Sabtu, 23 Maret 2019

Kisah Prajurit Raider 751/VJS saat Menyergap OPM yang Bersenjata SS1

Pratu Kristopel Kreku dan anggota prajurit Raider Yonif RK 751/VJS berhasil menyergap anggota kelompok kriminal separatis bersenjata OPM pimpinan Bilkuis Kogoya yang membawa senjata api standar militer SS1. Foto Ist 

Kristopel Kreku adalah seorang prajurit Raider Yonif RK 751/VJS dengan pangkat Prajurit Satu (Pratu). Bersama teman-temanya dia berhasil menyergap anggota kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) pimpinan Bilkuis Kogoya yang membawa senjata api standar militer.

Peristiwa tersebut terjadi saat Satuan Tugas Pengamanan Daerah Rawan (Satgas Pam Rawan) yang bertugas di Pos Illu Kabupaten Puncak Jaya Papua melaksanakan penyergapan terhadap kelompok KKSB. Penyergapan dipimpin Danpos Lettu Inf Sukma.

Menurut Kapendam XVII/Cenderawasih Kol Inf M Aidi, penyergapan berjalan dengan sukses dan berhasil membekuk tersangka Bilkuis Kogoya tanpa letusan senjata. Namun Sayang, Bilkuis Kogoya ternyata tidak membawa senjata, dia hanya membawa tas noken yang berisi HP, bendera Bintang Kejora dan sejumlah barang bukti (barbuk) lainnya.

Namun saat yang bersangkutan dibawa ke Pos dan diintrogasi, Bilkuis Kogoya mengakui bahwa senjatanya saat ini dibawa oleh temannya yang sedang berada di sebuah Honay dipinggir Sungai Dolinggame Distrik Illu.

Kapendam menjelaskan, anggota Pos lalu kembali melaksanakan penyergapan ke arah Honay yang ditunjukkan oleh Bilkuis. Ternyata di dalam Honay tersebut terdapat 02 orang teman Bilkuis atas nama Nimoya Kogoya dan Komisi Kogaya, dan dipastikan menyimpan senjata standar militer sesuai keterangan Bilkuis.

Menurut Kapendam, anggota Satgas mengepung Honay dan meminta penghuninya keluar menyerahkan diri. Namun keduanya bersembunyi ketakutan tidak mau keluar. Anggota Satgas berusaha membujuk tersangka agar keluar menyerahkan diri dan akan dijamin keamanannya.

"Untuk meyakinkan tersangka bahwa mereka tidak akan disakiti, tiba-tiba Praka Kreku berdiri dan melepaskan perlengkapannya serta meletakkan senjatanya kemudian mendekati Honay sambil mengajak kedua tersangka keluar dari persembunyiannya. Pratu Kreku dikawal oleh rekannya Praka Oktovianus Kainama, sedangkan anggota Tim yang lain bersiap siaga mengantisipasi kemungkinan terburuk akan terjadi," ungkap Kapendam.

Langkah nekat Pratu Kreku, lanjut Kol In M Aidi, rupanya menuai hasil tersangka akhirnya mau keluar dari persembunyiannya dari dalam Honay sambil membawa sepucuk senjata standar militer jenis SS-1. "Dengan diperlakukan secara baik-baik, kedua tersangka dibawa ke Pos untuk pemeriksaan lebih lanjut," tandasnya. (sms)

  sindonews  

Jumat, 22 Maret 2019

Baku Tembak dengan Satgas Tinombala

3 Anggota MIT Tewas Ilustrasi Satgas Tinombala. (rakyatku) 

S
atgas Tinombala berhasil menembak mati tiga terduga teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kamis (21/3/2019) sore.

Benar Mas,” kata Kapolda Sulteng Brigjen Lukman Wahyu singkat saat dihubungi Beritasatu.com Kamis malam.

Jenderal bintang satu ini tidak membantah informasi tewasnya Andi Muhammad alias Abdullah asal Makassar, Jaka Ramadan alias Ikrima asal Banten, dan Alhaji Kaliki alias Ibrohim asal Ambon.

Ketiganya menemui maut sekitar pukul 16.50 WITA di Dusun Air Teh Desa Marete, Sausu, Parigi Moutong. Saat itu diperkirakan ada enam orang dalam kelompok itu yang terlibat baku tembak.

Sebelumnya, Polri telah melansir jika jaringan MIT pecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berisi enam orang yang sempat meminta beras pada masyarakat dan kelompok kedua dipimpin Ali Kalora beranggotakan empat orang.

