Sabtu, 16 Februari 2019

Pindad akan Produksi Roket untuk Sistem Astros II MLRS

➶ Dari BrasilKunjungan delegasi TNI AD ke Avibras, Brasil [TNI AD] ★

Tanggal 12 Februari 2019 lalu Wakil KSAD Letjen TNI Tatang Sulaiman ditemani pejabat terkait lainnya mengunjungi pabrik Avibras di Sao Paulo, Brasil. Ini merupakan kunjungan kedua perwakilan pertahanan dari Indonesia. Sebelumnya di akhir April 2018, KSAD Jenderal TNI Mulyono ditemani Dirut Pindad Abraham Mose lebih dulu berkunjung ke pabrik pembuat sistem artileri medan Astros II tersebut.

Seperti diketahui di kawasan Asia Tenggara, selain Malaysia, Indonesia adalah pengguna sistem peluncur roket multi laras (MLRS) buatan Negeri Samba ini. TNI AD sendiri mulai menerima Astros II pada Agustus 2014. Selanjutnya, dua baterai Astros II dibagikan masing-masing untuk Yonarmed 1/Malang, Jawa Timur dan Yonarmed 10/Bogor, Jawa Barat.

Terkait kunjungan petinggi TNI AD, perwakilan Kementerian Pertahanan RI, dan Pindad ke Avibras ini, diketahui adalah untuk menjalin kerja sama produksi roket untuk sistem Astros II di Tanah Air. Rencananya pabrik munisi Pindad di Turen, Malang ditunjuk untuk memproduksinya. Namun, untuk selongsong (tabung roket) tetap didatangkan dari Brasil.

Melansir dari liputan6.com, di tahun 2019 ini Pindad akan melakukan perakitan roket darat ke darat jarak menengah tersebut. Tak hanya itu, bahkan ke depannya Pindad berencana untuk membuat kendaraan pengangkut roket (transporter) secara mandiri.

Untuk jenis roketnya sendiri, sistem Astros II dapat meluncurkan beragam kaliber. Pertama adalah jenis roket SS-30 kaliber 127 mm sebanyak 32 unit, lalu SS-40 kaliber 180 mm sebanyak 16 unit roket.

Untuk roket berkaliber besar yakni 300 mm tersedia SS-60, SS-80, dan SS-150. Seluruhnya hanya untuk empat tabung saja. Jangkauan tembak roket bervariasi mulai dari jarak 85 km hingga 300 km.

Disebutkan bahwa kebutuhan TNI akan roket untuk sistem Astros II ini cukup besar. Yaitu hingga kisaran angka 3.000 unit, baik roket untuk pertahanan maupun untuk latihan.

Dengan dibuatnya roket ini di Indonesia, Pindad akan mendapatkan transfer teknologi untuk pembuatan persenjataan strategis ini. Sebuah ilmu pengetahuan yang berharga tentunya.

  Angkasa Review  

Jumat, 15 Februari 2019

Indonesia, South Korea Close to Signing Attack Submarine Deal

Indonesian is close to signing a contract for three more Type 209/1400 diesel-electric attack submarines. Indonesia and South Korea are close to signing a follow-up order for three Type 209/1400 Chang Bogo-class diesel-electric attack submarines (SSK), for the Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia – Angkatan Laut), according to media reports.

A final agreement for the three boats, to be built by South Korean defense contractor Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) with cooperation from Indonesian state-owned shipbuilder PT PAL, is expected to be signed in the coming months. According to IHS Jane’s, the contract is estimated to be worth around $ 1.2 billion. Indonesia is reportedly still considering other options.

Industry sources, who have been updating Jane’s on the progress of these negotiations since early January 2019, said that if all goes well a formal contract for the boats may even materialize by the end of February or early March,” IHS Jane’s writes on February 14. “However, there are several decisions yet to be made, and these mainly pertain to workshare arrangements that can be undertaken for each vessel, the sources confirmed.

The Type 209/1400 Chang Bogo-class SSK is a license-built variant of the German Type 209 submarine produced by DSME. The 1,400-ton SSK class has an operational range of around 11,000 nautical miles and has an endurance of about 50 days. The sub is a multipurpose platform capable of conducting anti-surface warfare, anti-submarine warfare, and special forces missions. The SSK can be armed with heavyweight torpedoes, anti-ship missiles, and mines.

Indonesia and South Korea concluded a $ 1.1 billion contract for three Type 209/1400 Chang Bogo-class (Nagapasa-class) SSKs in December 2011 as part of the Indonesian Ministry of Defense’s 2024 Defense Strategic Plan, which calls for the procurement of at least 10 new submarines for the Indonesian Navy. The new SSK class is expected to serve in Indonesia’s Navy for at least 30 years.

