Sabtu, 05 Januari 2013

Menanti Armada Baru

Menanti Armada Baru
Jakarta Anggota Komisi I DPR Nuning Kertopati menilai, pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) sangat penting. Pasalnya, saat ini dari 17.499 pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau terluar dan 12 pulau diantaranya merupakan pulau-pulau strategis yang tersebar di sepanjang perbatasan negara tetangga.

Terkait fungsi pertahanan dan keamanan negara, kedudukan pulau terluar merupakan beranda nusantara yang harus terus dipantau dan diawasi. Karena pulau-pulau tersebut digunakan sebagai titik-titik batas terluar (base point) pengukuran batas wilayah NKRI dengan negara tetangga.

“Ini tinggal menunggu persetujuan presiden. Tentunya kita menilai ini sangat penting,” jelas Nuning kepada LICOM, Sabtu (5/1).

TNI AL selain menjalankan tugas-tugas militer matra laut, juga berupaya melakukan langkah-langkah proaktif demi meningkatkan ketahanan nasional di wilayah perbatasan. Kawasan perbatasan negara sebagai beranda harus mengedepankan aspek ‘prosperity’ dengan memperhatikan aspek lingkungan hidup.

“Juga yang paling penting harus tetap memperhatikan aspek pengamanan,” ungkap politisi Hanura itu.

TNI AL harus mampu menghadapi tantangan perkembangan ancaman keamanan laut dalam bentuk apapun. Selain melaksanakan tugas TNI matra laut, juga menegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah yuridiksi nasional sesuai dengan hukum nasional dan international yang telah diratifikasi.

“Ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Kasal Laksamana Marsetio,” pungkas Nuning.

 Pembentukan Kohanla Menunggu Persetujuan Presiden

Marinir (We Supratman)
Pembentukan Komando Pertahanan Laut (Kohanla) dipastikan akan terwujud, menyusul adanya persetujuan di tingkat Markas Besar TNI dan menunggu proses persetujuan Presiden.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI (P) Untung Suropati menjelaskan, Kohanla nantinya akan membawahi tiga armada yaitu Armada Barat, Armada Tengah dan Armada Timur.


"Dalam forum apel komandan satuan kemarin sudah dipaparkan perubahan mendasar adalah validasi organisasi TNI AL. Ini sudah disetujui di tingkat Mabes TNI, mulai dari pengembangan armada, marinir, perkembangan atau penambahan organisasi baru," kata Kadispenal Untung Suropati di Jakarta, Jumat (4/1).


Pengembangan postur ini menurut Untung akan diikuti oleh strata kepangkatan. Untuk Kohanla akan dipimpin oleh pangkat Laksamana Madya (Laksdya). Sedangkan masing-masing armada dipimpin oleh Laksamana Muda.


Pemekaran postur yang juga disetujui oleh Mabes TNI yaitu pembangunan satu pasukan marinir (Pasmar) yaitu Pasmar III di Sorong. Meski mengaku belum dikaji lebih jauh, namun jumlah personel Pasmar di Sorong, menurut Kadispenal idealnya setara dengan satu divisi di angkatan darat.


Hingga kini pembangunan infrastrutur untuk Armada Tengah diakui Untung, belum dilakukan karena menunggu keputusan presiden terkait revisi Peraturan Presiden Nomor 10/2010 tentang Organisasi TNI. "Dari Mabes TNI yang sudah menyetujui akan diajukan ke pemerintah. Pembangunan menunggu persetujuan presiden terlebih dahulu," pungkasnya.



6 Terduga Teroris Tewas di NTB

Anggota kepolsian menjaga peti jenazah terduga teroris yang tewas tertembak saat penangkapan teroris di Poso, Sulawesi Tengah. FOTO: AFP PHOTO / NANANG
Jenazah keenam terduga teroris itu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di NTB.

Enam terduga teroris dilaporkan tewas di dua tempat berbeda di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Jumat (4/1) malam dan Sabtu (5/1) pagi.
Dua terduga teroris ditemukan tewas di Sila, Kabupaten Bima, dalam kontak senjata dengan tim Datasemen Khusus (Densus) 88 pada Jumat malam.

Empat terduga teroris lainnya tewas di wilayah Ginte, Kelurahan Kandai, Kabupaten Dompu.

Jenazah keenam terduga teroris itu dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara di NTB. Namun, pihak Polda NTB belum mengeluarkan penyataan resmi soal kontak senjata tersebut.

"Informasi terkait (insiden ini) akan disampaikan oleh Kapolda. Ini bukanlah wewenang saya," kata Kepala Humas Polda NTB, AKBP Sukarman Husein di Mataram, Sabtu (5/1).

Dua terduga teroris yang tewas di Sila dikabarkan bernama Rois, atau Roy, asal Sulawesi, dan Bahtiar asal Kabupaten Bima, NTB.

Keenam terduga teroris ini diduga terkait dengan para terduga teroris yang meninggalkan Poso, Sulawesi Tengah, dan kabur ke Bima pada akhir Desember lalu.

Poso menjadi wilayah yang rawan terjadi bentrokan dan kekerasan, terutama antara kelompok Muslim dan Kristen yang awalnya pecah pada tahun 1990-an dan pertengahan tahun 2000. Insiden tersebut mengakibat ribuan orang tewas.

Densus 88 Tewaskan Tiga Teroris di Dompu

Detasemen Khusus 88 Antiteror tidak mengenal libur di awal tahun 2013 ini. Setelah kemarin membekuk enam teroris di Makassar, Sulawesi Selatan, sejak sore kemarin Densus juga memburu teroris di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Pada Jumat (4/1) petang  sekitar pukul 18.30, Densus membekuk dua orang bernama Rois dan Bachtiar. Mereka ditangkap di tempat yang diduga sebagai tempat pelatihan kegiatan merakit bom.