Kelompok pertama mengusai satu laras panjang dan dua senpi, sementara kelompok Ali membawa satu laras panjang.

  ★ Berita Satu  

Kamis, 21 Maret 2019

Empat Pesawat Tempur Sukhoi Mengudara di Kaltara

Pesawat tempur Sukhoi di Lanud Anang Bursa Tarakan, Rabu (20/ 03). (Radar Tarakan) 

E
mpat unit pesawat tempur Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Skadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, selama lima hari terhitung dari 17 Maret hingga 22 Maret melaksanakan Latihan Pertahanan Udara (Hanud) Kilat dan Cakra di perbatasan langit Kalimantan Utara (Kaltara).

Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosek Hanudnas) II, Marsma TNI Andi Heru Wahyudi yang diwakili Asops Kosekhanudnas II, Kolonel Pnb Yoyon Kuscahyono mengatakan, latihan Hanud Kilat dan Cakra kali ini dilakukan sebagai upaya menjaga wilayah udara nasional Indonesia dari pelanggaran udara yang dilakukan oleh pesawat asing.

Latihan ini untuk menguji dan melatih penerbang tempur kita ketika melakukan penindakan terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah udara nasional Indonesia tanpa memiliki flight clearance (izin penerbangan),” tuturnya, Rabu (20/ 3).

Dalam latihan yang dilakukan selama 5 hari tersebut, dilakukan simulasi force down atau penurunan paksa terhadap pesawat asing yang masuk ke wilayah udara nasional Indonesia tanpa memiliki flight clearance.

Kita tadi melakukan simulasi force down oleh pesawat Sukhoi, di mana kita menggunakan pesawat Boeing 737 dengan nomor AI-7301 milik TNI AU yang disimulasikan sebagai pesawat asing yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa memiliki flight clearance, pesawat ini kita lakukan force down ke Lanud Anang Bursa Tarakan,” ujarnya.

Terkait pelanggaran udara yakni pesawat asing memasuk wilayah Indonesia, untuk wilayah Kaltara maupun di sekitarnya belum ditemukan hingga saat ini. “Sejauh ini masih aman, belum ada pelanggaran udara yang ditemukan,” tuturnya.

Terpisah, Kepala Seksi Operasi Skadron Udara 11, Mayor Pnb Andry Libarsyah mengatakan, pesawat tempur SU-27 dan SU-30 memiliki kecepatan maksimal hingga 1,8 mach number, artinya pesawat tersebut mampu dengan cepat mengejar pesawat asing yang melakukan pelanggaran udara.

Cukup cepat dengan 1,8 mach number, karena latihan untuk saat ini kita hanya menggunakan kecepatan hingga 0,9 mach number saja,” bebernya.

  ★ Prokal  

TNI AL Kerahkan Dua Kapal Perang Menuju Malaysia

Partisipasi Ajang LIMA 2019 KRI Banda Aceh 593 [TNI AL]

TNI
Angkatan Laut membentuk satuan tugas (satgas) dan mengerahkan dua kapal perang, yakni KRI Banda Aceh-593 dan KRI Halasan-630 untuk berpartisipasi pada ajang internasional The 15th Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition (LIMA) 2019.

KRI Banda Aceh-593 secara resmi dilepas oleh Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksamana Muda TNI Heru Kusmanto dari Dermaga 300 Tanjung Priok, Jakarta Utara, Selasa 19 Maret 2019. Sementara sedangkan KRI Halasan-630 akan berlayar menuju Langkawi Malaysia dari Dermaga Mentigi, Kepri.

Pada kegiatan LIMA yang digelar dua tahunan ini, keikutsertaan TNI AL selain untuk mempererat hubungan bilateral dengan negara penyelenggara dalam hal ini Malaysia, sekaligus menjalin hubungan multilateral dengan negara-negara peserta LIMA 2019 yang hadir pada kegiatan tersebut.

LIMA 2019 akan digelar 26-30 Maret 2019 di Langkawi, Malaysia. Pada rangkaian kegiatan tersebut, Satgas TNI AL akan ikut serta di berbagai kegiatan seperti festival budaya. Para prajurit akan menampilkan Tari Saman dari Aceh dan Tari Gabu-gabu dari Maluku, festival makanan yang menyajikan berbagai makanan tradisional Indonesia, fleet review, open ship, demo visit board Search and Seizure (VBSS) dari Komando Pasukan Katak TNI AL, hingga terlibat pada Farewell Pass dengan seluruh Angkatan Laut negara lainnya.

