeeper, salah satunya pelajaran teori maupun praktek cara hailing ke kapal yang akan masuk maupun keluar dari pelabuhan Lebanon.

Pada hari keenam KRI Diponegoro-365 beserta Satgas MTF melaksanakan latihan peran tunda menunda dengan Kapal LAF Navy Sour-12, kedua unsur saling bergantian melaksanakan pertolongan dalam tunda menunda kapal. Selesai peran tunda menunda dilanjutkan latihan peran RAS (Replenishment At sea), kedua latihan peran tersebut berjalan dengan baik dan lancar.

Sampai dengan hari keenam pelaksanaan operasi sebagai peacekeeper di Area of Maritime Operation (AMO) di Laut Mediterania, KRI Diponegoro-365 telah melaksanakan Hailing sebanyak 31 kapal yang akan keluar masuk pelabuhan Beirut ataupun perairan Lebanon sekitarnya.

(Pen Satgas TNI Maritim Konga XXIII-E Unifil 2013)

  TNI AL  

Wakasal Tinjau Puslatpurmar-5 Baluran

 Pendaratan amfibi @ Latgab 2012
Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Hari Bowo meninjau daerah latihan dan melakukan pengecekan sarana serta prasarana pendukung yang akan digunakan dalam ajang Tahap Latihan Umum Latgab TNI 2013 di Puslatpurmar-5 Baluran, Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur, Jumat.

Penerangan Pasmar-1 dalam surat elektronik kepada Antara di Surabaya melaporkan Wakasal Laksamana Madya TNI Hari Bowo tiba di Pantai Banongan dengan menggunakan Helly Belt VIP TNI-AL HU-420 milik Skuadron 400 Puspenerbal.

Kedatangan Wakasal yang didampingi Kasarmatim Laksma TNI Darwanto, Kadisfasianal Laksma TNI Lefrand Tuelah, Danpuspenerbal Laksma TNI I Nyoman Nesa, Danlantamal V Surabaya Laksma TNI Sumadi, serta Danpasmar-1 Brigjen TNI (Mar) Siswoyo Hari S. itu disambut oleh Danpuslatpurmar-5 Baluran Letkol Marinir Agus Gunawan W.

Wakasal langsung melakukan pengecekan proses renovasi menara tinjau di Pantai Banongan, karena dari menara tersebut direncanakan Presiden RI Dr H Susilo Bambang Yudhoyono akan melihat manuver pasukan pendarat Korps Marinir dalam merebut dan menguasai pantai musuh.

Selanjutnya, Wakasal meninjau proses renovasi Mess Keris Samudera dan titik peninjauan di ketinggian T.12 Karang Tekok Situbondo. Ketinggian T.12 merupakan titik tinjau utama yang menjadi tempat menyaksikan formasi pergerakan pasukan, manuver kendaraan tempur, dan pesawat tempur.

Dari tempat tersebut dapat melihat sasaran tembakan utama seperti bantuan tembakan udara (BTU), bantuan tembakan kapal (BTK) serta senjata lintas lengkung dari unsur Artileri.

Rangkaian peninjauan yang dilakukan Wakasal Laksamana Madya TNI Hari Bowo beserta rombongan diakhiri dengan meninjau Mako Puslatpurmar-5 Baluran dengan melakukan pengecekan fasilitas yang dimiliki serta lokasi-lokasi yang akan dijadikan tempat posko latihan.

Rencananya, sebelum Latgab TNI 2013 akan dilakukan Tahap Latihan Umum di Puslatpurmar-5 Banongan dengan menggunakan daerah latihan di Pantai Banongan, Jangkar, Karang Tekok dan daerah-daerah di sekitarnya dengan melibatkan ribuan prajurit dari TNI AD, TNI AL , TNI AU dan menggunakan Alutsista yang dimiliki oleh TNI.

Sementara itu, Asisten Intelijen Komandan Korps Marinir (Asintel Dankormar) Kolonel Marinir Imam Sopingi melakukan Safari Intelijen di Balai Prajurit Pangkalan Korps Marinir Surabaya, Jalan Opak, Surabaya (12/4).

Dalan waktu yang sama, Jalasenastri Korcab Pasmar-1 Gabungan Jalasenastri Korps Marinir mengadakan pengecekan kesiapan lomba mewarnai dan menggambar bagi putra-putri anggota dalam rangka memperingati HUT ke-67 Jalasenastri Kantor Jalasenastri Korcab Pasmar-1, Gunung Sari, Surabaya.(*)

  Antara  

Delapan Jenderal Calon Kuat Kapolri

Delapan Jenderal Calon Kuat Kapolri?Isu pergantian Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo terus mengemuka di Markas Besar Polri. Ada sejumlah nama yang 'beredar'. Menurut sumber Tempo, delapan orang disebut-sebut bersaing ketat dalam meraih kursi tertinggi di Trunojoyo tersebut.

Mereka adalah Kepala Badan Reserse dan Kriminal Kepolisian RI Komisaris Jenderal Sutarman, Kepala Lembaga Pendidikan Polisi (Kalemdikpol) Inspektur Jenderal Budi Gunawan, Kepala Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Anang Iskandar, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Putut Eko Bayuseno, Kepala Polda Jawa Barat Brigadir Jenderal Tubagus Anis Akngkawijaya, Kepala Polda Kalimantan Timur Inspektur Jenderal Anas Yusuf, serta Kepala Korps Lalu Lintas Polri, Inspektur Jenderal Pudji Hartanto.

Sumber di Kepolisian mengatakan, sejumlah nama tersebut sudah melakukan lobi-lobi ke beberapa pihak. "Sudah banyak yang cari panggung, biar kelihatan bekerja dan dilirik Pak SBY," kata sumber tersebut, Jumat, 12 April 2013.

Pejabat kepolisian yang lain pun mengatakan, di antara mereka ada yang sudah menemui tokoh-tokoh partai. Bakal calon itu meminta orang partai menyodorkan namanya ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Orang partai itu juga memanfaatkan demi kepentingan Pemilu," ujar dia.

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Inspektur Jenderal Suhardi Halius enggan mengomentari informasi ini. "Kami belum tahu," ujar dia saat dihubungi melalui telepon selulernya, Jumat sore.

Adrianus Meliala, anggota Komisi Kepolisian Nasional juga menolak mengomentarinya. Menurut Adrianus, Kompolnas memang mengantongi nama-nama calon Kepala Polri. Namun, nama-nama itu belum bisa dipublikasikan ke media karena masih ditelusuri latar belakangnya. Hasil pengusutan akan diserahkan ke Presiden sebagai bahan pertimbangan. "Nanti akan kami serahkan ke Presiden kalau sudah lengkap," kata dia.

