Sabtu, 15 Februari 2020

Mantan KSAU Sarankan Rencana Beli Pesawat Tempur

Harus satu tingkat lengkap dari apa yang kita miliki ✈ Ilustrasi pesawat TNI AU [TNI AU]

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna menyampaikan sejumlah saran terkait rencana pembelian pesawat tempur untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Begini, kalau memilih pesawat atau alutsista itu harus satu tingkat lengkap dari apa yang kita miliki," katanya, usai menjadi pembicara diskusi "Technology and Security: What's Next?" di @amerika Pacific Place, Jakarta, Sabtu.

Ia mencontohkan Indonesia sekarang sudah memiliki pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30, berarti sebaiknya ke depan memperkuat pertahanan udara dengan tipe Su-35.

"Kita punya pesawat F-16 tipe A/B Block 15 25, ya (mestinya) yang Block 70 Viper. Jangan macem-macem, beli pesawat macem-macem," kata Agus mencontohkan lagi.

Apalagi, mantan Kepala Staf Umum TNI itu mengingatkan bahwa sistem pemeliharaan alutsista, termasuk pesawat tempur juga tidak mudah.

"Yang mudah sekarang, enggak usah beli macem-macem, untuk tempur ya itu. Karena sistem pemeliharaan juga tidak mudah," kata Agus.

Sebelumnya diwartakan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke sejumlah negara, salah satunya Prancis pada 11-13 Januari lalu untuk mempererat kerja sama pertahanan kedua negara.

Dalam kunjungan itu, dikabarkan bahwa Pemerintah Indonesia tertarik membeli 48 jet tempur Dassault Rafale dan 4 kapal selam Scorpene buatan Prancis.

Surat kabar lokal Prancis, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Perancis menyebut Pemerintah Indonesia juga tertarik membeli 2 kapal perang Korvet Gowind produksi Prancis.

Namun, Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan kunjungan Prabowo ke Prancis itu baru sebatas melihat-lihat alutsista yang dimiliki negara itu, belum sampai ke rencana pembelian.

"Kalau namanya melihat kan boleh, masa gak boleh? Kan belum tentu beli," katanya.

  antara  

Jepang Resmi Hibahkan Kapal Pengawas Hakurei Maru untuk Indonesia

Kapal pengawas perikanan Hakurei Maru yang dihibahkan oleh Jepang kepada Indonesia. [ANTARA/Biro Perikanan Jepang]

Pemerintah Jepang menghibahkan satu buah kapal pengawas perikanan Hakurei Maru kepada Indonesia, disertai bantuan dana untuk perbaikan dan perlengkapan komponen kapal sebesar 2,2 miliar yen (atau sekitar Rp 274 miliar).

Penyerahannya diresmikan melalui penandatangan pertukaran nota di Jakarta pada Jumat oleh Direktur Urusan Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri RI Santo Darmosumarto dan Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii.

"Indonesia mengalami kerugian akibat penangkapan ikan ilegal, namun Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Indonesia belum memiliki kapal yang mampu untuk mengawasi laut," ujar Shimizu Kazuhiko, Konselor Bidang Ekonomi Kedutaan Besar Jepang di Jakarta.

Kazuhiko melanjutkan bahwa hal itu menjadi dasar pemberian kapal pengawas dari biro perikanan Jepang tersebut yang bertujuan "meningkatkan kemampuan pihak berwenang dalam mengawasi penangkapan ikan di laut Indonesia."

Selain itu, Jepang mengharapkan hibah berupa unit kapal pengawas dan bantuan dana perbaikan perlengkapan komponen kapal dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas ekonomi, sosial, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hakurei Maru yang dihibahkan adalah kapal pengawas yang diproduksi tahun 1993, dengan panjang mencapai 63,37 meter dan tonase standar internasional sebesar 741 ton, berkapasitas penumpang maksimal 29 orang.

"Setelah Maret 2020, kami akan melaksanakan pelatihan perbaikan, penggunaan, dan pelayaran kapal tersebut. Penyerahan akan dilakukan kepada pihak KKP pada tahun 2021," kata Kazuhiko menjelaskan.