Seperti dijelaskan dalam siaran pers Dinas Penerangan Angkatan Laut, kedua KRI yang diberangkatkan pada ajang internasional ini merupakan hasil karya anak bangsa produksi industri pertahanan dalam negeri PT PAL, Surabaya.

KRI Banda Aceh-593 unsur KRI yang berada di bawah Komando Lintas Laut militer merupakan kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) dengan ukuran lebar 22.004 meter dan panjang 125 meter. Sedangkan KRI Halasan – 630 merupakan kapal bertipe Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 meter yang saat ini berada di bawah Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmada I TNI AL (dam)

  ★ sindonews  

Rabu, 20 Maret 2019

[RIP] Baku Tembak dengan Kelompok Bersenjata di Nduga

Anggota Brimob Gugur http://cdn2.tstatic.net/kalteng/foto/bank/images/tribunkalteng-brimob-terluka-saat-memburu-kkb-di-papua.jpgSeorang anggota Brimob terluka saat memburu KKB di Papua. [tribunnews]

B
aku tembak dengan kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) di Nduga kembali terjadi. Kali ini antara KKSB dan pasukan Brimob. Satu anggota Brimob gugur akibat insiden ini.

Peristiwa baku tembak itu terjadi pada Rabu (20/3/2019) pagi sekitar pukul 07.30 WIT. Baku tembak telah terjadi antara Pasukan Brimob Nemangkawi tim Belukar dan KKSB di Bandara Mugi Distrik Mugi, Kab. Nduga.

Insiden baku tembak itu terjadi saat aparat mengamankan bandara dalam rangka pendorongan logistik. Berdasarkan informasi yang didapatkan, 3 anggota tim Belukar terkena tembak dan satu di antaranya tewas.

"Benar, satu orang anggota gugur," ujar Kapolda Papua Irjen Martuani Sormin, Rabu (20/3/2019).

Saat ini ketiga anggota tim Belukar yang terkena tembak sudah dievakuasi dari Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, ke Timika menggunakan Helly Penerbad. (fjp/aud)

 Bharada Aldy yang Gugur Diberi Kenaikan Pangkat 

Bhayangkara Dua (Bharada) Muhammad Aldy, anggota Brimob yang gugur ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Nduga, Papua, merupakan anak kebanggaan keluarga. Ayah Aldy sehari-hari bekerja sebagai buruh di Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara).

"Korban adalah putra yang dibanggakan keluarganya. Duka mendalam keluarga korban tentu menjadi duka mendalam Polri. Korban adalah putra dari seorang buruh di Nunukan, Kalimnatan Utara," kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo kepada detikcom di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/3/2019).

Dedi menuturkan kepergian Bharada Aldy tak menyusutkan semangat Polri untuk mengejar KKB. Gugurnya Aldy justru memotivasi pasukan untuk lebih semangat mengejar KKB.

"Polri berduka, salah satu prajurit terbaik kami gugur dalam tugas di Papua. Gugurnya korban bukan berarti memupuskan semangat kami untuk mengejar KKB, tapi justru memotivasi kami dalam rangka melindungi masyarakat Papua dan mengejar kelompok kriminal bersenjata di sana," tegas Dedi.

Dedi mengatakan Aldy mendapat kenaikan pangkat luar biasa (KPLB) dari bharada menjadi bhayangkara satu (bharatu). Dedi menerangkan Aldy baru saja lulus pendidikan Tamtama 2018 lalu. Dia baru mendapat penugasan di Papua pada Februari lalu.

"Korban otomatis langsung mendapatkan penghargaan kenaikan pangkat dari Bapak Kapolri. Tiap anggota Polri yang gugur dalam tugas, berhadapan atau kontak langsung dengan pelaku tindak pidana atau kejahatan, diproses untuk KPLB. Baru lulus Tamtama 2018 lalu," terang Dedi.

Peristiwa baku tembak yang mengakibatkan Bharada Aldy gugur terjadi pada Rabu (20/3), sekitar pukul 07.30 WIT. Baku tembak antara Pasukan Brimob Nemangkawi Tim Belukar dan KKSB terjadi di Bandara Mugi, Distrik Mugi, Kabupaten Nduga.

