Sabtu, 20 Juli 2013

Pelemparan Bom Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya

 Bom Panci Presto di Tasik berdaya ledak rendah 

Bom Panci Presto
Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya dihebohkan dengan bom yang ditempatkan dalam panci presto. Bom tersebut diletakkan di bawah jendela Polsek Rajapolah sekitar pukul 01.30 WIB dini hari tadi.

"Hasil dari jibom (penjinak bom) katanya daya ledaknya rendah, kecil," ujar seorang petugas kepolisian yang enggan di sebutkan namanya kepada merdeka.com, Sabtu (20/7).

Menurut anggota berpangkat briptu tersebut, saat ini dua orang saksi sedang dimintai keterangan. Dua orang yang dimintai keterangan tersebut melihat ada dua orang berboncengan dengan sepeda motor dan meletakkan panci presto berisi bom itu dini hari tadi.

"Dua saksi masih diperiksa. Sopir dan kernet truk fuso masih dimintai keterangan karena dia yang katanya melihat dua pelaku," terangnya.

Rangkaian bom ditemukan dalam panci presto di Mapolsek Rajapolah, Tasikmalaya dini hari tadi. Dalam rangkaian bom tersebut juga ditemukan paku, biji tembaga dan handphone yang diduga sebagai pemicu.(mdk/hhw)

 Bom panci di Tasik suaranya saja yang besar 


Mapolsek Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu dini hari sekitar pukul 01.30 WIB dilempar sebuah bom rakitan. Namun bom yang dimasukan ke dalam panci presto itu berdaya ledak rendah.

Kapolda Jabar Irjen Pol Suhardi Alius mengatakan sebuah bom rakitan tersebut terdapat beberapa rangkaian yang dikemas dengan sedemikian rupa di antaranya detonator beberapa konten seperti gotri, dan kabel-kabel. Bom tersebut ditempelkan pada sebuah panci presto yang dimasukan dalam kantong kresek.

"Ada juga handphone sebagai pemicu untuk timer, tapi daya ledaknya tidak terlalu besar, kalau dalam bom panci itu suaranya saja yang besar dan saat ini sudah diteliti oleh jibom," kata Suhardi di Bandung, Sabtu (20/7).

Dia memastikan Mapolsek Rajapolah yang menjadi sasaran tidak mengalami kerusakan berarti. Pasalnya pelaku tidak melempar tepat ke dalam.

"Jadi di sisinya (Mapolsek), tidak ada korban jiwa juga," terangnya. Saat itu ada enam anggota yang sedang berjaga.

Pihak kepolisian sudah memasang garis polisi untuk keperluan penyelidikan aksi teror bom tersebut. Sedangkan bom rakitan yang sempat meletus juga sudah diamankan unit Jibom untuk diidentifikasi.

"Saya sudah perintahkan jajaran jibom Brimob untuk juga sterilisasi," ungkapnya.(mdk/hhw)

 Kronologi Pelemparan Bom Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya 

Bom rakitan meledak di dekat Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya, Jawa Barat, Sabtu (20/7) dini hari tadi sekitar pukul 01.30 WIB. Bom yang dimasukkan dalam panci presto mengeluarkan letupan meski tidak memiliki daya ledak tinggi.

Kapolda Jabar Irjen Pol Suhardi Alius menjelaskan bom dibawa dua orang menggunakan sepeda motor jenis Yamaha Mio. Keduanya menggunakan jaket dan helm.

Mereka yang datang dari arah Tasikmalaya masuk ke pelataran Polsek Rajapolah. Salah satunya kemudian menaruh benda tersebut. Saat itu ada sekitar enam anggota sedang berjaga.

"Jadi disimpan di sisi-nya. Anggota kita banyak ada enam orang sedang berjaga," terangnya. Mengetahui ada letupan-letupan anggota tersebut langsung menyiram bom yang berisikan rangkaian detonator beberapa konten seperti gotri, dan kabel-kabel.

"Anggota mendengar ada letupan seperti mercon dan keluar asap. Langsung disiram oleh anggota karena kelihatan kabel," terangnya. Kedua pelaku langsung melarikan diri ke arah Bandung dengan melawan arus lalu lintas.

Bom meledak yang tidak sempurna itu ditemukan juga di dalamnya benda tajam seperti paku dan timah yang dirangkai. Ada juga telepon genggam sebagai pemicu ledakan.

Bom rakitan saat ini sudah diamankan unit Penjinak Bom untuk diidentifikasi. Sementara Mapolsek Rajapolah sudah dipasang garis polisi untuk keperluan penyelidikan aksi teror bom tersebut. "Kita tidak tinggal diam untuk mencari pelakunya," tuturnya.(mdk/mtf)

  Merdeka  

Perwira Satkor Koarmatim Diskusi Taktis Peran KRI Tipe Korvet Sigma

Surabaya • Satuan Kapal Eskorta (Satkor) adalah salah satu satuan dijajaran tinggi Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), yang memiliki beberapa Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) seperti, jenis Korvet, Sigma Kelas, dan Van Speek. Kapal tersebut disamping bertugas sebagai kapal penghancur lawan, akan tetapi juga dituntut mampu melaksanakan Air Gap Filler (Pengisi Kekosongan Udara).

Pelaksanaan diskusi dipimpin langsung oleh Komandan Satkor Koarmatim Kolonel Laut (P) Syufenri, Msi, bertempat di Lounge Room KRI Sultan Iskandar Muda-367 yang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Kamis (18/7). Kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh komandan KRI di jajaran Satkor Koarmatim beserta seluruh perwira Korps Pelaut dan Elektronika.

Air Gap Filler merupakan salah satu peran yang dilaksanakan oleh KRI dalam operasi pertahanan udara dengan mengisi daerah kosong diluar jarak jangkau satuan radar pantai, yang selanjutnya akan melaporkan seluruh kontak udara yang terpantau kepada unsur – unsur kawan.

Kegiatan diskusi tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman mengenai peran KRI sebagai Air Gap Filler, agar jajaran prajurit Satkor Koarmatim senantiasa tangguh maju di medan pertempuran.

   Koarmatim  

Perwira Harus Mampu Berpacu Pada Perubahan

PANGLIMA TNI Laksamana Agus Suhartono, S.E. melantik dan mengambil sumpah 126 orang Perwira dalam sebuah upacara Prasetya Perwira Prajurit Karier (Praspa PK) TNI tahun 2013 di Akademi Militer Magelang, Jum’at (19/7/2013).

Dalam amanatnya Panglima TNI mengatakan, Prasetya Perwira ini merupakan langkah awal dalam memasuki ruang pengabdian kepada bangsa dan negara.

Untuk itu, sebagai perwira TNI, kode etik perwira “Budhi Bhakti Wira Utama” harus menjadi nilai moral dan spiritual, yang senantiasa kuat melekat dalam jiwa, serta menjiwai implementasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam setiap pelaksanaan tugas.

Panglima TNI mengatakan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki harus dibangun di atas pilar-pilar kebangsaan dan nilai-nilai keprajuritan, sebagai langkah antisipatif terhadap pesatnya perkembangan era globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap peran, fungsi dan tugas para perwira.

Oleh karena itu, para perwira harus menyesuaikan diri dan memperluas wawasan, serta dituntut untuk melengkapi diri dengan sederet kemampuan untuk berpacu dengan percepatan perubahan, sekaligus sebagai penyeimbang terhadap berbagai kemudahan yang disediakan oleh kemajuan teknologi.

“Jadikanlah Prasetya Perwira ini sebagai momentum untuk lebih meningkatkan motivasi dan dedikasi disertai disiplin dan keteguhan hati sebagai Prajurit Karier TNI dalam pengabdian kepada bangsa dan negara, seperti yang telah ditunjukkan selama mengikuti pendidikan dasar kemiliteran," harapnya.