The first-of-class SSK, KRI Nagapasa, was commissioned in August 2017 in South Korea and is now homeported at the Palu Naval Base in the Watusampu province of Central Sulawesi. The second SSK of the class has also already been delivered to the Navy, while the third is still under construction at a PT PAL shipyard in Surabaya, Indonesia’s second-largest city, located on the northeastern coast of Java island, under a PT PAL-DSME technology transfer agreement.

As my colleague Prashanth Parameswaran pointed out, even with the three additional SSKs the Indonesian Navy would still be under-equipped to fulfill its mission and police Indonesian territorial waters. According to Indonesian defense officials, the Navy needs at least 12 modern boats to do so. Notably, the last time the Indonesian Navy received new submarines was in the 1980s with the delivery of three German Type 209/1300 (Cakra–class) diesel-electric attack submarines.

  ✈️ The Diplomat  

Kamis, 14 Februari 2019

Alasan Pembelian Pesawat Tempur Su-35 Tak Berjalan Lancar

✈️ Ilustrasi SU35 Rusia [defensenews]

Realisasi pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35 terancam terlambat lantaran daftar komoditas imbal beli yang diajukan Indonesia belum kunjung disetujui oleh Rusia.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, saat ini Kemendag telah menyampaikan daftar komoditas imbal beli Sukhoi SU-35 dari RI kepada Rusia.

Dia menyebutkan, setidaknya ada 16 komoditas yang diajukan sebagai komoditas ‘barter’ dengan Rusia, di antaranya berupa minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan produk turunannya, karet, biskuit, dan kopi.

Kami sudah ajukan daftar komoditas dan draf tata kerja kelompok kepada pihak Rusia. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian dari Rusia apakah mereka menerima komoditas yang kita ajukan apa tidak?” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (13/2/2019).

Oke melanjutkan, dalam kerja sama dagang tersebut, Rusia diwajibkan untuk membeli komoditas asal Indonesia sebesar 50% dari nilai pembelian Sukhoi tersebut. Dia mengatakan, total nilai pembelian untuk 11 unit alat tempur tersebut sejumlah US$ 1,14 miliar di mana kontribusi dari imbal beli mencapai US$ 570 juta.

Menurutnya, selama ini Pemerintah RI terus menunggu kesediaan dari Rusia terkait dengan komoditas yang ditawarkan itu. Dia mengklaim, komoditas yang diajukan oleh Indonesia telah disesuaikan dengan kebutuhan pasar di Rusia.

Adapun, pada tahun lalu, Indonesia sempat mengajukan 20 komoditas yang akan dipertukarkan dengan Rusia. Namun, beberapa komoditas yang diajukan ditolak oleh Rusia lantaran telah diproduksi oleh Rusia. Dia menyebutkan, salah satu komoditas yang diajukan Indonesia tetapi ditolak oleh Rusia adalah seragam militer.

 SUDAH EFEKTIF 

Sementara itu, Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Pertahanan Totok Sugiharto mengatakan, kontrak pembelian seharusnya sudah efektif pada Agustus 2018, sehingga dua dari 11 pesawat yang dipesan pemerintah bisa masuk Indonesia pada tahun ini.

Namun, lanjutnya, dengan masih terjadinya proses pembahasan mengenai komoditas yang dijadikan imbal dagang antara Indonesia dengan Rusia, target tersebut terancam molor.

Urusan mengenai spesifikasi pesawat sudah selesai di kami. Kalau di Kementerian Perdagangan (Kemendag) sampai saat ini masih tertahan dalam hal kesepakatan komoditas yang dijadikan imbal beli, maka besar kemungkinan Sukhoi yang kami pesan terlambat datang,” jelasnya, Rabu (13/ 2).

Dia mengatakan, proses pembelian Sukhoi masih cukup panjang. Menurut dia apabila kesepakatan kesepakatan mengenai komoditas imbal beli antara Rusia dan Kemendag RI telah terjadi, proses selanjutnya adalah penetapan transaksi antarnegara oleh Kementerian Keuangan RI.

Adapun, apabila transaksi kedua negara berjalan lancar, pesawat tempur dengan spesifikasi persenjataan lengkap (full combat) tersebut akan datang secara bertahap, yakni kloter pertama dua pesawat, lalu kloter kedua empat pesawat dan kloter ketiga lima pesawat.

Pengiriman kloter pertama itu, ditargetkan dapat dilakukan pada Agustus 2019 atau sebelum hari ulang tahun Tentaran Negara Indonesia (TNI) pada 5 Oktober.