  Tempo  

Komentar Luhut Panjaitan Masalah Cebongan Di TVOne

Bahwa “Jiwa Korsa” yang membuat “Militer” menjadi “lebih” dari semua institusi manapun di Indonesia. Kemudian, media jangan hanya memojokkan pihak TNI dengan meng-Expose berita pembunuhan Preman. Preman yang dibunuh hanya dihukum 2 tahun, padahal sudah membunuh dan memperkosa.

Jangan hanya mempermasalahkan kejadian di LP saja…

Apalagi, Jenderal Purn. Luhut telah melihat rekaman CCTV waktu penganiayaan/pembunuhan di Hugos Cafe. Bagaimanapun Prajurit Kopassus sudah bilang bahwa yang bersangkutan adalah Prajurit Kopassus, tapi malah tambah banyak yang mengeroyok. Kepala dipukul dengan botol Minuman, sudah roboh, malah ditusuk pisau, dihajar, ditendang sudah tidak bergerak (meninggal) masih diseret-seret.

Kata Beliau, “saya saja sangat tidak nyaman, darah saya mendidih”. Sekarang, kenapa Media tidak mecari sumber CCTV di Hugos Cafe itu, tayangin dan kita lihat commentar dari masyarakat luas.

Jangan hanya mempermasalahkan kejadian di LP saja…

Kata beliau, Kenapa sih orang-orang ini hanya menjelek-jelekkan TNI terus ?? Apa Mereka lebih baik dari TNI ?? Mereka yang commentar menjelekkan TNI, itu saya tahu dan bisa tunjuk hidung…kelakuannya. Cara berpikir Prajurit, Militer, beda dengan para “orang-orang” yang hanya bisa cuap-cuiap saja karena merasa “intelektual”. Padahal saya yakin tamtama Bintara TNI lebih baik dibanding mereka-mereka yang hanya bisa commentar di ruangan ber AC.

Dari beliau, “mari kita merenung, bahwa sampai detik ini TNI masih merupakan yang Terbaik yang menjadi Garda Bangsa ini karena TNI memiliki “Jiwa Korsa”.

  ● JKGR  

Pasukan Militer Yang Dilatih Kopassus

Nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) belakangan ramai menjadi pembicaraan publik. Sebab, 11 personel pasukan elite TNI Angkatan Darat itu terlibat penyerangan dan penembakan yang menewaskan empat tahanan Polda DIY di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cebongan, Sleman, DIY.

Kepada Tim Investigasi Mabes TNI, 11 personel Kopassus Grup II Kandang Menjangan, Kartasuro, itu mengaku nekat menyerbu Lapas Cebongan atas alasan dendam. Sebab, mereka tak terima atas kematian Serka Heru Santoso yang dibunuh empat tahanan tersebut.

Nama Kopassus sendiri tak asing di dunia internasional. Sederet prestasi telah diraih pasukan elite kebanggaan Indonesia itu. Berdasarkan urutan pasukan elite dunia versi Discovery Channel Military edisi 2008, Kopassus berada di posisi tiga pasukan elite dunia. Sementara di posisi pertama diduduki United Kingdom's SAS, dan di posisi dua Israel's MOSSAD.

Akibat kehebatan yang dimilikinya, Kopassus menjadi pasukan elite yang disegani militer negara lain. Bahkan, sejumlah negara di dunia meminta Kopassus untuk melatih pasukan militernya.

Berikut pasukan militer negara-negara dunia yang dilatih Kopassus.

1. Pasukan di negara-negara Afrika Utara

Narator Discovery Channel Military menyatakan, sebuah pasukan khusus yang hebat adalah pasukan yang mampu mencapai kualitas sempurna dalam hal kemampuan individu. Kemampuan itu adalah kemampuan bela diri, bertahan hidup (survival), kamuflase, strategi, daya tahan, gerilya, membuat perangkap dan lain-lain.

Kemampuan yang tidak terlalu mengandalkan dan bergantung pada teknologi canggih dan memiliki skill di atas rata-rata pasukan elite luar negeri lainnya menjadi nilai plus bagi Kopassus.

Hal itu menjadi salah satu alasan negara-negara di Afrika Utara menggunakan jasa pelatih militer dari Kopassus untuk melatih pasukannya. 80 Persen pelatih militer di negara-negara Afrika Utara diketahui menggunakan pelatih militer dari Kopassus.

Para perwira Kopassus ditugaskan untuk melatih pasukan militer yang dimiliki negara-negara di benua hitam itu.

2. Pasukan elite Kamboja

Selain negara-negara di Afrika Utara, Kamboja juga telah lama menggunakan pelatih militer dari Kopassus untuk melatih pasukannya.

Tak tanggung-tanggung, pasukan yang dilatih perwira Kopassus adalah pasukan khusus bernama Batalyon Para-Komando 911. Pasukan itu merupakan bagian dari tentara Kerajaan Kamboja (Royal Cambodian Army).

Pasukan ini merupakan salah satu unit pasukan elite Kamboja yang berpusat Phnom Penh Barat. Sebagian dari mereka sengaja dikirim khusus untuk dilatih oleh Kopassus.

Karenanya tak heran Batalyon Para-Komando 911 mirip dengan Kopassus, mulai dari cara penempatan pasukan dan gerakannya. Pasukan khusus Kamboja ini juga memiliki warna baret yang sama dengan Kopassus, yakni sama-sama berwarna merah.

3. Pasukan Timor Leste

Wakil Panglima Republik Demokratik Timor Leste (RDTL) Brigjen Filomeno Da Paixao De Jesus meminta Kopassus melatih pasukan militer Timor Leste. Hal itu disampaikan Filomeno saat bertamu ke Mabes TNI AD Jalan Veteran, Jakarta Pusat, pada 27 September 2012 lalu.

"Timor Leste ingin membangun masa depan bersama dengan TNI Angkatan Darat Khususnya dalam bidang keamanan," ujarnya.

Pihaknya menilai TNI AD merupakan pihak yang tepat untuk bekerjasama. Karena itu, dia berharap TNI melalui Kopassus mau melatih prajurit Timor Leste.

Menanggapi hal itu, Wakil Kepala Staff Angkatan Darat Letjen TNI Budiman mengatakan akan membuka diri atas permintaan militer Timor Leste.

"Kerjasama pendidikan bintara dan tantama dapat dilatih di Rindam IX Udayana dan perwiranya di Bandung," ujar Budiman.

Pihaknya juga akan memfasilitasi Timor Leste membeli sejumlah senjata produk PT Pindad dan pakaian seragam militer di Sritex.