"Di Dompu ini, dengan terpaksa karena kelompok yang dihadapi adalah kelompok bersenjata, petugas juga lakukan penembakan. Ketika itu mereka baru turun dari lokasi latihan," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar dalam jumpa pers di kantornya, Jakarta Selatan,  Sabtu (5/1).

Sementara itu, kegiatan penangkapan terus berlanjut di Dompu Sabtu pagi ini. Polisi menggerebek tempat pelatihan kelompok itu. Dalam hal ini, kata Boy, pihaknya terpaksa melakukan penembakan terhadap sejumlah orang yang diduga kuat menguasai bahan peledak.

Satu yang tewas terindikasi bernama Andi Brekele atau Andi Kayamaya. Informasinya, ia berasal dari Poso. Sementara itu, dua lainnya masih dalam proses identidikasi.

Jenazah para teroris di Dompu  pagi tadi dievakuasi ke Mataram. Sementara, jenazah Rois dan Bachtiar sejak petang kemarin berada di Rumah Sakit Bhayangkara, Mataram, NTB. Rencananya jenazah akan dibawa ke Jakarta.

"Jadi total 3 meninggal dunia pukul 7 tadi pagi saat berhadapan dengan petugas kita di lokasi tempat pelatihan teror kelompok ini. Dua masih diidentifikasi," jelas Boy.

Dari lokasi kejadian di  kebun kacang Kelurahan Kandai, Dompu ini Densus 88 menyita bom pipa 1,5 inci siap digunakan, 4 bom pipa masih dirakit, ada beberapa bahan pendukung campuran yang lazimnya digunakan untuk bom rakitan.

Selain itu juga ada bahan seperti urea, asam nitrat, sodium, paku besi, yang diduga kuat jadi bahan campuran. (flo/jpnn)

Dua Hari, Tujuh Orang Tewas Ditembak Densus

Selama dua hari berturut-turut, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri meringkus 11 terduga teroris dari dua tempat, yaitu Makassar, Sulawesi Selatan dan Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dari jumlah tersebut, tujuh di antaranya tewas. Dua terduga teroris tewas di Makassar, sedang lima lainnya di Dompu.

Penangkapan pertama dilakukan Densus 88 di belakang Masjid RUmah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Jumat (4/1) pukul 10.30. Terduga teroris yang tewas adalah Syamsuddin dan Ahmad Khalil alias Hasan asal Palopo. Jenazah keduanya telah dibawa ke  Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.

Penangkapan kedua dilakukan di Pasar Daya, Makassar pada hari yang sama. Sempat terjadi baku tembak antara polisi dan terduga teroris.

Dari penggerebekan di Pasar Daya ini terduga teroris yang berhasil diamankan adalah Thamrin dan Arbain. Keduanya hanya mengalami luka tembak. Mereka ditangkap setelah melarikan diri dari penggerebekan pertama di belakang masjid.

Penangkapan di Makassar masih berlanjut. Densus 88 membekuk dua teroris lainnya di Enrekang pada Jumat pukul 18.30. Dua terduga teroris terkait kelompok Abu Uswah dibekuk. Mereka adalah Syarifudin dan Fadli.

"Di Makassar polisi menangkap enam orang. Empat hidup, dua meninggal. Mereka jaringan yang terpantau pascapembunuhan dua polisi di Tamanjeka, Poso. Semakin diintensifkan penyelidikan kita, pergerakan surveillance terhadap mereka. Di antaranya terpantau dari Sulawesi menuju Dompu," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar di Jakarta, Sabtu (5/1).

Dari pengembangan berikutnya, Densus 88 mengejar para teroris hingga ke Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pada Jumat (4/1) petang  sekitar pukul 18.30, Densus membekuk dua orang bernama Rois dan Bachtiar. Mereka ditangkap di tempat yang diduga sebagai tempat pelatihan kegiatan merakit bom.

Polisi menyebut dua orang ini melakukan perlawanan dengan senjata api sehingga polisi pun mengeluarkan tembakan. Rois dan Bachtiar pun tewas dalam aksi baku tembak itu.

Kegiatan penangkapan terus berlanjut di Dompu Sabtu pagi ini. Polisi menggerebek tempat pelatihan kelompok itu. Dalam hal ini, kata Boy, pihaknya terpaksa melakukan penembakan terhadap sejumlah orang yang diduga kuat menguasai bahan peledak.

Satu yang tewas terindikasi bernama Andi Brekele atau Andi Kayamaya. Informasinya, ia berasal dari Poso. Sementara itu, dua lainnya masih dalam proses identifikasi.

"Dengan demikian, catatan kita 2x24 jam ini, Densus telah menangkap 11 orang. Pengembangan dari peristiwa ini karena sudah terpantau sejak 1,5-2 bulan. Terpantau di antara mereka ada yang ke arah Dompu, NTB, berbatasan dengan Bima," pungkas Boy.(flo/jpnn)

Berita Satu | Jpnn

Antara Kornas dan PKR 10514

 Menimbang Penawaran Italia Dan Belanda

Desain PKR 10514 (Damen Schelde)
Harian Kompas Cetax kembali mengulas pembelian Kapal PKR 10514 yang menurut pemerhati alutsista mengandung keganjilan yang merugikan Indonesia.

Kemenhan dipastikan sudah memesan kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) tanpa peluncur rudal dari Damen Schelde, Belanda, pada 2012 seharga US$ 220 juta. Namun Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Persenjataan mengkritik adanya penawaran serupa yang lebih menguntungkan dari galangan Orisonte Sistem Navali, Italia, namun tidak direspon Kemhan.

Poengky Indarti mewakili Koalisi Masyarakat Sipil menjelaskan bahwa galangan kapal dari Italia memberikan harga jual yang sama dengan Damen schelde dan telah termasuk peluncur rudal, terpedo maupun radarnya.

"Bahkan pihak Italia bersedia membangun kapal 100% di galangan PT PAL Surabaya. Entah mengapa dari tiga penawaran, termasuk Rusia, Justru tawaran Belanda yang disetujui. Bahkan, pada tahun 2013 akan diadakan kontrak pembelian kedua," kata Poengky.