Untuk itu saat ini kami sedang menunggu perkembangan terbaru dari Kemendag. Kami harapkan segera selesai proses transaksinya supaya pesawat baru itu bisa segera kami gunakan untuk meremajakan armada kami yang lama,” jelasnya.

Dia menambahkan, kesepakatan awap pembelian 11 Sukhoi dengan skema imbal beli itu ditanda tangani ole kedua negara pada Februari 2018 lalu.

Hal itu tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) antara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rusia yakni Rostec dengan BUMN Indonesia PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero).

Terpisah, pengamat militer Al Araf mengatakan, keterlambatan tersebut seharusnya tidak terjadi jika sejak awal perjanjian kerja sama dagang kedua negara telah disiapkan secara detil. Dia mengatakan, Indonesia terlihat tidak siap ketika menyiapkan komoditas yang dijadikan imbal beli.

Kalau sejak awal sudah siap, transaksi bisa berjalan cepat. Kami paham, imbal beli ini bentuk transaksi yang pertama kali dilakukan Indonesia, tetapi seharusnya disiapkan secara matang terlebih dahulu,” jelasnya.

Dia mengatakan, keterlambatan itu akan menghambat proses peremajaan peralatan tempur udara Indonesia. Padahal, sedianya, Sukhoi SU-35 tersebut dijadikan pengganti bagi pesawat pendahulunya dengan fungsi hampir serupa yakni F-5 Tiger.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono mengatakan, niat awal dari transaksi berbentuk imbal beli tersebut cukup baik. Pasalnya, skema tersebut akan menguntungkan bagi kedua negara.

Bagi kita skema ini akan membantu Indonesia membuka pasar ekspor ke Rusia dengan lebih mudah. Paling tidak, kesepakatan ini bisa menjadi awal bagi Indonesia mempersempit defisit neraca perdagangan dengan Rusia,” ujarnya.

Hanya saja, dia berharap perdagangan kedua negara tidak hanya berhenti pada transaksi Sukhoi SU-35 tersebut. Sebab, menurut dia, Rusia adalah pasar potensial RI yang harus terus dijaga dan dikembangkan.

  ✈️ Bisnis  

Rabu, 13 Februari 2019

Uji Dinamis Bom P500L

✈️ Pada pesawat Sukhoi✈️ Bom P-500 L Buatan Litbangau Diuji Dinamis di Pesawat Tempur Sukhoi [TNI AU]

Bom P-500 L produksi Dislitbangau siang ini (12/ 2) diuji coba di pesawat tempur Sukhoi dari Skadron Udara 11, sedangkan rocketpod 7 tabung kaliber 70 mm, diuji coba di pesawat T-50i Golden Eagle.

Dislitbangau selaku produsen pembuat bom yang bekerjasama dengan PT. Dahana dan PT. Sari Bahari, tidak hanya memproduksi bom P-500 L, namun juga memproduksi Smoke WH RX caliber 80 mm dan Rocketpod 7 tabung kaliber 70 mm. Sedangkan pelaksanaan ujicoba akan menggunakan Air Weapon Range (AWR) Pandang Wangi Lumajang, Jawa Timur.

Pelaksanaan uji dinamis yang akan berlangsung tanggal 12 Pebruari hingga tanggal 15 Pebruari 2019, diawali dengan sosialisasi antara pembuat bom dan pengguna dalam hal ini para penerbang dari Skadron Udara 11 dan Skadron Udara 15, untuk menyamakan persepsi.

Tim Litbangau yang di dipimpin Kadislitbangau Marsekal Pertama TNI Rochmadi Saputra, tiba di Lanud Iswahjudi disambut Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Widyargo Ikoputra, S.E.,M.M., di ruang rapat Markas Lanud Iswahjudi.

Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Widyargo Ikoputra, S.E.,M.M., dalam sambutannya mengaku senang dan bangga karena Dislitbangau telah berhasil memproduksi bom P-500 L, yang akan diuji dinamis dipesawat Sukhoi.

Hal tersebut perlu kita apresiasi karena merupakan salah satu upaya kita untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk-produk buatan luar negeri dan sebagai wujud kemandirian industri pertahanan di tanah air”, papar Danlanud Iswahjudi.

Sementara Kadislitbangau Marsekal Pertama TNI Rochmadi Saputra, dalam paparannya mengatakan tujuan sosialisasi ini untuk menyamakan persepsi agar tidak terjadi kerancuan dan keraguan dan apa yang harus dilaksanakan saat uji dinamis.

Termasuk tim penilai apa yang harus dinilai dan bagaimana menilainya terutama dan paling utama adalah untuk memberikan pemahaman yang sama khususnya para pelaku yang akan terbang, supaya tidak terjadi mis/kesalahan sehingga tidak mendapat data sesuai yang diharapkan.

