Sabtu, 08 September 2012

Latgab PPRC: Pembuktian Kekuatan Militer Indonesia

PPRC TNI/Foto Rusdianto
PPRC TNI/Foto Rusdianto
Natuna - Ketua Lembaga Adat Melayu Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Wan Zawali menilai latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) merupakan pembuktian kekuatan militer Indonesia.

"Kami menyambut baik latihan PPRC ini apalagi dilaksanakan di Natuna yang berada di perbatasan sehingga membuat negara tetangga agak takut melihat kekuatan TNI. Apalagi, Sabtu.

Wan Zawali mengatakan, ketangkasan prajurit Linud saat melakukan penerjunan serta pendaratan amfibi oleh Marinir merupakan satu penunjukan kekuatan mental para prajurit dalam menjaga kedaulatan negara.

"Kekuatan tempur di laut merupakan sangat penting mengingat Natuna memiliki lautan yang luas," ucapnya.

Menurut dia, pelaksanaan latihan di Natuna merupakan satu momentum yang tepat ketika sejumlah negara sedang terlibat sengketa kepemilikan beberapa pulau di Laut China Selatan.

"Pas momennya sehingga negara-negara yang terlibat sengketa dapat melihat bahwa Indonesia sangat serius menjaga kedaulatannya di perbatasan," ucapnya.

Mengenai interaksi para prajurit dengan masyarakat selama latihan, ia mengatakan sangat baik.

"Masyarakat sangat mendukung karena menyangkut pertahanan dan keamanan negara. Latihan ini bukan yang pertama kalinya, latihan yang sama juga pernah dilakukan pada zaman panglima ketika dijabat Wiranto," ucapnya.

Bupati Natuna Ilyas Sabli juga menyambut positif latihan PPRC di Natuna.

"Selaku pemerintah daerah dan atas nama masyarakat, kami berterima kasih kepada TNI yang menetapkan Natuna sebagai tempat latihan. Ini bisa menjadi momen bagi Natuna agar lebih dikenal baik di Tanah Air maupun luar negeri, sehingga nama daerah ini menjadi harum sehingga dipercaya untuk pelaksanaan kegiatan yang lebih besar," tuturnya.

Menurut dia, pelaksanaan latihan berjalan dengan baik dan sukses serta didukung penuh oleh masyarakat, terutama masyarakat desa yang menjadi pusat latihan.

"Selaku kepala daerah saya tentu berharap agar TNI selalu siap dalam mengamankan Natuna," tambahnya.

Latihan gabungan PPRC Kilat XXIX/2012 diikuti sekitar 2.500 prajurit dari sejumlah kesatuan berupa operasi lintas udara, operasi amfibi, operasi gabungan dan operasi serangan darat gabungan yang dilakukan di Desa Ceruk dan Paleman, Bunguran Timur Laut, Natuna.(RDT/S024)

Pangarmatim: Kesiapan Unsur Pertahanan Mutlak Dibutuhkan

Kakadu Ex 2012
BAGI setiap negara mutlak dibutuhkan kesiapan unsur-unsur pertahanan sebagai salah satu syarat untuk menjaga kepentingan nasionalnya serta menjamin eksistensi negara tersebut dalam relasi dengan negara lainnya.

Dalam hubungan inilah peran TNI AL khususnya Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) menjadi sangat penting. Hal ini terkait dengan upaya menjaga dan memelihara kepentingan negara di perairan yurisdiksi nasional.

Demikian amanat Pangarmatim, Laksamana Muda TNI Agung Pramono, yang dibacakan Kepala Staf Koarmatim (Kasarmatim), Laksamana Pertama TNI Darwanto pada saat menutup Latihan Gladi Mako Waskita Dharma Pasis Dikreg Sesko TNI Tahun 2012 di Gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Kolatarmatim, Ujung Surabaya, Jumat (7/9).

Pangarmatim mengatakan jajaran Koarmatim senantiasa dituntut selalu dalam kondisi siap siaga dan mampu untuk menentukan langkah-langkah antisipasif dan proaktif terhadap berbagai kemungkinan yang terburuk dari dinamika yang berkembang. Juga merumuskan rencana tindakan kontijensi dalam menghadapinya. “Dengan demikian, maka Koarmatim setiap saat akan mampu mencegah dan menanggulangi berbagai ancaman tersebut,” katanya.

Lebih lanjut, Pangarmatim mengatakan, apa yang telah dilaksanakan dan dihasilkan dalam Latihan Gladi Mako Waskita Dharma tahun 2012 ini, merupakan cerminan dari hasil pemahaman para Pasis terhadap berbagai kemungkinan terburuk dari kondisi nyata yang akan dihadapi jajaran Koarmatim, serta merumuskan rencana tindakan kontijensi sebagai solusi untuk mengatasinya.

Sementara itu, Komandan Sesko TNI, Marsekal Madya TNI IB Putu Dunia yang dibacakan oleh Patun Sesko TNI Laksamana Pertama TNI I. Nyoman Nesta, mengatakan, dengan selesainya Gladi Mako ini di Koarmatim ini maka Perwira Siswa telah memiliki kemampuan dan keterampilan dalam menyusun Rentinkon dan Renops Kotamaops TNI yang merupakan pencapaian sasaran latihan Gladi Mako ini. “Kemampuan dan keterampilan tersebut, akan sangat bermanfaat bagi para Pasis nanti dalam penugasan setelah menyelesaikan pendidikan di Sesko TNI,” kata Dansesko TNI.

Berdasarkan siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim yang diterima Jurnal Nasional, Jumat (7/9), Gladi Mako ini berlangsung selama lima hari, 3-7 September 2012. Peserta latihan sebanyak 27 Pasis Sesko TNI.

Sebenarnya jumlah keseluruhan Pasis Sesko TNI yang mengikuti Gladi Mako sebanyak 93 orang. Dari jumlah tersebut dibagi dalam empat kelompok, 27 orang di Koarmatim, 30 orang di Kodam V/Brawijaya, 18 orang di Kodam VII/Wirabuana dan 18 orang di Koopsau II.

Satgas Pamtas Tangkap Dua Kapal Malaysia

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/55018-70660-0-2990-a57e2c783022e54f2583cf3c148c8412.jpg?1347082245
Ilustrasi
SATUAN Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) dari Batalion 413 Kostrad berhasil menangkap dua kapal penangkap ikan asal Malaysia di perairan Pulau Nunukan, Kalimantan Timur.

Komandan Satgas Pamtas Batalion 413 Kostrad Kabupaten Nunukan Mayor Inf Joko Mariyanto di Nunukan, Sabtu, menegaskan keberadaan kapal nelayan menangkap ikan di perairan Indonesia itu sudah lama diperoleh informasi dari nelayan Kabupaten Nunukan.

"Penangkapan dilakukan saat patroli gabungan dari Satgas Pamtas Batalion 413 Kostrad dengan Satgas Intelijen (SGI) dari Kodam VI Mulawarman," ujarnya.

Joko menambahkan, nelayan dari Tanjung Aru Pulau Sebatik Nunukan yang menginformasikan adanya kapal-kapal nelayan asal Malaysia yang seringkali menangkap ikan di perairan Indonesia.

"Informasi ini dari nelayan Pulau Sebatik yang mengatakan seringkali kapal-kapal nelayan dari Malaysia menangkap ikan di perairan kita," ujarnya.

Menurut dia, dari informasi yang sama menyebutkan nelayan dari Malaysia ini menangkap ikan dengan menggunakan trawl (pukat harimau) berukuran besar dan menarik menggunakan mesin.

Kapal-kapal Malaysia ini ditemukan saat sedang beroperasi menangkap ikan di perairan Indonesia tidak jauh dari perbatasan Indonesia-Malaysia tepatnya di dekat mercusuar Karang Unarang.

Ia menjelaskan kapal-kapal ini menggunakan bendera merah putih pada saat memasuki perairan Indonesia dan menggantinya dengan bendera Malaysia apabila berada di wilayah Malaysia.

"Kapal-kapal ini menggunakan dua bendera yaitu bendera Indonesia dan Malaysia," kata Joko.

Hasil tangkapan berbagai jenis ikan dan udang tersebut, kata Joko, dibawa dan dijual di Tawau Malaysia.