Insiden terjadi saat petugas mengamankan bandara untuk pendorongan logistik. "Benar, satu orang anggota gugur," ujar Kapolda Papua Irjen Martuani Sormin, pagi tadi.

Setelah terjadi baku tembak, ketiga anggota Tim Belukar yang tertembak langsung dievakuasi menggunakan helikopter Penerbad. (aud/jbr)

 2 Anggota Brimob yang Tertembak KKSB di Nduga Dirawat di RS 

Baku tembak dengan kelompok kriminal sipil bersenjata (KKSB) di Nduga, Papua, menyebabkan seorang anggota Brimob gugur dan dua lainnya terluka. Dua anggota Brimob yang luka tengah menjalani perawatan.

"Yang meninggal sudah divisum, kami hanya visum luar saja, sementara dua korban lain yang selamat tengah menjalani perawatan," kata Kabag humas RSUD Mimika Lucky Mahakena saat ditemui di RSUD Mimika, Rabu (20/3/2019).

Peristiwa baku tembak ini terjadi pada Rabu (20/3), sekitar pukul 07.30 WIT. Baku tembak antara Pasukan Brimob Nemangkawi Tim Belukar dan KKSB terjadi di Bandara Mugi, Distrik Mugi, Kabupaten Nduga.

Insiden terjadi saat petugas mengamankan bandara untuk pendorongan logistik. "Benar, satu orang anggota gugur," ujar Kapolda Papua Irjen Martuani Sormin, Rabu (20/3).

Setelah terjadi baku tembak, ketiga anggota Tim Belukar yang tertembak langsung dievakuasi menggunakan helikopter Penerbad. (jbr/hri)

  detik  

Tiga Pabrikan Pesawat Masuk Daftar Calon Pesawat AWACS TNI AU

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEje37R04asCbzr1mYIOmlr_9wFLwxxvzmJh-0nzq80OHEOM1SEi5o0nSZwkgXqu2DMEKFV0qEY6pegh_nKSgXNrUqlIPPYH_V4UUgH-e8xn7gBsmzhdSNGumJWeHTVBE84UOvFolGuJ-sE/s400/avc_00212499.jpgAirbus C295 AEWC [Muniz Zaragueta] ✈

T
iga pabrikan besar pesawat yaitu Saab dari Swedia, Airbus dari Eropa, dan Boeing dari Amerika Serikat, dipastikan masuk ke dalam daftar calon pemasok pesawat AWACS yang tengah dicari TNI AU.

AWACS atau Airborne Early Warning and Control System adalah sebuah sistem radar terbang yang melaksanakan misi peringatan dini dan kontrol udara di udara.

Pesawat berkemampuan AWACS mampu mendeteksi pesawat, kapal, dan kendaraan dalam jarak jauh dan kemudian melakukan komando dan kontrol ruang pertempuran dalam operasi udara dengan mengarahkan pesawat tempur ke sasaran yang dikunci.

Pilihan atas ketiga pabrikan besar ini disampaikan KSAU Marsekal TNI Yuyu Sutisna kepada para pemimpin redaksi dan wartawan di ruang VIP Lanud Adi Sucipto, Yogyakarta, Selasa (19/3/2019).

Kita belum memutuskan, karena ini masuk ke dalam Renstra III TNI yang dimulai tahun depan, namun kita sudah melihat dan mendengarkan pemaparan dari ketiga pabrik itu terkait pesawat yang ditawarkan,” ujar KSAU.

Boeing 737 Wedgetail AEW&C [David Leonicer]

Renstra (Rencana Strategis) TNI merupakan aplikasi dari program MEF (Minimum Essential Force) yang merupakan gebrakan pemerintah pada subjek strategi pertahanan nasional.

Ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, MEF merupakan amanat pembangunan nasional di bidang pertahanan keamanan.

Implementasi MEF dibagi ke dalam tiga Renstra yaitu Renstra 1: 2010-2014, Renstra 2: 2015-2019, dan Renstra 3: 2020-2024.

Sasaran utama MEF adalah membangun komponen utama TNI sampai mencapai kekuatan pokok minimum sebagai postur pertahanan yang ideal dan disegani baik pada level regional maupun internasional.

Penekanan diberikan pada kata minimum yang merujuk pada fakta bahwa MEF tidak diarahkan kepada konsep perlombaan senjata maupun sebagai strategi pembangunan kekuatan untuk memenangkan perang secara total, melainkan sebagai satu bentuk kekuatan pokok yang memenuhi standar tertentu serta memiliki efek tangkal.