Sedangkan mekanisme pengujian menurut Mayor Tek Adi Teguh Dwi Setiawan dari Dislitbangau akan dilakukan uji loading/ unloading bom P-500 L, Smoke WH RX 80 mm di pesawat Sukhoi dan Rocketpod 7 tabung kaliber 70 mm di pesawat T-50i.

Sementara uji kestabilan terbang membawa bom P-500 L Dummy dan Rocketpod 7 kal. 70 mm. Selanjutnya uji dinamis bom P-500 L, Smoke WH RX 80 mm, Rocketpod 7 kal. 70 mm. Rocked FFAR dan Rocket RD-702.

  ✈️ TNI AU  

Wiranto Akan Bahas Pencegahan Terorisme dan Pengembangan Alutsista

Temui Dewan Keamanan RusiaIlustrasi ★

Menko Polhukam Wiranto akan terbang ke Rusia hari ini. Kunjungan Wiranto ke Rusia yakni dalam rangka pertemuan bilateral membahas masalah terorisme dan radikalisme.

Ya, jadi kita sudah melakukan suatu pertemuan bilateral dengan pihak Rusia dan sparing partner saya kan Dewan Keamanan Rusia kan. Membahas masalah keamanan nasional. Jadi, keamanan nasional yang dikaitkan dengan keamanan regional dan internasional. Terutama nanti kita membahas masalah-masalah terorisme dan radikalisme. Gimana kita mau melawannya,” kata Wiranto di Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat.

Wiranto akan berada di Rusia selama 3 hari. Pertemuan RI-Rusia ini juga akan membahas pencegahan aksi terorisme, mulai dari penutupan sumber dana ke para kelompok terorisme hingga mengenali anatomi terorisme di negara lain.

Juga kita berbicara masalah counter terrorism financing. Bagaimana kita bisa mencegat pembiayaan-pembiayaan yang disinyalir digunakan merupakan biaya terorisme. Itu ketat sekali. Bahkan, Rusia sudah menawarkan kita membuat suatu peta dunia, peta anatomi terorisme dunia,” ujarnya.

Jadi, masing-masing negara ini akan memberikan kontribusi dari kacamata mereka masing-masing, bagaimana terorisme di negara mereka masing-masing, dikumpulkan, dikompilasi sehingga kita tahu betul terorisme dunia itu seperti apa. Pasti ada saling kait-mengkait, kan? Dan tidak ada terorisme berdiri sendiri, sudah melewati batas negara kegiatannya. Nah, ini yang akan segera kita garap dengan Rusia,” lanjut Wiranto.

Pertemuan Indonesia membahas masalah terorisme bukan hanya bilateral dengan Rusia.

 Pengembangan Alutsista 

Sebelumnya, Wiranto juga sudah melakukan pembahasan soal radikalisme dengan negara-negara ASEAN. Tapi, khusus dengan Rusia, Wiranto memaparkan ada pembahasan yang lebih detail. Misalnya, masalah pertahanan dan pengembangan alutsista.

Ini lebih spesifik antara Indonesia dengan Rusia. Juga, tentu kita harus bicara masalah pertahanan. Walaupun Menteri Pertahanan baru pulang dari Rusia tapi nanti biasanya juga disinggung masalah pertukaran dari delegasi yang berbicara tentang pertahanan. Kemudian juga, nanti akan dibicarakan juga masalah pengembangan alutsista. Intinya, kita berbicara tentang pertahanan dan keamanan nasional,” terang Wiranto.

  detik  

Selasa, 12 Februari 2019

Indonesia Akan Genjot Ekspor Alutsista ke Asean dan Afrika

Ilustrasi CN235MPA produksi PT DI ★

Ekspor alat utama sistem senjata (alutsista) dari Indonesia pada tahun ini masih akan bertumpu ke negara tujuan di kawasan Asean dan Afrika.

Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia (DI) Arie Wibowo mengatakan, pada tahun ini korporasinya menargetkan ekspor ke sejumlah negara seperti Senegal, Nepal, Thailand dan Filipina. Pasalnya, menurut dia, negara di kawasan tersebut saat ini sedang meningkatkan kapasitas militernya.

Untuk proyeksi persentase kenaikan ekspor, saya belum punya datanya. Tetapi, target kami setidaknya bisa mendapatkan kontrak pembelian hingga delapan unit pesawat jenis CN 235-220 dan tiga sampai sepuluh unit pesawat multiguna jenis NC212i,” jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (11/2/2019).

