Dananjoyo Kusumo / Jurnal Nasional Suasana perjanjian kerja sama antara PT Dirgantara Indonesia dengan Airbus Military untuk memproduksi bersama pesawat angkut militer sedang, N295 di Indonesia. |
Jurnas.com
| PT Dirgantara Indonesia (Persero) sudah mempercepat produksi pesawat
transpor militer menengah N295 guna memenuhi kebutuhan TNI Angkatan
Udara menggantikan Fokker-27. "Kami ini sudah masuk gigi tiga untuk
produksi N295 karena harus mengejar waktu penyelesaian sembilan pesawat
sampai akhir 2014," kata Sonny Saleh Ibrahim, Asisten Dirut PT DI Bidang
Sistem Manajemen Mutu Perusahaan merangkap Pembina Komunikasi
Perusahaan, Sabtu (23/6).
Sonny dimintai komentarnya sehubungan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, setelah menyampaikan belasungkawa untuk korban gugur dalam jatuhnya pesawat Fokker-27 TNI AU di Jakarta, Kamis (21/6) lalu.
Sonny mengatakan PT DI memang sebelumnya sudah mempercepat produksi N295 bahkan sudah 60 personel PT DI dikirimkan secara bertahap ke Airbus Military (dulu, Cassa yang melebur ke Airbus Military) di Spanyol.
Langkah percepatan PT DI itu, menurut Sonny, tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri, yakni untuk operasional TNI AU, namun juga sudah ada ikatan bisnis dengan Airbus Military untuk menjadikan PT DI sebagai pusat pengiriman (delivery center) pesawat-pesawat N295 di kawasan Asia Pasifik.
Sonny menjelaskan, pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di Indonesia akan disebut N295 sebagaimana yang diucapkan Presiden di Brasil, namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN295. Untuk penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C295.
Berdasarkan kerja sama itu, PT DI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi dilaksanakan di Bandung.
Sonny menambahkan untuk sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU, dalam tahun 2012 akan diselesaikan dua pesawat, yang keseluruhan pembuatannya memang masih di Spanyol. Namun target pengerjaan untuk sisa pesanan pertama itu di Bandung sudah akan tercapai pada tahun 2012.
Cocok untuk Indonesia
Sonny menjelaskan, tipe pesawat angkut sedang
N295 sangat cocok untuk kondisi geografis Indonesia, khususnya dalam
operasi-operasi penerjunan personil yang selama 35 tahun terakhir
perannya dilakukan oleh Fokker-27.
N295 berkapasitas angkut 45 personel, di atas CN235 yang untuk 35 personel, namun jauh di bawah pesawat transpor berat C-130 Hercules yang mampu membawa 90 personel.
Pesawat N295 ini multifungsi, bisa digunakan untuk keperluan operasi militer, logistik, kemanusiaan, maupun evakuasi medis.
Pengadaan sembilan N295 untuk TNI AU ditandatangani Dirut PT DI dengan Kementerian Pertahanan disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Dirut PT DI Budi Santoso saat Pameran Dirgantara Singapura awal tahun ini.
PTDI menandatangani pengadaan untuk Kementerian Pertahanan tersebut dengan Airbus Military sebagai produsen utama C295. Meski dibuat oleh Airbus Military, C295 merupakan turunan proyek bersama sebelumnya CN235, salah satu jenis pesawat transport terpopuler di dunia.
C295 yang terbang perdana pada 1998 ini pengembangan pesawat CN-235, dengan peningkatan muatan 50 persen dan mengalami peningkatan mesin, menggunakan PW127G baru. Pesawat ini ini butuh landasan sepanjang 670 meter untuk tinggal landas, dan 320 meter untuk mendarat ini.
Pesawat C-295 memiliki tiga varian, C-295M (versi transport militer, kapasitas angkut 48 personel pasukan payung/para, atau 27 tandu, atau tiga kendaraan ringan. Kedua, C-295MPA/Persuader (patroli maritim/anti-kapal selam), ketiga versi C-295 AEW&C (tipe peringatan dini/airborne early warning).