Pemberian hibah berupa kapal pengawas perikanan, kata Kazuhiko, merupakan yang pertama kali dilakukan oleh pemerintahan Jepang kepada negara lain.

Hibah ini juga disebut berkaitan dengan peningkatan kapasitas penegakan hukum di wilayah maritim Indonesia yang akan berkontribusi dalam mewujudkan konsep "Samudera Hindia yang bebas dan terbuka".

  antara  

Indonesian Navy Seeks USD 320 Million for Utility Helicopters

✈ Seahawk MH60R  [heliopsmag]

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut: TNI-AL) has submitted an IDR 4.59 trillion (USD 320 million) request for six utility helicopters to the country's finance ministry.

A declassified copy of the request was provided to Jane's by a military source at Singapore Airshow 2020, which runs from 11-16 February.

This document was submitted to the ministry in late January 2020, together with a separate USD 375 million funding request for eight attack helicopters.

According to information from the document, the funding is sought from the country's national defence budget for the fiscal years spanning 2020-24.

  Jane's  

Kemhan Menandatangani Kontrak Reverse Engineering System Rudal TA. 2020.

Kerjasama Dengan BUMNIS Inhan Prototipe Rudal RN01SS, kerjasama Kemhan dan Inhan [istimewa]

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pertahanan negara, pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertahanan melaksanakan pengembangan Industri dan teknologi pertahanan guna mendorong dan memajukan pertumbuhan Industri Pertahanan.

Kementerian Pertahanan melalui Ditjen Pothan Kemhan melaksanakan Program Pembinaan Potensi Teknologi Industri Pertahanan (Binpottekindhan).

Program Reverse Engineering System Rudal TA. 2020 merupakan Program Binpottekindhan yang diinisiasi oleh konsorsium Industri Pertahanan yaitu PT. Dirgantara Indonesia (Persero), PT. Pindad (Persero), PT. Dahana (Persero), PT. Len Industri (Persero), dan PT. TRESS.

Pada hari Kamis 13 Februari 2020, Ditjen Pothan Kemhan yang diwakili oleh Brigjen TNi Aribowo Teguh Santoso, S.T., M.Sc., Sesditjen Pothan Kemhan dan PT. Dirgantara Indonesia (Persero) yang diwakili oleh Dr. Gita Amperiawan, Dirtekbang PT. Dirgantara Indonesia (Persero) menandatangani Kontrak Reverse Engineering System Rudal TA. 2020.

Sesditjen Pothan Kemhan menyampaikan kepada PT. Dirgantara Indonesia (Persero) selaku Lead Integrator dari Konsorsium Rudal bahwa melalui program Binpotekindhan TA. 2020 ini agar melaksanakan Kontrak tersebut sesuai rencana melalui pentahapan yang benar serta mendokumentasikan sesuai ketentuan.

Diharapkan dengan penguasaan teknologi Rudal tersebut dapat mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan dalam memproduksi Rudal Nasional guna mengisi kebutuhan TNI dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Kegiatan penandatanganan kontrak Reverse Engineering System Rudal Program Binpottekindhan TA. 2020 berjalan lancar. (Red Bag Datin/Dittekindhan)

  Kemhan  

Indonesia to Develop MPA Variant of N219

✈ N219  [PTDI]

State-owned aerospace company PT Dirgantara Indonesia (PTDI) has been approached by the country’s navy to develop a militarised version of the N219 Nurtanio twin-turboprop aircraft, the company confirmed with Jane’s at Singapore Airshow 2020.

The indigenously developed aircraft, which derives its design from the Airbus Military C212 Aviocar, made its maiden flight in August 2017 from the Husein Sastranegara International Airport in Bandung, Indonesia.

The Indonesian Armed Forces have approached us to develop a military-specifications variant of the aircraft, including for maritime patrol operations,” said Igan Satyawati, vice-president of business development and marketing at PTDI.

To meet their requirements, we will study how the aircraft can be structurally reinforced and balanced out, such that it can be mounted with sensors and other equipment related to operations such as maritime patrol,” she added.

However, these are future plans, and at this point of time, our team is focused on attaining certification from the Civil Aviation Authority of Indonesia for the aircraft,” she emphasised. The certification is expected to complete in 2020.