Poengky menambahkan, kapal dari Belanda membutuhkan tambahan biaya US$ 75 juta untuk melengkapi peluncur rudal dan terpedo. Pembelian dari Belanda seperti membeli Tank tanpa meriam. Tawaran pihak Italia pun menjanjikan PT PAL mendapat 15% pengerjaan dari nilai kontrak.
 

Desain Korvet Nasional
Sepintas lalu, tawaran Belanda yang menawarkan 25% pengerjaan dari nilai kontrak lebih menguntungkan Indonesia. Namun menurut Poengky, dalam kenyataan PT PAL, sesudah kontrak ditandatangani, hanya mendapat pekerjaan senilai 3% nilai kontrak. Kondisi itu membuat PT PAL merugi. Apalagi, PT PAL harus menutup layanan usaha dry dock selama delapan bulan demi proyek PKR Belanda tersebut. Mereka juga tidak mendapat bayaran atas penggunaan dry dock tersebut.

Menanggapi kritikan tersebut, Sekjen Kemhan Marsekal Madya Eris Heryanto, seusai pertemuan General border Commitee RI-Malaysia di Jakarta, menyanggah adanya kejanggalan dalam pembelian kapal PKR tersebut. "Kita mengirim 250 tenaga kerja PT PAL ke Belanda. Itu sudah termasuk dalam nilai kontrak. Tidak benar PT PAL hanya mendapat pengerjaan senilai 3%. Para teknisi Indonesia turut bekerja di Belanda dan mendapat transfer teknologi," ujar Eris.

Dia menegaskan, pemilihan Damen Schelde udah sesuai prosedur Lelang. Dari tawaran Rusia, Italia, dan Belanda, pihak Damen lebih unggul sehingga dipilih. Kemhan memang akan mengeluarkan biaya tambahan untuk melengkapi rudal dan Terpedo setelah kapal selesai. Hal ini wajar dan sesuai prosedur.

Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengingatkan, pembelian PKR dari Belanda tersebut sejak semula sudah dicermati DPR dan ada keganjilan. "Kami, sesudah masa reses, akan memanggil Kemhan pada Januari 2013. Belanda memang lebih unggul dibandingkan pesaing lain karena mereka paham cara patgulipat di Indonesia," kata Hasanuddin.

Dia menenggarai kontrak pembelian PKR kedua dan ketiga dengan cara yang sama diduga merugikan Indonesia dan hanya menguntungkan segelintir orang. Bahkan, pihaknya mendengar dari PT PAL dan AL pun ada keberatan terhadap pembelian PKR dari Belanda tersebut.(GM)


Kompas Cetax

Operasi Kemanusiaan Di Timor Timur

 Peranan FASI Dalam Operasi Kemanusiaan Di Tim Tim 

Britten Norman BN-2A Islander
LEPAS tengah malam tanggal 10 Agustus 1975 di Timor Timur pecah perang saudara yang mengakibatkan puluhan ribu penduduknya mengungsi ke wilayah Indonesia di sepanjang perbatasan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pada puncaknya jumlah pengungsi Timor Timur mencapai 40.000 orang. Salah satu dampak pergolakan di Timor Timur terhadap NTT ialah meningkatnya permintaan hubungan udara dari Bandara Penfui (EI Tari), Kupang ke lapangan terbang Atambua yang masih berupa landasan rumput dan tanpa terminal. Penerbangan pada jalur itu dilakukan dengan pesawat Twin Otter, Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang masih bersifat irregular flight. Kemudian Dirgantara Air Service (DAS) mengirimkan Britten Norman BN-2A Islander sebagai pesawat carter. Direktorat Bea & Cukai menambah sebuah pesawat Piper PA 30/310 Navajodan Piper PA30/200 Comanche untuk mendukung kebutuhan pemerintah.

Piper PA30/200 Comanche
Disebabkan meningkatnya kebutuhan angkutan udara akhirnya kepala penerbangan Bea & Cukai yang juga menjadi Ketua Aero Club Indonesia mengerahkan pesawat aeroclub untuk menunjang kebutuhan.

Piper PA-28/180 Arrow
Mula-mula pesawat beregistrasi "S" (Sierra) sebagai pesawat sport atau FASI dioperasikan untuk jalur penerbangan Kupang - Atambua. Pesawat itu adalah sebuah Piper PA-28/180 Arrow PK-SWR dan Piper PA-32 Cherokee VI PK SRD. Kemudian juga diperkuat dengan pesawat bermesin ganda Piper PA-34 Seneca II PK-SBA. Dalam mendukung operasi kemanusiaan untuk penanganan pengungsi Timor Timur, pesawat-pesawat Aero Club Indonesia mengangkut personel-personel Palang Merah Indonesia (PMI), International Red Cross (IRC), pejabat-pejabat pemerintah, militer, mengangkut makanan dan obat-obatan. Selain itu juga mengantar Duta Besar Vatikan untuk Indonesia Monsinyur Lorenzo Varano dari Kupang ke Atambua pulang pergi dengan pesawat Seneca II untuk menyaksikan keadaan pengungsi secara langsung.

Cessna-206 STOL
Piper PA-31 Navajo
Piper PA32 Cherokee VI
Piper PA-34 Seneca II

Ketika Dili sudah jatuh, kebutuhan hubungan udara antara Kupang - Dili sangat mendesak. Aero Club Indonesia membuat jembatan udara Kupang - Dili dengan tiga pesawat bermesin ganda sebagai tulang punggung yaitu dua Piper PA-34 Seneca II masing-masing PK-SBA dan PK-SRI serta sebuah Piper PA-31 Navajo PK-SPG, Piper PA-28/180 Arrow PK-SRW dan dua Piper PA32 Cherokee VI masing-masing PK-SAA dan PK-SRD, Cessna-206 STOL PK-SBR dan sebuah Piper PA-28/140 Cherokee PK-SWR.