  ● Merdeka  

★ CN-235 Pesanan TNI-AL Uji Terbang

Tanpa banyak gembar-gembor dan publikasi, PT. Dirgantara Indonesia telah berhasil melakukan uji terbang CN-235 MPA pesanan TNI-AL. ARC mendapat informasi, uji coba berlangsung pada Jumat 5 april lalu. Uji terbang dilangsungkan mulai dari Bandung hingga kawasan Pangandaran dengan waktu tempuh 1,5 jam. Uji terbang itu sendiri berlangsung sukses, dan pesawat mendarat dengan selamat. TNI-AL sendiri diketahui memesan 3 unit CN-235 versi patroli maritim.


Berbeda dengan CN-235 pada umumnya, pesawat patroli pesanan TNI-AL ini menggunakan desain winglet pada ujung sayapnya. Winglet dipercaya mampu mengefisienkan gaya hambat, yang nantinya berujung pada penghematan bahan bakar.

Selain itu, dari foto-foto yang dikirimkan ke redaksi ARC, terlihat jelas radar pesawat akan ditempatkan pada perut pesawat, seperti konfigurasi CN-235 milik Coast Guard Korsel. Selain itu terdapat pula bubble window pada bagian belakang pesawat. Jendela gembung ini berfungsi sebagai tempat awak pesawat melakukan pengamatan secara visual. Namun demikian, isi serta peralatan yang dipasang kedalam tubuh CN-235 ini belum diketahui secara pasti.


  ARC 

Jumat, 12 April 2013

Korea Selatan Paham Kekhawatiran Penundaan KFX/IFX

 Ilustrasi (Goguma)
Jakarta Proyek prestisius-ambisius Korea Fighter Experiment/Indonesia Fighter Experiment ditunda pada tahap pertama. Hal itu dinyatakan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Young-sun, sebagai satu rancang bangun jangka panjang; sehingga kedua negara tidak perlu merasa tergesa-gesa.

Kim menyatakan hal itu di ruang kerjanya, di Jakarta, Jumat, atas kelangsungan proyek arsenal tempur taktis-strategis senilai 8 miliar dolar Amerika Serikat itu.

"Proyek (KFX/IFX) ini tidak dihentikan. Ini proyek jangka panjang, sehingga tidak perlu tergesa-gesa. Kami masih mengkaji kelayakannya, selain itu juga ada upaya untuk mengadopsi teknologi-teknologi terbaru untuk diimplementasikan ke dalamnya," ujar Kim.

Meski demikian, Kim mengaku sangat memahami ketergesaan yang mungkin muncul di Indonesia berkaitan dengan kepastian soal proyek KFX/IFX.

"Kami paham sepenuhnya betapa penting proyek IFX/KFX, namun untuk saat ini kami masih mengkaji kembali kelayakannya," ujar dia.

Dari sisi Korea Selatan, inisiasi pengembangan KFX ini telah dilakukan sejak 2001 pada saat Presiden Korea Selatan, Kim Dae-jung, memimpin negara industri terkemuka Asia itu. Mereka sudah sangat paham bahwa proyek KFX ini layak dikerjakan sejak masa kepemimpinan presiden itu, alias 12 tahun lalu.

Menurut sumber, Korea Selatan pada 2010 menggandeng Indonesia mengembangkan KFX/IFX itu dengan pertimbangan Indonesia mitra tepat untuk itu. Saat itu, Korea Selatan menawarkan banyak hal, di antaranya transfer teknologi kelas tinggi pesawat tempur yang digadang-gadang sekelas dengan F-35 Lighting II buatan Amerika Serikat.

Indonesia belakangan banyak membeli arsenal militer dari Korea Selatan, dimulai dengan 12 unit KT-1B Wong Bee untuk TNI AU, perawatan total kapal selam kelas U-209 KRI Cakra/402 hingga pembelian lima unit lagi kapal selam serupa dengan dua di antaranya dibuat di Tanah Air.

Pula, tahap final pembelian FTA-50 Golden Eagle dari Korea Selatan untuk TNI AU telah dilakukan. TA-50 Golden Eagle ini menyisihkan pesaingnya, Yakovlev Yak-130 Mitten buatan Rusia dan Aermacchi M-346 dari Italia.

Korea Selatan sendiri, sejak lama mengincar F-22 Raptor buatan Lockheed, Amerika Serikat, untuk memperkuat angkatan udaranya mengingat negara itu masih dalam status perang dengan Korea Utara. Amerika Serikat tidak mengijinkan F-22 Raptor dibeli Korea Selatan, karena mereka "lebih menyukai" mengalihkan arsenal strategis itu kepada Jepang.

"Banyak aspek yang harus diperhatikan, maka dari itu ini menjadi sebuah proyek jangka panjang. Tentunya akan menyita banyak waktu, kita bisa menjalankannya pelan-pelan," kata Kim menambahkan.

Sebelumnya, pada awal Maret, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Sisriadi juga telah memastikan proyek KFX/IFX tidak dihentikan melainkan ditunda selama 1,5 tahun (hingga September 2014) melalui surat resmi yang dikirim oleh pihak Defense Acquisition Program Administration (DAPA) Korsel.

Ia mengatakan, produksi bersama pesawat KFX/IFX yang telah disetujui pada 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama, yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012.

Dalam pelaksanaan TD Phase selama 20 bulan, Indonesia dan Korea Selatan telah membentuk Combine R&D Centre (CRDC) dan telah mengirim sebanyak 37 tenaga ahli Indonesia guna bersama kolega Korea Selatan-nya merancang-bangun pesawat KFX/IFX.

Namun, kata dia, di dalam perjalanan mengikuti perkembangan politik dan ekonomi, pemerintah Korea Selatan melalui surat resmi yang dikirim DAPA, berinisiatif menunda pelaksanaan produksi selama 1,5 tahun (hingga September 2014).

Penundaan ini disebabkan belum ada persetujuan Parlemen Korea Selatan untuk menyediakan anggaran yang diperlukan guna mendukung tahap EMD (Engineering and Manufacturing Development Phase) Program.

Sisriadi menjelaskan, ada tiga tahap proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, tahap pertama, pengembangan teknis, diikuti rekayasa manufaktur dan ketiga, pembuatan prototipe.

"Tahap yang ditunda itu tahap kedua. Pada masa penundaan, pemerintah Korea Selatan akan melaksanakan studi kelayakan ekonomis terhadap program ini," kata dia.

  ● Antara  

TNI-AU Tolak Lanud Iswahyudi Dijadikan Bandar Udara

http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS67JeHGrR_cv7CpghV2fv51TOt0XrMxvRdL_p8hWdOaGZsq0_mvQTNI Angkatan Udara menolak usulan pemerintah daerah yang meminta agar Pangkalan Udara Iswahyudi di Magetan, Jawa Timur, yang selama ini berfungsi sebagai pangkalan militer diperluas penggunaannya untuk kepentingan sipil.