Sebenarnya kapal-kapal nelayan asal Malaysia ini sudah seringkali beroperasi menangkap ikan di perairan Indonesia tepatnya di perairan Kabupaten Nunukan, namun dia mengakui selama ini masih sulit menemukannya.

Kedua kapal itu sekarang sedang diamankan oleh Satgas Pamtas Batalion 413 Kostrad di Pelabuhan Inhutani Kabupaten Nunukan bersama enam orang anak buah kapal (ABK).

Joko menjelaskan, setiap kapal terdapat tiga ABK satu orang juragan dan dua orang sebagai anggota. Kedua juragan kapal ini sedang dimintai keterangan di Markas Komando Satgas Pamtas di Nunukan.

Pelanggaran yang dilakukan nelayan asal Malaysia adalah penangkapan ikan secara ilegal dan menggunakan pukat harimau yang dilarang digunakan oleh pemerintah Indonesia di perairan Indonesia.

"Pukat harimau ini kan semua jenis ikan tertangkap. Ukurannya besar atau kecil semua terjaring," katanya.Antara

Melek Teknologi Tinggi, Ini Robot-robot Militer Indonesia

 Robot ini digunakan untuk tugas yang tak bisa dilakukan manusia.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2011/04/21/109467_personel-gegana-bawa-robot-penjinak-bom_209_157.jpg
Personel gegana bawa robot penjinak bom
Staf Ahli Menteri Riset dan Tekhnologi Bidang Pertahanan Keamanan, Hari Purwanto, mengatakan militer Indonesia sudah sejak lama akrab dengan peralatan berteknologi tinggi.  

"Kalau untuk robot penjinak bom indonesia sudah menggunakannya sejak dulu," jelas Hari ketika ditemui dalam acara olimpiade robot se-Indonesia di gedung SMESCO, Jakarta, Sabtu 8 Agustus 2012.

Menurut Hari, robot-robot dengan teknologi canggil sudah banyak digunakan oleh kepolisian. Bahkan dengan modifikasi yang dilakukan, robot yang dipakai kini lebih kecil dan ringan sehingga bisa menjangkau ruang-ruang sempit.

Selain robot penjinak bom, pihak militer Indonesia juga mulai banyak menggunakan robot jenis lain untuk menunjang aktivitasnya. Salah satunya adalah robot pesawat tanpa awak untuk kegiatan mata-mata.

Robot pesawat mata-mata yang dinamai "unman" ini bisa membawa kamera untuk merekam gambar dan foto sekaligus mengirimkannya.

Polri juga memiliki robot helikopter dengan empat baling-baling yang berfungsi sama. Tak jarang helikopter ini juga dipakai untuk memantau kemacetan di jalan raya.

Disamping kegiatan militer, Hari mengungkapkan, kepolisian juga memiliki sejumlah robot karya LIPI yang bisa digunakan untuk memantau kondisi di lokasi bencana alam. Robot ini juga bisa dipakai untuk meninjau keadaan alam seperti gunung berapi.

"Yang jelas saat ini Indonesia sudah mengembangkan robot untuk menggantikan pekerjaan yang kira-kita berbahaya jika dikerjakan oleh manusia," katanya.(umi)

Proyek Raksasa PT Dirgantara Indonesia

 Memproduksi helikopter hingga komponen pesawat Airbus. Triliunan.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2011/10/04/125861_pesawat-c-295-produksi-pt-dirgantara-indonesia_209_157.jpg
Pesawat C 295
Lama mati suri, Dirgantara Indonesia bikin kejutan. Perusahaan itu mendapat proyek triliunan rupiah. Itu proyek terbesar semenjak perusahaan itu berdiri tahun 1976. Diharapkan dengan proyek raksasa itu, mesin perusahaan ini kembali menderu.

Soal proyek besar itu disampaikan Menteri Badan Usaha Negara (BUMN) Dahlan Iskan kepada para wartawan Jumat 7 September 2012. Setelah lunglai bertahun-tahun, Dahlan menyebut perusahaan itu kini dalam masa rawat jalan, setelah sebelumnya rawat nginap.

Perusahaan itu sedang mengerjakan kontrak pekerjaan senilai di atas Rp 7 triliun. Semua proyek itu harus tuntas dalam tiga tahun. Ada banyak jenis proyeknya. Dari membuat helikopter, pesawat CN-212 hingga pembuatan komponen Airbus.

Tentu saja petinggi perusahaan itu gembira dengan kepercayaan itu. "Mereka melaporkan bahwa belum pernah dalam sejarah PT Dirgantara Indonesia mendapatkan pekerjaan sebanyak sekarang ini, termasuk sejak waktu masih bernama IPTN," kata Dahlan Iskan.

Perusahaan itu memang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Nyaris bangkrut ketika krisis ekonomi menggulung Indonesia tahun 1998. Awal tahun 2000 perusahaan ini direstukturisasi dan berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.

Dahlan menganjurkan agar perusahaan itu sebaiknya fokus menuntaskan semua pesanan yang sudah ada, sebelum merencanakan pengembangan perusahaan lebih lanjut. Sebagai pasien rawat jalan, kata Dahlan, Dirgantara Indonesia jangan disuruh lari marathon dulu. Nanti bangkrut di tengah jalan. “Biarlah senam dulu kemudian jogging dulu baru kelak di suruh lari," katanya.

Kelak ketika sudah sembuh total, dia bisa diajak berlari kencang. Dahlan menyarankan agar perusahaan itu membangun CN-295. Persiapan ke arah sana sedang dilakukan.

Saat ini terdapat 25-50 engineer perusahaan itu berada di Spanyol untuk mendalami teknologi CN-295. Pemerintah memang berencana membeli 9 pesawat CN-295 dari PT DI untuk operasional TNI senilai US$ 325 juta.

 Dalam Negeri dan Luar Negeri

N-219
Tiga tahun belakangan perusahaan ini memang sedang kebanjiran proyek dan kerjasama. Dari dalam negeri dan juga luar negeri. Dua tahun lalu, misalnya, mendapat komitmen kontrak pengadaan helikopter. Jenis Bell-412 EP sejumlah 10 unit.

Nilai kontrak ini cukup besar. US$ 115 juta atau sekitar Rp 1,14 triliun. Enam dari helikopter itu adalah pesanan Tentara Nasional Indonesia dan empat lain pesanan Badan SAR Nasional. Perusahaan ini, kata Vice President Marketing & Sales Aircraft Integration PTDI Arie Wibowo saat itu, juga sedang melakukan pendekatan dengan TNI Angkatan Laut. Pendekatan juga dilakukan dengan banyak kalangan.

Ongkos produksi untuk pembuatan satu unit helikopter, kata Arie saat itu, mencapai 60-70 persen dari nilai kontrak. Untuk diketahui bahwa satu unit helikopter diperkirakan bernilai sekitar US$ 11,5 juta, sebab kontrak 10 helikopter itu senilai US$ 115 juta.

Darimana dananya? Untuk pembiayaan, kata Arie saat itu, bersumber dari kredit ekspor yang bersumber dari APBN sebesar 15 persen dan sisanya sebesar 85 persen dari pinjaman. Sejumlah bank yang dibidik saat itu adalah Bank Exim Amerika dan institusi pembiayaan di Eropa. Juga dari bank di dalam negeri.

Perusahaan ini sesungguhnya dalam keadaan siap produksi. Peralatan cukup lengkap dengan tenaga ahli yang mumpuni. Perusahaan ini bahkan sanggup memproduksi helikopter jenis Bell-412 EP sedikitnya 4-6 unit per tahun. Helikopter sebanyak itu bisa diproduksi 18 setelah kontrak pengadaan ditandatangani.

Perusahaan ini  juga telah memperoleh kontrak pengadaan pesawat CN-235 sebanyak tiga unit dari TNI AL dan empat unit dari Korea Selatan. Total kontrak pembelian pesawat tersebut mencapai US$ 100 juta. "Tahun 2010, mulai deliver," katanya. Selain Korea Selatan, negara yang juga berminat memesan pesawat CN-235 adalah Spanyol.

CN-235 merupakan pesawat angkut turboprop bermesin dua, yang masuk kategori kelas menengah. Pesawat turboprop merupakan pesawat terbang dengan turbin gas yang terhubung ke baling-baling, untuk menggerakkan pesawat. Memiliki nama sandi Tetuko (nama lain Gatotkaca), CN-235 merupakan pesawat hasil kerja sama IPTN dulu dengan CASA dari Spanyol.