Pesawat-pesawat itu mengangkut personel, makanan dan obat-obatan ke landasan rumput yang pendek di kota-kota kabupaten (conselho) dan kota kecamatan (posto) di Timor Timur yaitu Maliana, Suai, Same, Viqueque, Los Palos dan di pulau Atauro. Pesawat Cessna-206 PK-SBR juga digunakan untuk menerbangkan Francisco Xavier dos Amaral, presiden Fretilin, dari Dili ke Denpasar.

Di Dili Aero Club Indonesia digunakan mendidik para pejabat menjadi penerbang Private Pilot License (PPL) diantaranya Brigjen TNI Dading Kalbuadi, Pangkodahan Timor Timurdan Kolonel Inf. Sutarto, Danrem164/Wiradharma. Pesawat Aero Club yang dioperasikan di Timor Timur bukan tanpa korban. Pesawat Piper PA-140 PK-SRH yang diterbangkan oleh Drs. Roesdi dibantu Eddy seorang penerbang PPL menemui kecelakaan dalam ferry flight dari Kemayoran Jakarta menuju ke Komoro, Dili, lewat Surabaya, Denpasar dan Maumere, Flores. Sekitar sejam setelah tinggal landas dari Maumere, PK-SRH mengalami kerusakan mesin sehingga pesawat mendarat darurat di laut.

Meskipun Eddy berhasil keluar dari pesawat, ia tewas tenggelam di laut. Setelah Roesdi terapung-apung di laut selama 26 jam, ia terdampar di pantai Oecusi, Timor Timur. Berkat pengabdiannya di Timor Timur beberapa orang penerbang Aero Club Indonesia mendapat anugerah kehormatan Satya Lencana Seroja. Pesawat-pesawat beregistrasi "S" atau FASI yang dioperasikan di Timor Timur sejak pertengahan tahun1975 sampai akhir tahun 1982, hampir mencapai jumlah 6.000 jam terbang. Melihat peranan pesawat FASI di Timor Timur, Brigjen TNI Dading Kalbuadi memberikan komentar, "Tidak terbayangkan bahwa pesawat-pesawat kecil itu dapat memberikan manfaat yang besar bagi Bangsa dan Negara."

FASI

Ketua LAPAN: Ruang Udara Kita Dipakai Orang Seenaknya

PUNA Wulung
Jakarta - Lapan merupakan lembaga non-kementerian yang fokus ke dunia kedirgantaraan. Lembaga tersebut kini tengah menciptakan roket, pesawat tanpa awak, dan satelit untuk keperluan pengawasan (surveillance). Langkah itu sudah dimulai melalui wahana terbang kecepatan rendah dengan menciptakan pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle -UAV).

“Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut.Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut,” ujar Ketua LAPAN Bambang Setiawan Tejasukmana.

Semua teknologi peralatan terbang itu sudah tercapai sejak pertengahan 2011 hingga 2012, sehingga tak berlebihan jika tahun 2012 ini adalah tahun kebangkitan teknologi kedirgantaraan.Teknologi apalagi yang sudah berhasil dirampungkan lembaga tersebut, dan apa yang sedang dalam proses pembuatan?


Simak wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Drs. Bambang Setiawan Tejasukmana, Dipl.Ing.

Apa makna 2012 bagi perkembangan teknologi kedirgantaraan nasional, dan apa harapannya di tahun mendatang?

Tahun 2012 merupakan tahun kebangkitan teknologi penerbangan. Sejak pertengahan 2011 hingga sekarang beberapa produk sudah ada roadmap-nya.

Tahun 2013 itu 50 tahunnya Lapan, keantariksaan di Indonesia. Kita siap melaksanakan satelit, UAV, dan roket. Roket RX 550 diluncurkan di Morotai, Lapan A2 diluncurkan di India. Kita tunggu India, dia bilang bulan Juni 2013, sampai sekarang belum ada perubahan dari mereka. India ini programnya agak susah, kita berharap mereka tidak berubah agar bisa segera.

Satelit ini untuk memotret Indonesia setiap hari. Nanti kita bisa melihat perubahan lahan kita seperti apa, misalnya ada pengurangan lahan pertanian, macam-macam. Kalau mencatat jalan darat, lama sekali, karena Indonesia luas sekali. Lapan Surveillance Aircraft atau pesawat tanpa awak untuk pengawasan (surveillance), roket untuk banyak hal. Sebelum untuk luncurkan satelit, kita gunakan dulu untuk mengukur atmosfer.

Teknologi radar kita masih bergantung sama negara luar, tapi kita mesti siapkan. Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut. Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut.

Indonesia sudah mampu membuat drone, pesawat intai yang canggih itu. Apa sebenarnya manfaat pengembangan teknologi pesawat itu untuk kita?

Misalnya kalau ada banjir di Bintaro, luasnya daerah yang kena banjir ini bagaimana? Nah ini bisa menggunakan drone. Sedang disiapkan desainnya. Misalnya ada longsor di Jawa Barat, daerah longsornya seperti apa itu bisa menggunakan drone. Kalau Amerika untuk mencari Taliban, kita tidak begitu. Punya kita belum sampai, cuma untuk memotret saja. Terakhir kita sedang uji cobakan, jelajahnya bisa membawa muatan 10 kilogram, LSU03 saat ini paling canggih. Itu bikinan kita sendiri, kecuali mesinnya. Untuk mesin kita belum punya pabriknya, jadi beli mesin yang sudah ada. Efektif untuk surveillance.

Awal tahun 2012 kita sudah gunakan di Merapi untuk ambil gambar. Dia pakai kamera dan GPS, setiap dia memotret, kita bisa tahu posisinya. Dia hanya mampu menjelajah 3 kilometer, kameranya kecil. Terus dia diterbangkannya sangat mudah, tidak perlu airport.

