Sabtu, 12 Januari 2013

Panglima Angkatan Pertahanan Timor Leste Ingin Tangkap Hercules

http://media4.wartanews.com/contents/thumbs/c7fb2fb9-4a77-7b66-5c9c-a23fa8eed002a.jpgJakarta | Problem pengungsi eks pro integrasi yang tersebar di Atambua, NTT, tak kunjung usai. Bahkan, masalah tersebut kini melebar kepada sosok Rosalia Marshal atau yang tenar dengan sebutan Hercules yang sekarang menjadi warga negara Indonesia.

Panglima Angkatan Pertahanan Timor Leste, Mayor Jenderal Lere Anan Timur, tidak setuju dengan kembalinya Hercules yang merupakan bekas pro integrasi ke Timor Leste. "Saya mendengar bahwa warga di Atambua ingin kembali ke Timor Leste, saya tidak setuju dengan hal ini. Meskipun beberapa dari pemimpin kita (Timor Leste), ingin menciptakan persatuan nasional," kata Lere di Bidau, Dili,  sebagaimana dikutip dari timorhauniandoben.com.

Ketidak setujuan sang Jendral, karena dikhawatirkan jika warga eks pro integrasi kembali, akan ada lagi sengketa tanah dan lain-lain, di antara orang-orang yang berada di pengungsian, mereka yang ingin kembali ke Timor Leste. Lere menegaskan, warga Atambua ketika mereka kembali ke Timor Leste, mereka tidak memiliki hak kekayaan (aset) saat mereka meninggalkan Timor Leste.

Selain daripada itu, Jenderal Lere juga menyesalkan atas kedatangan Hercules baru-baru ini. Warga negara Indonesia, seorang eks warga Timor Timur yang masuk ke Timor Leste melalui bandara internasional Comoro-Dili, dan polisi justru menyambut Hercules, layaknya seorang 'presiden'.

"Bagi saya, dia (Hercules) tidak akan pernah menjadi besar, ia  menganjurkan kembali ke masa lalu. Ini terlalu merendahkan martabat Timor Leste," kata Lere.

Lere menyatakan, Jika Hercules kembali lagi, dia akan menangkapnya sebagai bagian dari tugas tanggung jawabnya. Lebih jauh Lere menegaskan, siapa pun tidak bisa datang kemudian mengintervensi Timor Leste, karena sudah menjadi negara, bukan provinsi Indonesia.  

Seperti diketahui Hercules lahir di distrik Ainaro, Timor Leste.  Dia kini menjabat Ketua Umum Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) yang juga terafiliasi dengan Partai Gerindra.(awr) 

Anggota DPR RI: Timor Leste Tak Boleh Sembarangan Tangkap Hercules!

Rencana penangkapan tokoh pemuda Rosalia Marshal alias Hercules disesalkan pihak Indonesia. Wakil Ketua Komisi I DPR, TB Hasanuddin mengatakan tidak ada satupun negara berhak menangkap WNI, apalagi dilakukan secara sembarangan.

"Tidak bisa sembarangan menangkap warga negara lain, termasuk Hercules oleh tentara Timor Leste. Tentu kita sayangkan itu," kata TB Hasanuddin di Jakarta, Sabtu(12/1/2013).

Menurut TB Hasanuddin, untuk melakukan penangkapan terhadap seorang warga negara, harus terlebih dahulu dilakukan sebuah kesepakatan politik antar kedua negara yang berselisih.

"Harus ada keputusan politik kedua negara, Lagi pula kenapa Panglima Tentara Timor Leste yang bicara," kata TB Hasanuddin.

Sebagaiamana dilansir dari situs timorhauniandoben.com, Panglima Angkatan Pertahanan Timor Leste (F-FDTL)Mayor Jenderal, Lere Anan Timur, tidak setuju dengan kembalinya mantan pro integrasi Hercules ke Timor Leste.

"Saya mendengar bahwa warga di Atambua ingin kembali ke Timor, saya tidak setuju dengan hal ini. Meskipun beberapa dari pemimpin kita (Timor Leste), ingin menciptakan persatuan nasional," kata Lere.

Kedatangan Hercules ke Timor Leste melalui bandara Comoro-Dili dinilai akan menganggu stabilitas negara eks jajahan Portugis tersebut.

Hercules akan Ditangkap, Indonesia-Timor Leste Bisa Memanas

Hercules akan Ditangkap, Indonesia-Timor Leste Bisa MemanasRencana penangkapan tokoh pemuda Rosalia Marshal alias Hercules berpotensi besar menganggu stabilitas hubungan antara Indonesia dan Timor Leste.

Karena itu, pemerintah melalui Duta Besar Timor Leste untuk Indonesia harus bisa membuka dialog terutama mengenai pernyataan Panglima Angkatan Pertahanan Timor Leste (F-FDTL) Mayor Jenderal, Lere Anan Timur, yang ingin menangkap Hercules.

"Apa alasan ditangkapnya Hercules, dia kan WNI. Apa dasar hukumnya. Kalau tanpa dasar hukum yang jelas, itu akan melanggar HAM," kata Anggota Komisi I DPR, Lily Wahid di Jakarta, Sabtu(12/1/2013).

Adik mantan Presiden RI, KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur ini menambahkan, bila tak segera diselesaikan, maka bisa merusak hubungan kedua negara. Ia juga mempertanyakan, apakah pernyataan Lere itu merupakan pernyataan resmi pemerintah atau sebatas penyataan pribadi.

"Kalau pernyataan itu bukan resmi pemerintah Timor Leste, tak perlu ditanggapi," kata Lili Wahid.

Adik mantan Presiden RI, KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur itu menambahkan, bila tak segera diselesaikan, maka bisa merusak hubungan kedua negara.

Ia juga mempertanyakan, apakah pernyataan Lere itu merupakan pernyataan resmi pemerintah atau sebatas penyataan pribadi.

"Kalau pernyataan itu bukan resmi pemerintah Timor Leste, tak perlu ditanggapi," kata Lily Wahid.

Gerindra: Pemerintah Secepatnya Berunding dengan Timor Leste

Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat meminta pemerintah Indonesia secepatnya melakukan perundingan dengan pemerintah Timor Leste terkait rencana penangkapan tokoh pemuda Rosalia Marshal alias Hercules oleh militer.

"Pemerintah kita minta secepatnya berunding dengan pemerintah Timor Leste mengenai hubungan kedua negara sesudh Timor Timur berpisah dari NKRI 13 tahun lalu," kata Martin kepada Tribunnews.com, Sabtu(12/1/2013).

Martin mengatakan, sejak Timor Leste berdiri menjadi negara sendiri banyak persoalan penting yang harus dituntaskan. Seperti masalah penduduk eks Timor Timur yang sekarang bermukim di wilayah Indonesia.

Sesudah berpisah lanjut Martin, ada ratusan ribu warga Timor Timur yang dengan sukarela ikut pindah ke Indonesia.

"Tapi banyak dari mereka nasibnya menyedihkan hidupnya sengsara, tinggal di perbatasan Timtim dan NTT. Ada ratusan tentara Brimob yang berasal dari pejuang Timor Timur di Kabupaten Belu tidak memiliki rumah kecil pun. Selama ini hanya tinggal di barak sempit yang kumuh tanpa dibantu pemerintah,"jelasnya.

Hal itulah, kata Martin yang saat ini menimpa orang-orang seperti Hercules dan Enrico Guiterez.

"Salah satu dari ribuan nama itu mungkin Hercules, Enrico Guiterez dan sebagainya. Tapi ribuan nama-nama lain adalah para petani yang tinggal di perbatasan. Sering para petani tersebut berkunjung ke daerah Timtim di perbatasan dan orang Timtim berkunjung ke wilayah kita melalui jalan setapak," katanya.

Rencana Penangkapan Hercules Karena Perundingan Belum Tuntas

Munculnya nama tokoh pemuda Rosalia Marshal alias Hercules yang kini menjadi incaran operasi militer Timor Leste disebabkan belum selesainya perundingan antara Indonesia dan Timor Leste terutama soal penduduk serta wilayah perbatasan.

"Saya kira tercantumnya nama Hercules adalah karena belum tuntasnya perundingan soal ini," kata Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra, Martin Hutabarat kepada Tribunnews.com, Sabtu(12/1/2013).

Martin mengatakan berdasarkan kunjungannya bersama MPR ke Atambua tiga bulan lalu, dirinya mendapatkan fakta bahwa kerap terjadi tentara PBB yang berkuasa di Timor Leste menangkap para petani Indonesia karena tidak jelasnya batas-batas antara kedua negara.