Dia mengatakan, PT DI sejatinya bisa melakukan ekspansi ekspor ke negara di kawasan lain. Namun sayangnya, selama ini korporasi masih terkendala oleh terbatasnya bantuan pembiayaan ekspor. Pada tahun lalu saja, PT DI haus merogoh kocek dari modal kerjanya hingga Rp 350 miliar untuk mengirim produknya ke Nepal dan Thailand.

Untuk itu dia berharap pemerintah turut membantu memperluas akses pembiayaan untuk ekspor produk tersebut. Terlebih, barang yang diekspor PT DI merupakan produk dengan spesifikasi khusus yang memiliki biaya produksi dan pengiriman yang tinggi.

Dihubungi Bisnis.com secara terpisah, Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mose mengatakan, pada tahun ini perusahaannya menargetkan pertumbuhan ekspor hingga 30% secara year on year (yoy) menjadi Rp 1 triliun. Target tersebut, menurutnya akan tercapai apabila Pindad berhasil memenangkan tender pengadaan produk Medium Tank.

Kami sudah melalui tahap pertama proses seleksi tender. Semoga bisa kita menangkan tendernya dalam waktu dekat, karena jumlah produk yang mereka minta cukup besar yakni 44 unit,” jelasnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiKYEk72l_aWZ04WtnVFGw9XxGr3XX7mSpTnpiOcpfjReFB0CjbVlqYNIi1vyjIkyuu2V9cv-hzcu-hv83Jyl1-uJZ38zHI1T80x7yB7KX6wX3EDsKVw8JGyNd4Vw_IEG_rd5-dLa-Uot62/s1600/Pinda-FNSS+Medium+Tank+live+firing+%255BRadar+Bandung%255D_5261635211648565248_n.jpgDia mengakui, selama ini ekspor Pindad masih berkutat di negara-negara di kawasan Asean dan Afrika. Namun demikian, saat ini perseroan tengah menjajaki pasar Amerika Serikat, terutama untuk produk amunisi kaliber 5,56 milimeter dan 9 milimeter.

Kalau kami bisa menembus pasar AS. Maka dampaknya akan sangat besar kepada perseroan. Sebab, permintaan dari AS pasti akan berlanjut dan kecenderungannya permintaan mereka naik terus per tahunnya,” jelasnya.

Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun lalu ekspor senjata dan amunisi melonjak 209,97% secara yoy menjadi US$ 769.000. Sementara itu, ekspor kendaraan tempur dan bagiannya tumbuh 48,42% menjadi US$ 2,42 miliar.

Ketua Komite Tetap Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Handito Joewono mengatakan, pangsa pasar persenjataan skala medium di dunia, seperti yang diproduksi Indonesia, sangatlah besar. Dia meyakini, selama ini pasar Afrika belum terjamah secara maksimal oleh produk-produk asal RI tersebut.

Selain itu ada juga negara-negara di Timur Tengah atau Amerika Latin. Mereka ini sangat butuh memperkuat sistem militernya, terutama setelah meningkatnya ekskalasi geopolitik di kawasan itu. Kondisi itu menjadi ceruk pasar buat kita. Hanya saja, selama ini kita masih belum bisa memaksimalkannya,” jelasnya.

Menurutnya, kendala ekspansi pasar ekspor produk alutsista Indonesia terletak pada pembiayaan ekspor dan promosi yang masih terbatas. Dia melanjutkan, pemerintah seharusnya mampu membantu para produsen untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Pekerjaan rumah selanjutnya adalah bagaimana kapasitas produksi alutsista kita. Tetapi saya percaya ketika pasar sudah tersedia lebar, produksi kita bisa meningkat dengan sendirinya,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan, pemerintah menyadari besarnya potensi ekspor alutsista. Menurutnya, upaya promosi telah dilakukan oleh Kemendag ketika melakukan misi dagang dengan mengajak perusahaan alutsista, terutama ke negara-negara berkembang.

Negara mitra yang berstatus negara berkembang cenderung memiliki minat yang besar terhadap produk kita. Karena produk kita relatif murah harganya dan skalanya medium, sehingga cocok dengan kondisi keuangan mereka,” jelasnya.

Adapun, terkait dengan persoalan pembiayaan ekspor, dia mengklaim pemerintah telah menyediakan fasilitas yang memadai melalui progam National Interest Account (NIA) yang pengelolaannya dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor dan Impor (LPIE). Para eksportir menurutnya, dapat dengan mudah memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh LPEI tersebut.

  Bisnis  

Kohanudnas Menanti Realisasi Renstra TNI

Di bulan Februari ini, persisnya tanggal 9 Februari 2019, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) berusia 57 tahun. Meski sudah berusia lebih dari setengah abad, namun masih banyak orang awam yang kurang paham mengenai posisi Kohanudnas.