Bedanya dia memotret berdasarkan program. Program itu daerah mana koordinat berapa dia ambil gambar dalam jarak satu kilometer. Terus dia balik setor gambar. Lalu gambar itu digabungkan, jadi kita dapatkan gambar yang luas. 

Bisa dijelaskan program LAPAN untuk prototipe pesawat N219?

Cutaway N219 (Weapons technology)
Untuk (prototipe pesawat) N219 kita sudah disediakan dananya. Harapannya 2013 sudah muncul desainnya agar di Papua Barat yang tinggi-tinggi itu bisa terjangkau, kasihan selama ini. Lapan bikin prototipenya, research and development-nya. Kita bikin uji mesin untuk sertifikasinya, sehingga saat pesawat itu sudah jadi, pesawat itu diuji, digetar-getar guna mendapatkan sertifikasi dari Dirjen Kementerian Udara, Kemenhub.

Setelah dapat sertifikasi, langsung produksi 2014. Anggarannya Rp 302 miliar untuk bikin prototipe dan line produksinya, bikin cetakannya, itu dibiayai APBN.

Prototipe itu pesawat sudah terbang. Struktur PTDI. Target 40% kandungan lokal. Kita tidak bangun fasilitas baru, tapi menggunakan yang sudah ada. N219 itu mirip twin otter, karena twin otter sudah berusia 20-30 tahun, sudah setop produksi dari dulu. Inilah pesawat barunya, teknologinya juga baru. Twin otter kan teknologi 20 tahun lalu.

Apakah sudah ada pasarnya, karena itu juga menjadi bagian yang sangat penting?

Captive market kita belum punya, kita mesti bersaing bebas. Kalau sudah jadi, baru koordinasi. Komitmen awal, prototipe dari pemerintah, PTDI kan tidak ada investasi anggaran. Pesawat sejenis juga sedang diproduksi negara lain, Kanada, masuknya 2015. Jadi kalau 2014 akhir kita bisa masuk, kita bisa langsung merebut pasar dalam negeri.

Kalau kita terlambat setahun-dua tahun, mereka pasti akan masuk. Syaratnya barangnya jadi dulu, baru maskapai penerbangan swasta. Yang buat kami semangat, mereka pasti serbu itu 2015. Makanya 2014 akhir kita harus masuk duluan.

Bagaimana dengan keseriusan pemerintah mengembangkan pesawat nasional ini?

Kita optimistis Kemenhub akan membantu. N250 akan dimodifikasi mulai pada 2017 nanti kemungkinan pemerintah akan mengembangkan kembali, karena market-nya sudah ada. Dibandingkan twin otter, N219 mampu mengangkat lebih berat dengan teknologi sayap terbaru. Teknologi avionic-nya juga jauh lebih baru. Jarak tempuhnya seribuan kilo, dia mampu mendarat di landasan pendek. Tanpa diisi bahan bakar dia langsung balik lagi.


Biasanya pesawat harus isi bahan bakar dulu, ini dia tanpa refueling. Setelah itu direncanakan N245, lebih murah lagi biaya bikin prototipenya karena modifikasi dari CN235. Modifikasi pesawat militer jadi pesawat penumpang, menambah seat. Lapan yang membikinnya, yang menguji BPPT, terus Menristek yang mengoordinasi ke semuanya.

Anggarannya kecil saja, tidak banyak juga untuk N219. Sekarang baru tahapan desain prototipe, belum sampai produksi. Tapi lumayanlah. N219 itu kecil, kapasitasnya cuma 9.

Jadi khusus untuk melayani daerah-daerah yang tinggi, medan yang berat. Untuk daerah yang susah dijangkau, kayak Papua. Untuk barang bisa juga, tapi tidak terlalu banyak, supaya harga murah. Biasanya manusia dulu tapi sambil barang. Jadi yang utama manusia. Mudah-mudahan Harteknas tahun depan, bisa saya angkat.

Kemudian roket, satelit. Apalagi UU Kedirgantaraan sedang digarap, tambah mantap kita. Satelit itu untuk motret Indonesia setiap jam. Penting itu. Roket itu untuk menaruh satelitnya. Bisa untuk menembak musuh juga, kalau ditaruh peluru kalau mau. Satunya lagi, pesawat tanpa awak. Rencana tahun depan.

Bagaimana nasib RUU Kedirgantaraan? Seberapa urgensinya?

Kemarin saya sudah menyerahkan ke DPR. DPR sekarang sudah membahas, termasuk dia belajar ke Brasil dan Amerika untuk memperdalam tentang kedirgantaraan. Selama ini kita punya ruang udara, masa orang pakai seenaknya. Misalnya ada kerusakan, atau negara orang ada nuklirnya kita kena, mau nggak begitu? Kalau kita mengatur, aman kita.

Termasuk kalau dia menerbangkan sesuatu, jatuh, gimana ganti rugi atau macam-macamnya kalau tidak diatur? Makanya kita perlu mengatur ruang yang kita miliki, jangan seenaknya, rugi kita kalau tidak bikin itu.

Majalah Detik

Jumat, 04 Januari 2013

T-50 Untuk TNI AU


  T-50 Untuk TNI AU 

TNI Angkatan Udara akan segera diperkuat satu skuadron atau 16 pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

Pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasar kekuatan dasar minimum.

Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan, T50 adalah pesawat produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) dimana dalam proses pembuatan pesawat T50 dibantu untuk pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh perusahaan dari Amerika yaitu Lockheed Martin, 17 persen oleh Korea Aerospace Industries (KAI) dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan.

T50 merupakan Pesawat tempur ringan dimana calon pilot pesawat tempur sukhoi harus melewati tes dengan T50, karena kalau latihan pakai Sukhoi "cost operasional" nya cukup besar. Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.

T50 Aerobatik TNI AU selain untuk Tim Aerobatik, digunakan juga untuk pesawat penyerang, dimana terdapat tulisan TT (Tempur Taktis) pada bagian Kode Pesawat dimana kode TT pada versi TNI AU untuk Pesawat Tempur yang role utamanya untuk Air to Ground.