"Karena pembatas wilayah Indonesia dan Timtim adalah sebuah sungai kecil yang kering karena jarang ada airnya. Kerap terjadi tentara PBB yang berkuasa di Timor Leste sekarang menangkap para petani tersebut dan menahannya di Dili,"kata Martin.

Nasib mereka yang banyak ditangkap tentara PBB tersebut lanjut Martin baru jelas sesudah pemerintah turun tangan,baru petani-petani tersebut dilepas.

"Tapi kalau tentara-tentaranya orang Timtim, biasanya tidak mempermasalahkannya. Begitu juga TNI tidak mempermasalahkan orang Timtim yang berkunjung di Atambua," jelas Martin.

Wartanews | Tribunnews

TNI Terjunkan Satgas Helikopter Ke Kongo

Helikopter Mi17 TNIAD
Jakarta Tahun 2013 ini TNI akan menerjunkan satuan tugas (satgas) helikopter untuk misi perdamaian dunia Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) di Kongo. Pengiriman satgas helikopter akan diikuti pengiriman 120 prajurit ke Kongo, melanjutkan Mission de l'organisation des Nations Unies en Republique Democratique du Congo (MONUC).

"Kami akan kirim tiga helikopter angkut jenis MI-17," kata Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono seusai menyambut kedatangan Kontingen Garuda XX-I dari Kongo dan KRI Sultan Hasanuddin-366, di Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (11/1).

Panglima mengatakan pengiriman tiga unit helikopter tersebut untuk menindaklanjuti permintaan Sekjen PBB Ban Ki-moon pada Maret 2012. Helikopter Mi-17 adalah helikopter angkut kelas menengah rancangan Rusia. Saat ini helikopter diproduksi di dua pabrik, yaitu di Kazan dan Ulan-Ude. Helikopter ini adalah pengembangan dari helikopter jenis Mi-8 yang menjadi andalan Pakta Warsawa semasa Perang Dingin. Indonesia memiliki beberapa helikopter ini yang dioperasikan TNI-AD.

Menyambut kedatangan prajurit Satgas TNI Kontingen Garuda MTF XXVIII-D/Unifil Lebanon dan Kompi Zeni XX-I/Monusco, Panglima menyatakan pencapaian prajurit di sana telah mengukuhkan kepercayaan dan pengakuan dunia terhadap kemampuan TNI dan komitmen negara dalam peran aktif mewujudkan perdamaian dunia.

"Berbagai prestasi yang telah ditorehkan dalam setiap penugasan Satgas TNI kontingen Garuda pada misi perdamaian PBB harus terus kita jaga dan kita tingkatkan di masa yang akan datang, melalui pembinaan yang terencana dan terukur dengan baik," jelas Agus.

 Tantangan 

Penugasan berikutnya, kata Panglima, merupakan tantangan yang harus dijawab dengan pemikiran yang cerdas dan langkah yang tepat dalam menjaga kesiapan satuan. "Mengingat PBB meningkatkan atensinya terhadap 14 negara yang masih dilanda konflik, termasuk rekomendasi Dewan Keamanan PBB untuk meningkatkan deployment misi perdamaian PBB di Lebanon pada tahun 2013 hingga 15.000 personel, dan di Kongo yang saat ini telah berjumlah 16.819 personel," jelasnya.

Panglima TNI berharap Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian (PMPP) sebagai wadah penyiapan personel misi perdamaian dunia, untuk terus berupaya meningkatkan kesiapan, kapasitas dan kapabilitas Satgas. PMPP harus memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan tugas dan assessment yang terus menerus terhadap perkembangan situasi yang berlaku.

Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksamana Madya Marsetio menambahkan, KRI Sultan Hasanuddin yang ditugaskan di bawah bendera PBB sejak Juni 2012 itu sukses membantu Maritime Task Force/United Nations Interim Force in Lebanon (MTF/Unifil). "Kapal kita telah berhasil melaksanakan hailing sebanyak 686 kontak kapal permukaan dan melaksanakan monitor military air activity sebanyak 135 kontak pesawat militer," kata Marsetio.

KRI Sultan Hasanuddin juga sukses bertindak sebagai MIO Commander sebanyak 13 kali, sebagai Anti Air Warfare Coordinator sebanyak 21 kali dan sebagai Hello Element Control sebanyak 18 kali. "Atas prestasinya, KRI Sultan Hasanuddin beserta awaknya telah menerima banyak penghargaan, termasuk penghargaan Lebanesse Armed Force Navy dari Pemerintah Lebanon," katanya.

Penghargaan itu didapat karena KRI Sultan Hasanuddin telah memberikan kontribusi nyata dalam menjaga perdamaian dan stabilitas maritim di Lebanon.

Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, TNI AL akan mengganti KRI Sultan Hasanuddin dengan KRI Diponegoro. KRI yang diawaki sekitar 100 prajurit itu juga akan bergabung dengan Maritime Task Force/United Nations Interim Force in Lebanon.

Koran Jakarta

Pemerintah Harus Jujur dan Merevisi Daftar Belanja Alutsista

Kalau memang alat-alat pertahanan dan senjata itu tidak menjadi prioritas, sebaiknya jangan diprogramkan untuk dibeli.

Pemerintah tampaknya sedang dilanda kepanikan terkait aksi sejumlah anggota kabinet yang belakangan menjadi masalah dan menuai aksi politik tandingan.

Salah satunya terjadi dalam kasus Seskab Dipo Alam yang dianggap mengintervensi keputusan DPR dan pemerintah mencairkan anggaran Rp 678 miliar di APBN-P 2012 untuk pembelian sejumlah alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Setelah awal minggu ini DPR melayangkan surat permohonan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk memperingatkan Dipo Alam atas kasus itu, "pembelaan halus" datang dari rekannya di kabinet, yakni Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, yang sebenarnya sempat "terpojok" akibat aksi Dipo dalam masalah itu.

Seperti diungkap oleh Ketua Komisi Pertahanan DPR, Tubagus Hasanuddin, Sabtu (12/1), Menhan Purnomo diketahuinya belakangan menyatakan bahwa tak dicairkannya anggaran Rp 678 miliar itu takkan jadi masalah buat Kemhan dan TNI.

Bagi Hasanuddin sendiri, pernyataan yang diungkapkan oleh Menhan itu membingungkan dan dinilai agak aneh.

Pasalnya, dalam rapat-rapat di Komisi Pertahanan DPR saat anggaran Rp 678 miliar itu diajukan Kemhan, selalu dinyatakan bahwa alutsista yang direncanakan akan dibeli dengan anggaran itu sangat dibutuhkan. Kebutuhan itu dalam konteks pemenuhan kekuatan minimal pertahanan (minimum essential force/MEF).

Hasanuddin tak menolak bila pernyataan Menhan itu seakan "menjilat" lagi pernyataan-pernyataan Kemhan, yang sebelum aksi Dipo mengintervensi anggaran, selalu berusaha meyakinkan kebutuhan akan alutsista.

"Bagi kami sih, tak ada masalah bila demikian. DPR dalam hal ini menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Tapi ke depan, kalau memang alat-alat itu tidak menjadi prioritas, sebaiknya jangan diprogramkan untuk dibeli," tegas Hasanuddin, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (12/1).

Dia hanya menekankan bahwa Menhan segera merevisi ulang Rencana Strategis (Renstra) pengadaan alutsista, demi sejujurnya menginformasikan kebutuhan alutsista TNI.

"Sesungguhnya mana yang menjadi kebutuhan pokok dan mana yang tidak menjadi prioritas? Agar setiap rupiah uang rakyat dapat digunakan dengan transparan, efektif dan efisien," tandas politikus PDI Perjuangan itu.

Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, Dipo Alam melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) soal dugaan kongkalikong anggaran dana optimalisasi kementerian di Kemhan sebesar sekitar Rp 600-an miliar.

Dipo diduga mencurigai dana yang akan digunakan untuk pengadaan sejumlah alat enkripsi serta peralatan selam itu, dipaksakan dan tidak sesuai Renstra pertahanan.

Tidak hanya itu, Seskab juga menduga ada penggelembungan (mark-up) dan korupsi dalam anggaran proyek itu, sehingga pantas dilaporkan ke KPK.

Selain itu, Dipo diketahui berada di balik pemblokiran anggaran yang belakangan diputuskan Kemkeu alias mengabaikan keputusan DPR yang sudah sepakat menyetujui proposal Kemhan untuk penggunaan anggaran itu.