Meski masuk ke dalam Renstra III, terkait pengadaan pesawat AWACS ini Marsekal Yuyu mengaku tetap menyiapkannya dari sekarang.

KSAU menyebutkan salah satu contoh sistem yang ditawarkan Saab yaitu Erieye.

Sistem radar Erieye adalah Airborne Early Warning and Control System (AEW&C) yang dikembangkan Saab Electronic Defence Systems dari Swedia.

Erieye menggunakan teknologi radar AESA (active electronically scanned array). Sistem Erieye digunakan pada berbagai platform pesawat seperti Saab 340 dan Embraer R-99. Baru-baru ini bahkan diimplementasikan di pesawat Bombardier Global 6000 sebagai Globaleye.

Saab GlobalEye AEW&C [Flickr]

Hanya saja ditambahkan KSAU, pengadaan pesawat intai (AWACS) dan pesawat tanker masuk ke dalam Renstra III.

Namun kami sudah masukkan, saya mulai proses dari sekarang dengan harapan untuk mempercepat supaya tidak terjadi (penumpukan pengadaan-Red) seperti sekarang, kita jajaki dari sekarang dan diharapkan begitu Januari 2020 anggaran ada, langsung kita proses. Supaya dapat tercapai tepat waktu,” ujar Yuyu menjelaskan secara detail.

Dari ketiga pabrikan yang menawarkan, untuk saat ini semua informasi yang sudah dipaparkan perwakilan pabrik dikumpulkan di bagian pengadaan TNI AU.

Saab bisa pesawat dari mana dan radar dari mana, sedangkan Boeing dan Airbus pesawat dari mereka,” kata Yuyu.

Semua sudah paparan di Srena dan di kantor saya, sudah intip-intip lah, namun semua harus proses dan saya tidak bisa menentukan sendiri. Karena sekarang saya membentuk tim yang bisa membantu menentukan pilihan jenis alutsista yang dibutuhkan,” ulasnya.

Menurut Yuyu, sejak menjadi KSAU ia membentuk Sidang Dewan Penentu Pengadaan disingkat Wantuada. Sidang yang dipimpin KSAU ini dihadiri oleh seluruh perwira tinggi berbintang 2 serta bintang 1 dan kolonel terkait.

Sidang menyampaikan apa yang dibutuhkan sesuai kebutuhan pengguna,” tegas Yuyu.

Terkait AWACS, untuk Wantuada belum dilaksanakan karena masuk Renstra tahun depan, sehingga baru mendengarkan presentasi dari mereka dan dikolek di Disada (Dinas Pengadaan Angkatan Udara),” ungkap KSAU Marsekal Yuyu Sutisna.

Kita nantikan tahun depan, kemana pilihan akan dijatuhkan oleh TNI AU.

  My Lesat  

Selasa, 19 Maret 2019

KASAU Letakan Batu Pembangunan Fasilitas Skadron Udara 14

✈️ Skadron Sukhoi 35✈️ Kasau Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M., meletakkan batu pertama pembangunan hanggar Skadron Udara 14 Wing Udara 3 Lanud Iswahjudi, Magetan, pada tanggal 18 Maret 2019. [Twitter TNI AU]

Pesawat tempur Sukhoi Su-35 direncanakan menjadi pengganti pesawat F5 Tiger II yang dioperasikan oleh Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi Madiun.

Hal ini dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M., saat melakukan kunjungan kerja pada acara kunjungan kerja di Lanud Iswahjudi Madiun, Jawa Timur, Senin (18/3/2019).

Bersamaan dengan kuker, Kasau juga melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan taxi way dan appron serta fasilitas pendukung Skadron Udara 14.

Pembangunan fasilitas ini dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan Skadron Udara 14 sebagai home base pesawat Sukhoi, sebab fasilitas yang lama tidak sesuai dengan kebutuhan pesawat yang baru,” ujar Kasau.

Kasau berharap, pada tahun 2019 ini pembangunan taxi way dan apron dapat dikerjakan, kemudian di tahun 2020 dilanjutkan dengan pembangunan shelter dan hanggar serta fasilitas pendukung lainnya.

Laksanakan pembagunan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat selesai dengan waktu yang ditentukan dan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi TNI AU,” pesan Kasau.

Pembangunan fasilitas Skadron Udara 14 Lanud Iswahjudi, disiapkan untuk menyambut kedatangan pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia untuk menggantikan keberadaan pesawat legendaris F5 Tiger II, yang kini sudah purna tugas setelah puluhan tahun digunakan TNI AU untuk menjaga kedaulatan NKRI.