Awak dua orang, daya angkut 9.250 kg, berat lepas landas 23.200 kg, mesin 2 Pratt & Whitney Canada PW127G Hamilton Standard 586-F, masing-masing 1,972 kW. Kecepatan maksimum 576 km/jam (311 knots), kecepatan jelajah 480 km/jam (260 knots, 300 mph). Antara(Jurnas.com)
Sonny dimintai komentarnya sehubungan dengan pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Rio de Janeiro, Brasil, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, setelah menyampaikan belasungkawa untuk korban gugur dalam jatuhnya pesawat Fokker-27 TNI AU di Jakarta, Kamis (21/6) lalu.
Sonny mengatakan PT DI memang sebelumnya sudah mempercepat produksi N295 bahkan sudah 60 personel PT DI dikirimkan secara bertahap ke Airbus Military (dulu, Cassa yang melebur ke Airbus Military) di Spanyol.
Langkah percepatan PT DI itu, menurut Sonny, tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri, yakni untuk operasional TNI AU, namun juga sudah ada ikatan bisnis dengan Airbus Military untuk menjadikan PT DI sebagai pusat pengiriman (delivery center) pesawat-pesawat N295 di kawasan Asia Pasifik.
Sonny menjelaskan, pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di Indonesia akan disebut N295 sebagaimana yang diucapkan Presiden di Brasil, namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN295. Untuk penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C295.
Berdasarkan kerja sama itu, PT DI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi dilaksanakan di Bandung.
Sonny menambahkan untuk sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU, dalam tahun 2012 akan diselesaikan dua pesawat, yang keseluruhan pembuatannya memang masih di Spanyol. Namun target pengerjaan untuk sisa pesanan pertama itu di Bandung sudah akan tercapai pada tahun 2012.
Cocok untuk Indonesia
C295 with AEW&C |
N295 berkapasitas angkut 45 personel, di atas CN235 yang untuk 35 personel, namun jauh di bawah pesawat transpor berat C-130 Hercules yang mampu membawa 90 personel.
Pesawat N295 ini multifungsi, bisa digunakan untuk keperluan operasi militer, logistik, kemanusiaan, maupun evakuasi medis.
Pengadaan sembilan N295 untuk TNI AU ditandatangani Dirut PT DI dengan Kementerian Pertahanan disaksikan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Dirut PT DI Budi Santoso saat Pameran Dirgantara Singapura awal tahun ini.
PTDI menandatangani pengadaan untuk Kementerian Pertahanan tersebut dengan Airbus Military sebagai produsen utama C295. Meski dibuat oleh Airbus Military, C295 merupakan turunan proyek bersama sebelumnya CN235, salah satu jenis pesawat transport terpopuler di dunia.
C295 yang terbang perdana pada 1998 ini pengembangan pesawat CN-235, dengan peningkatan muatan 50 persen dan mengalami peningkatan mesin, menggunakan PW127G baru. Pesawat ini ini butuh landasan sepanjang 670 meter untuk tinggal landas, dan 320 meter untuk mendarat ini.
Pesawat C-295 memiliki tiga varian, C-295M (versi transport militer, kapasitas angkut 48 personel pasukan payung/para, atau 27 tandu, atau tiga kendaraan ringan. Kedua, C-295MPA/Persuader (patroli maritim/anti-kapal selam), ketiga versi C-295 AEW&C (tipe peringatan dini/airborne early warning).
Awak dua orang, daya angkut 9.250 kg, berat lepas landas 23.200 kg, mesin 2 Pratt & Whitney Canada PW127G Hamilton Standard 586-F, masing-masing 1,972 kW. Kecepatan maksimum 576 km/jam (311 knots), kecepatan jelajah 480 km/jam (260 knots, 300 mph). Antara(Jurnas.com)