The N219 has an overall length of 16.7 m, a height of 6.2 m, and a wingspan of 19.5 m. The aircraft has a maximum take-off weight of 7,030 kg (15,498 lb) and can deliver a maximum payload of 2,313 kg.

  Jane's  

Jumat, 14 Februari 2020

Pesawat Terbang Seharga Rp 400 M Makin Laris Manis

Dipesan 6 Unit sampai 2021 https://akcdn.detik.net.id/visual/2018/11/12/4dd78244-f3be-456c-9983-65585ec0c650_169.jpeg?w=715&q=90Pesawat CN235 yang digunakan oleh Korea (CN235)

P
roduk pesawat terbang Indonesia makin diminati oleh banyak negara. Salah satunya adalah pesawat CN 235 yang menjadi andalan dari PT Dirgantara Indonesia (Persero) (PTDI). Ada dua tipe dari pesawat tersebut, yakni CN 235-220/MPA dan CN 235-220.

Hingga kini, pesawat tersebut sudah diekspor ke berbagai negara, diantaranya adalah Thailand untuk Royal Thai Police, Senegal dengan Senegal Air Force, Nepal dengan Nepal Army. Khusus untuk tipe CN 235-220, PTDI sudah membuat 68 unit dari total 285 unit yang ada di dunia.

Negara asing dengan pesanan paling banyak adalah Korea Selatan dengan 12 unit, disusul Turki dengan 9 unit, kemudian negara tetangga Malaysia juga tidak ketinggalan dengan membeli 8 unit. Uni Emirat Arab membeli 7 unit. Thailand sebanyak 3 unit, lalu ada Senegal dan Nepal masing-masing sebanyak 1 unit.

Adapun proses pembuatan produksi yang saat ini berjalan adalah 2 unit. Masing-masing 1 unit untuk Senegal Air Force serta TNI AL. Indonesia sejauh ini sudah menggunakan 31 unit pesawat ini.

Untuk kebutuhan dalam negeri, selain untuk militer, pesawat tipe ini juga diproyeksikan untuk kebutuhan sipil. Diperkirakan ada 177 rute domestik yang berpotensi bisa menggunakan pesawat ini, dengan mayoritas di kawasan Indonesia Timur, yakni sebanyak 132 unit.

Kementerian Pertahanan memang menginstruksikan PTDI mengubah fokus pesawat CN-235, agar tak hanya dikembangkan untuk keperluan militer. Pesawat jenis ini bisa dikembangkan untuk angkutan komersial.

"Harus dikembangkan. Ini (Pesawat CN-235) bisa digunakan untuk komersial. Arahnya ke sana. Misal untuk penerbangan jarak pendek. Di kawasan timur misalnya daerah wisata seperti Labuan Bajo," kata Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Wahyu Sakti Trenggono dalam memberi arahan di Kemhan, Rabu (22/1/2020).

Direktur Utama Dirgantara Indonesia, Elfien Goentoro mengungkapkan harga CN235 yang dikirim ke Senegal dijual dengan harga US$ 25 juta atau Rp 380,5 miliar, dan yang dijual ke Nepal lebih mahal yakni sekitar US$ 30 juta sekitar Rp 400 miliar karena konfigurasi berbeda.

Berdasarkan data perakitan pesawat PT DI menunjukkan hal positif, untuk CN235 pada 2012 hanya 3 unit, lalu 2019 sebanyak 4 unit, dan 2021 ada 6 unit.

Sedangkan NC212 pada 2012 sebanyak 3 unit, pada 2019 sebanyak 6 unit, dan 2021 sebanyak 6 unit.

  CNBC  

Kamis, 13 Februari 2020

CN235 Gunship akan Dipersenjatai Meriam

https://statik.tempo.co/data/2020/02/13/id_914817/914817_720.jpgProject model pengembangan CN235 terbaru yakni seri Gunship di ajang Singapore Airshow 2020 di Changi Exhibition Centre, Singapura yang digelar 11-16 Februari 2020. [FOTO DOK PT DI]

PT
Dirgantara Indonesia menampilkan model pengembangan CN235 terbaru, yakni seri Gunship di ajang Singapore Airshow 2020 di Changi Exhibition Centre, Singapura, 11-16 Februari 2020 “Kami bawa dummy-nya,” kata Manajer Komunikasi Perusahaan dan Promosi PT Dirgantara Indonesia (Persero), Adi Prastowo, saat dihubungi, Kamis 13 Februari 2020.