Belakangan, DPR mengetahui bahwa surat Dipo diduga merupakan "permainan" antar pengusaha pengadaan senjata, bahkan lebih jauh, karena keberatan salah satu angkatan terhadap keputusan negara mencairkan dana untuk pengadaan yang diperuntukkan untuk TNI AL itu.

Ini yang kemudian mendorong DPR mengivestigasinya, hingga berujung pada surat kepada Presiden SBY.

Berita Satu

Polisi Buru Pelaku Penembakan TNI di Papua

 Pelaku tunggal dan menggunakan senjata laras pendek.

Pemburuan di Puncak Jaya
Polisi Daerah Papua menyatakan telah mengetahui identitas pelaku penembakan terhadap anggota TNI dan warga sipil yang terjadi di distrik Mulia, kabupaten Puncak Jaya, pada Kamis, 10 Januari 2013 lalu.

"Identitasnya sudah ada, sekarang masih diburu," kata Kapolda Papua Irjen Pol Tito Carnavian kepada wartawan, Jumat malam 11 Januari 2013.

Tito menjelaskan hasil olah TKP menunjukkan pelaku berjumlah satu orang dengan menggunakan senjata api laras pendek, namun belum diketahui jenisnya. Meski pelaku diidentifikasi satu orang, namun tidak menutup kemungkinan ada pelaku lain yang bertugas pemantauan.

“Memang kesimpulan sementara, pelakunya tunggal. tapi bisa saja ada temannya yang mengawasi dan memberikan informasi, ini juga yang masih kami dalami," katanya.

Tito menyatakan pelaku bukan berasal dari kelompok Goliat Tabuni, pimpinan OPM yang bermarkas di Tingginambut, Puncak Jaya. Kelompok ini diperkirakan pecah, dan sejumlah personel beroperasi sendiri tanpa komando Goliath Tabuni.

Mereka membentuk faksi dan pindah ke wilayah kabupaten yang baru dimekarkan. "Ada beberapa faksi di sana, dan sepertinya bukan jaringan Goliat yang melakukan penembakan," ucapnya.

Polda Papua telah mengirim tim ke Puncak Jaya untuk penyelidikan mendalam. Bersama Polres Puncak Jaya, polisi saat ini sedang memburu pelaku penembakan.

Seperti diketahui, aksi penembakan berlangsung pada 10 Januari 2013 lalu sekitar pukul 17.40 WIT. Peristiwa tersebut hanya berselang tiga hari setelah peresmian Kodim 1714 Puncak Jaya.

Satu TNI terluka bernama Praka Hasan, Anggota Batalion 753 AVT Nabire dan satu korban tewas dari warga sipil bernama Abbas Hadis yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek.(adi)

Indonesia Berharap Sengketa Diaoyu Diselesaikan Damai

Foto udara Kyodo News menunjukkan bendera Jepang di salah satu pulau di kepulauan Senkaku/Diaoyu yang menjadi sengketa antara Jepang dan China di Laut China Selatan, Rabu (19/9). (Reuters)
Foto udara Kyodo News menunjukkan bendera Jepang di salah satu pulau di kepulauan Senkaku/Diaoyu yang menjadi sengketa antara Jepang dan China di Laut China Selatan, Rabu (19/9).(Reuters)

Indonesia berharap China dan Jepang dapat menyelesaikan sengketa teritorial maritimnya di gugusan Kepulauan Diaoyu, Laut China Timur. Kepulauan itu disengketakan dengan Jepang, yang menyebutnya sebagai Kepulauan Senkaku. 

"Kami berharap sengketa itu dapat diselesaikan secara bilateral dengan jalan damai sehingga tidak menganggu stabilitas kawasan," kata Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Jumat.

Hal itu disampaikannya saat mengadakan kunjungan kehormatan kepada Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fan Chang Long.

Indonesia sebelumnya juga telah menawarkan diri untuk menjadi mediator dalam rangka mendorong penyelesaian damai di Asia Timur terkait sengketa teritorial di gugusan Kepulauan Diaoyu atau yang dikenal di Jepang sebagai Senkaku.

"Indonesia berharap sengketa di Diaoyu dapat diselesaikan damai secara bilateral. Jangan sampai sengketa itu justru menjadi konflik yang makin berkembang dan menganggu stabilitas kawasan," kata Sjafrie menegaskan.


Pemerintah China kembali mengirimkan empat kapal pengintai ke Pulau Diaoyu yang disengketakan dengan Jepang sebagai upaya menjaga wilayah maritimnya, yaitu Haijian 51, Haijian 26, Haijian 66, dan Haijian 13.

China mengklaim pengiriman keempat kapal perang pengintai itu untuk mengamankan teritorial maritim China di Pulau Diaoyu atau yang di Jepang dikenal sebagai Senkaku.

Sementara itu, dari Jepang dilaporkan pihak penjaga pantai setempat mengatakan bahwa keempat kapal laut pengintai itu terlihat bergerak di 12 mil laut dari kepulauan.

Itu kali pertama sejak 31 Desember dan ke-21 kali sejak Jepang menasionalisasi kepulauan pulau itu pada bulan September. Otoritas Jepang juga mencatat satu pesawat jet tempur milik China melintasi wilayah udara di atas pulau-pulau tersebut pada awal bulan lalu.

Tokyo menanggapi kejadian itu dengan mengirimkan jet tempur dan mengatakan itu adalah kali pertamanya Beijing melanggar wilayah udaranya setidaknya sejak 1958.

Pada hari Sabtu, pesawat lain milik China mendekati pulau-pulau itu tanpa memasuki wilayah udara, dan mendorong lagi pengiriman jet-jet tempur Jepang ke wilayah itu.

Di sisi lain, China secara terang-terangan mengklaim sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. Klaim sepihak itu berpotensi meningkatkan ketegangan di kawasan, karena Brunei Darussalam, Filipina, Viet Nahm, dan Malaysia terganggu kepentingannya.
 

China apresiasi Indonesia soal Laut China Selatan 
 
China apresiasi Indonesia soal Laut China SelatanWakil Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin (kiri), dan Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata China (PLA), Letnan Jenderal Qi Jian'guo (kanan), berjabat tangan sebelum pertemuan "Forum ke-5 Konsultasi Pertahanan Indonesia-China" di Markas Besar Angkatan Bersenjata China, Beijing, Kamis (10/1).(FOTO ANTARA/Rini Utami)

Pusat Militer China mengapresiasi upaya damai yang terus ditawarkan Indonesia dalam menanggapi persoalan di Laut China Selatan. Sejak beberapa lama, China secara agresif mengklaim secara sepihak hampir seluruh wilayah Laut China Selatan. 

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Pusat Militer China, Jenderal Fang Chang Long, saat menerima kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, di Beijing, Jumat.

"Indonesia telah lama mengupayakan solusi damai dalam bentuk dialog dalam penyelesaian masalah sengketa di Laut China Selatan," katanya.


Di Laut China Selatan China dan Taiwan serta beberapa negara ASEAN seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, dan Brunei Darussalam saling mengklaim Kepulauan Spratly.

Selain itu, saling klaim atas kepemilikan Kepulauan Paracel antara tiga negara itu, telah berujung pada ditempatkannya satu garnisun China di kepulauan itu pada Agustus 2012.

Sjamsoeddin mengatakan Indonesia terus mengamati situasi yang berkembang di Laut China Selatan, yang menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran bagi stabilitas kawasan.

Oleh karena itu, lanjut dia, Indonesia akan terus secara konsisten berperan aktif dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan regional, khususnya di Laut China Selatan.

"Baik Indonesia dan China memiliki kebutuhan dan kontribusi terhadap terjaganya stabilitas dan perdamaian kawasan regional Asia Pasifik termasuk di Laut China Selatan," kata Sjafrie.

Indonesia telah menunjukkan komitmennya selama 21 tahun melaksanakan lokakarya tentang Laut China Selatan demi terwujudnya perdamaian dan stabilitas di kawasan, ujarnya menegaskan.

"Kami melihat China sedang berupaya melibatkan diri dalam kerja sama positif dalam penyelesaian masalah di Laut China Selatan," ujar Sjafrie.

Ia menambahkan Indonesia meski buka dalam posisi sebagai "no-claimant state" terhadap wilayah Laut China Selatan namun Indonesia mendorong semua pihak untuk terus menyelesaikan sengketa di Laut China Selatan secara damai dengan semangat "Declaration of Conduct of Parties in South China Sea".