"Usulan untuk memperluas fungsi Lanud Iswahyudi ke kepentingan sipil sudah kami ajukan pada tahun 2010, namun tidak disetujui. Waktu itu yang mengusulkan adalah para kepala daerah yang ada di wilayah Madiun, Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan, dan Nganjuk," ujar Bupati Madiun Muhtarom kepada wartawan, Jumat.

Menurut dia, penolakan tersebut karena Lanud Iswahyudi Magetan merupakan pangkalan militer yang banyak terdapat peralatan tempur, alat perang, dan juga senjata milik TNI AU. Dengan pertimbangan itu sehingga tidak akan mungkin dibuka untuk umum.

"Tidak ada izin dari Kepala Staf Angkatan Udara saat itu. Alasannya adalah untuk keamanan negara, karena di dalamnya ada alat perang TNI AU," kata dia.

Ia mengakui jika semisalnya di wilayah Madiun terdapat lapangan terbang sipil, maka daerahnya akan lebih dinamis. Hal tersebut karena keberadaan lapangan terbang akan memicu munculya bisnis ikutan di bidang ekonomi dan pariwisata, seperti hotel, restoran, tempat wisata, dan jasa biro perjalanan.

Hal tersebut tentunya sejalan dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan Kabupaten Madiun dari wilayah Kota Madiun ke wilayah Caruban sesuai dengan PP Nomor 52 tahun 2010.

Pihaknya sangat mendukung upaya sejumlah kepala daerah di Jawa Timur untuk membangun lapangan terbang demi kelancaran akses transportasi, seperti yang sedang digagas oleh Kabupaten Bojonegoro dan lainnya. Terlebih, infonya izin telah keluar dari Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan dan juga TNI AU.

Meski tidak disetujui keberadaan lapangan terbang, pihaknya optimistis pengembangan wilayah Madiun dan sekitarnya akan terus berjalan.

"Setelah ini akan dibuka jalan tol Solo-Kertosono ruas Mantingan-Kertosono yang juga melewati Kabupaten Madiun. Keberadaan tol tersebut sangat penting dan mampu memberikan 'multiplier effect' yang luar biasa bagi warga Kabupaten Madiun, terutama di bidang sosial dan ekonomi," kata dia.

  Jurnas  

TNI Akan Gelar Latgab TNI Tingkat Divisi

 Pendaratan Amfibi Latgab 2012
Jakarta Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan menggelar Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tingkat Divisi tahun 2013. Hal ini ditandai dengan kegiatan Penataran Pelaku Latihan Posko yang dibuka oleh Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Marsdya TNI Daryatmo, S.IP selaku Direktur Latihan (Dirlat) Latgab TNI, bertempat di Markas Divisi Infantri 1 Kostrad Cilodong, Bogor-Jawa Barat, Jumat (12/4/2013).

Penataran Pelaku Latihan Posko bertujuan agar para pelaku Latgab TNI tahun 2013 mendapat pencerahan dan pembekalan sebaik-baiknya, agar dalam pelaksanaan latihan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan. Pembekalan yang diberikan, antara lain tentang Operasi Gabungan, Operasi Udara Gabungan, Operasi Linud, Operasi Amfibi, Operasi Laut Gabungan, Penerapan Strategi Latihan Gabungan TNI, Materi Olah Yudha Latgab TNI dan Prosedur Administrasi Logistik Latgab TNI.

Dalam amanatnya Kasum TNI menyampaikan, bahwa untuk mengoptimalkan pelaksanaan Latihan Posko Latgab TNI tahun 2013, perlu adanya kegiatan briefing pelaku latihan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman antara penyelenggara dan pelaku latihan. Kegiatan briefing pelaku ini didalamnya juga terdapat pencerahan dari tim revisi operasi gabungan dan kampanye militer.

latgab-tengah

Penyelenggaraan latihan gabungan ditujukan, disamping untuk meningkatkan kesiapsiagaan operasional juga untuk menguji doktrin-doktrin pertahanan masing-masing matra baik dari aspek personel, materiil, perangkat lunak serta alutsista, yang sewaktu-waktu siap digunakan untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman yang mungkin akan timbul. “Latihan Posko Latgab TNI ini harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh dan didesain serealistis mungkin sehingga benar-benar membawa manfaat untuk tujuan Latgab”, harapnya.

Lebih lanjut dikatakan, agar penyelenggaraan Geladi Posko Latgab TNI benar-benar dapat efektif bagi upaya peningkatan profesionalitas TNI dalam pelaksanaan tugas pokoknya, maka skenario latihan harus dibuat serealistis mungkin disesuaikan dengan prediksi operasi militer yang paling mungkin terjadi dihadapkan dengan ancaman. Keberhasilan Geladi Posko Latgab TNI tidak terlepas dari peran penyelenggara dan pelaku Latgab.

Kasum TNI berpesan agar para pelaku latihan dapat memanfaatkan kesempatan yang baik ini untuk betul-betul memahami materi pencerahan maupun semua briefing yang akan disampaikan oleh para Deputi Latihan yang tentunya akan sangat bermanfaat dalam mendukung penyelenggaraan Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi tahun 2013.

Hadir pada acara tersebut Pangkostrad selaku Pangkogab TNI, Wapang Kogab, Kas Kogab, Pangkogasgab, para Dansatgas, Perwira Staf Kogab, Kogasgab dan Kosatgas.

Dansatgaspen Latgab TNI Tingkat Divisi
Kolonel Adm Bejo Suprapto

  Poskota  

Koarmabar Uji Skill Calon Komandan Kapal Perang

Koarmabar Uji Skill Calon Komandan Kapal Perang
 Uji Skill di KRI Kobra 867
Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan uji skill kepada para perwira yang akan menjabat sebagai Komandan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmabar di Perairan Teluk Jakarta, Kamis (11/4/2013).

Uji Skill yang menggunakan KRI Imam Bonjol-383 dan KRI Kobra-867 tersebut, para perwira diberikan kesempatan untuk mempraktekkan kemampuan dalam mengawaki KRI.

Sehari sebelumnya, para perwira tersebut telah melaksanakan Uji Kompetensi secara tertulis dan lisan di hadapan Panglima Koarmabar (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto, S.E., yang diwakili Kepala Staf Koarmabar (Kasarmabar) Laksamana Pertama (Laksma) TNI M. Atok Urrahman di Komando Latihan Koarmabar (Kolatarmabar).

Uji Kompetensi yang telah dilaksanakan secara tertulis dan wawancara secara lisan kepada Perwira Koprs Pelaut sejumlah lima Perwira Menengah dengan pangkat Letnan Kolonel dan empat Mayor serta satu Perwira Pertama dengan pangkat Kapten yang direncanakan untuk diberikan kepercayaan menjabat Komandan unsur KRI jenis Parchim dan jenis kapal PC jajaran Koarmabar.