Selain itu, PT Merpati Nusantra Airlines juga berencana memborong 20 pesawat N-212 buatan PT Dirgantara Indonesia seharga US$ 7 juta atau Rp 66,03 miliar per unit. Pesawat N-212 merupakan produk CASA yang lisensinya telah dibeli PT DI untuk diproduksi di Indonesia.

Untuk mendukung bisnisnya, PT DI di awal tahun mendapat dana pinjaman sebesar Rp 1 triliun untuk pembuatan pesawat pesanan Kementerian Pertahanan. Pinjaman tersebut untuk menalangi operasional agar pekerjaan dari Kemenhan tetap berjalan. "Supaya dapat kerja. Toh dana itu nantinya akan dapat penggantian dari APBN kalau sudah turun," ujar Dahlan.

Apalagi anggaran Kementerian Pertahanan mendapatkan kucuran dana paling tinggi diantara semua Kementerian/Lembaga. Dalam RAPBN 2012 disebutkan anggaran Kemenhan sebesar Rp 72,93 triliun atau naik 5,95 persen dibanding anggaran tahun lalu.

Negara seperti Kazakhstan juga tertarik bekerjasam memproduksi bersama pesawat N-219. Menko Perekonomian Hatta Rajasa pernah menyatakan PT DI bersama perusahaan dari Kazakhstan bekerjasama memproduksi pesawat N-219.

Pesawat N-219 sendiri tengah dikembangkan PT DI untuk melayani penerbangan di wilayah Papua. Spesifikasi N-219 cocok dengan karakteristik landasan di Papua.

Direktur Aerostruktur PTDI, Andi Alisjahbana, menjelaskan N-219 akan dikembangkan khusus untuk membuka wilayah-wilayah remote di Indonesia bagian timur. Papua saat ini memiliki 310 bandara, di mana 285 bandara atau 91 persen di antaranya hanya memiliki panjang landasan di bawah 800 meter. Untuk itu dibutuhkan pesawat-pesawat berukuran kecil. Pesawat-pesawat sejenis Boeing 737 tak bisa masuk karena butuh landasan 2.000 meter.

N-219, lanjutnya, dapat memenuhi syarat landasan tersebut. N-219 yang didesain mengangkut 17 penumpang ini sedang dalam tahap pengembangan. Pada 2014 diharapkan 15 pesawat prototype N-219 sudah dapat diluncurkan. Untuk membangun satu pesawat prototype ini membutuhkan US$ 4 juta.

Timsus Ralasuntai Satgas Ekspedisi Khatulistiwa 2012

BERITA EKPEDISI.JPG
Satgas Ekspedisi Khatulistiwa 2012
Jakarta, 05 April 2012,- Salah satu unsur kapal perang Komando Lintas Laut militer (Kolinlamil) jenis Landing Ship Tank (LST ) KRI Teluk Ratai-509 dengan Komandan Letkol Laut (P) Syamsudin akan mengangkut Tim Khusus (Timsus) Rawa Laut Sungai Pantai (Ralasuntai) Satuan Tugas (Satgas) Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang diberangkatkan dari Pelabuhan Kolinlamil Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (05/04).

Tim Sus Ralasuntai Satgas Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang dipimpin oleh Mayor Mar Freddy Ardianzah selaku Dan Timsus Satgas Ekspedisi dengan 17 orang personel terdiri dari 10 orang anggota Taifib Marinir (TNI-AL), 4 orang anggota Den Gultor 81 Kopassus (TNI-AD) dan 3 orang Paskhas (TNI-AU).

Menurut Dan Satgas, kegiatan ekspedi Khatulistiwa 2012 akan memakan waktu sekitar 3,5 bulan penjelajahan susur pantai sepanjang garis pantai Kalimantan sejauh 5.800 Km, yang dimulai dari Tanjung Datu kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan finish di Tanjung Harapan Nunukan Kalimantan Timur.

1ww.jpg
Satgas Ekspedisi Khatulistiwa 2012
"Tujuan dari hajat akbar itu antara lain untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai (rawa, laut, sungai, dan pantai)," paparnya.

Tujuan yang kedua untuk membangkitkan kesadaran teritorial sehingga dikelola menjadi keunggulan teritorial, lalu tujuan ketiga untuk mendata serta meneliti segala potensi di perbatasan gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai di pedalaman Kalimantan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sebagai sumbangsih TNI kepada pemerintah.

Selain itu, kegiatan berskala nasional itu juga bertujuan untuk memberikan keteladanan kepada masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan melalui program "Green, Clean, and Healthy".

Selain itu, demi terwujudnya jiwa persatuan dan kesatuan antara TNI, Polri dan seluruh komponen bangsa, sekaligus rasa cinta Tanah Air dan terpeliharanya persahabatan dunia dengan terpeliharanya kelestarian alam di perbatasan dan pedalaman Kalimantan. Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang terdiri dari Tim Khusus (Timsus) ini akan bertugas menjelajahi perbatasan dari Kalimantan Barat hingga Kalimantan Timur yang ditempuh dengan berjalan kaki.(TNI AL)
 Tim Ekspedisi Khatulistiwa Jelajahi Perbatasan Long Apari

SENDAWAR, – Sebanyak 125 personil yang berasal dari anggota TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Udara (AU) dan Angkatan Laut (AL) serta pegawai dari instansi sipil, selama 3 bulan terhitung mulai hari Kamis (12/4/2012) akan melakukan Ekspedisi Khatulistiwa 2012 Sub Korwil 07 Kutai Barat dengan tema ‘Peduli dan Lestarikan Alam Indonesia’ ke perbatasan Indonesia – Malaysia.

Sebelum berangkat menuju perbatasan Indonesia – Malaysia, mereka dibawah pimpinan Ketua Ekspedisi Mayor Infantri Feri Irawan diterima langsung dan dilepas oleh Bupati Kubar Ismail Thomas di Auditorium Aji Tulur Jejangkat, serta Dandim 0912 Kutai Barat Letkol Inf Agus dan Kapolres Kubar AKBP Handoyo dengan terlebih dahulu melakukan prosesi tepung tawar oleh pemangku adat Kutai Barat, Senin (9/4/2012).

Keberadaan 125 anggota tim ekspedisi ini dibagi dalam tiga kelompok yaitu tim penjelajah yang akan mengamati patok batas wilayah Indonesia yang berada di perbatasan pada Kecamatan Long Apari, tim kedua melakukan pendataan dan penelitian keanekaragaman flora dan fauna Kutai Barat serta tim ketiga melakukan komunikasi sosial dengan masyarakat yang berada di perbatasan.

Dijelaskan Ketua Tim Ekspedisi Mayor Infantri Feri Irawan, tujuan ekspedisi untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di perbatasan, baik di gunung dan pegunungan serta medan Relasuntai (rawa, laut, sungai dan pantai).

Membangkitkan kesadaran teritorial sehingga di kelola menjadi keunggulan teritorial. Mendata serta meneliti segala potensi di perbatasan dan pegunungan serta medan ralasuntai di pedalaman Kaltim bersama-sama dengan komponen bangsa lain sebagai sumbangsih TNI AD kepada Pemerintah.

Mayor Infantri Feri Irawan menambahkan, kegiatan yang dilakukan dalam ekspedisi agar memelihara dan meningkatkan kemampuan prajurit agar memiliki naluri tempur di perbatasan, gunung dan pegunungan serta medan Ralasuntai (rawa, laut, sungai dan pantai).

Membangkitkan kesadaran territorial sehingga dikelola menjadi keunggulan territorial. Mendata serta meneliti segala potensi di perbatasan gunung dan pengunungan serta meda Ralasuntai di pedalaman Kalimantan bersama-sama dengan komponen bangsa lainnya sebagai sumbangsih TNI AD kepada pemerintah.

Kemudian sasaran kegiatannya antara lain terpeliharanya naluri tempur prajurit di perbatasan, gunung, huan dan pengunungan serta meda Ralasuntai. Dikuasainya medan di perbatasan dan pedalaman Kalimantan. Terwujudnya jiwa persatuan dan kesatuan antara TNI, Polri dan seluruh komponen bangsa. Terdatanya patok perbatasan, kerusakan hutan, segala potensi bencana dan geologi, flora fauna khususnya penyelamatan orang utan dan sosial budaya di perbatasan wilayah perbatasan Kalimantan.