Kerab kali, Kohanudnas disangka sebagai salah satu komando utama (kotama) TNI AU. Meski fungsinya seputar matra udara, Kohanudnas sebetulnya merupakan kotama operasi TNI. Walapun tak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar personelnya memang berasal dari TNI AU.

Kotama TNI yang saat ini dipimpin oleh Marsekal Muda TNI Imran Baidirus (menjabat Panglima Kohanudnas sejak Desember 2017) ini membawahi empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas). Keempatnya adalah Kosekhanudnas I (berpusat di Jakarta), Kosekhanudnas II (Makassar), Kosekhanudnas III (Medan), dan Kosekhanudnas IV (Biak).

Kohanudnas bertugas menyelenggarakan upaya pertahanan keamanan atas wilayah udara nasional secara mandiri. Atau bekerja sama dengan Komando Utama Operasional lainnya. Dalam rangka mewujudkan kedaulatan dan keutuhan serta kepentingan lain dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu juga menyelenggarakan pembinaan administrasi dan kesiapan operasi unsur-unsur pertahanan udara (hanud) TNI AU dan melaksanakan siaga operasi untuk unsur-unsur hanud dalam jajarannya, dalam rangka mendukung tugas pokok TNI.

Salah satu aset utama Kohanudnas adalah radar peringatan dini (early warning radar) yang dioperasikan oleh satuan-satuan radar (Satrad) yang tersebar di seluruh pelosok Nusantara. Ada empat sektor hanud.

Idealnya, Kohanudnas juga dibekali satuan pesawat tempur sergap (interceptor) sendiri. Saat ini, kebutuhan unsur sergap tersebut harus “dipinjam” dari kotama TNI AU yaitu Koopsau (Komando Operasi TNI AU).

Ke depannya, ada rencana reorganisasi yang cukup signifikan. Kohanudnas akan bertransformasi menjadi Kotama TNI AU. Beberapa waktu lalu TNI AU telah mengajukan sejumlah rancangan restrukturisasi dan validasi organisasi baru kepada Markas Besar TNI yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) TNI AU periode 2015-2019.

Salah satu pengajuan yang masih menunggu pengesahan adalah penggabungan Kohanudnas dengan Koopsau. Rencananya (jika disetujui), Kohanudnas yang sekarang adalah Kotamaops Mabes TNI, akan ditarik kembali ke TNI AU dan berubah menjadi Komando Operasi Udara Nasional (Koopsudnas).

Di bawah TNI AU, Koopsudnas yang akan dipimpin perwira tinggi bintang tiga TNI AU itu akan membawahi tiga Koopsau/Koopsud yaitu Koopsau I, II, III dan empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Kosekhanudnas) yaitu Kosekhanudnas I, II, III, dan IV.

Sementara untuk koordinasi terhadap unsur-unsur artileri pertahanan udara matra lain di luar TNI AU, misalnya unsur Arhanud (artileri pertahanan udara) TNI AD maupun rudal hanud di kapal-kapal perang TNI AL, akan dilakukan Koopsudnas.

Tampaknya rencana ini, selain untuk memperpendek rantai komando penyergapan pesawat asing yang melanggar wilayah udara nasional, juga untuk mempersiapkan TNI AU mengoperasikan rudal jarak menengah-jauh.

Memang sudah lama Indonesia belum lagi memiliki dan mengoperasikan rudal hanud tipe jarak menengah-jauh. Sejak dipensiunkannya rudal hanud jarak jauh S-75 Dvina buatan Uni Soviet (kode NATO: SA-2 Guideline), sekitar awal dekade 1980-an. [yls]

  RMOL  

Senin, 11 Februari 2019

Senjata Buatan Indonesia Potensial Dipasarkan di Mesir

 https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEixrtDwzPFUneBhfts8klrtdBkwgNsLUuSrU3TjLjgNX8Gq54p3Olpe8DcUP28xFUgVzDobZT2F8P_-fuQS6FWCNftVhXrDOOJfwxZh2meIpQp3Wx63-9BHpnbkcfHVUQwr5P7NnAA2ZVF9/s1600/38247724_MMWT+Pindad.jpgIlustrasi medium tank Pindad

Produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) buatan Indonesia semakin banyak dipesan. Jika promosi produk strategis tersebut diperluas ke pasar Afrika termasuk Mesir, diprediksi alutsista Indonesia akan banyak dilirik negara-negara di kawasan Afrika.

"Kualitas produk alutsista kita sudah dipakai di banyak negara serta memiliki harga yang kompetitif sehingga akan mampu bersaing dengan produsen senjata lain,” ujar Duta Besar Republik Indonesia untuk Mesir Helmy Fauzi dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews.com, Senin (11/2/2019).