Dalam kegiatan uji skill tersebut dipimpin Komandan Satuan Kapal Eskorta Koarmabar (Dansatkorarmabar) Kolonel Laut (P) Nur Singgih Prihartono dengan KRI Imam Bonjol- 383 dan Komandan Satuan Kapal Patroli Koarmabar (Dansatrolarmabar) Kolonel Laut (P) Deni Septiana dengan KRI Kobra-867 serta didampingi perwira penguji dari Kolatarmabar.

  PelitaOnline  

Alasan Sukhoi dan F16 Tak Meriahkan Acara HUT TNI AU ke-67

 Atraksi Pesawat TNI AU
Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menuturkan alasan pesawat tempur milik TNI Angkatan Udara (AU) seperti F-16, Sukhoi 27 dan Sukhoi 30 MK2 tidak ditampilkan dalam perayaan HUT TN AU ke-67 yang digelar di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Kedua pesawat tersebut, rencananya difokuskan untuk latihan gabungan TNI yang digelar pada Mei 2013 mendatang.

"Sejumlah alutsista (pesawat) tidak dapat ditampilkan dalam memeriahkan HUT TNI AU kali ini karena difokuskan untuk latgab," kata KSAU, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (9/4/2013).

Marsekal TNI Ida Bagus menuturkan, dalam perayaan puncak hari ulang tahun TNI AU itu menampilkan 2 tim pesawat aerobatik kebanggaannya yaitu Jupiter Aerobatic Team (JAT) dari Skadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sutjipto dan Team Dynamic Pegasus Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma Kalijati Subang, Jawa Barat.

Atraksi yang dilakukan di Landasan terbang Lanud Halim Perdanakusumah, Jakarta Timur, ini menampilkan simulasi antiteror yang dilakukan oleh Detasemen Bravo yang berjumlah sekitar 70 orang.

Atraksi dimulai dengan 20 anggota melakukan terjun payung dari pesawat Hercules. Mereka harus mendarat tepat di atas kapal karet yang ditaruh di lapangan.

Saat mendarat tiba-tiba terjadi ledakan yang diduga bom yang berjarak sekitar 3-5 meter dari perahu karet. Ledakan itu sempat menarik perhatian masyarakat yang menonton sampai-sampai mereka melewati batas penonton.

Ada tiga aksi yang cukup unik seperti aksi Pegasus solo yaitu pesawat menukik tajam ke atas yang disebut Pegasus Wing Jump, merupakan manuver malalui cuaca buruk. Kedua, Pegasus Kiss yaitu ada 4 pesawat Pegasus yang saling berhadapan seolah-olah mereka saling berciuman dan terakhir atraksi Pegasus Pusaran Angin.

  ● Tribunnews  

Dua Kapal Perang TNI AL Disetujui Menjadi Sasaran Tembak


KRI Teluk Semangka Sewaktu aktif 
Dua kapal perang TNI Angkatan Laut yang tercatat sebagai barang milik negara di Kementerian Pertahanan disetujui untuk dimusnahkan. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan telah menyetujui pemusnahan KRI Teluk Semangka-512 dan KRI Teluk Berau-534. Kedua kapal ditenggelamkan dengan menjadikannya sasaran tembak dalam latihan gabungan TNI AL.

"Pemusnahan ini juga sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 38 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96 Tahun 2007," kata Direktur Hukum dan Humas Ditjen Kekayaan Negara Tavianto Noegroho dalam keterangan pers tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (10/4/2013) malam. Dia mengatakan, pemusnahan tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola barang milik negara.

PP 96 Tahun 2007 mengatur syarat penghapusan barang milik negara. Di antara syarat itu adalah bila barang milik negara sudah tidak dapat digunakan lagi karena rusak dan tidak ekonomis bila diperbaiki dan tidak dapat lagi digunakan akibat modernisasi.

Selain itu, pemusnahan dilakukan apabila barang milik negara telah melampaui batas waktu kegunaannya atau kedaluwarsa. Pemusnahan juga bisa dilakukan bila barang tersebut mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan seperti terkikis atau aus.

Tavianto mengatakan, kedua kapal perang TNI AL akan dimusnahkan dengan cara ditenggelamkan. Penenggelaman dilakukan dengan menjadikan kedua kapal itu sebagai sasaran uji coba rudal dalam acara latihan gabungan TNI-AL.

"Persetujuan pemusnahan kapal tersebut merupakan dukungan Ditjen Kekayaan Negara Kementerian Keuangan dalam acara latihan gabungan TNI-AL," kata Trivanto. Setelah penghapusan barang milik negara dilakukan dengan cara dimusnahkan, TNI-AL, selaku pengguna barang, diharapkan melakukan penatausahaan barang milik negara di lingkungannya.

 Sejarah kedua kapal 

Penembakan pada KRI Teluk Berau
KRI Teluk Semangka masuk dalam jajaran kapal perang TNI AL dalam kelas Tacoma, sedangkan KRI Teluk Berau masuk kelas Forsch. Keduanya merupakan alat tempur TNI AL dari kategori kapal pendarat tank (landing ship tank/LST).

Pengadaan KRI Teluk Semangka dilakukan bersama lima kapal lain pada 1981. Keenam kapal ini dibangun oleh perusahaan Korea Selatan, Tacoma SY, Masan. Selain KRI Teluk Semangka, kapal lain di kelas Tacoma ini adalah KRI Teluk Penyu-513, KRI Teluk Mandar-514, KRI Teluk Sampit-515, KRI Teluk Banten-516, dan KRI Teluk Ende-517.

KRI Teluk Semangka memiliki berat 3.770 ton, panjang 100 meter, lebar 15,4 meter, dengan draft 4,2 meter. Draft adalah ukuran di dunia perkapalan untuk mengukur jarak vertikal garis air sampai ke lunas kapal. Semakin banyak muatan kapal, semakin dalam kapal masuk ke dalam air. Draft digunakan untuk menetapkan kedalaman alur pelayaran yang dilewati kapal serta kebutuhan kedalaman dermaga yang bisa disandari kapal tersebut.

Sementara KRI Teluk Berau sudah ditenggelamkan pada 13 Oktober 2012 dalam Latihan Armada Jaya XXXI/2012. TNI AL menjadikan kapal dengan berat 1.900 ton, panjang 90,7 meter, dan lebar 11,12 meter ini sebagai sasaran uji penembakan Rudal Yakhont dari KRI Oswald Siahaan-354. KRI Teluk Berau sudah dipensiunkan TNI AL pada 28 September 2012.