Terwujudnya rasa cinta tanah air dan terpeliharanya persahabatan dunia dengan terpeliharanya kelestarian alam di wilayah pedalaman perbatasan.

“Kebetulan anggota tim ekspedisi yang dilibatkan ini diambil dari penempatan Papua dan Aceh, untuk Kalimantan memang belum pernah melakukan ekspedisi sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi anggota TNI dalam melakukan jelajah bumi Kalimantan,” ungkap Feri putra kelahiran Muara Muntai Kabupaten Kutai Kartanegara.

Ditambahkannya, kegiatan Ekspedisi Khatulistiwa 2012 dibagi menjadi 2 sektor yaitu Barat dan Timur. Untuk sektor Timur membawahi 2 korwil yaitu Kalsel dan Kaltim. Sedangkan untuk Kaltim sendiri membawai 3 sub korwil yaitu Nunukan, Malinau dan Kubar. Kutai Barat merupakan sub korwil 07 yang Pos Kotisnya ditempatkan di Long Bagun. Adapun jumlah personelnya sebanyak 125 orang yang terdiri dari gabungan tim dari pusat dan tim daerah berasal dari Balikpapan, Samarinda dan Kubar.

Sementara itu Bupati Kubar Ismal Thomas mengatakan, untuk kegiatan ekspedisi ini bagi Kabupaten Kutai Barat untuk pertama kali dan pemerintah kabupaten menyambut gembira akan kegiatan ini. Kegiatan ini penting dalam menjaga hutan, dimana sebagai penjamin ekosistem dan keberlangsungan siklus hidup bagi semua makhluk, termasuk bagi kelangsungan hidup manusia.

Melalui kegiatan ekspedisi nantinya juga diharapkan, segenap warga masyarakat semakin menyadari dan melakukan tindakan nyata dalam rangka menjaga kelestararian hutan di seluruh wilayah Kubar khususnya Hulu Mahakam.

Ditambahkan Thomas, Pemkab Kubar menyambut baik dilaksanakannya kegiatan ekspedisi. Selain itu tentunya diharapkan ekspedisi katulistiwa tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan prajurit dalam hal mengamankan wilayah perbatasan dan SDM, tetapi juga menggugah kesadaran dan gerak bersama seluruh warga masyarakat Kubar dalam melestarikan lingkungan.

Dipaparkan Thomas, Kubar saat ini memiliki 90 ribu hektar hutan, yang betul-betul harus dijaga jangansampai diganggu gugat lagi. Hutan tersebut menjadi sumber mata air di Kaltim bahkan Kalimantan. Dan kondisi yang asri harus bisa dipertahankan sesuai motto Kutai Barat Kabupaten Beradat dimana yang mencerminkan kelestarian lingkungan.(Tribunnews)

Pertahanan Pulau Terluar RI Perlu Diperkuat

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjAGyhcXqtH1W_al4gXbH9jqw94Z1eGiSntJuswqai8CKub_R4bSufNT6d8CfpCEF2IzB-qoT8ZR62OWbVn7UfSqGoKJQL6TST-aD8JBtLq6RAuBvBB3IqEWZVkxMazjiUD2V2drhluhaA/s280/markas-marinir-pulau-terluar.JPGPenjualan pulau di Indonesia terjadi lagi. Kali ini melalui sebuah situs yang mengkhususkan pada penjualan pulau, Dua pulau itu adalah Pulau Gambar Laut Jawa  yang ditawarkan seharga Rp 6,8 M. Dan Pulau Nanggu, Lombok, seharga Rp 9,9M. Hal tersebut terungkap sejak Rabu (05/09) pagi kemarin.

Pada hari bersamaan, di Jakarta. Professor.DR. Wan Usman MA, Ketua Penelitian “Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terdepan: Berhala, Nipah dan Marore dari Perspektif Pertahanan negara”, memaparkan laporan terakhirnya di kalangan terbatas. Seperti para Purnawirawan Perwira Tinggi TNI serta institusi terkait. Serta  kementerian perikanan dan kelautan, kementerian politik hokum dan keamanan, serta instansi terkait lainnya.

Demi tetap terjaganya kedaulatan wilayah Indonesia khusus pulau terluar Indonesia, dan tiga pulau tersebut diatas. Prof Usman menyarankan: perlu koordinasi antar Institusi TNI (AD, AL, dan AU) dengan  Badan Intelijen Sipil atau militer milik negara, perhubungan laut, bea cukai, untuk menangkal penyelundupan, pencurian ikan, atau pengerukan pasir, hingga menduduki atau menguasai pulau milik Indonesia.

Selain pos penjagaan yang sudah ada, peralatan yang sudah ada bisa dioptimalkan penggunaannya. Atau bahkan ditambah. Seperti kapal selam, kapal perusak, atau pun kapal cepat. Patroli pesawat atau helicopter bisa ditambah frekuensinya. Rotasi pasukan penjaga  lebih dipersingkat. Atau bisa menambah menara komunikasi, apakah itu radio komunikasi, menara BTS. Atau penambahan radar. Sehingga keberadaan pulau-pulau terluar ini tetap aman dan terjaga
(Angkasa)

Jumat, 07 September 2012

Indonesia Harus Siap Hadapi Konflik Asia-Pasifik

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Dorodjatun Kunttjoro-Jakti, mengatakan, mencuatnya permasalahan-permasalahan klaim wilayah laut dan pulau-pulau kecil di sepanjang pantai Samudra Pasifik, mulai dari Laut China Selatan sampai dengan Kepulauan Sakhlin di utara, membuat Indonesia arus siap akan terseret di dalam konflik-konflik tersebut.

Menurutnya, potensi konflik ini makin membesar dengan ditetapkannya strategi pertahanan “Second Island Chain” oleh China dan dilaksanakannya pembangunan basis militer AS di Darwin, berbarengan dengan dialihkannya kekuatan militer Australia ke wilayah utara dan barat Australia.

Hal itu disampaikan Dorodjatun dalam Orasi Ilmiah “Memposisikan Masalah Jangka Sangat-Panjang dari Pertahanan dan Keamanan Wilayah Maritim” pada acara Wisuda Pascasarjana Universitas Pertahanan Indonesia di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (7/9).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu4i1X5FD-7xkVqfiK7a9F_wYbLV8USJGKx8BNtNsOnEu3oytRHPwlHlHAIk7IREohzpD5kxH8wXyW_iah_6mu4D3VpaDlH_zWNAU-emjnOsMnmHisV1FNwkNXkA27FxUdeFMh7wyXZl_Y/s1600/pa.gifMenurut Dorodjatun, jika dibandingkan potensi konflik di wilayah Asia Pasifik tersebut, rencana Minimum Essential Forces (MEF) atau kekuatan pokok minimum 2024 dari Indonesia sungguh-sungguh sangat minimal.

Oleh karena itu, harus lebih diperhatikan agar yang sudah minimal ini dilaksanakan dengan konsisten, dan sesuai dengan sifat pertahanan dari sebuah wilayah kepulauan yang demikian luas, yang mudah terancam dari segenap penjuru.

Dikatakannya, politik luar negeri Indonesia yang “bebas dan aktif” tidak dijamin akan dihormati oleh negara-negara besar di kedua samudra, apabila terjadi konflik di antara mereka.

Generasi setelah Pemilu 2014 Indonesia harus terus memikirkan hal ini, sambil terus melakukan upaya pembangunan kapasitas pertahanan yang kredibel ke masa depan yang jauh.

Dorodjatun juga mengatakan, masalah pertahanan setiap negara pada dasarnya dan dilihat secara sederhana demi analisa merupakan persiapan “Response Time” apabila berhadapan dengan ancaman, gangguan, bahaya yang datang dari luar yang bersumber pada “domain” yang mana pun.

Tentu Response Time ini sangat kuat terkait kepada “Size of territory”. Hal ini merupakan sumber masalah besar yang sulit bagi sebuah negara seluas Indonesia, dengan penduduk sejumlah nomor empat di dunia sampai sekitar tahun 2014 yang akan datang.