Adi mengatakan, proyek seri Gunship kini masih dalam tahap uji dan pengembangan menggunakan flying test bed atau pesawat yang didedikasikan untuk kegiatan purwarupa, CN235. Pesawat FTB CN235 tersebut diperkenalkan pertama kali saat uji terbang perdana di Bandara Husein Sastranegara, Bandung, 23 Agustus 2019.

Rencananya, model CN235 Gunship akan mengusung mesin General Electric CT7-9C3, dan senjata cannon atau meriam tunggal kaliber 30 milimeter. Tapi sebelum menenteng senjata itu, serangkaian uji terbang masih harus dijalani.

Project Manager Flying Test Bed, Eko Budi Santoso, mengatakan uji terbang terbatas yang sudah dilewati. "Artinya pressurize belum kita fungsikan, auto-pilot belum kita fungsikan,” kata dia, saat dihubungi, Kamis 13 Februari 2020.

Eko mengatakan, uji terbang itu dilakukan setelah mendapat persetujuan Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). FTB CN235 tersebut saat ini sudah menuntaskan uji terbang awal dengan total jam terbang 10 jam 20 menit. “Sekarang posisinya lagi in-progress menjadi complete configurasi basic,” kata Eko lagi.

Saat konstruksi konfigurasi dasar FTB CN235 tuntas, pesawat akan menjalani uji terbang lagi selama 75 jam. Baru setelahnya, pemasangan sistem senjata. "Sistem senjata disiapkan paralel," kata Eko.

  Tempo  

Indonesia Prepares CN-235 Gunship for First Aerial Firings

Indonesian aerospace company PT Dirgantara has made progress on a gunship variant of its CN-235 aircraft. The variant will be marketed to potential customers, especially those in the Middle East and African regions. https://i2.wp.com/www.airspace-review.com/wp-content/uploads/2019/08/CN235-FTB-2.jpg?w=845&ssl=1Flying test bed CN235 PT DI [PT DI]

I
ndonesian state-owned aircraft manufacturer PT Dirgantara (PTDI) has completed ground firing trials on a gunship variant of the CN-235 twin-engine multipurpose aircraft, and is now preparing the airframe for its first aerial tests, Igan Satyawati, the company's vice president for business development and marketing, told Jane's at Singapore Airshow 2020.

The variant, which has been developed out of the company's flying test bed (FTB) airframe, is fitted with single-barrelled 30 mm DEFA 553 aircraft cannon on the portside aft of its fuselage.

The weapon was salvaged from a retired Douglas A-4H Skyhawk that was formerly in service with the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara: TNI-AU).

The FTB was formerly in service with the now defunct domestic flight operator, Merpati Nusantara Airlines. PTDI acquired the airframe as a platform from which it can prove out experimental concepts, such as the gunship variant.

It is equipped with General Electric (GE) CT7-9 turboprop engines and has been structurally enhanced to withstand the weight of its 30 mm cannon. The airframe has also been retrofitted with storage compartments to store equipment and munitions related to the weapon.

There are plans to incorporate hardpoints on the aircraft's wings and fuselage so it can carry additional weapons but this is not a priority at the moment, said the company.

"Now that ground-based firings from the aircraft have been completed, we are focused on preparing the parameters to test the aircraft and its [30 mm] weapon while it is in the air," sad Igan, adding that the company is aiming to conduct the flight trials by 2020.

  IHS Jane's  

PT Dirgantara Indonesia Raup Laba di 2019

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKZCFOkTszUwtqDDluu64foJSTe8nYWPYvPhaKIw6FfFc9jgxnxId00WvVl5ChaNcZwpPHZ4qW4XF-6UoWEzPBFOdlPd4JFqE1eI65xn2GwVJ9Jf0vrXsRjTcQ5_-QWxfPTqbVDQdO434/s400/810248_720.jpgPembuatan pesawat di PT DI [Tempo]

K
omisi VI DPR mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan BUMN Industri Strategis. Selain PT Pindad, PT INKA dan PT PAL, hadir juga BUMN yang memproduksi pesawat terbang yakni PT Dirgantara Indonesia (PTDI).