KRI Teluk Berau merupakan salah satu kapal perang yang dibeli Indonesia dari Pemerintah Jerman pada 1995. Kapal ini dibuat oleh VEB Peenewerft, Wolgast, Jerman Timur, pada 1977 untuk Angkatan Laut Jerman Timur. KRI Teluk Berau juga merupakan LST, tetapi masuk jenis Frosch-I/Type 108, salah satu paket pembelian kapal perang eks-Jerman Timur. (Satyagraha/B Kunto Wibisono)

Ingin melihat video maupun berita terkait penembakan Rudal Yakhonti, silahkan klik dibawah ini:

  ● Kompas  

Misi Klandestin Pangeran Oranye

Diam-diam Pangeran Bernhard menyokong aksi Westerling. Berambisi jadi raja muda

Aboeprijadi Santoso / Kontributor Amsterdam, Belanda

PERTENGAHAN 1950-an, Pangeran Bernhard von Lippe-Biesterveld, suami Ratu Belanda Juliana, terjebak di pusaran kemelut panas yang berpotensi dapat menyulut skandal nasional dan internasional.

Kalangan yang dekat dengan PM Willem J. Drees mencium indikasi keterlibatan pangeran yang satu ini dalam sebuah komplot –yaitu rencana rahasia yang dirancang Kapten Raymond Westerling, untuk menjatuhkan Presiden Sukarno pada 23 Januari 1950–  nyaris sebulan setelah Republik Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda. Apabila kecurigaan itu terbukti, skandal tersebut dapat mengguncang dunia; bahkan juga dapat mengancam kelangsungan Dinasti Oranye dari Kerajaan Belanda.

Arsip mengenai peristiwa itu baru dibuka dan tiga tahun lalu menimbulkan kontroversi di Belanda. Apakah sesungguhnya niat Pangeran Belanda yang menggandeng tangan Westerling itu? Hingga akhir 1950-an, Kapten Westerling adalah sebuah nama yang dikagumi di Belanda. Komandan pasukan elit yang patriotik ini menjadi ikon zaman. Di sekolah-sekolah menengah di Hilversum, misalnya, para siswa dan siswi memuji-muji dan setiap pagi menggelar doa bersama demi keselamatannya. Sentimen publik ini mencerminkan betapa kental dan mendalam ikatan emosional dan kepentingan politik masyarakat Belanda di masa itu dengan jajahannya, Indonesia.

Jelas, sulit bagi mereka untuk membayangkan bahwa negerinya, Belanda, sebenarnya telah kehilangan tanah jajahannya yang amat berharga di Asia itu. Raymond Westerling sangat menyadari zeitgeist (suasana zaman) itu.

Demikian pula Pangeran Bernhard, yang dibesarkan oleh seorang ibu –Putri Armgard– yang juga tidak menyukai Sukarno. Namun hanya segelintir orang di Belanda saat itu –bahkan hingga belakangan ini– menyadari bahwa Bernhard, sang suami dari pucuk Kerajaan, memiliki hubungan baik sekali dengan Westerling, sang perwira yang namanya kelak cemar karena rekam-jejaknya sebagai komandan satuan yang pernah melaksanakan hukuman eksekusi-di-tempat (standrechtelijke executies), yang kini lazim disebut extra-legal killings terhadap penduduk beberapa desa di Sulawesi Selatan pada kurun Desember 1946–Februari 1947. Tiga tahun kemudian, pada awal 1950, Westerling tampil sebagai pemeran penting dalam upaya kudeta APRA di Bandung.

Semua itu, menurut sejarawan Harry Veenendal dan wartawan Jort Kelder yang menulis buku ZKH, Hoog Spel aan het hof van Zijne Koninkelijke Hoogheid (Paduka Yang Mulia, Permainan Tinggi Paduka Yang Mulia Pangeran) dan sejarawan-peneliti senior Gerard Aalders penulis buku Bernhard, Zakenprins (Bernhard, Pangeran Bisnis) hanya bisa terjadi berkat peran rahasia Pangeran Bernhard dan jejaring politik dan bisnisnya.

Sejumlah arsip Belanda –arsip Koninkelijke Marechaussee (Marsose), berbagai laporan intelijen asing, dan terutama buku harian Sekretaris Ratu, Gerrie van Maasdijk– menunjukkan betapa Pangeran Bernhard secara efektif berhasil memanfaatkan statusnya sebagai anggota keluarga kerajaan dan persahabatannya dengan Prof. Jan Willem Duyff, untuk mengelola kepentingan-kepentingan politik, diplomatik dan bisnisnya.

J.W. Duyff, guru besar fysiologi pada Universitas Leiden yang juga mantan pejuang melawan pendudukan Nazi, dikenal sebagai “tokoh ambisius yang ingin menjaga agar Hindia-Belanda tetap menjadi bagian dari Kerajaan Belanda”.

Sejak 1940-an Duyff berhubungan erat dengan Panglima Tentara Belanda di Batavia, Jenderal Simon Spoor. Melalui kontak intensif dengan jenderal inilah, Duyff membangun mata rantai dengan Westerling dan Sirdar Iqbal Ali Shah (kode: Ali Baba), seorang diplomat Pakistan asal Afghanistan, pemasok senjata yang menjadi penghubung dengan Darul Islam di Jawa Barat; dan dengan Max Alkadrie alias Sultan Hamid II, putra Pontianak, yang mereka calonkan sebagai pengganti Presiden Sukarno.

Jejaring inilah yang merencanakan serangan bersenjata terhadap pemerintah RIS pada saat kabinet menggelar sidang di Jakarta pada 23 Januari 1950 untuk mecokok Sukarno-Hatta, dan kemudian “langsung mengeksekusi mereka”.

Untuk memastikan sukses operasi itu, Bernhard menulis surat (tertanggal 13 Mei 1948) kepada Presiden Amerika Serikat Dwight Eisenhower yang dititipkannya lewat utusannya, Jan Willem Duyff. Surat itu mengimbau Presiden Eisenhower agar meminta Jen. Douglas MacArthur yang mengkomandoi kapal-kapal perang AS di perairan sekitar Surabaya untuk membantu menjaga keamanan apabila pecah “perang saudara” di Jawa jika ‘kudeta’ tersebut gagal.

Eisenhower tidak pernah menjawab surat Bernhard. Raja Muda Operasi militer Westerling 23 Januari 1950 yang dinamainya aksi APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) itu tetap berlangsung dan dilakukan dengan ceroboh, bahkan tak pantas disebut coup d’etat, meski berdarah.

Sukarno –yang saat itu berada di luar negeri– dan Hatta selamat. Menyusul kegagalan itu, Sultan Hamid II ditahan pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), sementara Westerling lolos. Namun, rencana makar itu sempat menyulut kontroversi besar di Belanda. Pasalnya, Gerrie van Maasdijk, sekretaris kerajaan yang juga mantan wartawan, mencium kontak-kontak Duyff dan rencananya, dan melaporkannya kepada PM Willem Drees.