Praspa PK TNI adalah pelantikan dan pengambilan sumpah bagi Perwira Pertama (Pama) TNI lulusan Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karier (Dikma Pa PK) TNI Tahun 2013 dengan pangkat Letnan Dua (Letda).

Dikma Pa PK TNI adalah salah satu program penyediaan perwira TNI yang bersumber dari lulusan Perguruan Tinggi Strata – 1 dan Diploma – 3 untuk menunjang pelaksanaan tugas TNI. Dikma Pa PK TNI ditempuh selama 28 minggu di Akademi Militer Magelang.

Lulusan Dikma Pa PK TNI tahun 2013 berjumlah 126 orang Pama, terdiri dari 110 Pama Pria (TNI AD = 41 ; TNI AL = 34 ; TNI AU = 32) dan 19 Pama Wanita TNI (Kowad = 6; Kowal = 5 ; Wara = 8). Sebagai lulusan terbaik adalah Letda Chb Wisnu Ponco Raharjo, B.eng (AD);

Letda Laut (P) Satrio Tegas Wicaksonono, B.eng (AL); dan Letda Kal Ida Bagus Ari Prabawa, S.E. (AU). Sedangkan lulusan terbaik Pama Wanita TNI diraih Letda Caj (K) Dwi Mito Nurfadillah, S.Psi. Selesai pelantikan, para perwira lulusan Dikma Pa PK tahun 2013 akan melanjutkan pendidikan kecabangan di masing-masing matra.

   PelitaOnline  

Bangsa Maritim Tersesat di Negara Kepulauan Tanpa Nakhoda

Untuk membangun Indonesia menjadi negara besar, negara kuat, negara makmur, negara damai yang merupakan National Building bagi negara Indonesia, maka negara harus dapat menguasai lautan. Untuk menguasai lautan kita harus menguasai Armada yang seimbang.” (Pidato Bung Karno dalam National Maritime Convention tahun 1963).

Gemilang Kejayaan oleh kerajaan Sriwijaya dan Majapahit menjadi suatu fatamorgana dilanjutkan perputaran 360 derajat dengan era continental oriented dan semakin pudarnya budaya bahari menjadi penyebab surutnya jiwa maritim bangsa Indonesia. Kini saatnya bangsa ini harus bangkit untuk tidak menyalahkan penjajahan Belanda dan Orde Baru maupun era reformasi yang menyebabkan stagnasi geloranya jiwa maritim bangsa, toh kita harus menyadari bahwasannya kita tidak dijajah selama 350 tahun. Selama itu pula perlawanan yang menggelora dari rakyat indonesia di tiap – tiap daerah, artinya belanda memerlukan waktu 350 untuk menguasai wilayah Indonesia dan mereka sepenuhnya tidak berhasil. Sejarah bangsa Indonesia adalah sejarah keberanian dan perlawanan yang terus menerus dengan semangat berkobar kobar tiada henti. Kegigihan perlawanan tersebut membuktikan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang gigih dalam mempertaruhkan dan membela serta mempertahankan harkat dan martabatnya. Saat ini bangsa yang mendiami kepulauan yang besar ini sudah pada tataran Zero Status, Apakah negara ini agraris apa maritim?. Layakkah disebut negara agraris manakala sebagian hasil pertanian kita mengimpor dan harga harga hasil pertanian mencekik rakyat jelata. Layakkah disebut negara maritim manakala rakyat sama sekali tidak pernah merasakan sumber daya laut yang melimpah dan beraneka ragam, pantaskah disebut sebagai bangsa maritim yang rakyatnya hanya bisa menikmati sebatas ikan asin, yang jauh dibanding dengan Tuna, Abalon, Salmon, Napoleaon dan lain lain yang hanya bisa dinikmati oleh bangsa lain. Dimana semestinya bahwa “Geopolitacal Destiny” Indonesia adalah maritim, oleh karena itu bangsa Indonesia telah mengingkari takdir Tuhan yang menciptakan Indonesia sebagai negara kepulauan. Bila kebijakan kebijakan pemerintahan sekarang dan akan datang yang diaplikasikan untuk membangun bangsa yang seakan akan malah menjauhkan kegemilangan bangsa maritim yang besar seperti dahulu maka hal ini juga merupakan bentuk pengkhianatan terhadap pendiri bangsa yang telah bersusah payah dan memperjuangkan Indonesia sebagai negara maritim.

KENALI NEGERIMU DIMANA KAMU TINGGAL

Kita memang telah mempelajari bahwa letak Negara Indonesia dikatulistiwa dengan lintang bujurnya sebuah negeri yang antioksidannya tinggi karena sinar matahari yang bisa diterima sepanjang tahun, musim kemarau dan musim penghujan dan dengan berbagai ilmu geografi yang dimilikinya.

Namun sadarkah kita akan pertanyaan pertanyaan berikut:

  • Kenapa Negeri Ini dibuka dengan Pulau yang bernama Sabang? Bukan suatu kebetulan karena sebuah nama memiliki sebuah makna dan bukan hanya rangkaian ilmu bumi.

  • Kenapa Bali lebih dikenal orang dari seluruh dunia dari pada Indonesia? Bukan hanya keindahan alamnya karena keterkaitan penciptaan Tuhan terhadap sorga dan replikanya.

  • Bisakah kita membongkar dan meluruskan sejarah yang dibuat oleh penjajah Belanda, yang nyata nyata salah dan akan terbukti dikemudian hari karena merupakan ayat ayat Tuhan? Karena memang penjajah tidak menginginkan kita menjadi bangsa yang besar.

  • Ketika melihat kekayaan alam yang luar biasa mampukah menggali negeri apakah sebenarnya negara ini? Kebudayaan asli Indonesia sudah berumur ribuan tahun sebelum peradaban mesir maupun mesopotamia mulai menulis diatas batu.

Segudang pertanyaan yang berhubungan dengan jati diri bangsa belum bisa terkuak ke permukaan, bukan kita mengesampingkan itu semua namun untuk menjadi sebagai kodrat penciptaannya kita harus mengenalinya dengan benar jatidiri bangsa. Dari zaman baholak nenek moyang sampai sekarang tak lepas dari kenikmatan Tuhan yang diberikan kepada kita semua, kekayaan sumber alam yang melimpah. Tetapi tak lepas dari itu terkadang kita lupa sebagaimana mestinya kita patut syukuri semua hal pemberian dan anugerah nikmat Tuhan bukan untuk kita hancurkan.

Sampai dengan sekarang belum sepenuhnya penghuni negeri ini bisa membuktikan secara ilmiah tentang keberadaan negeri yang namanya nusantara, negeri yang merupakan bukan lautan tapi kolam susu, negeri yang Gemah Ripah loh Jinawi, negeri yang merupakan penggalan surga. Berdatanganlah para ilmuwan dan menyatakan keberadaan negeri ini beserta kelebihannya bahkan Plato dan Ilmuwan Barat termasuk Santos dari Italia menyebutnya Indonesia merupakan benua yang hilang. Namun adakah anak negeri ini yang menyadarinya dan mengetahuinya, Tuhan belum membuka mata batin rakyat Indonesia secara menyeluruh, karena dibutuhkan nakhoda yang menjiwai dan menyatu dengan kodrat penciptaannya. Karakter karakter yang merupakan replika penduduk sorga telah hancur dan beringas karena tidak lagi mengerti akan keberadaannya sebagai penghuni negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan. Mari kita jelajahi negeri yang merupakan ayat ayat Tuhan, yaitu Indonesia. Penulis tidak ingin mengajak untuk shifting ke laut namun kodrat bangsa kita adalah negara kepulauan bahwa:

  • “Dan Kami Hancurkan mereka sehancur hancurnya ( QS. As Saba; 19).”Negara kita adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.449 pulau. Pernahkah kita berfikir darimana angka ini muncul, siapakah yang mengitung pulau hingga 17 ribu lebih. Sebagai ilustrasi, apabila setiap hari kita mengunjungi satu pulau, maka diperlukan waktu 47 tahun untuk mengunjungi seluruh pulau-pulau tersebut. Sungguh suatu anugerah Tuhan yang luar biasa.