Saat paparan, Rabu (12/2/2020) disebutkan PTDI ternyata sudah mencatatkan laba bersih di 2019 kemarin. Padahal di 2018 perseroan menderita kerugian hingga US$ 38,5 juta.

Laba bersih PTDI pada 2019 tercatat US$ 10,5 juta. Laba bersih dipengaruhi oleh pendapatan perseroan yang naik hingga US$ 259,7 juta.

Pada 2019 PTDI memiliki 4 pesawat CN235 dan 6 pesawat NC212. Di 2021 nanti, perseroan berharap memiliki tambahan 2 pesawat CN235.

PTDI berkantor pusat di Jl Pajajaran Nomor 154 Bandung dan memiliki pabrik di Batu Poron Surabaya dan Tasikmalaya.

  CNBC  

Rusia Akui Finansial Jadi Hambatan Dalam Pembelian Su-35 oleh Indonesia

SU35 Russia ★

R
usia mengakui bahwa masalah finansial adalah salah satu hambatan dalam penyelesaian kontrak pembelian jet tempur Sukhoi Su-35 oleh Indonesia. Meski demikian, Moksow yakin cepat atau lambat masalah itu dapat diselesaikan.

"Tentu saja, masalah teknis mereka ada di sana. Tetapi, mereka dapat diselesaikan dan kita sudah memiliki contoh untuk negara yang sukses, seperti India, Turki, Vietnam, tidak masalah. Banyak negara membeli Su-35, sehingga kita bisa menyelesaikannya," kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Vorobieva pada Rabu (12/1/2020).

Sementara itu, ketika ditanya mengapa Indonesia harus membeli atau memiliki Su-35, diplomat senior Rusia mengatakan bahwa Su-35 adalah salah satu jet tempur terbaik di dunia saat ini.

"Ini (Su-35) adalah peralatan militer yang sangat canggih, yang telah diuji dalam kondisi perang nyata di Suriah dan telah terbukti sangat efisien. Juga korelasi antara harga dan kualitas sangat baik," ungkapnya.

"Saya juga sampaikan bahwa Indonesia adalah teman kami dan kami ingin mereka memiliki yang terbaik. Sukhoi adalah yang terbaik di kategorinya. Kami memproduksi semua jenis peralatan militer yang mungkin dibutuhkan oleh Indonesia," sambungnya.

Dia kemudian sedikit menyinggung Amerika Serikat (AS), dengan menegaskan tidak seperti beberapa negara, Rusia sangat menghormati hak Indonesia untuk memilih dari siapa dan apa yang akan dibeli. Seperti diketahui, AS mengancam menjatuhkan sanksi kepada negara yang ingin membeli senjata dari Rusia dan juga China. (esn)

  sindonews  

Rabu, 12 Februari 2020

PTDI Usul Tambahan Rp 70 M Buat Bikin Drone

PUNA MALE Elang Hitam buatan Indonesia ditargetkan dapat mengudara pada 2023 [Katadata] ★

D
alam rapat terbatas pada 6 Februari 2020 lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta produksi massal pesawat tanpa awak alias drone milik RI dapat dipercepat. Awalnya ditargetkan produksi massal pada 2024, lalu diputuskan dipercepat menjadi 2022.

PT Dirgantara Indonesia (Persero) langsung menyatakan kesanggupannya terkait target percepatan tersebut. Akan tetapi, pihaknya mengungkapkan butuh tambahan dana hingga kurang lebih Rp 70 miliar.

"Biaya produksi (tambahan) butuh Rp 60 miliar-70 miliar, ini lengkapnya termasuk senjata dan lain sebagainya," ujar Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

Mempercepat pengadaan produksi tersebut, pengerjaan drone tersebut bakal dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Institut Teknologi Bandung (ITB), Kementerian Pertahanan (Kemhan), TNI Angkatan Udara, LAPAN, PT LEN dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

"Ini kita diminta speed up makanya kita melakukan integrasi daripada kemampuan kompetisi yang ada di Indonesia dengan 7 lembaga yang ada di republik kita, yang lead integrator-nya adalah PT DI sendiri," sambungnya.