Drees yang bertanggungjawab atas perilaku anggota kerajaan, panik, memerintahkan investigasi dan berusaha menutup-nutupi kasus tersebut.

Menurut arsip marsose dan sejumlah laporan intelijen, komplotan Bernhard-Duyff-Westerling itu mengatur penyelundupan senjata dari London, atau Paris, melalui Pakistan ke Yogyakarta.

Beruntung bagi Westerling, investigasi marsose itu tidak menemukan smoking gun yang menunjuk pada peran kuncinya. Demikian juga dengan Bernhard –kecuali perannya menulis surat kepada Presiden Eisenhower. Laporan polisi Belanda agaknya melindungi pangeran ini dengan cara tidak menguraikan secara rinci siapa saja para tokoh yang memprakarsai ‘kudeta’ APRA itu.

Upaya menutup-nutupi peran kunci Bernhard, Duyff dan Westerling kelak juga tampak pada tulisan mutakhir sejarawan yang akrab dengan “Keluarga Oranye”, Prof. Dr. C. Fasseur (2009).

Yang pasti, demikian menurut para sejarawan yang lain, “kudeta” itu merupakan hasil komplotan tingkat tinggi. “Duyff tidak pernah –dan tidak mungkin– bertindak sendiri,” simpul Veenendal, “Dia memerlukan dukungan penuh si Pangeran (Bernhard),” lanjutnya.

Duyff, tulis Aalders, berperan sebagai “intermediair (perantara) atas nama Bernhard”, yang mengatur kontak-kontak dengan pedagang senjata dan pebisnis lain. Peran inilah yang mengaitkan Bernhard lewat Duyff dan Ali Shah –keduanya sering bertandang ke Istana Soestdijk– dengan “kudeta” APRA Westerling, sementara Bernhard sendiri, menurut “biograf Oranye”, Fasseur, “selalu berada di luar kejadian”.

Walhasil, “kudeta” Westerling dan penyelundupan senjata tersebut, pada hakekatnya merupakan bagian dari petualangan Bernhard. Bukan kebetulan, ‘kudeta’, tepatnya aksi militer Westerling itu, terjadi pada periode antara pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949 dan bubarnya RIS pada Agustus 1950.

Periode itu merupakan kurun singkat yang genting, bagi RIS tapi juga bagi Belanda. Menurut G. Aalders, aksi Westerling itu bertujuan melumpuhkan tentara Indonesia TNI dan mengganti pemerintah Sukarno-Hatta dengan pemerintah baru yang mendukung formasi federal Indonesia yang terbentuk dari sejumlah negara-bagian.

Aalders, demikian juga sejarawan Frederik Willems (De Volkskrant, 6 Agustus 2012), memastikan pemerintah di Den Haag tahu benar tentang aksi Westerling. Pada 22 Februari 1950 kapten yang dijuluki “Si Turki” ini akhirnya diselamatkan pesawat albatros Catalina milik Marinir Belanda dengan menyelundupkannya ke Singapura. Belanda tidak ingin Westerling jatuh ke tangan Indonesia dan mengganggu hubungan kedua negara.

Sebelumnya, pada 23 Agustus 1948, Bernhard sendiri pernah menyurati Jenderal Simon Spoor di Jakarta agar Westerling mendapat koninkelijke onderscheiding (penghargaan kerajaan), yang menurut Aalders, menunjukkan betapa pangeran ini “mengagumi” perwira kontroversial yang pernah menjadi anggota staf pribadinya ini.

Bernhard jelas memiliki motif politik dan finansial. Penyelundupan senjata itu pasti menghasilkan banyak uang; kelak, pada 1970-an, pangeran Belanda ini juga terlibat skandal uang suap pabrik pesawat terbang AS Lockheed.

Pangeran yang beristrikan Ratu ini tak mungkin menjabat Raja Belanda, maka dia berambisi menjadi Onderkoning (Raja Muda) yang berkuasa di Hindia-Belanda atas nama istrinya, Ratu Juliana. Dengan begitu Bernhard akan sejajar dengan temannya dari Inggris, Lord Mountbatten yang dengan prestise tinggi menjabat Viceroy yang atas nama Ratu Inggris membawahi British-India.

Petualangan Bernhard-Duyff-Westerling menunjukkan betapa sempit wawasan kalangan politik mapan Belanda, khususnya para konspirator tersebut, atas dinamika perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dipandang dari perspektif Indonesia, tampak aneh bahwa para konspirator justru melancarkan “kudeta” pada saat posisi diplomatik Belanda di mata dunia setelah dua kali agresi militer (1947 dan 1948) amat lemah.

Lebih aneh lagi apabila komplotan itu seolah mengandalkan peran dan kolaborasi dengan Darul Islam-nya Kartosuwirjo yang rencananya akan dipasok senjata dan dibantu oleh Kapten Westerling sejak Kartosuwirjo berontak karena kecewa terhadap Persetujuan Renville.

Koneksi Darul Islam Dinas intelejen Amerika CIA yang mencermati perkembangan di Jawa Barat dalam laporannya menulis bahwa Darul Islam bekerjasama dengan Westerling melawan pemerintah Sukarno-Hatta.

CIA menduga disitu terkait peran Belanda. Ali Shah, diplomat Pakistan yang bermitra erat dengan Duyff, memang bertugas menarik minat pimpinan Darul Islam pada peran Belanda in casu Westerling dalam memerangi Sukarno-Hatta. Westerling rupanya mau bekerjasama dengan siapa saja untuk tujuan tersebut, demikian pula Darul Islam, atau apa yang menyebut diri Darul Islam ketika itu.

Banyak sekali indikasi yang menunjuk pada keterlibatan Pangeran Bernhard, akan tetapi berbagai peranannya selama lima tahun yang genting selama dasawarsa 1950-an tersebut, bersama dengan Duyff, saudagar senjata Ali Shah dan Kapten Westerling tadi, tak pernah terungkap secara lengkap dan tuntas.

Semua bahan dan faktanya bersifat “indikasi”, tak pernah ada smoking gun. Sebabnya sederhana: sejumlah investigasi –oleh aparat negara marsose, marinir mau pun oleh sejarawan Istana C. Fasseur– terhadap dirinya selalu berhenti atau dihentikan di tengah jalan.

Kasus-kasus Bernhard, dengan Westerling mau pun dalam kasus yang paralel, yaitu skandal Lockheed kelak (1970-an), terlampau peka sehingga dianggap dapat mengancam nama baik Keluarga Kerajaan Oranye.