  • “Dia membiarkan dua lautan mengalir, kemudian keduanya bertemu (QS. Ar Rahman;19). Indonesia berada pada persimpangan dunia antara dua samudera dan dua benua, hal ini harus diyakini bahwa tersimpan kekayaan yang merupakan sebuah misteri yang harus dipecahkan bersama. Kenapa pendahulu nenek moyang bangsa ini bisa menjadikan negara maritim yang kuat (Sriwijaya, Majapahit, kemudian Demak, lalu Indonesia era 1960-an). Oleh karena itu jangan hanya dibaca tentang kebesarannya namun carilah tahu konsep apa yang digunakan sehingga menjadi kerajaan maritim yang besar.

  • “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan (QS. Ar Rahman:20).” Tepat di daerah tropis pada lintang 0°, masih ragukah akan kekayaan sumber daya alamnya, dengan flora dan fauna yang sangat melimpah dan beraneka ragam, mampukah kita memanfaatkannya?

  • “Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?”. Negeri kita memilki kompartemen strategis, alur laut Kepulauan dari utara selatan yang terletak di tengah, barat dan timur, bahkan ada negara yang mengklaim alur tradisional timur barat, dari Selat Lombok, Laut Jawa dan ke barat. Sudahkah kita memanfaatkannya sebaik-baiknya dalam sendi-sendi perekonomian, sosial budaya dan pertahanan? Luasnya wilayah laut yang hampir mencapai 6 juta km persegi, serta terletak pada jalur pelayaran dunia, mampukah kita mengamankan dan memanfaatkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara guna mencapai kemakmuran rakyat, khususnya pelayaran yang melintasi Selat Malaka dimana pelayaran tersebut merupakan salah satu center of gravity dari international merchandise.

BANGSA MARITIM YANG TERSESAT

Diperlukan 6 (enam) elemen pokok untuk membangun kekuatan maritim, yaitu; Geographical Position, Physical Confirmation, Extent of Territory, Number of Population, Character of the People, dan Character of Government. Elemen-elemen ini sebagai unsur budaya merupakan modal utama dalam membangun Negara Maritim. Lalu, bagaimana dengan Character of Government negara kita yang erat kaitannya dengan style of government menurut Geoffrey Till jika dihubungkan dengan kekuatan maritim pada era sekarang? Jauuuuh panggang dari api. Mari kita lihat bangsa yang besar dengan kekuatan maritimnya. “Sea Power Protect the American Way of Life”. Silakan baca selengkapnya di “A Cooperative Strategy for 21st Century Sea Power”. Inggris yang terkenal dengan “Britain Rules the Waves” kini telah mengembangkan postur angkatan lautnya tidak lagi to control the seven seas. Jepang membangun kekuatan maritimnya disiapkan untuk mengamankan garis suplay BBM dari Timur Tengah ke Jepang di samping untuk memperkuat pertahanannya. China membangun Strategi “Chain of Pearl” yang bertujuan untuk mengamankan jalur suplay BBM dari Timur Tengah ke Cina. Dan dengan berdasarkan peta sejarah maka China akan memperkuat dan mengembalikan kejayaan maritimnya masa lampau. India telah menerbitkan dokumen “Freedom to Use the Seas: Maritime Military Strategy” berisikan tentang aspirasi geopolitik India hingga strategi deployment di masa damai maupun konflik, serta strategi pembangunan kekuatan angkatan laut India. Perbandingannya dengan negeri ini adalah ketika negara negara besar dan maju dengan kekuatan maritimnya, Laut di rubah menjadi obrolan obrolan maritim yang membanggakan. Begitu lazimnya & mendunianya istilah maritim dalam obrolan sehari-hari, sehingga definisi maritim lebih dikenal dibandingkan dengan laut itu sendiri, bahkan dalam konteks sebagai instrumen kekuatan nasional. Sementara itu mari kita lihat bangsa Indonesia yang katanya bangsa maritim. Bagi orang awan, tidak perlu mengartikan maritim secara lengkap karena juga tidak akan berdampak pada pola pikirnya yang mereka tahu maritim identik dengan laut, kalo kita hubungkan dengan sejarah betapa bangga mendengar gemilang kerajaan kerajaan yang telah membuktikan kodrat Tuhan, kini kebanggan tersebut menjadi bahan olok olokan dan maki makian. Mana kala bangsa yang mencibir akan kodratnya dan tidak cepat bangkit silahkan menunggu kehancurannya. Maritim identik dengan laut, maka laut dibangsa maritim yang besar ini jadi bahan omongan yang berkonotasi jelek diantaranya yang kerap terjadi di masyarakat;

  1. Umpatan “ke laut aja loe”…… tidak tahu kata ini berasal dari mana yang jelas kalo di negeri barat sama dengan “go to hell”. Artinya bahwasannya laut identik dengan tempat yang mengerikan dan tidak disukai. 
  2. Cewek matre “ke laut aja”…….cewek yang mata duitan sudah gak jamannya makanya dibuang saja alias dimasukkan sampah. Artinya laut adalah sampah.
  3.  Pengalaman ini banyak terjadi di persawahan ketika petani bekerja dan sebagai tegur sapa untuk memberhentikan atau istirahat akrab dengan sapaan, “Kang laut dulu..”. Artinya sapaan untuk istirahat atau berhenti, tidak tahu asal muasal kata laut ini bagi petani yang jelas memiliki arti yang sangat dalam yaitu membunuh aktifitas kelautan.

Perbandingan diatas nampak jelas ketika negara negara yang disebut dengan bangsa maritim terlihat bagaimana pola kehidupan masyarakat dan bagaimana pola penataan lingkungan yang bersumber ke arah laut. Kota kota besar didunia Sydney, New York, London, Amsterdam, Singapura dan lain lainnya tampak indah dan hembusan angin yang membawa yacth, perahu perahu layar membawa nuansa kehidupan bahari. Lantas mari kita lihat dan masuh ranah kota kota besar yang ada di Indonesia melalui laut, Jakarta, Surabaya, Makasar dan lain lain bukan keindahan kelautan yang terlihat tetapi sampan nelayan miskin dan rusak, onggokan sampah dimana mana, dan kawasan yang pasti ada adalah kawasan kumuh.

Oleh karena itu masih banyak selain dari kata kata tersebut diatas yang menyebabkan adanya kerancuan bahasa walaupun nampak kecil dari segi bahasa, namun akan berdampak lebih besar secara sosiologis dan antropologis. Hal tersebut mencerminkan bahwa laut bukan dari kehidupan bangsa kita dan membuang semakin jauh dengan memberikan gambaran bahwa laut sangat mengerikan dan tidak perlu untuk dijamah. Kondisi yang demikian mencerminkan laut bukan merupakan bagian dari kehidupan bangsa, dan lagi tidak mencermikan bangsa bahari yang besar namun bangsa maritim yang tidak hanya tersesat namun telah terdampar di Negara Kepulauan.