Dubes Helmy menjelaskan pihak Markas Besar Tentara Nasional Indonesia (Mabes TNI) sudah melakukan penjajakan kerja sama pertahanan Indonesia-Mesir. Hal ini ditandai dengan kunjungan kerja Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI, Marsekal Muda TNI Kisenda Wiranata Kusuma ke Mesir pada 6-8 Februari lalu.

Dalam kegiatan tersebut, Kisenda melakukan sejumlah pertemuan termasuk dengan pejabat dari Military Intelligence Directorate (MID) Mesir. Pada pertemuan itu disinggung ide penjajakan sharing informasi intelijen kedua negara.

Kunjungan Kepala Bais TNI ini adalah momentum yang harus dimanfaatkan dalam rangka peningkatan hubungan bilateral Indonesia-Mesir yang sudah berlangsung puluhan tahun,” kata Dubes Helmy.

Dia mengakui informasi mengenai produksi alutsista Indonesia masih kurang tersedia di Mesir. Selain itu, sosialisasi dan promosi industri pertahanan Indonesia ke Negeri 1000 Menara tersebut juga belum optimal. Bahkan, dalam pameran pertahanan Mesir pada Desember 2018 lalu, di mana KBRI Cairo secara khusus berpartisipasi, hanya ada 1 industri pertahanan swasta dan tidak ada satupun BUMN Pertahanan yang ikut meramaikan.

Kami sudah berkali-kali mengajak dan mengundang industri pertahanan nasional untuk berpromosi ke Mesir, tapi masih belum terealisasi secara optimal,” ujar diplomat Indonesia ini.

Padahal, lanjut dia, Mesir mempunyai program modernisasi persenjataan militer yang baik. Terlebih, Angkatan Bersenjata Mesir masih banyak menggelar operasi kontra insurgensi. Selain itu, secara geopolitik, Mesir memiliki peran signifikan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Untuk itu, Dubes Helmy berpendapat alutsista seperti senapan ringan, kapal cepat dan amunisi berpeluang untuk ditawarkan ke Mesir.

Saat ini Mesir semakin melirik produk industri pertahanan non-Amerika Serikat sehingga produk nasional kita punya kans untuk dipasarkan di sana,” imbuh Dubes Helmy.

Terkait upaya peningkatan promosi alutsista Indonesia, Helmy mengaku sudah menemui Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu di Kantor Kementerian Pertahanan pada 4 Februari lalu. Dalam pertemuan tersebut dibahas peluang peningkatan kerja sama Indonesia-Mesir di bidang pertahanan.Dia berharap Menhan Ryamizard dapat ikut membantu mempromosikan alutsista Indonesia ke Mesir. Salah satu caranya adalah melakukan penjajakan peningkatan kerja sama pertahanan kedua negara.

Mengingat Mesir juga memiliki Menteri urusan Produksi Militer, patut juga dijajaki peluang kerja sama antarindustri pertahanan kedua negara,” papar Dubes Helmy.

Menurutnya, selama ini pasar Afrika termasuk Mesir merupakan pasar potensial bagi produk-produk nusantara. Komoditas kopi dan kelapa sawit misalnya, merupakan jenis komoditas yang laris manis. Terlebih, Presiden Joko Widodo sudah mengajak para pebisnis untuk melihat potensi pasar Afrika.

"Perekonomian di kawasan Afrika terus tumbuh dan saat ini adalah waktu tepat untuk menggencarkan promosi produk alutsista kita,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diunduh dari Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, total perdagangan Indonesia-Mesir pada periode Januari-November 2018 tercatat sebesar USD 1,07 miliar. Ekspor Indonesia ke Mesir tercatat sebesar USD 949 juta, sementara impor Indonesia dari Mesir sebesar USD 121 juta. Dengan demikian, surplus untuk Indonesia dalam neraca perdagangan dengan Mesir pada periode tersebut USD 828 juta. (mas)

 ♖ Sindonews  

Hubungan Diplomatik RI-Turki Sangat Penting

Sepakat soal draft Defence Cooperation Agreement.Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu (kiri), bersama Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar (kanan) Saat Upacara Penyambutan Resmi Kenegaraan Bilateral Meeting Menhan RI-Turki bertempat di Kantor Pusat Kementerian Pertahanan Republik Turki, Deviet Mh., Ankara, Jumat (8/2). Bilateral Meeting Menhan RI-Turki bertujuan dalam meningkatkan kerjasama pertahanan di bidang tekonologi dan industri pertahanan Indonesia-Turki. (Puskom Publik Kemhan)

Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu menjelaskan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Turki sangat penting, terlebih sebagai sesama negara dengan penduduk mayoritas muslim dan juga negara demokrasi modern.