Antara

Pengalaman Misi di Georgia

Oleh : Kolonel Mar Sulthon Hasanudin

Ilustrasi Kontingen Garuda (Formil Kaskus)
Georgia adalah tujuan misi pertama saya ke luar negeri. Mereka yang pernah melaksanakan misi pemeliharaan perdamaian, perasaan saat-saat menjelang keberangkatan pertama ini mungkin tidak akan jauh berbeda dengan apa yang saya rasakan waktu itu. Dalam hati selalu timbul pertanyaan, apa yang harus saya hadapi di daerah misi. Terlebih lagi, situasi dunia sedang tidak menentu. Saya ingat betul sebelum berangkat misi ini, dunia sedang dihebohkan dengan runtuhnya menara WTC di New York pada bulan September 2001.

Georgia adalah suatu nama yang sebenarnya tidak asing lagi bagi saya waktu itu. Kalau disebut nama itu, ingatan saya langsung tertuju pada salah satu negara bagian di Amerika Serikat. Sungguh keliru pandangan saya waktu itu, karena memang yang dimaksud Georgia ini adalah salah satu negara di Eropa Timur bekas bagian dari Uni Soviet. 

Permasalahan Di Negara-Negara Bekas Uni Sovyet

Keruntuhan Uni Soviet menjadi negara-negara yang lebih kecil dan berdiri sendiri serta musnahnya sistem komunis yang dulu terkenal tertutup, telah membuka mata penduduk di bekas wilayahnya tentang adanya kebebasan berekspresi dan adanya istilah demokrasi dalam kehidupan mereka. Di samping hal-hal yang indah nan menjanjikan itu, ternyata timbul hal-hal lain. Permasalahan-permasalahan muncul menyertai kemunculan negara-negara baru di bekas wilayah Uni Sovyet.

Demokrasi tentu saja berbeda dengan komunisme. Pada masa Uni Sovyet, segala perikehidupan rakyat diatur oleh negara. Hak inisiatif rakyat sangat terbatas. Efek dari itu, rakyat menjadi pasif yang hanya bergerak atas komando atau diatur menurut kemauan negara.

Ketika komunisme bubar, rakyat menjadi kebingungan. Rakyat harus menentukan hidupnya sendiri. Mereka memang merdeka, punya kebebasan. Tapi kemiskinan tersebar di mana-mana. Ini akibat sistem politik demokrasi yang belum diadaptasi menurut karakteristik masyarakat. Krisis multidimensi terjadi, baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun masalah pertahanan keamanan negara-negara itu. 

Misi PBB Di Georgia-Abkhazia

Misi PBB di Georgia, dilatarbelakangi oleh konflik di wilayah Abkhazia. Georgia berpendapat Abkhazia adalah bagian dari Georgia. Namun orang Abkhazia menganggap bukan. Mereka merasa bukan sebagai bagian dari etnis Georgia.

Sepintas lalu, antara orang Georgia dengan Abkhazia sepertinya tidak ada perbedaan. Tetapi bila dilihat lebih detail, secara budaya ternyata mereka memang berbeda. Secara agama, orang Georgia pada umumnya penganut Kristen Ortodoks, sementara mayoritas orang Abkhazia beragama Islam.

Meskipun kedua etnis ini menganut agama, kalau diamati lebih dalam, sebagian besar mereka bukanlah penganut agama yang taat. Bahkan boleh dikata, tidak mengerti apa itu agama. Ini terjadi mungkin karena mereka sudah terlalu lama meninggalkan praktek beragama akibat tindakan represif Pemerintah Uni Sovyet menerapkan ideologi komunisme yang ateis di masa lalu.

Misi PBB di Georgia, Abkhazia tepatnya, adalah misi yang relatif aman. Kami yang bertugas di sana, hanya menghadapi permasalahan-permasalahan sosial saja, khususnya akibat kemiskinan. Kami tidak banyak mengalami kendala dalam melaksanakan tugas pokok misi.

Patroli yang kami lakukan adalah untuk mendapatkan informasi keberadaan pasukan bersenjata, baik dari pihak Georgia ataupun pihak Abkhazia. Selama penugasan saya, tidak pernah ada tanda-tanda adanya pertikaian di antara keduanya. Secara de facto, Abkhazia sudah menyelenggarakan pemerintahannya sendiri. Pada sektor keamanan, Abkhazia sudah membentuk kesatuan polisi, walaupun senjata yang digunakan polisi Abkhazia ini adalah AK-47, jenis senjata militer.

Ancaman keamanan bagi personel Milobs justru datang dari dampak kemiskinan itu sendiri. Perampokan, pencurian dan pembajakan bersenjata terhadap patroli Milobs, dilakukan hanya dengan motif meminta uang. Para pelaku menganggap Milobs memiliki banyak uang.

Perampokan US$ 50

Untuk menghadapi ancaman ini, saat melakukan patroli Milobs di Georgia hanya membawa uang sebanyak US$ 50. Ini dilakukan sebagai antisipasi saat menghadapi perampokan. Bila dihentikan dan dimintai uang oleh perampok, uang ini bisa kita berikan kepada para perampok itu sehingga mereka melepaskan kita.

Saat dirampok, tidak membawa uang sama sekali merupakan kondisi yang berbahaya. Pernah terjadi sebelumnya, perampokan terhadap patroli Milobs yang personelnya tidak membawa uang sama sekali. Para perampok menduga korbannya berbohong dan menyembunyikan uangnya. Hal ini berakibat penyiksaan terhadap personel Milobs dan interpreter yang menyertainya. Sejak kejadian itu, saat melakukan patroli, para Milobs hanya membawa uang sebanyak USD 50 saja. 

Chacha Ambush

Mereka yang pernah melaksanakan misi di Georgia, mengenal istilah Chacha Ambush. Istilah ini sangat populer, karena hampir semua team patroli pernah mengalami penghadangan penduduk yang menawari minuman khas mereka "chacha", untuk diminum bersama. Awalnya, kita bisa mengelak dengan mengatakan bahwa kita muslim, atau sedang mengemudi. Lama-lama, mereka menjadi kelihatan kurang bersahabat. Bila Komandan Patroli tidak punya alasan kuat untuk menghindar, dengan halus mereka bisa membujuk untuk minum hanya satu gelas. Lalu membujuk lagi menjadi dua gelas, begitu seterusnya. Ini pernah terjadi sampai ada Komandan Patroli yang kembali ke markas dalam keadaan tidak sadar. Ini sungguh suatu pelanggaran terhadap prosedur tetap yang ada, yaitu dilarang minum alkohol dalam jam kerja. Situasi ini menjadi dilema. Di satu sisi, kita sangat ingin menghormati tradisi mereka dalam rangka merebut simpati masyarakat, di sisi lain kita harus mematuhi peraturan yang ada. 

Konflik Kepentingan 

Dalam sebuah misi PBB, pelaksanaan mandat adalah suatu hal mendasar yang harus betul-betul dipedomani. Sebagai Milobs, dituntut netralitas dan imparsialitas serta menghindari konflik kepentingan di antara mereka yang bertikai.

Seperti halnya misi PBB lainnya, personel PBB antara lain terdiri atas military observer (Milobs) dan peacekeepers. Di Georgia, sekitar 19 negara berpartisipasi mengirimkan tentaranya sebagai Milobs maupun Milstaf di UNOMIG (United Nation Mission in Georgia). Sesuai mandat PBB yang tertuang dalam Moscow Agreement, yang bertindak sebagai peacekeepers adalah tentara Rusia, walaupun sangat nampak bila Moskow sangat menginginkan Abkhasia menjadi negara yang terpisah dari Georgia. Langkah ini penting bagi keamanan regional Rusia, karena Georgia didukung oleh kelompok barat, terutama Amerika Serikat. Ini sungguh sangat ironi, bagaimana suatu pasukan perdamaian yang ditugaskan di daerah misi, tapi terlibat dalam konflik kepentingan. Ini sungguh jauh dari prinsip netral dan tidak memihak.

Apa yang terjadi dan saya alami di Georgia ini, merupakan gambaran bahwa berbagai kemungkinan bisa terjadi dalam suatu misi perdamaian di seluruh dunia. Walaupun segala sesuatu telah dipersiapkan dengan baik atau telah diatur dengan baik, selalu masih ada kemungkinan terjadinya penyimpangan, ketidaksesuaian, hambatan bahkan ancaman. Oleh sebab itu, seorang prajurit TNI harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk yang harus dihadapi dalam menjalankan misi pemeliharaan perdamaian dunia di manapun ia bertugas.