NAKHODA YANG MEMILIKI OCEAN LEADERSHIP

Apabila negara ini disebut bangsa maritim, apakah pemerintah kita memiliki Ocean Policy yang jelas sebagai jati diri bangsa yang merupakan penghuni negara kepulauan terbesar di dunia. Kapankah kita bangkit dan menampilkan sosok yang mempunyai visi dan strategi yang cerdas dan kreatif untuk keluar dari paradigma continental oriented ke arah paradigma maritim yang rasional dan berwawasan global?. Pasang surut kejayaan bangsa indonesia dalam sejarah ditunjukkan dengan adanya penguasaaan atas lautan diantara dan disekeliling habitatnya. Nakhoda pertama Nusantara Kertanegara telah berhasil menguak dan menjadikan kerajaannya menjadi kerajaan maritim yang besar dan kuat dengan konsepsi Cakrawala Mandala Dwipantara (Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional 1990, Jilid II). Konsep besar tersebut akhirnya terwujud pada tahun 1375 saat Kerajaan Majapahit dibawah Raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.

Perkembangan konsepsi tersebut oleh Bung Karno seorang Nakhoda yang mengerti akan jati dirinya, kodrat bangsa sebagai bangsa yang besar sehingga mampu untuk keluar dari penjajahan dan memproklamirkan bangsa ini, serta memperjuangkan bahwa negara kita merupakan negera kepulauan yang terbesar didunia. Akhirnya dijadikanlah Konsep tersebut menjadi satu kesatuan politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan dalam wujud NKRI yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945. Setelah Bung karno tidak lagi negeri ini memiliki Nakhoda yaitu suatu fungsi dalam kehidupan masyarakat maritim yang mendorong masyarakat untuk maju sesuai habitatnya dan karena ketidak adaan Nakhoda dapat berakibat kemunduran suatu masyarakat. Indonesia memiliki lingkungan Ideologi Pancasila, lingkungan struktur UUD 1945, lingkungan fisik berupa negara Kepulauan ada udara dan suasana maritim dalam lingkungan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena Nakhoda yang tepat untuk bangsa ini adalah Seseorang yang memiliki Ocean Leadership yang cerdas dan berwawasan global mengerti akan jatidiri bangsa, sesorang yang memiliki kepemimpinanan jiwa bahari yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

  • Nakhoda yang memiliki visi kelautan yang selanjutnya tercermin dalam ocean policy yang komprehensif.

  • Nakhoda yang memiliki kemampuan interaksi politik dengan legislatif untuk menghasilkan produk legislasi dan politik anggaran yang pro pada kekuatan maritim.

  • Nakhoda yang memiliki kemampuan membuat terobosan serta mobilisasi sumber daya nasional dalam manajemen pembangunan melalui kelengkapan instrumen fiskal, moneter, keuangan, tata ruang, serta mobilisasi lintas sektor untuk mendukung kekuatan maritim.

  • Nakhoda yang memiliki kemampuan kemampuan menggalang dukungan daerah dalam kerangka mempertahankan NKRI. Negara kepulauan ini memerlukan kemampuan pemersatu melalui instrumen keadilan ekonomi.

Bangsa ini juga sedang berusaha untuk mencari jati dirinya di tengah amukan ombak peradaban yang menghantam melalui beberapa sektor kehidupan. Dan apabila telah menemukan jatidirinya masa depan bukanlah suatu jalan yang lurus, tidak ada jalan raya yang menghubungkan hari ini dengan hari esok, masa depan adalah suatu rimba raya, suatu medan ketidak pastian namun apabila negeri dalam genggaman Nakhoda yang benar maka; Laut bukanlah media pemisah pulau pulau, juga bukan sekedar pemersatu pulau pulau tetapi juga sebagai sumber kemampuan untuk membangun negara. Manakala bangsa ini belum menemukan Nakhoda, maka kesuraman akan bangsa maritim akan terwujud dan seketika itu pula Tuhan akan memunculkan Nakhoda yang memiliki ruang dan garis batas. Bagaimana mungkin kita menjadi bangsa maritim yang besar. Kalau Nakhodanya hanya berpikir tentang keluarga, partai dan golongannya. Negara Ini Besar bung, Bangsa Maritim yang besar Bukan Jongos Jongos bangsa lain.

Marilah merubah mindset kita yang kemudian secara pelan namun pasti mengubah berbagai kebijakan dan norma norma bagi aturan kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan kemaritiman. Hal tersebut bukanlah suatu pentingnya perubahan mindset kemaritiman tetapi masa depan Indonesia yang sesuai dengan kodrat penciptaannya untuk meraih kejayaan yang telah dibangun dengan keringat dan darah leluhur bangsa.

Di Laut Kita Jaya, Di Darat Kita Sejahtera, Di Udara kita Perkasa.


  ● Lembaga KERIS  

9 Pesawat Hercules Untuk TNI AU

Pesawat C-130H Royal Australian Air Force RAAF, Skuadron 37 (photo: Jan Hendriksen)
C-130H RAAF, Skuadron 37 (Foto Jan Hendriksen)
Kementerian Pertahanan RI menandatangani nota kesepahaman atau memorandum of understanding (mou) penyerahan 9 Pesawat Hercules seri H dari Australia untuk Indonesia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menerangkan dari 9 pesawat itu, 5 unit dibeli dan sisanya akan dihibahkan oleh Australia. Urusan pembelian dan hibah ini akan mempertemukan Qantas Defence Service dengan Kementerian Pertahanan RI. “Yang 5 itu murah sekali,” ujar Purnomo Yusgiantoro di Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).

Meski barang hibah, Menteri Pertahanan menegaskan pesawat Hercules tersebut memiliki kualitas yang baik. “Herculesnya seri H, sudah digital,” terangnya. Pesawat hibah tersebut masih fit dan layak terbang. “Apalagi suku cadang Hercules kita kan banyak. Hibah ada 4 dan kru harus training, karena digital,” imbuhnya. Menurut Menteri Pertahanan pesawat Australia ini mampu dipakai untuk 10-15 tahun ke depan.

Kita agak surprise juga dengan sikap yang AS dan Australia yang dengan senang hati memperkuat militer Indonesia. Indonesia yang tadinya hendak membeli 6 F-16 block 52, ditawari oleh AS menjadi 30 pesawat F-16 block 25/32 eks Air National Guard. Keberadaan 30 fighter ini tentunya akan memperkuat pasukan pemukul Indonesia di udara. Sementara untuk dukungan logistik, Indonesia mendapatkan 9 pesawat Hercules dari Australia, 5 pesawat bekas dan 4 hasil hibah, dengan harga murah. Amerika pun memperkenankan Indonesia untuk membeli helikopter serang Apache yang bisa disebut salah satu helikopter tempur terbaik saat ini. Harapannya TNI AD bisa mendapatkan 1 skuadron Helikopter Apache. Selama ini helikopter Apache hanya dijual Amerika Serikat kepada negara-negara sekutu terdekat dan anggota NATO.

Melunaknya sikap AS dalam pengadaan senjata ke Indonesia tentu tidak bisa dilepaskan dari kondisi geo paolitik saat ini. Amerika akan menambah pasukan Marinirnya di Darwin Australia dari 250 tentara menjadi 1100 tentara pada 2014 dan terus ditingkatkan menjadi 2500 personel dalam beberapa tahun ke depan, tergantung kesepakatan dengan pemerintah Australia.

Tentu AS mengharapkan dukungan dari negara yang berbatasan langsung dengan Australia, yakni Indonesia. Jika militer Indonesia kuat, kekhawatiran pasukan AS di Darwin bisa sedikit berkurang. Dengan alasan ini pula Australia perlu mendekatkan diri dengan Indonesia, agar keberadaan Marinir As di Darwin tidak dianggap Indonesia sebagai ancaman.

Pesatnya perkembangan militer Cina telah memanaskan hubungan kedua negara, apalagi China mulai melakukan perang-perang cyber. Untuk membendung hegemoni militer China, AS juga memperkuat kerjasama militer dengan Singapura, untuk dijadikan check point dari kapal perang AS yang berpatroli di Asia.