Menurut Dorodjatun, Indonesia juga harus memperhatikan keperluan membangun militer yang berkemampuan bertugas MOOTWA (Military Operations Other Than War), baik dilingkungan Indonesia sendiri maupun di ASEAN sampai dengan bertugas sebagai Pasukan Perdamaian PBB.
(Jurnas)

Pertemuan Wamenhan dengan Kuasa Usaha Perancis untuk Indonesia

Caesar 155 mm
Jakarta, – Hubungan antara Indonesia dan Perancis telah berlangsung secara intensif, ditandai dengan adanya saling mengunjungi antar pejabat kedua negara yang terkait dengan pengawasan dalam memodenisasi alutsista yang diproduksi Perancis. Hal tersebut diungkapkan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Jumat (7/9) saat menerima kunjungan Kuasa Usaha Perancis untuk Indonesia Mr. Stepahane Baumgart yang didampingi Atase Pertahanan (Athan) Perancis untuk Indonesia, di kantor Kemhan Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, Wamenhan menjelaskan dalam kunjungannya ke Perancis nanti yang akan berlangsung dalam waktu dekat akan dibicarakan berbagai hal, diantaranya membicarakan kebijakan Indonesia dan target yang ingin dicapai. Selain itu juga direncanakan tim Kemhan akan mengunjungi pabrik di Perancis dan memonitor kerjasama pertahanan dalam hubungannya dengan industri pertahanan. Untuk itu Wamenhan berharap Kedutaan dan Athan dapat memantau perkembangan dan kemajuan kerjasama pertahanan tersebut.

Diungkapkan Wamenhan dalam perayaan Hari TNI 5 Oktober nanti akan di pertunjukan alutsista produksi Perancis sebagai kontribusi pemerintah Perancis dalam memodernisasi alutsista Indonesia. Untuk itu diharapkan Dubes Perancis bersama-sama dengan rakyat Indonesia dapat melihat produk-produk andalan Perancis pada HUT TNI nanti di Jakarta.

Turut hadir mendampingi Wamenhan dalam pertemuan singkat tersebut yaitu Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabadan Ranahan) Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, S.Ip, Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan (Dirjen Renhan) Kemhan Marsda TNI Sunaryo, Kepala Pusat Pengadaan Baranahan Kemhan Marsma TNI Asep Sumaruddin, M.Sc.
(DMC)

Latgab PPRC: Serangan Mendadak Sebabkan Tim Bulsi Kocar-kacir

Penerjunan Linud/Foto RusdiantoSatu pesawat Hercules menurunkan sejumlah personel Batalyon Linud 330 Kostrad yang melakukan penerjunan dalam latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) Selasa (4/9) pagi dengan target latihan menyerang musuh yang telah menguasai Bandara Lanud Ranai, Natuna. Latihan PPRC melibatkan sekitar 2.500 prajurit TNI dari sejumlah kesatuan baik TNI AD, AL maupun AU dan berlangsung hingga 7 September 2012.(Rusdianto)

Natuna - Serangan mendadak yang dilancarkan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat TNI dalam latihan gabungan Kilat XXIX di Bukit Seleman, Desa Ceruk, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat, menyebabkan Tim Penimbul Situasi (Bulsi) kocar-kacir.

Serangan tiba-tiba Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) terhadap Tim Bulsi yang dalam skenario latihan bertindak sebagai musuh dilakukan pukul 05.00 WIB, lebih cepat setengah jam dari jadwal.

PPRC yang terdiri atas dua kompi, masing-masing Kompi A Yonif Linud 330 Kostrad dan Kompi C Linud menyerang dari dua arah yang berlawanan.

Kompi A menyergap musuh pada empat target, sementara Kompi C menyerang di dua sasaran berupa perumahan warga yang dikuasai Tim Bulsi yang ditugaskan kepada personel Kompi C dan Kompi D Yonif 134/Tuah Sakti.

Kedua belah pihak terlibat kontak senjata dalam jarak dekat sekitar 20 menit.

Tim Bulsi yang mendapat serangan mendadak kocar-kacir dan satu-persatu rubuh terkena tembakan.

Serangan PPRC yang menerapkan taktik serangan permukiman itu dilanjutkan dengan penggeledahan mayat musuh dan pemeriksaan dokumen lawan.

Asisten Operasi Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) sekaligus Kawasdal Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman mengaku puas terhadap proses dan keseriusan prajurit melaksanakan latihan.

"Saya kaget ketika terjadi serangan disertai kontak senjata. Ini benar-benar taktik menyerang yang dapat melumpuhkan musuh," kata dia yang meninjau langsung pelaksanaan latihan.

Ainurrahman mengatakan, operasi serangan darat gabungan tersebut merupakan puncak dari latihan PPRC yang dibuka Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Bandara Lanud Ranai, Natuna pada Selasa (4/9).

"Latihan serangan darat gabungan untuk menguji dan melatih kemampuan PPRC dalam menerapkan taktik serangan permukiman, ketika musuh telah menduduki satu perkampungan," ucapnya.

Menurut dia, jumlah prajurit yang mengikuti latihan serangan darat gabungan sekitar 600 orang dari total 2.500 prajurit yang terlibat dalam latihan PPRC Kilat XXIX 2012 di Natuna.

Ke-600 prajurit tersebut terdiri atas Yonif 330 Linud Kostrad dan Pasukan Marinir II Wilayah Barat.

Latihan PPRC, lanjut dia, terdiri atas operasi lintas udara, operasi amfibi, operasi penggabungan dan operasi serangan darat gabungan yang didukung sejumlah sarana pengangkut, seperti enam pesawat hercules, 30 tank dan lima KRI. Kemudian didukung pula dengan persenjataan seperti senjata perorangan, senjata bantuan dan senjata artileri medan.(RDT/A013)
(Antara)

Latgab PPRC: "Baku Tembak" Warnai Penyergapan TNI di Natuna

Serangan Linud/Foto RusdiantoSejumlah personel Batalyon Linud 330 Kostrad terjun payung di udara Bandara Lanud Ranai, Natuna dalam latihan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) dengan target latihan menyerang musuh yang menguasai Bandara Lanud Ranai, Natuna pada Selasa (4/9). Latihan tersebut melibatkan sekitar 2.500 TNI dari sejumlah kesatuan baik TNI AD, AL maupun AU untuk melatih prajurit tanggap dalam mengatasi "trouble spot" yang dapat mengancam integritas NKRI.(Rusdianto)

Natuna - "Baku tembak" dalam jarak dekat mewarnai latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI saat menyergap "gerombolan bersenjata" di Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Kamis.Sejumlah personel TNI melakukan penyergapan di dua titik yang menjadi target dalam skenario latihan gabungan.

Kontak senjata terjadi ketika kelompok penyerbu PPRC mengepung beberapa rumah di perkampungan Bukit Seleman.

Letusan senjata laras panjang bersahut-sahutan saat matahari mulai menyembulkan sinarnya di ufuk timur.

Dalam beberapa menit beberapa anggota gerombolan dengan penanda kain merah di kepala berjatuhan terkena tembakan. Beberapa di antaranya melarikan diri ke hutan dan dikejar pihak TNI.

Drama penyergapan tersebut merupakan bagian dari skenario latihan dengan taktik serangan permukiman terhadap musuh yang telah menguasai suatu perkampungan.

Pasukan yang terlibat dalam latihan serangan darat gabungan itu adalah Batalyon Linud 330 Kostrad dan Pasukan Marinir II Wilayah Barat.

Komandan Kodim 0318 Natuna Letkol CZI Sujadi, Kamis mengatakan, latihan operasi serangan darat gabungan tersebut akan dilanjutkan Jumat (7/9) pagi dengan target melumpuhkan musuh yang masih menduduki beberapa perumahan warga di lima lokasi.

"Latihan dilanjutkan besok pukul 05.00 WIB. Kemudian, pada pukul 08.00 WIB dilanjutkan upacara penutupan latihan di lapangan sepak bola Desa Tanjung," katanya.

Asisten Operasi Kostrad yang juga Kepala Wasit dan Pengendali Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman mengatakan, latihan yang melibatkan 600 tentara itu merupakan puncak dari latihan gabungan PPRC yang dibuka Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono di Bandara Lanud Ranai pada Selasa (4/9).

"Ada tujuh titik dengan 12 rumah yang akan direbut dari Tim Penimbul Situasi (Bulsi) yang diskenariokan sebagai musuh," kata Ainurrahman.