PKC-Indonesia

Jumat, 11 Januari 2013

Gedung PT Pindad Dilalap Api, Wartawan Dilarang Meliput

detail berita

Bandung | Salah satu bangunan di pabrik senjata dan alat tempur milik pemerintah PT Pindad, Jalan Terusan Gatot Soebroto, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, terbakar sekira pukul 19.20 WIB, Jumat (11/1/2012).

Namun, saat sejumlah wartawan akan memasuki area PT Pindad langsung dihadang sekitar tiga petugas keamanan internal. Petugas keamanan melarang wartawan untuk masuk ke dalam lokasi kebakaran.

"Ini kan kawasan instansi pemerintahan. Takutnya ada apa-apa. Kita kan hanya pihak ketiga saja," tutur salah seorang petugas kebakaran saat dimintai alasannya wartawan dilarang masuk.

Ditanya apa yang terbakar. Sang petugas yang mengenakan jaket hitam tersebut mengatakan jika yang terbakar adalah tungku pembakaran disebuah gudang. "Bukan gudang amunisi atau senjata, hanya tungku pembakaran saja. Katanya karena konsleting listrik," terangnya.

Sementara itu saat dihubungi Okezone, Kapolsekta Kiaracondong Kompol Kompol Sarche Christiaty Leo Dima mengatakan kebakaran dapat diatasi hanya dalam kurun waktu sekitar 10 menit.

"Anggota masih dilapangan (TKP) saya belum dapat data lengkapnya. Saya lagi rapat Persib. Tapi informasi awal itu dibagian ITC-nya," jelasnya.

Dari pantauan, enam mobil pemadam, satu unit PMI Kota Bandung keluar PT Pindad sekitar pukul 20.00 WIB. Diduga api sudah padam lantaran semua unit mobil pemadam sudah meninggalkan lokasi.

Dari data yang dihimpun wartawan, kebakaran terjadi di tempat Divisi Tempa dan Cor yang berada dibagian belakang bangunan. Diduga kebakaran diakibatkan oleh arus pendek listrik.

PT Pindad Merugi Hingga Rp 300 Juta Akibat Kebakaran

Kebakaran yang terjadi di PT Pindad, Jalan Terusan Gatot Soebroto, Kecamatan Kiaracondong, Kota Bandung, dipastikan tidak menimbulkan korban jiwa.

Kepala Departemen Hukum dan Humas PT Pindad, Tuning Rudyati, mengatakan akibat kejadian ini pihaknya merugi hingga Rp300 juta. Namun hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan lantaran telah diasuransikan.

Menurut Tuning, dugaan sementara kebakaran akibatkan percikan api timbul karena hubungan arus pendek listrik, yang menyebabkan tabung berisi amoniak meledak, dan menyebabkan kebakaran di fasilitas pengecoran.

"Letaknya di kawasan Divisi Tempa dan Cor. Tapi semua bisa teratasi dengan cepat, dan api akhirnya bisa padam," jelasnya dalam pesan singkat yang diterima wartawan, Jumat (11/1/2012) malam.

Hingga pukul 21.00 WIB, karyawan yang bekerja pada malam hari, masih dilarang memasuki kawasan PT Pindad. Sementara terpantau Tim Inafis Polrestabes Bandung masih melakukan olah tempat kejadian perkara di lokasi kebakaran. (ydh)

Okezone

Pembelian Apache Belum Mendesak

Helikopter Apache AH64D
Senayan Komisi I DPR RI berharap Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI AD dapat mengkaji lebih mendalam lagi rencana pembelian heli serbu dari Amerika Serikat, Apache. Kajian dilakukan dari segi anggaran, urgensi, dan manfaatnya dalam kondisi saat ini.

Kepada JurnalParlemen, Jumat (11/1), Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq mengatakan, pembelian itu sejauh ini akan menggunakan anggaran reguler TNI AD. "Anggarannya akan dibebankan ke belanja rutin TNI AD. Sehingga itu akan sangat mengganggu pemenuhan kebutuhan operasional rutin TNI AD sendiri, karena jumlahnya besar," ujarnya.

Kedua, kata Mahfudz, dalam perkembangannya ternyata ada kenaikan harga yang cukup fantastis, hingga mencapai di angka 70 juta dolar AS per unitnya. "Saya tidak tahu apakah kenaikan harga Apache ini karena persoalan paket kontraknya memasukkan elemen-eleman lainnya atau apa. Itu yang nanti masih akan didalami di Komisi I melalui Panja Alutsista."

Peningkatan harga ini, menurut Mahfudz, tentu akan semakin membebani anggaran TNI AD. Apalagi, hingga saat ini juga belum ada kepastian bahwa Kemenkeu akan menutup pos itu untuk menggantikan alokasi belanja rutin yang sementara ini dibebankan untuk pembelian Apache. "Jadi menurut saya, karena dua hal itu menjadi penting bagi Kemhan dan TNI AD untuk kembali mengkaji lagi lebih dalam," ujarnya.

Selain itu, kata Mahfudz, jika dilihat skala prioritas, sebenarnya pembelian Apache tidak terlalu mendesak. "Kita bisa alihkan pada kebutuhan yang lebih multifungsi, seperti pembelian helikopter angkut Chinook. Karena itu juga bisa dipakai untuk kendaraan angkut sekaligus juga sebagai pesawat yang dioperasikan selain perang, seperti dalam penanggulangan bencana alam," jelas Mahfudz.

Mahfudz mengakui, di APBN 2013, rencana pembelian Apache telah dimasukkan dalam program pengadaan TNI AD. Namun, rencana tersebut hingga kini belum pernah secara resmi dan khusus dibahas Komisi I. "Saya kira Komisi I nantinya juga akan mencoba mendetailkan pembahasannya dalam rencana pembelian alutsista 2013 ini," ujarnya.

Hal itu penting agar dapat dipastikan TNI AD tidak terganggu secara anggaran. Juga agar hal itu tidak terus menambah beban kredit ekspor. "Karena salah satu arahan Presiden kan ternyata harus meminimalkan kredit ekspor."

Seperti diketahui, Kemhan pada 2013 ini tetap akan melanjutkan rencana pembelian helikopter Apache dari AS. Rencana pembelian delapan helikopter Apache Longbow AH 64 D itu sudah dikabulkan oleh Kongres AS.

Jurnal Parlemen

Danlantamal V Terima Paparan Persiapan Peresmian KRI Beladau 643

KRI Beladau 643 (Kenyot10)
Jakarta Komandan Pangkalan Utama Angkatan laut (Danlantamal) IV Tanjung Pinang Laksamana Pertama (Laksma) TNI Agus Heryana menerima paparan peresmian KRI Beladau 643 dari Komandan Pangkalan Angkatan laut (Danlanal) Batam Kolonel Laut (P) Nurhidayat, S.H di ruang rapat Markas Komando (Mako) Lantamal IV Tanjung Pinang Jalan Yos Soedarso No.1 Batu Hitam Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Kamis (10/1).

Dalam paparan tersebut, membahas tentang persiapan peresmian KRI Beladau 643 yang merupakan Kapal Perang Jenis Kapal Cepat Rudal (KCR)-40 dan rencananya akan diresmikan Menteri Pertahan (Menhan) RI Ir. Purnomo Yusgiantoro MSc., MA., Ph.D., pada tanggal 25 Januari 2013 di Batam.

Hadir dalam paparan tersebut, Wakil Komandan (Wadan) Lantamal IV Tanjung Pinang Kolonel Marinir Rudy Andi Hamzah, para Asisten Danlantamal IV Tanjung Pinang, Komandan Wing Udara-2 Tanjung Pinang, Kepala Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan (Kafasharkan) Mentigi, Komandan Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Barat (Dansatranarmabar), Komandan Pangkalan Udara Angkatan Laut (Danlanudal) Tanjung Pinang serta para Kepala Dinas dan Kepala Satuan Kerja (Kadis/Kasatker) Lantamal IV Tanjung Pinang.

Koarmabar

Optimis Target MEF tercapai 2019

Jakarta Kementerian Pertahanan (Kemhan) optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal (minimum essential forces/MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan. Jika awalnya pencapaian MEF pada 2024, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin bisa tercapai 2019.

"Awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019)," kata Menhan seusai Rapat Pimpinan di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Rabu (9/13). Pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan ini merupakan sebuah terobosan. Keberhasilan ini tak lain berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan.