T50 bisa dipasang rudal "air to air" AIM-9 Sidewinder (rudal udara ke udara), rudal "air to ground" AGM-65 Maverick (rudal udara ke darat) serta mampu membawa beberapa Bomb seperti CBU-58 cluster, Mk 82, Mk 83/MK, dan Mk 20.

Khusus untuk Tim Aerobatik, TNI AU memesan camo atau design warna biru kuning, camo ini mirip yang dipakai oleh tim aerobatic Elang Biru. Dimana Tim Elang Biru ini menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara karena tim ini dapat disejajarkan dengan beberapa tim aerobatik kelas dunia seperti tim Red arrow (Inggris), Roulette (Australia), Golden Dreams (Inggris).



Desain pesawat yang dibuat khusus untuk T50 Golden Eagle ini sangat mirip dengan Elang Biru, apakah dengan pesawat T50 ini akan jadi penerus dari Elang Biru. Kita tunggu saja....!!!







All pics post by Kenyot10

Pertahananbangsa

Komisi I Akan Tanyakan Realisasi Pembelian Kapal Selam dari Korsel

(Formil Kaskus)
Senayan - Komisi I DPR menyetujui rencana pemerintah untuk membeli tiga unit kapal selam dari Korea Selatan. Syaratnya, pembelian itu disertai alih teknologi. Syarat ini diajukan DPR agar suatu saat Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri.

Teknis alih teknologi itu, satu dari tiga kapal selam yang akan dibeli harus dikerjakan di dalam negeri. PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, akan dipilih untuk menggarap kapal selam itu.

Anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi mengatakan, seusai masa reses ini pihaknya berencana menggelar rapat kerja dengan pemerintah untuk mengetahui perkembangan realisasi pembelian kapal. Komisi I berharap ketiga kapal yang dipesan cepat kelar dan pada 2014 sudah siap digunakan untuk memperkuat pertahanan TNI Angkatan Laut.

"Ini sebenarnya program tahun jamak 2010-2014. Saya lupa berapa anggaran totalnya bagi tiga kapal selam itu. Tapi, yang penting sejauh mana kontrak dan pengerjaannya berjalan," kata Helmy Fauzi kepada JurnalParlemen, Kamis (3/1).

Selain membeli kapal, Helmy mengungkapkan, Indonesia sedang merajut kerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat tempur KFX. Pesawat tempur varian baru dari generasi F-16 asal Amerika Serikat ini akan dibikin bersama oleh insinyur Indonesia dan Korsel.

"Kita harapkan produksi KFX segera diwujudkan guna memenuhi modernisasi pesawat tempur TNI AU," kata Helmy.

Pekan lalu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia mampu membikin kapal selam setelah teknisi PT PAL belajar dari Korsel. Kini PT PAL sedang bersiap memproduksi alutsista kelautan seperti kapal selam, kapal tunda, dan kapal rudal cepat.


Jurnal Parlemen

Extended Endurance Could Get C295AEW Back on the Indonesian Radar

Marte MK2/S anti-ship missile under left wing. (Airbus Military)
Airbus Military has begun flight-testing a modification to add winglets to the C295 medium transport and surveillance aircraft – one of a series of product developments underway on the market-leading type.

By increasing the lift-drag ratio the winglets are expected to improve performance in the takeoff, climb and cruise phases of the flight. For the C295 these extensions would contribute to hot and high runway performance, increased range and endurance, and reduced fuel consumption – driving lower operating costs.

The first flight of the wingletted Airborne Early Warning (AEW) configured aircraft took place in Spain on 21 December. Data from the flight test program will help evaluate the potential benefit and feasibility to incorporate winglets into the C295 design.

Extending the mission endurance of this aircraft is considered a critical requirement for Airbus Military, in order to meet the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft.

Promoting the choice of C295 for the Indonesian AEW mission Airbus Military has painted the C295AEW prototype with the TNI-AU colors. Photo: Airbus Military

Indonesia is already shopping for such aircraft, and, according to Air Force Chief of Staff ACM Imam Sufaat, larger platforms would be required for the country’s AEW mission, particularly in terms of endurance.

It is expected that the improvements gained by those winglets would be sufficient to get the C295 into the game. The Indonesian market is considered a strategic market for the aircraft. In early 2012 Indonesia placed an order for nine C295 aircraft, the first delivered by the end of last year. Airbus Military is also helping its local partner PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to modernize its manufacturing facilities to enable local assembly of these planes.

Few months earlier Airbus Military and missile developer MBDA performed flight demonstration of an armed C295 maritime patrol aircraft, carrying an instrumented Marte MK2/S anti-ship inert missile installed under the left wing. The flight was the first of a series of trials planned in a joint Airbus Military – MBDA collaboration to validate the aerodynamic integration of Marte on the C295. Subsequent flights will include handling qualities tests and aircraft flight performance tests. The C295 will be the first fixed-wing aircraft configuration for the missile. Marte Mk2/S is already integrated on the AW-101 and the NFH-90 naval helicopters.

http://www.defense-update.com/wp-content/uploads/2013/01/c295aew_wg4.jpg
The new winglets are expected to improve the C295 performance and mission endurance, thus meeting the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft. Photo: Airbus Military

The MBDA Marte MK2/S missile is a fire-and-forget, all-weather, medium-range sea-skimming anti-ship weapon system, equipped with inertial mid-course guidance and radar homing terminal guidance, and capable of destroying small vessels and heavily damaging major vessels. 

The missile has a weight of 310 Kg and is 3.85 m long. In the anti-submarine warfare (ASW) role, the C295 is already in-service carrying the MK46 torpedo.