Sebelumnya, Batalyon Linud juga melakukan latihan operasi lintas udara dengan target merebut Bandara Lanud Ranai, sedangkan Pasukan Marinir melakukan pendaratan di Pantai Sengiap yang berjarak lebih dari 20 kilometer dari Ranai, ibu kota Natuna.

"Latihan ini bertujuan untuk mengasah kemampuan PPRC dalam mengatasi 'trouble spot' yang mengancam integritas NKRI. Latihan ini kali melibatkan sekitar 2.500 personel dari berbagai kesatuan," tambahnya.(RDT/A013)



 16 Prajurit PPRC Dirawat di Rumah Sakit

Pendaratan Amfibi/Foto Rusdianto
Seorang prajurit Batalyon Linud 330 Kostrad berlari dalam latihan gabungan TNI AD, AL dan AU Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Bandara Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (4/9). Sekitar satu Batalyon Linud 330 terjun payung dari pesawat Hercules dalam Latihan Lapangan Kilat XXIX TA 2012 dengan target latihan menguasai kembali Bandara Lanud Ranai yang diduduki musuh.(Rusdianto)

Natuna - Sebanyak 16 prajurit yang mengikuti latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang digelar sejak 4 September 2012 di Natuna, Provinsi Kepulauan Riau mendapat perawatan di rumah sakit karena luka-luka dan terkena penyakit malaria."Dari 16 personel TNI yang menjalani perawatan medis, dua di antaranya yaitu anggota Linud dievakuasi ke RSPAD Gatot Subroto karena mengalami patah tulang belakang saat terjun payung pada hari kedua latihan," kata Direktur RSUD Natuna M Syamsu Rizal di Ranai, Natuna, Kamis.

Syamsu Rizal mengatakan, kedua anggota  lintas udara (Linud) itu mengalami patah tulang karena panggulnya terhempas ke tanah saat melakukan pendaratan di areal Bandara Lanud Ranai.

Sedangkan prajurit yang mengalami luka-luka ringan di antaranya cidera lutut, robek di telinga dan bibir masing-masing dua orang, cidera engkel dan tumit kanan masing-masing 1 orang.

Kemudian, 6 personel diduga terserang penyakit malaria dan satu orang menderita kram pada bagian perut.

"14 orang yang mengalami luka-luka dirujuk ke RS AURI Natuna. Sedangkan yang masih dirawat hingga saat ini sebanyak  8 orang dan 6 lainnya sudah bergabung dalam latihan," ucapnya.

Dia mengatakan RSUD Natuna mengerahkan tim medis serta bantuan obat-obatan untuk pelaksanaan bedah ringan. Selain itu, Kostrad juga mengerahkan tim medis sebanyak empat orang, RS Auri empat orang, puskesmas satu dokter serta 3 unit mobil ambulans.

"RSUD siap memberikan bantuan terhadap prajurit yang mengikuti latihan penyerangan di Desa Tanjung," tambahnya.

Latihan PPRC TNI melibatkan sekitar 2.500 prajurit dari berbagai kesatuan, di antaranya Batalyon Linud 330 Kostrad, Pasukan Marinir (Pasmar) II Wilayah Barat, kesatuan pengangkut, infanteri dan kesatuan lainnya.

Latihan PPRC terdiri atas pendaratan Linud, pendaratan amfibi pasukan marinir, operasi penggabungan, operasi serangan darat gabungan yang dilaksanakan di Desa Ceruk dan Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut.(RDT/D009)

Latgab PPRC: 600 Prajurit Latihan Serangan Pemukiman di Natuna

Serangan PPRC/Foto RusdiantoSejumlah Personel Batalyon Linud 330 Kostrad tiarap sambil mengarahkan senjata laras panjang pertanda siaga dalam latihan gabungan TNI AD, AL dan AU Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) di Bandara Pangkalan TNI AU Ranai, Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Selasa (4/9). Sekitar satu Batalyon Linud 330 terjun payung dari pesawat Hercules dalam Latihan Lapangan Kilat XXIX TA 2012 dengan target menguasai kembali Bandara Lanud Ranai yang diduduki musuh.(Rusdianto)

Natuna - Sekitar 600 prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) menggelar latihan serangan fajar dengan taktik serangan pemukiman penduduk.
"Personel PPRC yang terlibat dalam latihan serangan pemukiman sekitar 600 orang dan ditambah personel pendukung sehingga semuanya menjadi 1.000 orang," kata Asisten Operasi Kostrad sekaligus Kawasdal (Kepala Wasit dan Pengendali) Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman di Ranai, Natuna, Kamis.

Ainurrahman menuturkan, 600 personel tersebut merupakan pasukan gabungan yang terdiri atas personel Batalyon Lintas Udara (Linud) Kostrad dan Pasukan Marinir II Wilayah Barat Jakarta.

Adapun, lokasi latihan dalam serangan itu adalah pemukiman di kaki Gunung Ranai, Desa Ceruk, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau.

"Ada 7 sasaran yang menjadi target di kampung Cenik dan Paleman. Ketujuh sasaran itu terdapat sekitar 12 rumah yang diduduki musuh. Jarak antara satu target dengan target lainnya berjauhan," kata dia.

Taktik serangan pemukiman, jelas dia, merupakan serangan terhadap sebuah perkampungan yang telah diduduki musuh. Dengan taktik itu, akan terjadi pertempuran jarak dekat ketika fajar menyingsing dari ufuk timur.

"Serangan fajar adalah strategi perang yang biasa dilakukan karena saat ini musuh sedang lengah," ucap dia.

Dikatakannya, ke-600 prajurit yang dikerahkan tersebut tidak semuanya terlibat dalam serangan atau berhadapan langsung dengan Tim Penimbul Situasi (Bulsi) yang diskenariokan sebagai musuh.

"Mereka dibagi menjadi beberapa kelompok, ada kelompok pengaman, kelompok pembantu dan penyerbu. Kelompok penyerbu inilah yang berada di garis terdepan untuk menggempur musuh. Tujuan pembagian pasukan menjadi beberapa kelompok adalah untuk mengepung musuh," ucapnya.

Latihan serangan pemukiman, kata dia lagi, merupakan puncak dari latihan gabungan PPRC yang dibuka Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono pada Selasa (4/9).

Pada Selasa, Batalyon Linud 330 juga menggelar latihan merebut Bandara Lanud Ranai dan sejumlah objek vital dari tangan musuh. Pasukan Linud yang didukung KDOL (Kendali Depan Operasi Linud) mengawali latihan tersebut dengan melakukan penerjunan dari enam pesawat Hercules di atas Bandara.

Pada saat bersamaan, Marinir juga melakukan pendaratan amfibi di Pantai Sengiap dengan melibatkan 30 tank tempur, tank pengangkut personel, tank medis serta enam kapal perang.

"Skenarionya, Natuna beserta objek-objek vitalnya sudah dikuasai musuh. Inilah yang harus direbut kembali oleh PPRC sebagai pasukan penanggulangan awal terhadap ancaman integritas NKRI," tuturnya.

Latihan PPRC, tambah dia, meliputi operasi lintas udara, operasi amfibi, operasi penggabungan dan operasi serangan darat gabungan dengan jumlah personel secara keseluruhan sebanyak 2.500 orang, termasuk awak sarana pengangkut.

Kemudian didukung peralatan tempur berupa senjata perorangan, senjata bantuan dan senjata artileri medan (armed). (RDT/E010)
(Antara)

PPRC Konsolidasikan Latihan Serangan Darat Gabungan

Serangan PPRC/Foto Rusdianto
Seorang anggota Batalyon Linud 330 melakukan serangan darat dalam latihan gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI yang digelar di Natuna pada 3 hingga 7 September 2012 dengan melibatkan sekitar 2.500 personel TNI.(Rusdianto)

Natuna - Dua batalyon yang tergabung dalam Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) pada Rabu tiba di Desa Tanjung, Kecamatan Bunguran Timur Laut, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, untuk latihan serangan darat gabungan TNI.

"Sesuai jadwal, hari ini satu Batalyon Linud 330 dan Marinir bergabung di Desa Tanjung untuk mengonsolidasikan latihan serangan darat gabungan di Desa Ceruk pada Kamis (6/9)," kata Komandan Kodim 0318 Natuna Letkol Sujadi, Rabu.