RAAF Australia memensiunkan dini sejumlah pesawat C-130H Hercules dengan alasan menghemat anggaran sebesar 250 juta USD untuk biaya perawatan dan operasional. Sementara USAF memensiunkan sejumlah fighter F-16 untuk alasan modernisasi persenjataan.

Apakah Indonesia untung atau rugi atas hibah fighter F-16 dan pesawat Angkut militer Hercules C-130H Australia, masih mengundang perdebatan, pro dan kontra. Ibarat sebuah koin, dari sisi mana kita melihat koin tersebut ?. Menurut pemerintah, pembelian alutsista bekas/ refurbish ini dilakukan dengan alasan untuk menutupi minimum essential force 2019.


  ● JKGR  

Pulau Nias Berharap Dibangun Lanal

Guna untuk menjaga dan mengamankan wilayah perairan Nias yang sangat luas, Bupati Nias Selatan Drs. Idealisman Dachi, M.Sc. dan masyarakat di Kepulauan Nias, Provinsi Sumatera Utara berharap dibentuk sebuah Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) di kepulauan tersebut.

Demikian dikatakan Bupati Nias Selatan Drs. Idealisman Dachi, M.Sc. ketika berkunjung ke Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) untuk bersilaturahmi kepada Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (18/7/2013).

Menurut Bupati Nias Selatan, karena Kepulauan Nias terletak di wilayah Samudra Indonesia, permasalan kelautan di wilayahnya sangat menonjol, mulai penjualan atau penyewaan pulau oleh orang asing, illegal fishing, illegal migrant, illegal logging, termasuk rawan gempa bumi dan tsunami, sehingga dibutuhkan kehadiran institusi TNI Angkatan Laut yang representatif di kepulauan tersebut untuk melaksanakan pengawasan dan pengamanan. “Kehadiran institusi TNI Angkatan Laut berupa kantor Pangkalan TNI Angkatan Laut sangatlah diharapkan oleh masyarakat kami,” kata Bupati Nias.

Dijelaskan oleh Bupati, bahwa Kabupaten Nias Selatan secara geografis berada di sebelah barat Pulau Sumatera dengan jarak sekitar 92 mil laut dari Kabupaten Tapanuli Tengah. Terdiri dari 35 Kecamatan, 459 Desa, dan 2 Kelurahan, dengan total jumlah penduduk sebanyak 375.698 jiwa. “Kabupaten Nias Selatan memiliki 104 pulau, 21 pulau berpenghuni, sedangkan sisanya 83 tidak dihuni, sehingga pulau-pulau tersebut rawan kalau tidak diawasi,” ujar Bupati.

Selain banyaknya pulau-pulau yang tidak dihuni, menurut Bupati Nias Selatan, potensi laut di wilayahnya sangat besar, baik ikan pelagis besar, pelagis kecil, udang, cumi-cumi, rumput laut, hingga pariwisata. “Hal inilah yang menjadikan wilayah kami menjadi tujuan para illegal fishing,” tandasnya. “Oleh karena itu kami memohon kepada Bapak Kasal untuk segera dibentuk sebuah Pangkalan TNI Angkatan Laut di Pulau Nias untuk menjaga wilayah kami dari kegiatan-kegiatan illegal tersebut,” katanya.

Menanggapi keinginan kepala daerah Nias Selatan ini, pada kesempatan tersebut Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio memerintahkan Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Arief Rudianto agar menginstruksikan unsur-unsur kapal perang di jajaran Koarmabar untuk lebih sering melakukan patroli dan singgah di wilayah Kepaulauan Nias. Sedangkan mengenai keinginan Pemda perihal pembentukan Pangkalan TNI Angkatan Laut di Pulau Nias, menurut Kasal, direspon positif dan tentu membutuhkan proses waktu.

Dalam kunjungannya untuk bersilaturahmi dengan Kasal, Bupati Nias Selatan Drs. Idealisman Dachi, M.Sc. didampingi oleh Wakil Ketua DPRD Nias Selatan Budieli Laia, para anggora DPRD masing masing Sidiadil Harita, Wisnu Duha, Kariaman, Sio Taro Gaho, dan Yurisman Laia, Asisten 2 Fabonusa Laia, Kabankesbangpol B. Noruru dan Kadis Perikanan dan Kelautan Samolala Lase.

Sedangkan dalam menerima tamunya Kasal didampingi oleh Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Asisten Operasi (Asops) Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, M.P.A., M.B.A., Panglima Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, Komandan Lantamal II Brigjen TNI (Marinir) Sudarmin Sudar, Kepala Dinas Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Kadishidros) Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos., Kepala Dinas Fasilitas Pangkalan Angkatan Laut (Kadisfaslanal) Laksamana Pertama TNI Lefrand Tuelah, Kepala Dinas Pembinaan Potensi Maritim Laksamana Pertama TNI Kingkin Suroso, S.E., Kepala Dinas Hukum Angkatan Laut (Kadiskumal) Kolonel Laut (KH/W) Yuti Subarliani Halilin, S.H., dan Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Danlanal) Sibolga Letkol Laut (P) Ivan.

  ● TNI AL  

Jumat, 19 Juli 2013

Kelompok Bersenjata Serbu Pos TNI di Puncak Jaya

 Kota Mulia, ibukota Kabupaten Puncak Jaya, Papua
Mulia, Puncak Jaya
Kontak senjata TNI dengan kelompok sipil bersenjata terjadi di Mulia, Puncak Jaya, Papua,Jumat 19 Juli 2013, pukul 17.00 WIT. Dua anggota kelompok sipil bersenjata dikabarkan tewas. Satu pucuk senjata mereka disita.

Dari data yang berhasil dihimpun VIVAnews, kontak senjata terjadi Mulia ibukota Puncak Jaya. Kelompok bersenjata masuk ke dalam kota dengan menyamar sebagai masyarakat. Mereka lantas berupaya menyerang pos TNI yang dijaga anggota Batalyon Infantri 751 Raider. Lalu kontak senjata selama beberapa menit dengan kelompok bersenjata yang jumlahnya diperkirakan belasan orang tak terhindarkan.

Kontak senjata yang berlangsung selama beberapa menit itu, anggota TNI memukul mundur kelompok bersenjata. Sebagian besar mereka kemudian melarikan diri masuk hutan. Sedangkan 2 orang lainnya dikabarkan tewas di tempat. Dari kedua orang itu 1 pucuk senjata api jenis revolver berhasil diamankan.

Juru Bicara Kodam 17 Cenderawasih Lektol Lumban Siantar saat dikonfirmasi belum bersedia memberikan keterangan. Sedangkan Juru Bicara Polda Papua Komisaris Besar I Gede Sumerta Jaya mengatakan, pihaknya masih mencari data terkait aksi baku tembak itu. "Kami masih cari tahu kronologis sebenarnya, sabar ya nanti akan dikabari," katanya.

  Vivanews   

TNI AL siagakan kapal perang di perbatasan Indonesia-Filipina

KRI Kerapu-812 digerakkan TNI AL menjaga perairan Alur Laut Kepulauan Indonesia III di perbatasan Indonesia-Filipina; tugasnya mengamankan jalur pelayaran internasional itu dari penyelundupan senjata api, narkoba, dan gangguan keamanan.

Kapal perang jenis patroli cepat itu dilepas Komandan Satuan Kapal Patroli Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Kolonel Pelaut Suhartono, di dermaga komando itu, Ujung, Surabaya, Jumat.

Dalam operasi laut dengan sandi "Arung Hiu 2013" itu, KRI Kerapu-812 yang dikomandani Mayor Pelaut Kusumo Atmojo, dijadwalkan bertugas sekitar tiga bulan di wilayah perbatasan Indonesia-Filipina.

Suhartono, mengatakan, misi dan penugasan khusus yang diemban KRI Kerapu-812, antara lain mencegah upaya-upaya tindakan kriminal laut yang sering terjadi di wilayah perairan tersebut.