Hubungan diplomatik kedua negara punya perjalanan panjang dan telah dibangun sejak lama,” kata Menhan Ryamizard di Kantor Pusat Kementerian Pertahanan Republik Turki, Deviet Mh., Ankara.

Ia juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas sambutan Menteri Pertahanan Turki, Hulusi Akar selama kunjungan resmi di Turki mulai 7 sampai 8 Februari 2019.

Indonesia memiliki duta besar di Ankara begitu juga Turki memiliki duta besar di Jakarta, dan konsulat kehormatan di Medan sejak Mei 1996. Kedua negara merupakan anggota penuh World Trade Organization (WTO), Organisation of Islamic Cooperation (OIC), dan negara G-20 ekonomi utama,” kata Ryamizard dalam keterangan yang diterima, di Jakarta, Sabtu.

Ryamizard mengatakan, Indonesia dan Turki telah memiliki dokumen perjanjian kerja sama industri pertahanan yaitu, “Agreement on Defence Industry Cooperation between the Government of the Republic of Indonesia and the Government of the Republic of Turkey” yang ditandatangani di Ankara pada 29 Juni 2010.

Selain itu kedua Menhan juga sepakat soal Draft Defence Cooperation Agreement.

Saat ini antara Kemhan RI dan Kemhan Nasional Turki sedang membahas penyusunan DCA (Defence Cooperation Agreement) sebagai payung hukum bagi kerja sama pertahanan secara komprehensif.

Indonesia berharap, hal ini menjadi awal yang baik bagi kedua pihak. Dengan kerja sama dan komunikasi kedua pihak, semoga dalam waktu dekat dapat ditandatangani,” kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) ini.

Dalam lawatan ini, Ryamizard juga bertemu dengan President of Defence Industries Turki, Prof Dr Ismail Demil.

Organisasi yang dipimpin Ismail serupa dengan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), organisasi yang berada langsung dibawah presiden, yang menangani industri pertahanan.

Kepada Ismail, Menhan Ryamizard berharap dapat dibangun kolaborasi antara industri pertahanan Indonesia dengan industri pertahanan Turki.

Untuk diketahui, kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Turki semakin diperkuat dengan adanya kunjungan Kepala Negara Presiden RI Joko Widodo ke Ankara pada bulan Juli 2017.

Selain agreement di bidang ekonomi dan perdagangan, juga disepakati untuk meningkatkan kerja sama pengembangan bidang kedirgantaraan dan komunikasi.

Forum Bilateral Industri pertahanan Indonesia mengapresiasi the Defence Industry Cooperation Meeting (DICM) yang telah berlangsung sejak tahun 2011.

Keberhasilan forum tersebut menjadi tanda semakin eratnya hubungan kerja sama pertahanan antara RI dan Republik Turki.

Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas penerimaan dari Menhan Turki pada kunjungan ini,” kata Ryamizard.

   antara  

Minggu, 10 Februari 2019

RI-Rusia Tingkatkan Kerja Sama Pertahanan

Dubes RI untuk Rusia, Wahid Supriyadi sebut pertemuan Ryamirad dan Shoigu dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama pertahanan antara Jakarta dan Moskow. Foto/Kemlu RI

Menteri Pertahanan Indonesia, Rymizard Ryacudu dilaporkan melakukan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Pertemuan itu diketahui berlangsung di kantor Kementerian Pertahanan Rusia awal pekan ini.

Menurut Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Wahid Supriyadi, yang turut mendampingi Ryamizard dalam pertemuan itu, bahwa pertemuan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama pertahanan antara Jakarta dan Moskow.

Kunjungan Menhan RI dimaksudkan untuk lebih meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dengan Rusia, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan. Kunjungan tersebut juga merupakan pertemuan rutin tahunan bilateral kedua negara yang membuktikan tingkat hubungan yang sangat erat,” kata Wahid, seperti dikutip Sindonews dari laman resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia pada Minggu (10/2).

Dalam pertemuan tersebut, papar Wahid, dibahas upaya-upaya peningkatan hubungan dan kerja sama kedua negara, khususnya di bidang pertahanan dan keamanan, termasuk pengadaan alutsista Indonesia dari Rusia. Kedua pihak menggarisbawahi bahwa musuh bersama yang dihadapi adalah terorisme.

Selain didampingi Wahid, dalam pertemuan itu Ryamizard juga didampingi oleh Atase Petahanan Indonesia di Rusia, Firman Dwi Cahyono, dan sejumlah perjabat Kementerian Pertahan Indonesia lainnya. (esn)

   SINDOnews  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...