Namun, pada 2012 pencapaian MEF tak sesuai rencana. Target MEF tahun lalu adalah 28,7 persen. Namun, Kemhan hanya berhasil mencapai 26 persen. "Sehingga kurang 2,87 persen dari target yang harus dipenuhi," kata Purnomo. Capaian 26 persen itu dinilai tetap membanggakan karena naik lima persen dari pencapaian MEF pada 2011 yang mencapai 21 persen.


Adapun alasan melesetnya capaian MEF 2012, antara lain karena pemerintah belum dapat mendukung anggaran untuk terpenuhinya MEF. Proses pengadaan melalui birokrasi panjang juga menjadi penyebabnya. Untuk menutup kekurangan itu, Purnomo menjanjikan percepatan pembelanjaan anggaran pada 2013.


Seperti diketahui, anggaran Kemhan dan TNI pada 2012 sebanyak 74,1 triliun rupiah. Penyerapan anggaran untuk pengadaan barang yang menggunakan mata uang rupiah tak terserap maksimal untuk tiga matra TNI. Mabes TNI memang mampu menyerap anggaran hingga 96,25 persen dari pagu anggaran. Namun, untuk TNI AD penyerapan hanya 69,67 persen, TNI AL 69,67 persen, dan TNI AU 55,83 persen.


Reformasi Birokrasi


Untuk memaksimalkan penyerapan anggaran, pada 2013 ini Kemhan menyerukan TNI untuk mengimplementasikan roadmap reformasi birokrasi yang sudah ditetapkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. "Kami juga berharap semua matra mengupayakan secara maksimal terlaksananya butir-butri kebijakan negara 2013," katanya.


Dan upaya selanjutnya, Purnomo meminta semua pihak untuk meningkatkan transparansi sistem pelaporan keuangan.


Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengapresiasi kinerja jajarannya yang bekerja keras dalam pengadaan alutsista. Dia optimistis bisa mempercepat pencapaian MEF pada 2019. Saat ini pihaknya terus melakukan tiga hal besar dalam upaya pencapaian MEF, antara lain pertama penghapusan alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tak bisa lagi digunakan. Kedua, peningkatan kemampuan alutsista yang saat ini dalam kondisi kurang maksimal. Dan ketiga, pengadaan alutsista baru. "Semua sudah diperhitungkan. Itu makanya kita optimistis MEF bisa dipercepat menjadi hanya dua kali renstra," ujar Panglima.


Untuk target pembangunan kekuatan TNI, pihaknya berencana membangun 25 pos pertahanan darat dan lima pos pertahanan di pulau terdepan. Hingga kini, target itu baru terealisasi tujuh pos pertahanan darat dan dua pos pertahanan pulau terluar.


Sementara itu, Menhan menyatakan pembekuan anggaran alutsista sebesar 678 miliar rupiah oleh Kementerian Keuangan tak memengaruhi percepatan pencapaian MEF. "Pembekuan itu tak memengaruhi perubahan master list alutsista yang sudah kita rancang," ujar Purnomo.


Dia menjelaskan, pembekuan dana itu masuk dalam pos alutsista pendukung atau di luar master list. Menhan juga yakin tak ada mark up anggaran seperti yang dituduhkan selama ini.


Namun demikian, Sekretaris Jenderal Kemhan Marsekal Madya Erris Herryanto menyatakan Kemhan masih menunggu pembekuan itu segera dicabut agar segera bisa dibelanjakan. "Kami berharap pada 2013 ini anggaran tersebut bisa cair," ujarnya.



Koran Jakarta

Anggaran Meningkat, Kemhan Kebut Belanja Alutsista

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQz9YY8IR4kZriFx0veaXqfrMqxZLEBOLy4DxUdFtzFhu2X19h_PNUYLqibRodnnpxyga66M6q_xhkcJfx8fqDk8f-Acf7p7P3ClwUGSvVPTfhfwG5ZUwAFkLZeVFk42pdBVYVzbbm6Ng/s1600/1.jpg
MBT Leopard (MIK)
Jakarta Kementerian Pertahanan mengaku mendapatkan anggaran belanja lebih banyak tahun ini. Dengan jumlah dana yang meningkat, Kementerian bermaksud untuk mempercepat rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan.

“Tahun ini meningkat jadi Rp 81 triliun,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantornya, Kamis, 10 Januari 2013.

Dengan peningkatan anggaran tersebut, rencana strategis (renstra) pengadaan minimum essential force dapat menjadi hanya dua tahun saja. Semula diperkirakan pengadaan minimum baru tercapai setelah tiga tahun. “Itu dapat membantu pembangunan alutsista yang sifatnya baru,” kata Purnomo.

Menurut Purnomo, anggaran tahun 2013 meningkat dari tahun lalu senilai Rp 77 triliun. Sementara itu, serapan anggaran Kementerian Pertahanan tahun lalu mencapai 96,7 persen. “Kami harapkan bisa bertambah terus untuk memenuhi rencana strategis,” ujar Purnomo.


Tempo.Co

☆ Nama Soekarno di Dunia

Sebesar inikah Presiden kita masa lalu. presiden pertama kita, Soekarno sehingga namanya terukir di berbagai negara. namun mampukah presiden memiliki prestasi yang sama. jangankan di negera lain, di negaranya sendiri kadangkala presiden kita dicaci maki. mau kemana kepempinanan Indonesia kedepannya. sekedar berbagi, saya ingin membagikan sebuah artikel yang menurut saya patut kita ketahui, sebagai wujud rasa apresiasi kita kepada Founding Father kita.

1. Rusia


Mesjid Biru Soekarno St Peterrsburg
Di negeri komunis Uni Soviet, nama Soekarno sangat dikenal. Bukan hanya dianggap sebagai teman dalam Perang Dingin melawan poros Barat, namun juga sebagai presiden muslim yang memberikan “berkah” sebagian muslim di negeri palu arit. Semua berawal ketika sang presiden pada tahun 1955 silam, berkunjung ke kota terbesar kedua di Russia ini. Kala itu, Soekarno sedang menikmati indahnya kota St. Petersburg yang didirikan oleh Peter the Great pada abad 17. Dari dalam mobil itu, Soekarno sekelebatan melihat sebuah bangunan yang unik dan tidak ada duanya, yang kelak diketahuinya sebagai Mesjid yang telah dijadikan sebuah gudang senjata.

Setelah dua hari menikmati keindahan kota St. Petersburg yang saat itu masih bernama Leningrad, Soekarno terbang ke Moskow untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi guna membahas masa depan kerja sama bilateral dan berbagai posisi kunci dalam Perang Dingin yang terus memuncak. Dalam pertemuan itulah Soekarno melontarkan kekecewaannya pada penguasa tirai besi Soviet Nikita Kruschev, perihal mesjid indah yang dilihatnya. Seminggu setelah kunjungan usai. Sebuah kabar gembira datang dari pusat kekuasaan, Kremlin di Moskow. Seorang petinggi pemerintah setempat mengabarkan bahwa satu-satunya masjid di Leningrad yang telah menjadi gudang pasca revolusi Bolshevic tersebut bisa dibuka lagi untuk beribadah umat Islam, tanpa persyaratan apapun. Sang penyampai pesan juga tidak memberikan alasan secuilpun mengapa itu semua bisa terjadi. Tetapi, umat muslim hingga saat ini sangat berterima kasih dan meyakini bahwa Soekarno orang dibalik semua ini. Maka tak heran jika muslim di St. Petersburg menjuluki mesjid ini dengan Mesjid Biru Sukarno.

2. Mesir


http://faktasejarah.files.wordpress.com/2012/02/soekarno_mesir.jpg
Jalan Ahmad Soekarno
Puncak harmonisnya hubungan RI – Mesir, terjadi ketika kedua negara ini dipimpin oleh Ir. Soekarno dari Indonesia dan Gammal Abdul Nasser dari Mesir. Untuk diketahui, Presiden Indonesia pertama dikenal di Mesir dengan nama Ahmad Soekarno.

Penambahan nama Ahmad dilakukan oleh para mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memperkuat nuansa keislaman sehingga menarik perhatian masyarakat Mesir bahwa Presiden Indonesia beragama Islam, seragam dengan nama Wakil Presiden yang diawali nama Mohammad, lengkapnya Mohammad Hatta. Keduanya (Ahmad dan Muhammad) merupakan nama-nama Islami.