Kedatangan Kasau beserta rombongan di Lanud Iswahjudi disambut oleh Danlanud Iswahjudi Marsekal TNI Widyargo Ikoputra, S.E., M.M., serta pasukan jajar kehormatan.

Selain meninjau lokasi rencana pembangunan fasilitas Skadron Udara 14 pesawat sukhoi dan peletakan batu pertama, Kasau beserta rombongan juga meninjau gudang Advanced Medium Range Air to Air Missile (AMRAAM) Depohar 60 dan RSAU. dr. Efram Harsana.

Turut hadir mendampingi Kasau, para Asisten Kasau, Pangkohanudnas, Pangkoopsau I, Dankodiklatau, Dankoharmatau, Kadisaeroau, Kadiskomlekau, Kadispamsanau, Kadiskesau, Kadisfaskonau, Kadismatau, Danlanud Iswahjudi dan para pejabat Lanud Iswahjudi.

  ✈️ TNI AU  

Ketika Australia Berencana Menyerbu Jakarta

Namun Malah Ketakutan Gegara Ancaman Kapal Selam TNI AL Kapal selam tipe 209 TNI AL [dewanwidharta] ⚓️

Hubungan diplomatik Indonesia dan Australia sering diwarnai dengan ketegangan.

Tentu masih segar dalam ingatan kita bagaimana Presiden ke-6 Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono disadap oleh pihak intelijen Australia segala percakapannya.

Namun tensi ketegangan paling tinggi ialah di saat lepasnya Timor-Timur dari pangkuan Indonesia tahun 1999.

Semuanya bermula dari mendaratnya pasukan PBB pimpinan Australia dan Selandia Baru, Interfet di bumi Lorosae.

Karena takut adanya ancaman berbahaya saat mendaratnya pasukan Interfet di Timor-Timur, maka Australia juga ancang-ancang untuk mengamankan pendaratan itu dengan tekanan politis juga militer.

Yakni merencanakan serangan ke ibukota Indonesia, Jakarta pada September 1999.

Mengutip The Telegraph, kejadian ini diungkapkan oleh seorang analis pertahanan asal Selandia Baru, David Dickens dari direktur Pusat Studi Strategis di Universitas Victoria, Wellington.

Unsur yang akan menyerang Jakarta direncanakan akan dilaksanakan menggunakan pesawat tempur pembom F-111 Aardvark milik RAAF.

Bahkan Dickens berujar kapal perang RAN Australia juga disiagakan dalam kondisi siap tempur melawan TNI AL.

Intinya semua kesatuan militer Australia siaga penuh demi lancarnya pendaratan Interfet di Timor-Timur.

 Lantas kenapa Australia sampai repot-repot merencanakan serangan presisi untuk membom Jakarta? 

Dickens menjelaskan hal ini karena 'ulah' kapal selam dan pesawat tempur Indonesia yang secara agresif dianggap mengancam pendaratan Interfet di Timor-Timur.

Australia amat ketakutan dengan ancaman kapal selam TNI AL yang sangat sulit dideteksi, ketika dan bisa saja sewaktu-waktu mentorpedo kapal perang negara siapapun yang hendak masuk ke perairan Indonesia.

"Taktik (ancaman pendaratan) itu menimbulkan pertanyaan tentang niat militer Indonesia", katanya.

"Berbagai kapal perang Interfet juga dibayangi (kapal selam TNI AL) saat mendekati Timor-Timur."

Untuk serangan ke Jakarta, Dickens juga mengungkapkan para perwira militer senior Australia mengatakan kepadanya F-111 juga disiapkan agar sewaktu-waktu dapat menyerang Jakarta untuk melumpuhkan instalasi komunikasi militer disana.

Bahkan Australia memberlakukan tingkat kesiapsiagaan tinggi selama sepuluh hari pertama selama operasi pendaratan Interfet di Timor-Timur berlangsung.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm9O6cjPPyPHr5p6geVOCzLm1w3qF6Cyi3vRJ2j5SaN9hCSBvLNhY-ezC_V5gqkoqfMCi79MVmGocsb_XtgOxFCfe5JaUG3vIckCWsd20o1b5Yhn2N-l8k6LaNC3is3MQvLOX-QQdzrWzi/s1600/General+Dynamics+F-111+Aardvark+USAF.jpgIlustrasi F-111 Aardvark USAF

"Pemboman yang akan dilakukan F-111 adalah bagian dari keseluruhan pengerahan seluruh pasukan pertahanan Australia. Pasukan Australia sedang dalam tingkat kesiapan tertinggi saat itu, saya diberitahu oleh orang-orang yang benar-benar akan melakukannya. Itu akan menjadi proporsional. Serangan besar akan mendapat respon besar." ujar Dickens.