"Beberapa tindak kriminal laut yang perlu diwaspadai, antara lain penyelundupan barang-barang ilegal berupa narkoba, senjata api dan perompakan," tuturnya.

Selain itu, kapal perang buatan PT PAL Indonesia itu juga bertugas menindak berbagai aksi kejahatan dan pelanggaran di laut lainnya, semisal penangkapan ikan ilegal dan penyelundupan hasil hutan.

Suhartono menambahkan pengerahan kapal perang dari unsur Satrol Koarmatim di wilayah perbatasan tersebut sudah menjadi penugasan TNI AL untuk mendukung pengamanan perairan laut NKRI, terutama di wilayah timur.

  Antara  

12 Unit UAV Segera Amankan Perbatasan RI

http://www.unmannedsystemstechnology.com/wp-content/uploads/2012/05/iai-heron.jpg
Heron UAV
Komandan Lanud Supadio, Pontianak, Kolonel Penerbang Ir. Novyan Samyoga mengatakan, dalam waktu dekat, sebanyak 12 unit pesawat tanpa awak akan dioperasikan untuk melakukan pengawasan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat.

"Dalam melakukan pengawasan di wilayah perbatasan udara Indonesia-Malaysia, Pangkalan Udara Supadio Pontianak akan mengoperasikan pesawat tanpa awak. Pesawat tanpa awak itu nantinya akan mengawasi seluruh wilayah perbatasan," kata Novyan di Sungai Raya, Jumat (19/7).

Dia mengatakan, rencananya pesawat tanpa awak tersebut akan awal tahun depan. Menurutnya jika menggunakan tenaga manusia untuk mengawasi perbatasan dibutuhkan ribuan orang, bahkan jika menggunakan pesawat biasa memiliki keterbatasan dari sisi bahan bakar, sehingga pengawasan di wilayah perbatasan tidak dapat maksimal.

"Jika menggunakan pesawat tanpa awak bisa mutar-mutar, ambil foto dan video, baru pesawat kembali ke Lanud Supadio," tuturnya.

Novyan menjelaskan, Lanud Supadio dilengkapi pesawat tanpa awak lantaran Kalbar berada di wilayah perbatasan. Pesawat tanpa awak yang digunakan ada dua jenis yaitu, jenis wulung buatan lokal dan heron buatan luar negeri.

"Sengaja kami gabung karena pesawat tanpa awak buatan Indonesia baru di buat, sedangkan yang luar negeri sudah maju. Dengan digabungnya, nanti produksinya bisa meniru luar negeri sehingga ke depan pesawat lokal kita makin bagus," katanya.

Dia menuturkan pesawat tanpa awak jenis wulung sebanyak nantinya akan ada sebanyak delapan unit sedangkan jenis heron yang buatan luar negeri sebanyak empat unit.

Nantinya pesawat berangkat dari Lanud Supadio dan setelah mengambil gambar ke setiap kawasan perbatasan maka pesawat akan kembali ke Lanud Supadio Lagi.

"Semua pesawat itu kumpul di Lanud Supadio Pontianak dan dikontrol dari Lanud Supadio oleh pilot handal TNI AU. Pesawat setelah mengawasi akan kembali lagi ke Lanud Supadio Pontianak," kata Novyan.

Dapat Hibah 4 Hercules, Kemhan Keluarkan AUD 63 Juta untuk Peremajaan

https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRDEfNmYwkjMuCyrREbhM8TMxt4cOkITEvNKbmfBw-yo9DhVvJw7Q
Salah Satu Pesawat Hibah Australia
Indonesia mendapatkan hibah 4 pesawat Hercules C-130 dari Pemerintah Australia. Kementerian Pertahanan (Kemhan) menggelontorkan total AUD 63 juta untuk peremajaan 4 pesawat tipe H itu.

"Total biaya 63 juta dollar Australia. Itu penandatanganan peremajaan atau apapun namanya, dan juga training dan lain-lain tadi," ujar Menhan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (19/7/2013) pada acara MoU penyerahan pesawat di Aula Bhinneka Tunggal Ika, Kementerian Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Biaya tersebut digunakan untuk pemeliharaan tingkat berat, biaya pelatihan pilot dan teknisi, pemberangkatan tim inspeksi pengadaan, hingga pengecatan pesawat. Namun, baru pesawat A97-006 yang akan diterbangkan ke Indonesia pada Oktober 2013.

"Jumlahnya ada 4 dan yang satu sudah serviceable artinya sudah bisa terbang dibawa ke Indonesia. Dan yang 3 perlu dilakukan peremajaan oleh Qantas Defence Services (QDS). Kalau ini diremajakan bisa 30 tahun," imbuh Purnomo.

Sementara ketiga pesawat lain akan diterbangkan ke Indonesia setelah peremajaan di Australia. Rencananya akan diterbangkan bergantian pada bulan April, Agustus, dan Desember tahun depan.

Acara penandatanganan tersebut dihadiri juga oleh Dubes Australia Greg Moriarty, Kepala Glenn Brown, dan pejabat eselon I dan II di lingkungan Kemhan.

  detik 

LSM Kontras Dituduh Pendukung Separatisme Papua

dokumentasi okezone.comJAKARTA - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) yang selama ini dikenal sebagai pembela korban kriminalisasi, terutama yang berkaitan dengan hak asasi manusia (HAM), justru dituding mendukung tindakan separatisme di Papua. Hal ini terlihat dalam aksi demonstrasi puluhan orang di kantor LSM tersebut.

Hal itu dikemukakan atas dasar tuduhan Kontras yang menyangkal pernyataan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono bahwa insiden penembakan yang selama ini terjadi di kawasan PT Freeport Indonesia dilakukan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Sedangkan Kontras menyatakan bahwa pelaku penembakan dan penyiksaan terhadap warga sipil adalah aparat TNI.

"Naif sekali Kontras menilai seperti itu. Karena tidak mungkin mereka (TNI) melakukan hal itu. Kita hanya ingin memediasi hal ini. Seharusnya mereka bekerja secara profesional," ujar koordinator aksi Front Pemuda Merah Putih, Dahlan Wattiheleuw, di depan kantor Kontras, Jalan Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (11/6/2013).

Karena itu, mereka meminta Kontras mengevaluasi diri terhadap hal-hal yang cenderung merongrong kedaulatan NKRI.

Selain itu, puluhan demonstran ini juga meminta agar aparat penegak hukum menyelidiki semua tudingan tersebut. Bahkan, mereka menuntut pihak keamanan menangkap aktivis yang terbukti mendukung kegiatan separatisme.

"Kami meminta agar pemerintah pusat menutup Kontras. Karena banyak aktivitas Kontras di Jakarta cenderung tidak membela NKRI, justru terindikasi membela kepentingan asing dalam wujud separatisme," tegas Dahlan.

Tak hanya menuntut Kontras, Dahlan menegaskan, pihaknya juga mendesak pemerintah pusat dapat tegas dalam menindak separatisme demi menjaga keutuhan NKRI.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan dari pihak Kontras untuk menyikapi tudingan tersebut.(teb)

  Okezone 

Pembuatan KRI Klewang Kedua Belum Jelas

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhaNqDePGPfOygda5cV5_06zj-MrmMLPRHJdOPGcbrdx-KiilyaOB5sgFmzZqFnhWeG6LbMmbKaBNy5j276xV489KXTO4FNjjKm9d3roG9963zyDEQnqnaIVv9_bhsv00KoJUAVQbGfRL0/s1600/7893789140_32420d9c2c_k.jpgBanyuwangi - Pembuatan Kapal Republik Indonesia Klewang kedua oleh PT Lundin Industry Invest hingga kini belum jelas kapan akan dimulai. Kapal pertama yang dibuat perusahaan itu terbakar habis tahun lalu.