Kedua batalyon tersebut tiba di Desa Tanjung yang berjarak sekitar 15 kilometer dari Ranai, ibu kota Natuna, dan berbatasan dengan Desa Ceruk yang menjadi target latihan serangan darat gabungan.

Pasukan Linud bergerak bergelombang dari Ranai sejak tadi malam setelah sukses menggelar latihan dengan target merebut Bandara Lanud Ranai dari tangan musuh pada Selasa (4/9).

Sementara itu, pasukan Marinir bergerak dari Pantai Sengiap yang melakukan pendaratan amfibi dari lima KRI yang lego jangkar sekitar 3.500 yard dari bibir pantai.


Pendaratan Amfibi/Foto Rusdianto
BMP3F di Pantai Sengiap (Foto Rudianto)
Pasukan marinir mendarat Selasa pagi menggunakan 10 unit tank tempur tipe BMP3F serta didukung sejumlah tank pengangkut personel tipe LVT7 dan tank BTR.

Asisten Operasional Kostrad yang juga Kawasdal (Kepala Wasit dan Pengendali) Latihan PPRC Kolonel (Inf) Ainurrahman mengatakan, pasukan Linud dan Marinir melakukan serangan darat gabungan merupakan puncak latihan PPRC yang akan ditutup pada Jumat (7/9).

"Latihan serangan darat gabungan merupakan 'output' dari rencana operasi (RO) yang telah disusun," katanya.

Menurut Ainurrahman, latihan PPRC meliputi operasi Linud, operasi amfibi oleh marinir, operasi dukungan udara, operasi penggabungan dan operasi darat gabungan.

"Taktik dan tujuan latihan adalah melakukan penanggulangan awal terhadap ancaman integritas NKRI," ucapnya.

Latihan PPRC, tambah dia, secara keseluruhan melibatkan sekitar 2.500 personel dan menyertakan alat angkut seperti enam pesawat Hercules, lima KRI, 30 tank dan persenjataan seperti senjata perorangan, artileri medan dan senjata bantuan. (RDT/A013)
(Antara)

Batalyon Marinir Batam Diharapkan Berdiri 2014

Batalyon Marinir Batam Diharapkan Berdiri 2014
Panglima TNI
Natuna - Batalyon Marinir di Batam, Provinsi Kepulauan Riau diharapkan sudah berdiri pada 2014, kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono.

"Pembentukan Marinir di Setokok, Batam masih dalam proses perencanaan. Kita sangat berharap sudah siap pada 2014," katanya saat meninjau Latihan Gabungan Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI di Ranai, Natuna, yang digelar Selasa hingga Jumat (4-7 September 2012).

Panglima mengatakan, TNI saat ini terus melakukan konsolidasi dengan Pemerintah Kota Batam, Provinsi Kepri dan BPN terkait pematangan lahan yang dialokasikan untuk markas Batalyon Marinir Setokok.

"Pematangan lahan dalam artian lahan yang dialokasikan untuk bangunannya telah resmi dihibahkan oleh pemerintah daerah kepada TNI. Selain itu, kita juga sedang menyiapkan proses penganggaran untuk pembangunan itu," ucapnya.

Menurut Panglima, keputusan memilih Setokok sebagai pangkalan Marinir karena posisinya dekat dengan Selat Singapura, Selat Philips dan Selat Malaka.

"Kita tidak ingin situasi damai di Selat Singapura dan Selat Malaka yang sudah kita lakukan dan tekan selama ini kembali berkembang seperti dulu, atau yang lebih buruk lagi," ucapnya.

Oleh karena itu, katanya, TNI perlu melakukan penambahan kekuatan untuk lebih mendekatkan pasukan pada daerah-daerah yang rawan.

"Memang selama ini kondisi di Selat Philips juga relatif aman dan stabil dengan dijaga oleh pasukan yang telah ada di wilayah tersebut serta pasukan dari Jakarta yang ditugaskan di sana. Dengan adanya penambahan pasukan melalui batalyon yang akan dibangun, maka tidak ada lagi penambahan pasukan dari Jawa," tuturnya.

Panglima berharap dengan pendirian Batalyon Marinir di Batam akan memberi reaksi yang lebih cepat, lebih responsif terhadap ancaman stabilitas keamanan di perbatasan.

"Terpenting adalah mempercepat reaksi penangkalan terhadap para perompak yang ingin melakukan kegiatan di sana," katanya. (RDT/H-KWR)
(Antara)

Pengamat Nilai Anggaran Pertahanan Belum Ideal

http://www.jurnas.com/fototmp/detail/54946-70570-491129-0-fb9c92f918d402ca740ce2d40e7dc777.jpg?1346993737PENGAMAT militer dari Universitas Muhammadiyah Malang, Muhadjir Effendi mengatakan anggaran pertahanan saat ini masih belum ideal, meski sudah ada kenaikan cukup signifikan.

"Anggaran pertahanan saat ini baru sekitar lima persen dari APBN. Paling tidak untuk mendekati ideal antara 8-10 persen, seperti anggaran untuk kesehatan 10 persen, dan pendidikan 20 persen," katanya di Malang, sehubungan adanya kenaikan anggaran pertahanan dalam APBN, Jumat.

Menurut dia, kebutuhan anggaran pertahanan paling tidak juga harus bisa memenuhi kebutuhan umum minimal, dimana kebutuhan untuk peningkatan kesejahteraan prajurit dan memodernisasi alutsista bisa seimbang.

Ia mengatakan kenaikan anggaran pertahanan dari Rp 64 triliun menjadi Rp 77 triliun pada tahun 2013, ada perkembangan positif dalam skema pembenahan dunia militer di Tanah Air.

Hanya saja, lanjut dia, kenaikan sebesar itu porsinya harus dibagi secara adil, artinya porsi untuk peningkatan kesejahteraan prajurit dan memodernisasi alutsista harus adil (proporsional).

"Kita memang dalam kondisi dilematis, sebab kondisi alutsista kita membutuhkan anggaran yang cukup besar sebagai alat pertahanan negara dan kesejahteraan prajurit juga harus menjadi perhatian, sebab tingkat kesejahteraan prajurit kita sekarang ini masih rendah," ujarnya.

Doktor yang mengupas masalah militer itu menyatakan, pengadaan alat persenjataan atau modernisasi alutsista yang sedang digiatkan pemerintah itu akan menjadi sia-sia jika tidak dibarengi dengan tradisi tempur dan itu tidak bisa dibangun dalam kurun waktu 5-10 tahun saja.

Sebab, lanjutnya, jika tradisi tempur ini tidak segera dibangun, secanggih dan se-modern apapun peralatan alutsista atau persenjataan, nantinya justru akan menjadi barang rongsokan karena prajuritnya tidak terbiasa menggunakannya.

"Kalau negara kita ingin disegani dan ditakuti negara lain, maka mau tidak mau modernisasi alutsista dan sistem persenjataan kita juga harus ditingkatkan, disamping tetap memperhatikan kesejahteraan prajurit untuk mendukung kekuatan militer di Tanah Air," tegasnya. Antara
(Jurnas)

Momentum N250

N-250 (Dok PT DI)
Prototipe pesawat yang murni buatan Indonesia mulai mengudara Agustus 1995. Sayangnya momentum penting itu kandas di tengah jalan dan menuju cul-de-sac (jalan buntu).

Tepat pukul 10.56 WIB tanggal 10 Agustus 1995, roda pesawat N250 Gatotkoco menyentuh landasan pacu Bandara Husein Sastranegara, Bandung. Ribuan pasang mata yang menyaksikan pendaratan mulus Gatotkoco merasa bangga dan tak kuasa menahan haru.

Suasana yang sama juga menyelimuti para enjinir, teknisi, dan ribuan pasang mata saat menyaksikan N250 lepas landas dan terbang ke langit biru. Demikian salah satu cuplikan tulisan laporan utama Angkasa edisi no. 12 September 1995.

 Sejarah perakitan

Lebih jauh, Angkasa juga memaparkan kilas balik pembuatan pesawat yang dilakukan 100% oleh teknisi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN, sekarang PT Dirgantara Indonesia/ PTDI). Pemaparan program produksi N250 sebenarnya sudah dilakukan sejak 1987 namun dalam kalangan terbatas. Baru pada saat Direktur Utama IPTN BJ Habibie menandatangani perjanjian kerjasama pemasaran dengan Presiden Aero Militair (AMD-AB) Sergei Dassault dalam Pameran Kedirgantaraan di Le Bourget, Paris, 1989, N250 diumumkan secara luas.