Tercatat, enam kali Soekarno menggunjungi negeri firaun ini.Selain itu, persahabatannya dengan Nasser dan aktifitas keduanya sebagai pemrakarsa di Konferensi Asia-Afrika, membuat nama Presiden Soekarno begitu harum di mata pemerintah dan rakyat Mesir, sehingga namanya diabadikan sebagai nama jalan di Mesir. Letaknya bersebelahan dengan Jalan Sudan, Daerah Kit-Kat Agouza Geiza. Jalan ini bisa dicapai dari kawasan mahasiswa di al-Hay al-Asyir (Sektor 10) Madinat al-Nashr (Nasr City) dengan menaiki bus hijau nomor 109 dan 167.

”Soekarno Tetap Eksis di Hati Rakyat Mesir”

KabarIndonesia – Siapa yang tidak mengenal sosok Soekarno? Beliau adalah Bapak Proklamator kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Secara lantang dan berani, enam puluh enam tahun yang lalu bersama Muhammad Hatta telah memproklamirkan Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Yang secara de-facto dan de-jure mengakhiri penjajahan Belanda atas bumi nusantara, yang telah berlangsung selama 350 tahun.

Sebagai Bapak Proklamator Bangsa, nama Soekarno sudah sangat membumi di nusantara ini. Segenap anak bangsa selalu mengidolakan sosok beliau, yang terkenal lantang, tegas dan berani. Sehingga nama besar Indonesia pun di era beliau menjadi buah bibir dunia, dan sangat diperhitungkan eksistensinya dalam percaturan politik internasional.

Keluwesan Soekarno dalam bergaul dengan berbagai pemimpin negara asing lainnya, kerap menuai decak kagum. Bahkan, kehadiran Soekarno di negara asing lainnya, selalu mendapat respon positif dari rakyat di negara yang bersangkutan. Hal ini tentu saja disebabkan oleh semangat persatuan, dan kesatuan yang selalu diusung menjadi misi utama pada setiap kunjungannya ke negara asing.

Di negara Mesir sendiri, nama Soekarno sangat dikenal oleh rakyat negara tersebut. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari eratnya hubungan Soekarno dengan Presiden Republik Arab Mesir Gamal Abdel Nasser pada waktu itu. Yang sama-sama menjadi tokoh lahirnya Konferensi Asia Afrika. Keeratan hubungan mereka juga ditandai, dengan banyaknya intensitas kunjungan Soekarno kenegara seribu menara itu.

Dalam catatan sejarah, Soekarno telah melakukan kunjungan kenegaraan ke negara piramida tersebut, sebanyak enam kali. Dengan membawa misi persatuan dan kerjasama antar bangsa. Tentu saja, secara tidak langsung peristiwa tersebut meninggalkan kesan dan pengaruh kepada rakyat Mesir, yang saat itu sangat menghormati dan mencintai presidennya Gamal Abdel Nasser. Sehingga secara otomatis, juga akan menghormati Soekarno sebagai sahabat karib Abdel Nasser.

Kesan positif rakyat Mesir terhadap Bapak Proklamator itu, terlihat sampai sekarang. Banyak rakyat Mesir memberi nama anak mereka dengan Ahmed Soekarno. Begitu juga, ada beberapa jalan di negara Mesir yang mengabadikan nama Soekarno. Yang salah satunya termasuk jalan protokol yang berada di Daerah Kit Kat Agouza, bersebelahan dengan Jalan Sudan.

Disamping itu, juga terdapat beberapa pejabat negara sungai Nil bernama Ahmed Soekarno. Diantaranya adalah seorang Dekan Fakultas Sastera Universitas Aswan bernama Profesor. Dr. Ahmed Sokarno Abdel Hafiz, yang saat itu kami jumpai tanpa sengaja ketika berlibur ke Propinsi Aswan. ia merasa sangat bangga memiliki kesamaan nama dengan Tokoh Proklamator Bangsa Indonesia itu, dan mengharapkan berkah Soekarno pun akan menghinggapi dirinya, ucapnya dengan sedikit canda.

Cikal bakal nama Ahmed di depan nama Soekarno, menurut catatan sejarah, nama tersebut dipopulerkan oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir kala itu. Dengan tujuan, supaya perasaan keakraban dan kekeluargaan antara Mesir dan Indonesia semakin akrab, dengan membubuhkan nama Ahmed yang identik dengan nama seorang muslim.

Jika orang asing yang nun jauh diseberang benua sana, masih bangga dan setia dengan nama besar Soekarno Bapak Proklamator Bangsa Indonesia. bagaimana dengan kita sendiri sebagai bangsa Indonesia? Yang dengan jerih payah dan perjuangannya telah dapat merasakan nikmat kemerdekaan hingga saat ini.  Salam. (*)

3. Maroko


Jalan Soekarno
Jika di Jakarta ada jalan bernama Casablanca, sebuah kota terkenal di Maroko, maka di Maroko juga terdapat nama-nama jalan berbau Indonesia. Tak tanggung-tanggung nama presiden pertama Indonesia, Soekarno, ‘dicatut’ menjadi nama jalan di Ibokota Maroko, Rabat. Rupa-rupanya Maroko terkesan dengan sosok Soekarno. Nama jalan tersebut diresmikan sendiri oleh Bung Karno bersama Raja Muhammad V saat kunjungan beliau ke Maroko pada 2 Mei 1960. Nama jalannya waktu itu: ‘sharia Al-Rais Ahmed Sukarno’ yang sekarang terkenal dengan nama Rue Suokarno. Jalan ini berdekatan dengan kantor pos pusat Maroko.

Dipilihnya nama Soekarno, karena Soekarno adalah pencetus Konferensi Asia Afrika (KAA) pada tahun 1955. Nama tersebut dipilih sebagai penghargaan terhadap Presiden Soekarno. Seperti diketahui, hasil KAA saat ini mulai dirasakan oleh negara-negara peserta, termasuk Maroko sendiri. Sebagai bentuk persahabatan dua bangsa, di Jakarta pun kita temui ruas jalan dengan nama Jalan Casablanca.

4. Pakistan

Jalan Soekarno
Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno. Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya, pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta menahan seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda ingin menyerang Indonesia. Ilustrasi (Sumber: biography.com) Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.

5. Kuba


Perangko Soekarno
Tahun 2008 lalu, pemerintah Kuba menerbitkan perangko seri Bung Karno dengan Fidel Castro dan salah seorang pemimpin gerilya Kuba kelahiran Argentina, Che Guevara. Perangko bernilai historis dan patriotik itu, diterbitkan untuk mengenang hubungan diplomatik kedua negara, sekaligus berkenaan dengan perayaan HUT ke-80 Fidel Castro. Bung Karno mengunjungi Havana, Kuba, pada tanggal 9 hingga 14 Mei 1960. Ia menjadi kepala negara pemerintahan asing pertama yang mengunjungi Kuba setelah Revolusi 1959. Di bandara udara, Bung Karno yang dianggap ikut menginspirasi revolusi Kuba disambut oleh tokoh-tokoh penting Kuba selain Presiden Osvaldo Dorticos, Perdana Menteri Fidel Castro Ruz, dan Gubernur Bank Nasional Che Guevara juga Menteri Luar Negeri Dr. Raul Roa Garcia.

6. Arab Saudi


Jeddah (beritajatim.com) – Padang Arafah tidak bisa dilepaskan dengan Syajarah Soekarno atau Pohon Soekarno. Pohon yang di Indonesia dikenal sebagai pohon mimba, pohon imba, atau pohon imbo itu kini kian rimbun menghijau.

Kementerian Agama Republik Indonesia melansir, pohon sejenis pohon mindi ini memang dibawa oleh presiden pertama RI itu saat melaksanakan ibadah haji ke tanah suci. Sebagai orang berpengaruh di kawasan Negara-negara nonblok Bung Karno dengan mudah menawarkan ide penanaman pohon ini kepada kalangan masyarakat arab yang dikenal keras dan teguh dalam berpendirian.

Tak cukup mengirimkan ribuan bibit pohon, Bung Karno juga mengirimkan ahli tanaman dari Indonesia untuk mengembangbiakan tanaman yang memang cocok tumbuh di daerah tandus ini. Kini tanaman ini tumbuh dengan rimbun di berbagai sudut kota Arab Saudi. Baik di Makkah, Madina, maupun Jeddah.

Khusus di kawasan padang arafah, pohon soekarno ini telah memenuhi sebagian besar kawasan dengan luas 5,5 × 3,5 kilometer persegi tersebut. Dengan tinggi rata-rata 2-3 meter, pohon ini berdiri di sepanjang jalan-jalan utama padang arafah. Pohon dengan banyak manfaat ini juga tumbuh di lokasi-lokasi yang akan ditempati tenda-tenda jamaah haji dari seluruh dunia untuk melaksanakan prosesi wukuf.