"Saya belum tahu kapan mulai dan selesainya," kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banyuwangi, Letnan Kolonel (P) Edi Eka Susanto, Jumat, 19 Juli 2013.

Menurut Edi, PT Lundin baru saja menyerahkan perencanaan desain dan bahan baku KRI Klewang kedua kepada Kementerian Pertahanan. Klewang kedua, kata dia, akan dibuat dengan bahan berbeda yang lebih tahan api. "Kabarnya sudah disetujui," kata dia.

Pembuatan Klewang kedua ini, kata Edi, akan mendapatkan pengawasan langsung dari TNI AL. "Kita akan dampingi."

Saat dikonfirmasi, Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, enggan menjawab pertanyaan Tempo. "Nanti kita bicarakan, Mbak," kata Lizza dalam pesan pendek.

Sebelumnya, PT Lundin Industry Invest, perusahaan pembuat kapal perang asal Banyuwangi, Jawa Timur, optimistis akan memulai pembuatan KRI Klewang kedua pada Januari 2013. "Semoga awal 2013 bisa dimulai," kata Direktur PT Lundin, Lizza, dalam pesan 20 Desember 2012 lalu.

KRI Klewang pertama terbakar pada Jumat sore, 28 September 2012 lalu. Hasil penyelidikan PT Lundin menyebutkan terbakarnya kapal tersebut disebabkan korsleting listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik dari galangan ke kapal.

KRI Klewang 625 sebelumnya didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon.

PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat dengan kecepatan hingga 30 knot.

Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009. Proyek ini didanai APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar.

Namun, sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.

  Tempo  

Tingkatkan kemampuan, tim Ajungan latihan navigasi dasar

Tingkatkan kemampuan, tim Ajungan latihan navigasi dasar - Unsur-unsur Satkor Koarmatim - Latihan praktek tim anjunganUntuk meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para prajurit Satkor Koarmatim serta kerja sama tim anjungan yang mampu bekerja sama dalam pengawakan kapal, mulai 18 s/d 25 Juli 2013 Satkor Koarmatim melaksanakan kegiatan latihan praktek tim anjungan.

Latihan praktek tim anjungan yang digelar di Dynamic Positioning and Manuvering System (DPMS) Puslatlekdalsen, Kobangdikal itu merupakan kelanjutan dari rangkaian latihan navigasi tingkat dasar tim anjungan yang sedang dilaksanakan oleh Satkor Koarmatim.

Dansatkor Koarmatim Kolonel Laut (P) Syufenri, M.Si memimpin latihan, dengan peserta latihan diikuti oleh tim anjungan KRI AHP – 355, KRI KST – 356, KRI FTH – 361, KRI NAL – 363, KRI USP – 372, KRI LAM – 374, personel pendukung sebanyak 10 orang dari Puslatlekdalsen serta 1 tim penilai dari Kolatarmatim.

Kegiatan latihan praktek tim anjungan ini bertujuan menjaga naluri dan profesionalisme dalam bernavigasi serta menerapkan prosedur komando anjungan agar KRI aman melaksanakan tugas operasi di laut.

  Lensa Indonesia 

3 Isu Sentral Untuk Jaga Stabilitas Negara

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, (Ist)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan tiga isu sentral pasca reformasi, di acara buka puasa bersama dengan keluarga Polri di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).

Menurut SBY, negara akan kuat dan stabil apabila demokrasi, stabilitas dan pembangunan berjalan baik.

Tiga isu sentral itu, diantaranya, yakni di awal reformasi perlu memastikan sistem ketatanegaraan dan distribusi kenegaraan apakah sudah tepat.

"Check and balances. Lalu distribusi kekuasaan, apakah juga sudah tepat eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Juga Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam bagian NKRI. Apakah kita presidensil atau tidak sadar ke semi presidensil bahkan parlementer," ujar SBY di acara buka puasa bersama dengan keluarga Polri di Mabes Polri.

Kedua, kata SBY, ketika demokrasi, stabilitas dan pembangunan berjalan baik maka negara akan kuat, tumbuh dan stabil. "Saat terjadi disharmoni maka akan timbul persoalan. Saat stabilitas terganggu, cost (biaya) pada pembangunan. Ada perbincangan di ruang publik, apakah kita kembali ke otoritarian? Jawaban saya, kita tidak ingin mundur ke zaman sebelum reformasi," katanya.

Lebih lanjut dia menuturkan, bahwa demokrasi harus dijalankan, bangun, dan tingkatkan ekonomi dan sejahterakan masyarakat. Sedangkan isu sentral yang ketiga, kata dia, hubungan negara, pemerintah, dan masyarakat.

Kata dia, apabila menginginkan negara yang kuat itu merupakan tanggung jawab bersama masyarakat. "Kita ingin negara kuat seperti dulu, adalah tanggung jawab masyarakat. Rule of the law," katanya.

Hal itu jika negara turun, polisi turun menertibkan dan jaga keamanan publik. Dalam kesempatan yang sama, SBY pun menjelaskan bahwa tugas Polri saat ini jauh lebih berat ketimbang dulu.

"Karena Polri oleh konstitusi harus mengayomi, melindungi masyarakat. Masyarakat ingin lebih baik. Sekarang Polri dituntut emban tugas siang dan malam. Lima sampai 10 tahun Polri punya kapasitas emban tugas di era reformasi. Security offensive special message act," pungkasnya.

  Sindo  

T-33A Awalnya Bukan Pesawat Tempur

T33 Di Lanud Madiun, Jawa Timur
Kedatangan pesawat T-33A ke Indonesia bersamaan dengan kedatangan pesawat F-86 Avon Sabre dari Australia di tahun 1973. Dengan demikian fasilitas yang dibangun di Madiun berupa renovasi sarana bantuan penerbangan juga dipakai buat pesawat T-33A yaitu overlay landasan, pembangunan pergudangan dan pembangunan fasilitas pengisian bahan bakar. Konsep awalnya pesawat T-33A direncanakan untuk mengganti pesawat L-29 Dolphin, sehingga waktu datang pesawat ini berwarna abu-abu dengan cincin kuning serta finflash yang juga kuning layaknya pesawat yang dioperasikan oleh Kodikau.

Awalnya masuk Skadik 017 (Advance Training) dengan home base di Lanuma Iswahyudi, Madiun dengan registrasi A-3301. Satu tahun berikut tepatnya tanggal 3 Mei 1974 pesawat diserahkan ke Kohanudnas dengan demikian registrasi menjadi J-3301 lalu menjadi TS-3301 setelah semua registrasi pesawat militer di Indonesia. Pesawat yang datang dalam kegiatan bersandi Peace Modern Project ini adalah program dari Amerika guna membantu mempertahankan kualitas pilot tempur Indonesia yang menurun kemampuannya setelah dikandangkannya pesawat Blok Timur pada tahun 1966. Untuk itu terpilih enam pilot dan dua perwira teknik yang belajar ke Amerika (Lachland AFB dan Cloves AFB) guna menangani pesawat T-33A T-Birds. Sedang teknisi dipercayakan kepada Kapten TPT Utih dan Lettu TPT Subagyo Sutomo.

Sejumlah T33 di Lanud Bacau, Timor Leste
Mereka para teknisi mendapat pelatihan yang cukup lengkap, setelah sekolah bahasa di Lackland AFB bersama para pilot langsung dikirim ke Chanute AFB, Ilinois untuk belajar Aircraft Maintenance Officer Course (AMOC) selama enam bulan. Program selanjutnya dua perwira TNI AU tersebut melanjutkan sekolah di Shepard AFB, Kansas, dalam program yang disebut Technician Instructional Course dan berakhir di Cannon MB, New Mexico, selama dua bulan lalu On the Job Training (OJT) di pesawat T-33A yang berada di pangkalan Cannon AFB juga. Sedangkan ke 12 teknisi Bintara dan Tamtama setelah belajar bahasa Inggris teknik di Lack-land langsung bergabung dengan dua perwira di Cannon AFB untuk melaksanakan OJT. Sedangkan pesawatnya sendiri diambilkan dari military-stock Amerika di Subic, Filipina. Kemampuan lebih inilah yang nanti dimanfaatkan oleh TNI AU guna melaksanakan program yang disebut Modification A/C Structure Program Reinforcement tahun 1975 yaitu penggantian wing rod spar dilaksanakan di Depolog-30, Malang.