N250 yang berpenggerak baling-baling itu diperkenalkan sebagai pesawat komuter 50 kursi dan akan menggunakan teknologi canggih yang masih dirahasiakan. Pesawat ini direncanakan terbang perdana pada 1995.

Survei dari sisi komersial, N250 juga dianggap sangat menguntungkan. Titik impasnya hanya 200 unit. Padahal keperluan domestik Indonesia saja bisa menyerap 400 unit. Pada acara di Le Bourget itu pula diumumkan bahwa maskapai Merpati Nusantara sudah memesan 65 unit dan Bouraq 62 unit. Saat itu N250 dihargai 10-11 juta dolar AS. Tak pelak, para pesaingnya, yakni Saab 2000, Dash 8, ATR-42, Fokker F50, Le-610G dan Il-114 segera menunggu dengan harap-harap cemas. Begitu yang ditulis di Angkasa waktu itu.

Pada tahun 1991, Habibie mengumumkan teknologi yang dirahasiakannya. Teknologi tersebut adalah fly-by-wire (fbw) yang saat itu hanya dipakai oleh dua pabrikan besar yaitu Boeing dan Airbus untuk pesawat-pesawat jet tertentu. Fbw adalah sistem pengontrolan pesawat yang sepenuhnya dilakukan oleh komputer. Pemakaian sistem ini untuk pesawat baling-baling dianggap sebagai ide gila. Namun Habibie jalan terus.

Dalam perjalanan pengerjaan, pesawat ini mengalami beberapa perubahan. Desember 1991, rancang bangun N250 sedikit diubah. Sayap ekor pesawat yang semula low-tail (di bawah) diubah menjadi T-tail (di atas). Perubahan ini atas rekomendasi tim ilmuwan dari Puspitek, Serpong untuk optimalisasi kinerja pesawat.

Tahun 1993, prototipe 1 (PA-1) yang sudah setengah jadi menjalani pengujian di Pusat Uji Penerbangan (FTC). Pengujian dititik beratkan pada faktor aerodinamis, struktur, kontrol kemudi, proteksinya terhadap kilat, sistem hidrolik dan landing gear (roda pendarat).

Di tengah uji coba, Habibie melakukan gebrakan kembali. Habibie menyatakan pesawat akan diperbesar kapasitasnya dari 50 menjadi 70 kursi. Menurutnya, pasar di Asia Tenggara akan lebih besar pada pesawat berkapasitas ini. “Tak ada masalah dalam engineering-nya. Sayap dan mesinnya tetap, kecuali badannya saja diperpanjang dan landing gear diperkuat,“ ujarnya waktu itu.

Habibie juga menyatakan terobosan seperti itu biasa dilakukan Boeing dan Airbus. Dengan kata lain, hal itu tidak aneh dalam industri rancang bangun pesawat. Bahkan dengan mengembangkan kapasitas pesawat, pesaing N250 akan berkurang menjadi hanya dua. Yaitu ATR-72 dan ATP buatan British Aerospace.(Gatot R)

(Baca laporan lengkapnya pada Angkasa edisi Agustus 2012)

Kamis, 06 September 2012

The first public Korean fighter C103

Google translate :

 Indonesia fighters seek development in full swing CRDC go!

Frequently Defense Network on September 6, CRDC (Combined Research & Development Center) Korean fighter development and exploratory development work done ahead of the development of the overall business direction for catching the operation began in August last year, since the development schedule navigation terminated four months ahead of last-minute coordination work being made in World War CRDC directly sought.


Boramae business known as KF-X business while participating Indonesia KF-X / IF-X with the official name was changed. CRDC has been recognized for decades of expertise in a related field, such as the Agency for Defense Development (ADD: Agency for Defense Development), and the Korea Aerospace Industries (KAI Korea Aerospace Industries), LIG ​​Nex1, Air Force, and the Defense Acquisition Program Administration within the domestic premier professional 130 people, including more than 100 personnel and Indonesian Defence Research and Development Center (Balitbang) of more than 30 high-quality human resources were the best fighters that can meet the performance requirements of the two countries to develop guseulttam spilling.


Day public KF-X / IF-X shape of the scheduled performance and the key technologies required for the expected unit price and production development, maturity, and was originally known bars in large part, the other parts were.


Advanced from initially had been reported through the Defense Daily C101, C103 案 shape being the most potent (案) Review and had the same shape by shrinking the overall F-22 fighter.
 

C103 the 'Full-Stealth' is taking shape as shown in the photo. Navigation development team test the candidates placed in various shapes, wind tunnel experiments, and figures such as RCS (Radar Cross Section), and C103 showed the best results among the KF-X / IF-X as the final shape of the provisional upheld. (is expected to become increasingly refined in future system development process, given the change in shape.)

C103 is currently being developed LIG Nex1 Korean AESA (Active Electronically Scanned Array) radar, mounted, and further improvement through prototype after completion AMRAAM (Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile) class fuselage in the center of the medium-range air-to-air missiles 4 feet or is expected to have a medium-range air-to-air missiles, 2 feet and 1,000 pounds-class JDAM (Joint Direct Attack Munition) IWB (Internal Weapon Bay) that can be mounted.

11 non-stealth mission at the fuselage external hard points, and can be mounted in various armed 2s, a new engine with 36,000 pounds yisanggeup thrust F404 / F414 / EJ200 flight performance and the ability to accelerate the F-16 level or above, and equip is expected.


For each navigate and participate in the development of research institutes and companies. "Enough domestic development and securing a 00% level of expertise in terms of technology maturity, unlike the report of the external non-professional institutions and reach the level of some of the lack of technical systems development enough technical cooperation through or from a consortium of foreign companies and configuration step development is possible," said KF-X / IF-X development success have strong confidence betrayed.


Boramae business "since the establishment of the plan exceeded 10 years, the Air Force soldiers take and concept study that is the subject of Defense Science Institute, a long period of time, the technical feasibility study work in progress has been. LIG Nex1 expectations in this process, while developing the T-50, F/A-50, and technology accumulation, a significant portion was made in the avionics part're creating more research results in the development of a full-fledged system even though technically go has become known as a consensus can be developed without difficulty that the related fields of engineers.
 

Difficult in the development of the Korean fighter than the technical challenges that the political and economic interests are seen as Are participating in the project FX-3 improved the F/A-18E/F of Boeing 社 by Lockheed Martin F-16 Block 60 improved the KF-X suggests, the KF-X development, even if a fighter Korea has control of this technology for their technical control holds its intention to subsequently KF-X's overseas exports and technology transfer to oppose the pool and because If successful, actually less than 70 billion won, which aims to suppress the KF-X development on the above-mentioned performance and success, the CRDC for yangsanga KF-X F/A-18E/F, F-16 Block 60, be a dark horse to emerge as a powerful inroads of the Eurofighter Typhoon, the KF-X / IF-X interfere with the movement from developed countries such as the United States a powerful show that if it fits in the development of the system for political, diplomatic and economic countermeasures step-by-step ready seems to be out.

Official "CRDC's somewhat expensive if the current exploration development as development progresses 案 past Konkuk weapon system concept in the development of the application Laboratory than the expected 50 billion KDI expected 70 billion lower than the level of the yangsanga will be priced" said, "needs tuning through the development and mass production is possible at a reasonable cost," he said.

Those working in the field of aircraft maintenance, Air Force officials also "In the past, F-4/5 of the fighters is basically dependent on imports, and almost all parts of these fighters by eating her since been discontinued parts supply operation to maintain a very large difficulties express several complaints are made," said the localization of a high percentage of the development of domestic fighter made fighters and maintain power dimension there is a dramatic improvement in capacity utilization is expected.


On the other hand, reflects the development of the KF-X / IF-X navigation shut down, but the end of the year, the budget for a full-scale system development in next year's budget not, some policy research institutions and relevant ministries in the deal over the logic of the foreign fighters maker last formation of public opinion is an urgent need for the agency's corrective relationship seems to be 10 years, embarked itself in a position to oppose the development of the domestic fighter system consistently adheres.
(Korea defence)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...