“Keberadaan pohon-pohon ini sangat membantu menguranggi suhu panas saat jamaah haji melaksanakan wukuf,” ujar Kepala Satuan Operasional (Kasatop) Arofah, Muzdalifa, dan Mina (Armina) Abu Haris Muntohar.

Abu Haris mengungkapkan Pemerintah Arab Saudi memang secara khusus memelihara keberadaan pohon soekarno ini. Di Arafah ada saluran air khusus yang ditanam dalam tanah untuk menyirami setiap batang pohon Soekarno. [rif/but]

7. Perangko Filipina


http://faktasejarah.files.wordpress.com/2012/02/soekarno_philipines.jpg

8. Menjadi Cover di majalah Times

Ada dua laporan utama (cover story) majalah Time (Amerika Serikat) yang benar-benar menggambarkan figur Sukarno secara kontradiktif.  Cover di sebelah kiri ini, adalah cover majalah Time edisi 23 Desember 1946.

Cover itu menampilkan wajah  Sukarno sebagai orator ulung, pejuang kemerdekaan bagi bangsanya. Ia dilukiskan berpeci hitam dalam sapuan kuas yang begitu heroik, kuat serta berwibawa. Di belakang gambar Bung karno, tampak bendera Merah Putih tengah berkibar lengkap dengan tangan-tangan sedang yang dikepal.

Pada catatan cover yang ditulis oleh Robert Sherood itu, Sukarno digambarkan seorang pria Indonesia dengan tinggi badan 5 ft 8 in. Berwajah tampan  dan pandai berpidato. Ia juga mendapat julukan si Kamus Indonesia. Topik yang diangkat majalah Time ketika itu, selain mengungkap sosok  Sukarno,  juga mengulas tentang situasi Indonesia saat itu.

Secara umum, publikasi majalah Time tentang sosok Sukarno ketika itu sangat mendukung dan mengangkat citra Sukarno (dan Indonesia) ke pentas dunia.

Akan tetapi, media massa di Amerika Serikat, ada kalanya benar-benar digunakan untuk penggalangan opini, dari yang bersifat sanjungan, sampai yang berisi hujatan.

Nah, cover berikut di sebelah ini, adalah cover majalah Time edisi 10 Maret 1958. Wajah Bung Karno digambarkan begitu “menyeramkan”, dengan permukaan wajah yang “bopeng-bopeng” jauh dari penggambaran sosok yang tampan pada edisi tahun 1946. Demikian pula laporan di dalamnya. Majalah Time edisi 10 Maret 1958 itu berisi propaganda dan sindiran negatif yang ditujukan kepada sosok Sukarno. Saat itulah Amerika mulai menunjukkan aksi tidak senangnya terhadap gaya kepemimpinan Sukarno yang sudah berhasil meraih simpati negara-negara yang baru merdeka (new emerging forces). Karenanya, kutipan-kutipan yang ditampilkannya pun yang cenderung menyudutkan Bung Karno, dan melukiskan sosok Bung Karno yang arogan. Sebagai contoh, dikutip kata-kata Bung Karno yang mengatakan, bahwa dialah penyambung lidah rakyat. Bahkan rakyat akan makan batu, kalau Sukarno yang menyuruh (“Don’t you know that I am an extension of the people’s tongue” and “The Indonesian people will eat stones if I tell them to.”) Sebuah kutipan yang sangat mendiskreditkan Bung Karno, dan bertolak belakang dari realita, bahwa Sukarno adalah presiden yang sangat dekat dengan rakyat, sangat dicintai rakyat, dan sejak muda mendedikasikan hidupnya bagi persatuan Indonesia, bagi kemerdekaan Indonesia. Saya sangat lekat dengan cover yang kedua itu, karena bersinggungan dengan pengalaman pribadi. Sebelum saya mengetahui latar belakang kejadiannya, saya telah mencetak foto cover majalah Time (yang tahun 1958) besar-besar dan saya jadikan cover notebook. Suatu hari, ketika saya berjumpa Moch. Achadi, Menteri Koperasi pada Kabinet Dwikora, saya ditegur, “Dik! Jangan pasang gambar itu. Itu adalah  cover majalah Time yang isinya menghujat dan mendiskreditkan Bung Karno.” Setelah itu, Achadi, pria sepuh yang masih energik berkat yoga itu, menceritakan panjang lebar ihwal dua cover majalah Time di atas. (roso daras)
Sumber : http://rosodaras.wordpress.com/tag/sukarno-cover-time-1958/

9. Makam Imam Bukhori Uzbekistan

SAAT itu. Jumat (25/11), tim ekspedisi tengah melintas Kota Samarkand, Uzbekistan, dalam perjalanan menuju Turkmenistan. Langit sudah gelap.

Kompleks makam Imam Bukhari yang megah terlihat laksana istana raja. Penerangan di sana seadanya karena sudah tidak ada lagi peziarah yang berkunjung.

Imam Bukhari ialah seorang pengumpul hadis sahih Nabi Muhammad SAW. Makamnya terletak di Samarkand, Uzbekistan. Tim Fas-tron Europe-Asia Metro TV Expedition 2011 mendapat kesempatan langka berziarah ke sana, bahkan langsung masuk ke ruang bawah tanah tempat jenazah Imam Bukhari bersemayam. Padahal biasanya para peziarah yang berasal dari berbagai suku bangsa hanya boleh masuk sampai ruang atas kompleks permakaman.

Kompleks serta-merta menjaditerang benderang kala perwakilan ekspedisi menemui pengelola makam dan mengungkapkan bahwa rombongan berasal dari Indonesia dan ingin berziarah.

Tak lama kemudian, Rahmatullo Sultonov, juru kunci makam yang berjilbab, hitam, keluar dari bangunan dan langsung mengarah ke ruang bawah tanah makam Imam Bukhari. Anggota ekspedisi diminta melepaskan sepatu sebelum masuk ruangan yang beralaskan karpet warna hijau tersebut.

Ruangan berdinding batu bata itu mampu menampung sekitar 10 orang, dilengkapi bangku untuk para peziarah. Makam ada di tengah ruang, berselimutkan kain hitam, bertulisan Arab warna kuning. Nuansa begitu khidmat saat berada di sana.

Setelah mengajak anggota tim ekspedisi untuk membaca beberapa surah pendek Alquran, Rahmatulloberkisah, kompleks permakaman Imam Bukhari tidak mungkin seindah dan semegah itu tanpa peran Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia.

Ketika Uzbekistan masih termasuk Uni Soviet, Soekarno-dalam sebuah kunjungan kenegaraan ke Uni Soviet pada 1959-pernah meminta petinggi Partai Komunis untuk mencarikan makam orang suci Islam yang sangat terkenal bernama Imam Bukhari.

Setelah tiga hari pencarian, makam Imam Bukhari ditemukan. Soekarno naik kereta dari Moskow ke Samarkand, tempat Bukhari meninggal dunia dan jenazahnya dimakamkan sekitar tahun 870.

“Beliau tiba pada malam hari dan langsung membaca Alquran sampai pagi hari, tidak tidur,” lanjut Rahmatullo seperti diterjemahkan Temur Mirzaev, rekanan Kedutaan Besar Republik Indonesia sekaligusdosen bahasa Indonesia di Institute of Oriental Studies, Tashkent.

Saat ditemukan, makam dalam kondisi tidak terurus. Soekarno meminta pemerintah Uni Soviet agar segera memperbaikinya. Ia bahkan sempat menawarkan agar makam dipindahkan ke Indonesia apabila Uni Soviet tidak mampu merawat dan menjaga makam tersebut. Emas seberat makam Imam Bukhari akan diberikan sebagai gantinya.

“Bangsa Indonesia sangat berjasa bagi keberlangsungan makam Imam Bukhari. Sebenarnya makam sudah tutup untuk pengunjung karena hari sudah malam. Tapi, karena orang Indonesia yang datang, makanya dibukakan,” tutur Temur.

Juru kunci menutup ziarah dengan doa dan suasana pun mendadak hening. Dalam doanya, ia berharap perjalanan tim ekspedisi sukses dan selamat sampai tujuan. (Nav/M-3).

Sumber :
http://bataviase.co.id
http://faktasejarah.wordpress.com/
http://fatwarohman.blogspot.com/2012/05/nama-soekarno-di-dunia.html#ixzz2H0h8VEAo
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...