Terbang dari Filipina

Secara bergelombang pesawat diterbangkan dari Subic langsung ke Madiun oleh para pilot AU AS dalam empat gelombang pengiriman. Gelombang pertama tiba di Madiun pada tanggal 17 April (lima pesawat), gelombang kedua tiba tanggal 1 Juni (lima pesawat), gelombang ketiga tanggal 15 Juni (lima pesawat) dan gelombang terakhir pada tanggal 22 Juni (empat pesawat) semua terjadi pada tahun 1973. Setelah lengkap 19 unit pesawat T-33 tiba di Madiun, pada tanggal 23 Agustus 1973 diadakan penyerahan dari pemerintah Amerika kepada pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Jenderal TNI Pangabean yang kala itu menjabat sebagai Menteri Pertahanan merangkap sebagai Panglima ABRI.

Khusus untuk T-33 yang telah dipersenjatai di cat warna hijau dengan logo ikan hiu di nose-nya.

Selanjutnya dimasukkan ke dalam Skadik 017 dan menempati hanggar eks Skadron-42 (hangar F-16 saat ini) dengan komandan Mayor Pnb Isbandi Gondosuwignjo sehingga berhak memakai call sign Thunder-01 meskipun beliau aslinya adalah Thunder-08. Sehari setelah dilantik sebagai Komandan Skadik 017 hari berikutnya tanggal 4 Mei 1974 pesawat T-33A masuk dalam jajaran Kohanudnas dan dinamakan Satuan Buru Sergap T-33A berdampingan dengan Satuan Buru Sergap F-86 di bawah satuan organik Kohanudnas yaitu Komando Satuan Buru Sergap disingkat Kosatsergap. Mayor Pnb Isbandi tetap menjadi komandan Satsergap T-33.

Modifikasi Swadaya

Meskipun bernama Peace Modern Project, ternyata pesawat T-33A adalah pesawat yang betul-betul payah kondisinya. Selain tidak bersenjata, pesawat ini masih menggunakan radio UHF (model militer Amerika) serta adanya batasan manuver yang hanya plus 3G, betul-betul pesawat latih jet yang tidak bisa dibuat manuver sama sekali. Berkat kajian dari Kolog (Komando Logistik, kini Koharmatau) maka oleh Depolog-30, Malang, diadakan penguatan pada wing rod spar sehingga pesawat dapat melakukan full maneuver hingga plus 7g serta radio yang diubah menjadi VHF, standar komunikasi pesawat di Indonesia. Kegiatan peningkatan kemampuan ini dilakukan para teknisi yang sekolah di Amerika, dibantu tujuh personel AU AS yang bertindak sebagai Technician Representative atau lebih dikenal dengan sebutan Techrep.

Dengan kemampuan ini maka para pilot T-33 mulai melakukan latihan air-to-air maneuver sebagai dasar manuver pesawat Kohanudnas dan mengantar pesawat ini dilibatkan pada Latma (Latihan Bersama) bersandi Elang Malindo 1 yang diadakan di Butterworth, Malaysia. Meskipun pesawat F-86 dari satuan Satsergap F-86 juga ikut Latma Elang Malindo 1 namun pesawat ini hanya sampai Medan. Dengan demikian pesawat T-33 adalah pesawat ternpur pertama milik TNI AU yang terbang dan berlatih hingga ke luar negeri. Beberapa tahun yang lalu juga ada saat pesawat latih jet L-29 terbang navigasi hingga Butterworth, mengingat ada siswa Malaysia ikut menjadi siswa sekolah terbang di Indonesia.

Selepas Elang Malindo 1, T-Birds juga dilibatkan dalam latihan bersandi Tutukal pada akhir 1975 disusul operasi bersandi Cakar Garuda medio 1976. Untuk mendukung operasi ini beberapa pesawat T-33A dimodifikasi oleh tim Dislitbangau dan dilengkapi dengan gun-sight tipe KB-13 (eks Ilyusin-28) serta dua laras senjata kaliber 12,7 mm dan dua buah bomb rack eks B-25. Dengan demikian pesawat T-33A menjadi pesawat tempur bersenjata tipe TA-33A. Untuk membedakan antara pesawat yang bersenjata (TA-33A) dengan pesawat tanpa senjata (T-33A) maka diadakan perubahan warna pesawat. Untuk TA-33A diberi warna hijau abu-abu dengan gigi hiu di bagian depan sedangkan T-33A tetap berwarna abu-abu. Kegiatan mempersenjatai diri ini dilakukan tanpa bantuan pihak asing dan eloknya peralatan bidik (gun-sight) mempergunakan produk Timur yaitu gun sight bekas pesawat Ilyusin-28.

Sejumlah T-33 yang masih dengan warna asli putih dan baru saja dikirim dari Pangkalan Udara Subic, Filipina. Sebanyak 19 unit T-33 diterbangkan dari Subic menuju Lanud Iswahyudi oleh pilot-pilot USAF.

Setelah diadakan modifikasi persenjataan pesawat TA-33A mampu membawa amunisi sebanyak 250 x 2 butir peluru 12,7 mm dan dua tabung rocket launcher jenis LAU (Launcher Airborne Rocket) – 68 yang dapat diisi tujuh rocket jenis FFAR 2,75 inci (Folding Fin Airborne Rocket) atau born hingga berat 50 kg setiap sayapnya. Selanjutnya pesawat T-Birds dilibatkan lagi pada Latma Elang Malindo 2 dengan Malaysia yang diadakan di Madiun pada tahun 1977.

Suasana apel kesiagaan para pilot dan awak darat T-33 di Lanud Iswahyudi. Khusus pesawat untuk latihan, T-33 tetap menggunakan warna putih.

Dalam latihan bersama ini T-Birds adu kekuatan dengan pesawat latih Malaysia jenis CL-41G Tebuan dan diadakan exchange crew antara dua negara. Bermakna selama latihan antara pilot TNI AU dengan pilot TUDM berada dalam satu kokpit. Bulan Oktober 1979 Satsergap T-33 dilebur menjadi Skadron T-33, sedangkan Satsergap F-86 menjadi Skadron F-86. Keduanya berada di bawah Wing Tempur 300 Kohanudnas. Setahun berikutnya nama itu diubah lagi menjadi Skadron Operasional T-33. Pesawat T-Birds dinyatakan non operasional pasca jatuhnya pesawat registrasi TS-33xx di kota Blitar pada 20 Juni 1980 bertepatan dengan diadakannya latma Elang Indopura 1 di Madiun. Selama dioperasikan TNI AU selama tujuh tahun (1973 – 1980) telah gugur enam pilot dalam tiga kecelakaan yang terpisah.

Salah satu kecelakaan yang menyebabkan dua penerbang T-33 gugur adalah kecelakaan yang terjadi pada tanggal 18 Februari 1976. Saat itu pesawat T-33 dengan nomor regristasi J-3327 jatuh di kaki Gunung Lawu yang mengakibatkan gugurnya dua penerbang Mayor PNB Sukirwan dan Lettu PNB Sutadi. Sedangkan pilot T-33 yang meninggal karena sakit adalah Letty PNB Kukky.(fdp)

  ● Sejarah Perang  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...