Untuk diketahui, drone yang tengah diproduksi PTDI memiliki kategori Medium Altitude Long Endurance (MALE).

Pengembangan pesawat terbang tanpa awak ini sudah dilakukan sejak 2004 lalu. Bahkan, sebelumnya PT DI juga sudah memproduksi drone jenis Wulung dan Alap-Alap yang sudah diujicoba untuk pemetaan dan pertahanannya.

Pesawat tanpa awak ini, memiliki kemampuan terbang di atas ketinggian 15.000 kaki, di mana PTTA lainnya hanya mampu terbang di bawah 10.000 kaki. MALE juga memiliki jangkauan jelajah operasi luas mencapai 5.000 kilometer (km) tanpa henti atau mampu beroperasi 24 jam penuh.

Pesawat ini, bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan dengan misi intelligence, surveillance dan reconnaissance (pengintaian), dan akan dilanjutkan dengan kebutuhan pertahanan dengan misi tempur bersenjata (combat mission).

MALE juga mampu membawa beban hingga 300 kilogram (kg) berupa roket dan senjata. Selain itu, pesawat ini juga bisa dilengkapi dengan sensor kamera, sinyal dan elektronik intelijen.

Dengan sensor infrared dan radar yang dimiliki pesawat ini, maka dengan mudah dapat mendeteksi objek yang dituju. Hal ini penting untuk mengoperasikan misi pertahanan negara. (dna/dna)

  detik  

PT PAL Usul Tambahan Rp 1,7 T ke DPR

Mau Kebut Proyek Kapal SelamRoadmap pengembangan kapal selam PT PAL [PT PAL] ★

S
aat ini, Indonesia sudah memiliki 3 unit kapal selam buatan anak negeri yaitu PT PAL Indonesia (Persero) terdiri dari KRI Aluguro, KRI Nagapasa dan KRI Ardadedali.

Akan tetapi, jumlah itu dianggap kurang sebab penggunaan KRI tidak hanya ditujukan untuk tujuan perang atau pertahanan negara saja, akan tetapi juga kerap dialihfungsikan menjadi kapal bantu rumah sakit saat bencana terjadi.

"Pada saat kejadian bencana seperti di Palu kemarin, mau tidak mau KRI atau kapal perang itu kita ubah menjadi kapal bantu rumah sakit," ujar Direktur Utama PT PAL Indonesia Budiman Saleh dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Rabu (12/2/2020).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieSop8TYUZcWE_RmtQUpY43vUGJZSIMV0fY-ZZUXfi0PNQzrQxwgVuSCoLMqacU_K561D18cNu0k0m6eC3fAMbw5YK3QWh1UP4kOjkHa62qu2GQbLLBO5iPJ7Pl8p-CtNMATwIXzudEsfW/s1600/FB_IMG_15815016412099677.jpgProgram kemandirian PT PAL, berencana memproduksi 10 kapal selam Nagapasa class [PT PAL]

Untuk itu, pihaknya meminta bantuan tambahan dana hingga Rp 1,7 triliun untuk memproduksi kapal selam baru hingga 2021 mendatang.

"Pada 2020 ini kita fokus untuk menyelesaikan unit kapal selam ke 4, 5, dan 6, untuk itu kami berharap adanya kepastian tentang penambahan kekurangan dana PMN Rp 1,7 triliun," sambungnya.

Selain akan memproduksi 3 kapal selam tersebut, PT PAL Indonesia masih akan memproduksi sekitar 6 kapal selam lagi, sehingga nantinya Indonesia punya 12 unit kapal selam buatan dalam negeri.

  detik  

PT PAL Fokus Bikin 86 Unit Kapal Perang

Roadmap pengembangan produk PT PAL [PT PAL] ★

K
omisi VI DPR mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan BUMN Industri Strategis. Salah satunya dengan PT PAL.

Direktur Utama PT PAL, Budiman Saleh, menyampaikan perkembangan produksi kapal yang dilakukan perseroan. Ternyata sampai detik ini, PT PAL telah memproduksi 232 unit kapal.