Walhasil, di Belanda, Pangeran Bernhard –seperti juga, bahkan mungkin lebih ketimbang Kapten Raymond Westerling– pada dasawarsa 1950-an memang disanjung sebagai ikon zaman, atau helden (pahlawan), namun sejak dasawarsa 1970-an keduanya seringkali dicap sebagai schurken (bandit).

  ● Historia™  

Cerita Korban Penculikan Aktivis

Kebrutalan anggota Komando Pasukan Khusus (Kopassus) bukan kali ini saja terjadi. Sebelum pembunuhan keji empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, DIY, pasukan elite TNI AD itu pernah melakukan penculikan terhadap aktivis pro-demokrasi pada 1998.

Tepatnya 12-13 Maret 1998, Faisol Riza, aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD), diculik oleh segerombolan anggota Kopassus, yang dikenal dengan Tim Mawar. Dalam penculikan, berbagai penyiksaan dia terima, mulai dari pukulan hingga setruman.

Berikut cerita penculikan Faisol Riza 15 tahun lalu yang dituangkan lewat akun Twitter-nya. Kepada merdeka.com, Selasa (9/4), Faisol mengizinkan mengedit singkatan dan memberi keterangan tambahan, tanpa menghilangkan substansi.

12-13 Maret, 15 tahun lalu. Cerita sehari.

Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) sudah dikepung militer sejak seminggu sebelumnya. 11 Maret, Soeharto terpilih lagi sebagai presiden. Politik tegang. Oposisi menguat.

12 Maret, Komite Nasional Perjuangan Demokrasi (KNPD) yang terdiri dari puluhan tokoh oposisi menolak Soeharto. Deklarasi di YLBHI. Penuh wartawan dan intel. Mau keluar YLBHI dengan aman susah. Kebetulan saya dan Jati(Raharjo Waluyo Jati, salah satu ketua PRD) pernah lolos penyerangan di Cakung. Pasti diincar lagi.

Keluar bersama kerumunan lebih aman, kita pikir. Langsung bersama-sama kerumunan keluar dan berusaha mengecoh tentara. Tadinya mengira lolos menuju Salemba, ternyata kemudian dari belakang dikejar dua mobil. Melaju kencang seakan mau menabrak.

Terpaksa kita belok ke RSCM untuk lari sembunyi. Mereka terus memburu hingga ke lantai dua dan berhasil menyergap kami di dua tempat terpisah. Melawan hanya bisa sesaat. Selebihnya, pukulan dan terjangan menghantam tubuh. Kacamata jatuh dan pecah diinjak.

Mereka kemudian menyeretku ke lantai dasar dan melemparkanku ke mobil. Tangan dan kaki langsung di borgol. Mata diikat kain. Tubuh langsung dibungkus kantung besar dan mulai lagi hantaman mengenai kepala dan dada. Sakit. Mungkin sudah lama gak merasakannya.

Mereka bawa berputar-putar hingga satu jam. Saya rasa waktunya sudah mulai sore dan matahari sudah agak condong saat mobil masuk ke lokasi. Tempat yang nantinya menjadi tempat 'menginap' agak lama. Saya diturunkan dengan tanpa menghentikan pukulan. Saya kaget, ternyata ada Jati.

Dia sudah diinterogasi, dengan suara lecutan. Saya pikir itu suara pecut, saya tahu kemudian itu alat setruman setelah juga merasakannya. Jawaban Jati saat saya melintas di dekatnya terdengar lucu sampai saya ketawa. Mendengar ketawa, langsung saya dihajar. Satu gigi rontok.

Saya dibawa ke satu ruangan, kedap suara dan sepertinya kecil. Masih dalam keadaan ditutup dan borgol. Dipukul kanan kiri tanpa pertanyaan. Mungkin sekitar satu jam menikmati pukulan demi pukulan di sekujur tubuh. Ternyata saya tidak kebal, sakit semua dan bibir asin. Berdarah.

Setelah itu, didiamkan selama kurang lebih satu jam. Hening tanpa ada gerakan, walau perasaanku mengatakan ada orang mengawasi di dekatku. Setelah itu, masuk orang yang kemudian mulai mengajukan sejumlah pertanyaan yang jadi pangkal masalah penculikan ini. Jaringan antar kota, Orde Baru, data pertemuan, tokoh-tokoh yang dialang, pemimpin masing-masing kota, rencana puncak, strategi, taktik.

Setiap jawaban berhadiah pukulan. Kalau tidak menjawab, dua pukulan. Pertanyaan kelima sudah menggunakan setruman. Tangan diborgol ke kursi. Kaki juga ke kaki kursi.

Setiap setruman, menghentak kaki dan tangan seperti mau patah, besi borgol masuk mengenai tulang. Capek juga menjawab pertanyaan, mungkin mereka capek juga memukul dan menyetrum. Istirahat diberikan satu jam. Lumayan untuk atur napas.

Saya kira sudah mulai pagi saat mereka menyetrum lagi tanpa pertanyaan. Dengan tertawa-tawa mempermainkan alat setruman ke sekujur tubuh. Sampai masuk lagi seorang interogator. "Kalau belum jawab jujur, siksa saja sampai mampus."

Begitulah semalaman, berjuang mencari jawaban yang tepat sambil melawan sakitnya pukulan, setruman, gantungan, pembakaran api di badan. Suntikan, tindisan, dan lain-lain.

Sampai tak kuat lagi dan terkapar. Dibangunkan tendangan. "Sudah pagi bangun kau!" Dada seperti masuk ke rongga.

Begitulah 12-13 maret lalu. Lebih dari 2 bulan, 13 ribu lagu didengarkan dari radio yang berputar tanpa sedetik pun berhenti.

Tak melihat wajah orang, bahkan wajah sendiri pun. Kenyang makanan yang dijejalkan dan siksaan yang diterima. Sedih karena tahu akan mati

Tapi tak seorang pun tahu, juga ibu. Tuhan seperti ada tapi mengabaikan nasib kita. Tak jadi mati, dan tak jadi lupa.

Sampai sekarang ingat terus, seperti wajah kawan-kawan yang abadi di poster melawan tirani. Berdoa untuk mereka. Amin.

13 Korban penculikan aktivis 1997-1998 masih hilang dan tidak jelas nasibnya hingga saat ini. Keluarga korban sampai kini juga masih terus menuntut keadilan, salah satunya dengan Kamisan, aksi damai di depan Istana Kepresidenan setiap hari Kamis. Dalam aksi yang terinspirasi gerakan Plaza De Mayo di Argentina ini,keluarga korban dan aktivis HAM mengenakan pakaian dan payung hitam. Tanda penegakan HAM masih kelam.(mdk/ren)

  Merdeka  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...