 Kapal selam Indonesia ancaman nyata untuk Australia 

Dickens kemudian mengutip perkataan Admiral Peter McHaffie, Kepala Staf AL Kerajaan Selandia Baru bahwa fregat Canterbury mendeteksi 'kapal selam yang tak teridentifikasi' ketika pasukan Interfet berlayar menuju ke kota Suai, Timor-Timur.

Bahkan pada suatu waktu tiba-tiba kapal selam itu menghilang dari pantauan yang menyebabkan pesawat pemburu serta kapal perang Interfet kelimpungan melacaknya.

Tensi ketegangan kian meningkat ketika hasil referendum memutuskan Timor-Timur ingin merdeka dari Indonesia yang menyebabkan kerusuhan milisi pro-Indonesia di sana.

Hal itu disinyalir Dickens semakin membuat kapal selam Indonesia sangat aktif 'mengganggu' unsur kapal perang Interfet.

"Perwira Interfet Australia memandang para pejuang (milisi pro-Indonesia) dan kapal selam Indonesia sebagai ancaman nyata di sejumlah front Timor-Timur," kata Dickens.

"Ada kekhawatiran yang pasti tentang serangan angkatan laut Indonesia menggunakan kapal selam dan semua hal lainnya."

"Tetapi hal nyata yang mengkhawatirkan mereka adalah kapal selam itu bisa digunakan untuk menyelinap di malam hari dekat armada Interfet dan menurunkan pasukan khusus untuk menenggelamkan salah satu kapal Interfet ketika berada di pelabuhan Dili atau di lain tempat."

Namun penjelasan Dickens langsung mendapat tanggapan dari juru bicara Kementrian Pertahanan Australia yang saat itu masih dipegang oleh Peter Reith.

"Kami tidak akan berkomentar secara khusus mengenai hal-hal operasional dan pada keadaan kesiapan pada saat itu."

"Operasi Interfet dilakukan dengan persetujuan penuh dan kerjasama pemerintah Indonesia dan pasukan pertahanan Indonesia."

"Hubungan antara Indonesia di satu sisi dan Australia serta Selandia Baru di sisi lain mengalami tekanan berat selama masalah Timor Timur, tetapi sejak itu meningkat menjadi lebih baik," kata Peter Reith. (Seto Aji/Gridhot.ID)

  ⚓️
Grid  

Senin, 18 Maret 2019

DK PBB Setujui Resolusi Indonesia dan Jerman

Soal AfghanistanDewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan telah menyetujui dengan suara bulat sebuah resolusi perpanjangan mandat Misi PBB ke Afghanistan atau UNAMA. Foto/Istimewa ★

Dewan Keamanan (DK) PBB dilaporkan telah menyetujui dengan suara bulat sebuah resolusi perpanjangan mandat Misi PBB ke Afghanistan atau UNAMA. Resolusi itu diajukan oleh Indonesia dan Jerman.

Ini adalah Resolusi pertama dari Indonesia yang berhasil disahkan oleh DK PBB sejak keanggotaan Indonesia pada DK PBB sejak Januari 2019," kata Duta Besar Indonesia untuk PBB, Dian Triansyah Djani seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu (17/3).

Pria yang kerap disapa Trian itu kemudian mengatakan, resolusi ini penting, karena memberikan mandat kepada badan PBB untuk lanjutkan berbagai kegiatan yang mendukung Afghanistan, guna mencapai kemajuan dalam proses perdamaian yang sedang berlangsung, termasuk pembangunan yang menjadi prioritas Pemerintah Afghanistan.

"Kesatuan dari DK PBB penting untuk memberikan sinyal kepada Afghanistan bahwa komunitas internasional dukung Afghanistan secara penuh," ungkapnya.

Resolusi itu berisikan peran PBB untuk mendukung perdamaian dan stabilitas di Afghanistan, serta komitmen DK PBB akan kedaulatan, kemerdekaan, integritas wilayah dan kesatuan dari Afghanistan. Resolusi juga memberikan dukungan kepada Pemerintah Afghanistan untuk membangun negaranya dan memperkuat demokrasi.