175 Personel TNI Dikirim ke Kongo

Ini Dia Para Pemberani Personel TNI yang Dikirim ke Kongo (Foto)Sebanyak 175 prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-J/MONUSCO (Mission de I’Organisation de Republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) siap memperkuat misi Perdamaian Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah Kongo Afrika, dilepas oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E., dalam sebuah upacara militer di Plaza Mabes TNI Cilangkap Jakarta Timur, Jumat (4/1/2013). Demikian rilis yang dikirim ke redaksi Tribunnews.com.

Panglima TNI mengatakan bahwa tugas yang diemban para prajurit sangat sarat dengan misi-misi kebangsaan, baik aspek politik, diplomasi maupun budaya yang bersentuhan langsung dengan komunitas internasional. Hal ini mengandung makna, bahwa para prajurit sekalian mengemban tugas untuk menjaga kehormatan bangsa dan negara.  Untuk itu, para prajurit harus dapat melaksanakan tugas dengan penuh semangat, dedikasi dan loyalitas, serta tetap memperhatikan faktor keamanan dan kewaspadaan terhadap setiap perkembangan situasi di wilayah penugasan.
 

Ini Dia Para Pemberani Personel TNI yang Dikirim ke Kongo (Foto)
“Besarnya komitmen Indonesia pada misi perdamaian dunia, sebagai bagian dari politik luar negeri, ditetapkan oleh Presiden melalui peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 85 tahun 2011, yang mengamanatkan tim koordinasi misi pemeliharaan perdamaian dunia untuk melakukan perencanaan, penyiapan kajian komprehensif, merumuskan posisi dan strategi, serta mengevaluasi partisipasi Indonesia pada misi-misi pemeliharaan perdamaian dunia”. ujar Panglima TNI.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa secara langsung TNI dituntut untuk senantiasa  menyiapkan diri dan meningkatkan kualitas sumber daya yang melingkupi aspek manajerial maupun operasional, baik yang terkait profesionalitas prajurit di bidang keterampilan dan sikap keprajuritan, maupun kapasitas serta kapabilitas satuan dalam menyiapkan satuan tugas TNI, untuk kita dedikasikan dalam rangka mendukung peran internasional Indonesia di dalam memainkan peran kolaborasi hard power dan soft power  pada misi perdamaian dunia.

Satgas Kizi TNI Konga XX-J/MONUSCO terdiri dari 151 TNI AD, 19 TNI AL, dan 5 TNI AU dipimpin oleh Letkol Czi Irfan Siddiq selaku Komandan Satgas (Dansatgas) merupakan abituren Akademi Militer tahun 1995 dan kesehariannya menjabat sebagai Komandan Batalyon Zipur 9/1 Kostrad.  Satgas Kizi TNI Konga XX-J/MONUSCO bertugas menggantikan Satgas Kizi TNI Konga XX-I/MONUSCO.


Tribunnews

Densus Tembak Mati 2 Terduga Teroris Sebelum Jumatan

http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/teroris-wahidin.jpgSuasana di lokasi penembakan teroris di depan pintu masuk Masjid Nur Alfiah, RS Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (4/1/2013).Foto: (TRIBUN TIMUR/ABDUL AZIZ)

Makassar | Polisi dari Detasemen Khusus Antiteror 88 Mabes Polri menembak mati dua terduga teroris yang dikabarkan merupakan jaringan teroris Poso.

Penembakan sekaligus penangkapan berlangsung di depan pintu masuk Masjid Nur Alfiah, RS Wahidin Sudirohusodo, Jl Perintis Kemerdekaan, Makassar, Jumat (4/1/2013) sekitar pukul 10.45 wita.

Kapolsek Tamalanrea, Kompol Amiruddin mengatakan terduga teroris bernama Hasan alias Kholik dan Syamsuddin alias Asmar alias Buswah. “Ada juga yang terluka,” kata Amiruddin kepada tribun-timur.com. Jenazah terduga sedang diamankan polisi.

Polisi saat ini sedang mengamankan tempat kejadian. Pelaksanaan salat Jumat di masjid tersebut dikabarkan sempat terganggu. Penembakan berlangsung sejam sebelum rangkaian salat dimulai.(*)

Densus Tembak Mati 2 Terduga Teroris Sebelum Jumatan

Makassar | Detasemen Khusus 88 Antiteror menembak mati dua terduga teroris di masjid RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, Sulawesi Selatan. Sebelumnya keduanya sempat melarikan diri.

Penggerebekan tersebut terjadi sekitar pukul 11.30 WITA. Belum ada konfimasi dari pihak kepolisian soal penggerebekan itu. Kini, jenazah kedua terduga teroris disemayamkan di ruang jenazah RS Bhayangkara Makassar, untuk penyelidikan. Saksi mata menuturkan keduanya sempat menginap di masjid RS Wahidin Sudirohusodo selama dua hari.

Sejumlah satuan brimob bersenjata lengkap menjaga ketat kedua jenazah. Bahkan sejumlah wartawan sempat dilarang untuk mengambil gambar, saat hendak meliput jenazah dua terduga teroris yang tewas ditembak.

Kedua jenazah masing-masing bernama Asman dan Hasan alias Kholik. Dari informasi yang beredar, keduanya merupakan jaringan teroris yang kerap menebar teror di Indonesia.

Hingga kini, belum satupun aparat kepolisian atau pihak terkait yang mengeluarkan penjelasan, bahwa keduanya merupakan teroris jaringan Poso, atau komplotan teroris yang kerap menebar teror di Indonesia.(Faizal Wahab/DNI)

Jenazah Dua Terduga Teroris akan Diterbangkan ke Jakarta

Makassar | Jenazah dua terduga teroris yang ditembak saat melarikan diri di masjid RS Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, akan diterbangkan ke Jakarta. Keduanya bernama Asman dan Hasan alias Kholik.

Satu jenazah tewas seketika saat ditembak petugas Detasemen Khusus 88 Antiteror di lokasi kejadian. Sementara satu lainnya tewas dalam perjalanan menuju RS Bhayangkara Makassar. Kejadian berlangsung sekitar pukul 11.30 WITA.