"Untuk kali ini kita fokus untuk membuat 86 unit kapal perang. Kami untuk saat ini fokus kapal perang," terang Budiman di DPR, Rabu (12/2/2020).

Budiman menjelaskan, PT PAL tidak mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk 2020. Pada 2019 sendiri, PT PAL sudah mendapatkan kontrak dari Kementerian Pertahanan untuk membuat 6 unit dengan harga per unit US$ 1,2 miliar untuk kapal.

PT PAL ternyata juga membuat kapal jenis Landing Platform Dock (LPD) dan Kapal Cepat Rudal (KCR & OPV). Kapal buatan RI ini ternyata juga di-ekspor ke Filipina, Malaysia, Thailand dan UEA.

Budiman meminta dukungan dari pemerintah terkait ekspor tersebut. "PT PAL membutuhkan dukungan pemerintah dalam melaksanakan diplomasi market penetration dan market development ke wilayah regional. Penetrasi yang sudah dilakukan adalah untuk kapal LPD dan KCR/OPV ke Filipina, Malaysia, Thailand dan UAE," terang Budiman.

  CNBC  

Pindad Pamerkan Panser Komodo Berbahan Bakar B20

Panser Komodo Berbahan Bakar B20 [Foto: CNBC Indonesia/Samuel Pablo] ★

PT
Pindad (Persero) memamerkan kendaraan taktis (rantis) Komodo yang berbahan bakar solar dengan bauran minyak sawit sebanyak 20% (biodiesel 20/B20) dalam kunjungan kerja Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ke area pabrik Pindad hari Sabtu (15/9/2018).

Konversi ke B20 dalam penggunaan rantis Komodo yang bermesin diesel merupakan suatu inovasi karena sebelumnya bahan bakar nabati (biofuel) berbasis sawit kerap diragukan kecocokannya dengan mesin peralatan berat.

Direktur Utama Pindad Abraham Mose menjelaskan pihaknya sedang melakukan pembicaraan dengan vendor mesin Pindad untuk melangkah ke B50 (bauran minyak sawit sebanyak 50% dalam solar). Hal ini disebabkan perlunya modifikasi pada mesin, terutama sistem nozzle dan penyaringan (filter) untuk kandungan biofuel sebanyak itu.

"Permasalahannya selama ini selalu di situ. Tapi saat ini pihak ITB [Institut Teknologi Bandung] sedang melakukan penelitian untuk menciptakan green biodiesel, sehingga unsur monoglyceride dan triglycerides yang ada di dalamnya bisa disaring sehingga betul-betul murni menjadi green biodiesel atau green avtur," jelas Abraham usai peluncuran mesin minyak goreng buatan Pindad itu, hari Sabtu.

B20 Penyelamat RupiahInfografis [Aristya Rahadian Krsabella]

Dia pun mengakui, kendala dalam mesin ini menjadi salah satu penghambat teknologi biodiesel Indonesia bisa masuk ke pasar Eropa karena tidak compatible dengan mesin buatan Eropa.

Kendati demikian, Abraham meyakini bahwa pada saatnya pabrikan mesin Eropa harus beradaptasi dengan teknologi dan regulasi Indonesia karena besarnya pasar di tanah air.

"Memang itu yang jadi problem-nya tetapi mereka kan harus lihat market. Market kita kan besar sekali, di Asia, di Indonesia sehingga mereka mau tidak mau harus berdaptasi, melakukan perubahan di engine di sisi nozzle dan filter," jelasnya kepada CNBC Indonesia.

Sebagai informasi, rantis Komodo menggunakan mesin buatan pabrikan asal Prancis, Renault.

Adapun selain Komodo, Pindad juga sedang mencoba menerapkan B20 pada mesin panser Anoa. (prm)

 Kapan B20 Siap Dipakai untuk Alutsista TNI? 

Pindad Pamerkan Panser Komodo Berbahan Bakar B20Panser Komodo Berbahan Bakar B20 [Foto: CNBC Indonesia/Samuel Pablo]

Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengatakan bahwa TNI meminta waktu selama 2 bulan untuk melakukan kajian terhadap kesiapan alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang sudah ada dapat menggunakan B20.