Sentralitas dan proses politik yang komprehensif, inklusif bersifat Afghan-led dan Afghan-owned dan menjadikan Afghanistan sebagai platform untuk kerjasama internasional, juga telah digarisbawahi pada resolusi.

Perpanjangan mandat UNAMA penting untuk koordinasi berbagai bantuan internasional termasuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam persiapan Pemilu Presiden tahun 2019 di Afghanistan. (esn)

  Sindonews  

Minggu, 17 Maret 2019

Indonesian Army Asks Avibras for Technology

➶ To manufacture the Astros II System rocketsAstros II TNI AD ★

The Indonesian magazine Angkasa Review ("Space Magazine") revealed in its issue earlier this month that a delegation from that Asian country's army leadership, led by Deputy Chief of Staff Major General Tatang Sulaiman, was recently at the premises of Avibras Indústria Aeroespacial SA, in São José dos Campos, to negotiate the production of the rocket manufacturing technology of the MLRS (Multiple Launch Rocket System) Astros II - Area Saturation Artillery weapon that for 30 years constitutes the main product of the Brazilian company.

The visit is worthy of note because General Sulaiman, who will turn 57 on April 1, will still be in command of his Force in 2019, replacing General Mulyono (an official who also visited Avibras last year).

At the company's facility, General Sulaiman was introduced to the design and mock-ups of the AV-TM 300, also known as MTC (Tactical Cruise Missile) -300, which Avibras also tries to sell to Indonesians.

The expectation is that an Astros launcher truck will be able to carry two cruise missiles, each equipped with an explosive warhead of 200 kg.

The vector has been developed for about 20 years for the Brazilian Land Force and, according to military sources and the Industrial Defense Base (IDB), it would have had its original proposal modified (at the request of the Army itself) to reach 500 targets km away - always with a high margin of precision.

In early April 2018, Indonesian Army Chief of Staff General Mulyono and the General Director of Pindad, Indonesia's main arms industry, Abraham Mose met with Avibras, to examine the deepening of cooperation between the parties.

The Mulyono Force predicts that it will need 3,000 Astros System rockets - for training and real employment - and, therefore, prioritizes the production of these vectors in its territory.

The plan is to build them at the Pindad Corporation ammunition plant in the town of Turen, in the vicinity of the city of Malang, the second most populous in the Indonesian province of East Java. Only the rocket launcher tubes would continue to be provided by Avibras.

According to a report published by the website liputan6.com, which reproduces the well-known TV news, liputan6, the Indonesian Army intends even to manufacture armored trucks launching Astros rockets (it is not known whether with plans also provided by Avibras).

  Forte  

Indonesia to Receive ZOKA Torpedo Countermeasures

For Nagapasa submarinesAselsan's ZOKA range of torpedo countermeasure jammers and decoys. [Aselsan]

Turkish defence electronics company Aselsan is supplying its ZOKA range of acoustic torpedo countermeasure jammers and decoys for the Indonesian Navy's (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut, or TNI-AL's) submarines, a spokesperson from the company has confirmed with Jane's .

Aselsan declined to reveal the submarine type that the jammers and decoys would be deployed from, but subsequent verifications by Jane's with TNI-AL sources have established that the equipment will go on board the service's Nagapasa (Type 209/1400)-class diesel-electric boats (SSKs)

The ZOKA line of effectors consists of jammers and acoustic decoys that can operate in active, passive, and combined modes. The jammers emit noises that have been designed to saturate the acoustic operating frequencies of known torpedoes, thus masking its host submarine's movements from hostile munitions.

Meanwhile, its decoys can be programmed to simulate the acoustic and hydrographic characteristics of its host submarine, with the aim of deceiving and leading away torpedoes that may have locked on to the boat. These acoustic and hydrographic characteristics can be customised specifically to match those of the host submarine.

Indonesia acquired three Type 209/1400 boats from South Korean company Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) in 2011. The country has received two boats in the class, Nagapasa (403) and Ardadedali (404), and is awaiting launch of the final submarine, Alugoro (405).

The platform has an overall length of 61.2 m, an overall beam of 6.25 m, and a hull draught of 5.5 m. Each boat will be equipped with the ELAC KaleidoScope integrated submarine sonar suite from Wärtsilä ELAC Nautik.

  ✈️ Jane's  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...