Menurut sejumlah informasi, kedua jenazah akan dimasukkan ke dalam peti dan diterbangkan ke Jakarta. Keduanya akan diautopsi di RS Polri Kramat Jati.

Salah seorang keluarga pasien menuturkan pada Kamis (3/1) malam, sempat berbincang-bincang dengan kedua orang yang ditembak Densus 88. Pada Jumat pagi sekitar pukul 10.00 juga sempat bertemu dan terlibat obrolan. Kedua terduga teroris sempat bilang akan menuju masjid RS Wahidin

Hingga kini situasi di lokasi kejadian maupun di RS Bhayangkara masih dijaga petugas.(DNI)

Tribunnews | Metrotv

CIIA : Polri Enggan Akui Pelanggaran Kode Etik 14 Brimob di Poso

http://m.itoday.co.id/timthumb.php?src=http://www.itoday.co.id/http://www.itoday.co.id/images/stories/itoday-images/Razia_Warga_Sipil_di_Poso.jpg&h=auto&w=140&a=tlTindak lanjut proses dugaan pelanggaran kode etik 14 anggota Brimob, yang menganiaya 14 warga sipil di Poso, terkesan diperlambat. Bahkan ada kesan pihak kepolisian enggan mengakui pelanggaran anggota polisi di lapangan.

Penegasan itu disampaikan Direktur The Community Of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, kepada itoday (04/01) menanggapi pernyataan Kapolres Poso AKBP Eko Santoso soal kelengkapan saksi yang diperlukan dalam pengusutan pelanggaran kode etik 14 anggota Brimob.

Kapolres Poso, menyatakan, proses dugaan pelanggaran kode etik 14 Brimob harus menunggu kelengkapan saksi sebanyak 14 orang. "Ini aneh dan terkesan enggan mengakui pelanggaran anggotanya yang di lapangan. Apa saksi sembilan orang tidak cukup untuk memproses pelanggaran itu? Mengapa harus nunggu lima saksi lainnya," tegas Harits.

Menurut Harist, saksi yang babak belur setelah keluar dari Polres Poso sudah cukup untuk menjadi bukti, bahwa aparat Brimob telah melakukan penganiayaan terhadap warga sipil di Poso. "Syarifudin, seorang guru SMPN I Kalora-Poso yang babak belur setelah keluar dari Polres apa masih tidak cukup untuk dijadikan bukti aduan atas tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh aparat Brimob?" kata Harist.

Harist mengingatkan, pola tindakan aparat kepolisian yang membabi buta dan main tangkap, akan melahirkan kebencian dan dendam baru masyarakat terhadap aparat. " Pengerahan pasukan Brimob plus Densus 88 dalam jumlah yang besar, untuk kemudian main tangkap orang hanya karena sangkaan ikut pengajian terduga teroris, tidak akan melahirkan solusi," ungkap Harist.

Lebih jauh, Harits meminta aparat kepolisian harus serius mengedepankan humanisme untuk mereduksi kekerasan. "Jika itu tidak dilakukan, justru akan melahirkan siklus kekerasan yang tidak berujung. Sekalipun punya kewenangan dalam penegakan hukum, bukan berarti polisi boleh arogan atas nama hukum dan menjungkirbalikkan hukum menurut selera aparat di lapangan," pungkas Harits.

Diberitakan sebelumnya, pihak Propam Polda Sulawesi Tengah mengaku telah memeriksa 14 anggota Brimob terkait dugaan penganiayaan terhadap warga Kabupaten Poso. Warga sipil yang mengalami penganiayaan itu berasal dari Desa Kalora. Warga ditangkap polisi setelah terjadi penembakan enam anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah pada 20 Desember 2012.

itoday

Kapal Penyapu Ranjau Dikerahkan Bangun Jembatan Merah Putih

KRI Pulau Rimau 724 TNI AL
Ambon, Maluku | Diketahui masih cukup banyak ranjau warisan Perang Dunia II di Teluk Dalam Ambon, Maluku. Kapal penyapu ranjau akan dikerahkan untuk membebaskan teluk itu dari ranjau, karena Jembatan Merah Putih akan dibangun di sana.

Kepala Balai Jalan Nasional IX Maluku dan Maluku Utara, Jefry Pattiasina, Jumat, menyatakan, "Saya berkoordinasi dengan Kementerian PU telah menyurati Mabes TNI untuk mengerahkan kapal penyapu ranjau."

Pembersihan ranjau akan dilaksanakan dalam waktu dekat agar realisasi pembangunan bentangan pendekat jembatan tersebut rampung sesuai jadwal, yakni 2013.

"Pembangunan fasilitas tersebut harus mempertimbangkan keselamatan pekerja maupun kerangka jembatan karena ranjau peninggalan Perang Dunia II itu sewaktu-waktu bisa saja meledak," ujarnya.

Kementerian PU melalui APBN 2012 mengalokasikan Rp 115 miliar untuk pembangunan bentangan pendekat. APBN 2011 mengalokasikan Rp 150 miliar. Di Poka bentangan pendekat hampir rampung, sedangkan Galala sedang dirampungkan.

Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum untuk melanjutkan pembangunan bentang tengah jembatan Merah Putih sepanjang 300 meter mengalokasikan biaya Rp 416,76 miliar dan diharapkan dapat beroperasi pada 2014.

Jembatan ini menghubungkan Galala Poka-Ambon yang bisa mempersingkat waktu tempuh dari kedua tempat itu dari sekitar 1,5 jam menjadi sekitar 20-30 menit, sehingga akses ke Bandara Internasional Pattimura di Teluk Ambon menjadi lebih cepat.

Lokasi bandar udara ini cukup unik, persis di ujung Teluk Ambon di mana sisi yang lain terletak Kota Ambon. Pemakai jasa penerbangan bisa mencapai Bandar Udara Internasional Pattimura melalui jalan darat menyusuri Teluk Ambon atau memotong perairan teluk itu memakai perahu cepat. (*)

Antara
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...