"Alutsista ya mereka [TNI] minta waktu 2 bulan untuk audit forensiknya dan saat ini sudah berjalan tapi belum selesai. Katanya 27 September ini mereka mulai rapat untuk membaca hasilnya," jelas Darmin di kantornya, Selasa (25/9/2018) malam.

Sebelumnya, Direktur Utama PT Pindad (Persero) Abraham Mosse memamerkan kendaraan taktis (rantis) KOMODO terbaru keluaran Pindad yang sudah dapat menerapkan B20.

"B20 kan kita sudah jalan, kita malah sedang uji coba menuju ke B50. Kita lagi bicara dengan vendor mesin kita karena akan ada perubahan di nozzle dan filter, selalu yang jadi permasalahan di situ," kata Mose kepada CNBC Indonesia dalam kunjungan ke pabriknya beberapa waktu lalu.

Sebagai informasi, alutsista seperti tank dan panser TNI sendiri menjadi salah satu dari tiga sektor yang diberikan relaksasi dari mandatori perluasan penerapan B20 sejak 1 September lalu. Dua lainnya adalah sebagian pembangkit listrik PLN dan tambang yang berada di ketinggian, seperti milik Freeport.

"Pada produk solar tertentu masih terdapat pengecualian digunakan B0, khususnya produk setara Pertadex atau Diesel Premium," kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati beberapa waktu lalu. (gus)

  CNBC  

Kontrak Medium Tank Harimau

Produk Unggulan Made In RI yang Paling LarisMedium Tank Harimau [Pindad] ★

K
omisi VI DPR mengadakan Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama dengan BUMN Industri Strategis. Salah satunya dengan PT Pindad.

PT Pindad merupakan BUMN Industri Strategis yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial. Salah satunya tank.

Dirut Pindad, Abraham Mose, mengungkapkan ada dua kendaraan tempur yang mendapatkan kontrak terbesar untuk PT Pindad.

Di antaranya adalah Medium Tank Harimau dan Kendaraan Tempur Infantri 8x8.

Medium Tank Harimau diorder sebanyak 18 unit dalam periode 2020-2023. Sementara untuk Infantri 8x8 sebanyak 23 unit dari 2020-2022.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg66j-u-crCPaAeL0aFbQ7_KOET984zxASi5_cMrag-V3DiYJqR3jqLMkahhlJk7GD08t2coecDDMnwM1NWhGZsta6JatdokUlCDQlXrRh58T0uzOUT5UET6S7e4jK-bQwtV4KIMXAz4iVr/s1600/Medium+Tank+Harimau+n+Panser+Kobra.jpegMedium Tank Harimau kontraknya seharga US$ 135 juta dan Infantri 8x8 US$ 82 juta.

Abraham mengatakan, visi dari PT Pindad adalah menjadi perusahaan global terkemuka di bidang pertahanan dan keamanan serta produk industrial pada 2026.

"Sedangkan misinya melaksanakan usaha terpadu di bidang peralatan pertahanan dan keamanan serta peralatan industrial untuk mendukung pembangunan nasional dan secara khusus mendukung pertahanan dan keamanan negara," katanya, Rabu (12/2/2020).

Pindad kini memiliki 2 pabrik di Bandung dan Turen. Pindad memiliki 2.588 karyawan.

Pindad juga memproduksi excavator dan vessel atau rel kereta api. Berikut Inovasi PT Pindad :

Ini Tank Milik RI yang Paling Laris: Harimau

  CNBC  

Selasa, 11 Februari 2020

Indonesian Navy Submits USD375 Million Request for Eight Attack Helicopters

Singapore Airshow 2020 The Indonesian Navy has established a requirement for eight more anti-surface, anti-submarine capable helicopters. A request to fund the requirement has been submitted to the country's finance ministry [istimewa]

The Indonesian Navy (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Laut: TNI-AL) has submitted a request to the country's finance ministry for the acquisition eight more naval helicopters with anti-surface, anti-submarine warfare capabilities.

A recently declassified copy of the request was provided to Jane's by a military source on the side lines of the Singapore Airshow, which is taking place from 11-16 February.

According to figures indicated in the request, the TNI-AL has requested for a total sum of IDR5,191 trillion (USD375 million) for the acquisition.


  ★ IHS Janes  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...