Sabtu, 24 Agustus 2013
Persahabatan TNI AL dan AL Kerajaan Inggris Tetap Terjaga
KEPALA Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio mengatakan, Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan TNI Angkatan Laut selama ini memiliki hubungan yang erat, dengan banyak kepentingan dan nilai-nilai yang sama.
“Banyak perwira TNI Angkatan Laut yang menempuh pendidikan militer di Inggris,” ujar Kasal saat menerima kunjungan Duta Besar Inggris untuk Indonesia Mark Canning CMG di gedung utama Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (21/08/2013).
Kasal berharap persahabatan yang sudah terjalin akan tetap terjaga antara kedua Angkatan Laut. Dirinya menyambut baik kedatangan tamunya dan menyampaikan rasa hormat serta ucapan terima kasih atas undangan serta perhatian Angkatan Laut Kerajaan Inggris.
Dalam kesempatan tersebut, Dubes Inggris untuk Indonesia Mark Canning CMG menyampaikan terima kasihnya atas sambutan hangat yang diberikan dalam kunjungan ini, dan berharap komunikasi dan sinergitas yang selama ini terjalin dapat terus meningkat dalam berbagai kepentingan yang positif.
Kehadiran Dubes Inggris Mark Canning CMG disambut dengan jajar kehormatan militer TNI Angkatan Laut di pelataran gedung utama Mabesal.
Selain untuk bersilaturahmi, Kunjungan dubes Inggris ini juga dimaksudkan untuk menyampaikan undangan Angkatan Laut Kerajaan Inggris kepada Kasal dalam rangka menghadiri peringatan 150 tahun Naval War College yang akan dilaksanakan antara bulan September-Oktober 2013 ini.
Anggaran Militer Dipertimbangkan Untuk Ditambah
"Anggaran untuk TNI, terutama bagi keperluan modernisasi alutsista dan kesejahteraan prajurit, belum memadai. Idealnya, anggaran TNI itu naik hingga 40 persen dari yang dialokasikan sekarang ini," kata anggota Komisi I DPR, Tantowi Yahya, di Jakarta, Jumat (23/8).
Anggaran TNI sebenarnya terus naik. Dalam APBN sekarang juga naik, meski memang belum mencapai jumlah yang ideal. Kenaikan anggaran militer harus mempertimbangkan banyak hal dan harus disusun sesuai dengan kebutuhan yang paling prioritas. "Kenaikan harus berpatokan pada banyak faktor, utamanya kemampuan APBN kita," kata dia.
Melihat postur APBN, yang defisit anggarannya masih menganga, kenaikan anggaran pertahanan harus dikaji dengan cermat dan mendalam. Di tengah kondisi ekonomi global yang masih lesu, yang paling penting, anggaran untuk TNI tak dipangkas. Dan, itu harus disyukuri. "Tidak dikurangi saja sudah bagus," kata Tantowi.
Terkait tekad calon Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, yang akan berusaha keras memodernisasi alutsista dengan mengutamakan produk dalam negeri, Tantowi mengapresiasi. Dirinya juga sepakat dengan pendapat Moeldoko bahwa tentara Indonesia harus diusahakan berusaha untuk tidak tertinggal.
"Tapi janganlah kita bermimpi untuk melebihi kemampuan dan kelengkapan alutsista negara-nera maju, begitu kata Jenderal Moeldoko. Saya kira itu satu pendapat yang realistis," katanya. ags/P-3
18 Negara Dukung Latihan Multilateral Komodo 2014
Demikian salah satu kesepakatan yang dihasilkan para delegasi dari 18 negara dalam Initial Planning Conference (IPC) Komodo Multilateral Exercise 2014, selama dua hari, 22-23 Agustus 2013, di Hotel Borobudur, Jakarta.
Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Asops KSAL), Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, mengucapkan terima kasih kepada para delegasi yang telah berpartisipasi dan berkontribusi, bekerja keras melalui diskusi bersama sehingga menghasilkan formulasi draft untuk pelaksanaan Latihan Bersama Multlateral Exercise Komodo 2014.
“Draft hasil diskusi yang telah dicapai ini mengindikasikan bahwa latihan bersama kedepan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana,” kata Laksda TNI Didit Heerdiawan pada acara penutupan IPC Komodo Multilateral Exercise 2014, Jumat (23/8).
Menurutnya, pertemuan ini untuk mempertemukan pemikiran para delegasi negara peserta guna mempertajam pelaksanaan kegiatan latihan bersama tersebut.
Kegiatan IPC ini akan dilanjutkan dengan pertemuan lanjutan yaitu Midle Planning Conference (MPC) pada bulan November 2013 dan pertemuan terakhir yaitu Final Planning Conference (FPC) bulan Januari 2014. Delegasi dari 18 negara peserta juga ikut dalam dua kali pertemuan lanjutan tersebut.
Negara peserta Latihan Multilateral Komodo 2014 akan mengirimkan kapal perangnya dalam kegiatan latihan tersebut. Adapun negara peserta latihan tersebut adalah Indonesia sebagai tuan rumah, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Philipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, India, Japan, Korea Selatan, Australia, New Zealand, Amerika Serikat (USA), China dan Rusia.
Sedangkan TNI AL akan melibatkan 12 KRI terdiri dari 2 kapal perang jenis Van speijk, 2 sigma, 2 Landhing Platform Dock (LPD), 3 Angkut Tank jenis Froch, 2 Perusak kawal (PK) dan 1 landing Ship Tank (LST) serta 6 pesawat udara milik TNI AL.
Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlakoarmabar), Laksamana Pertama TNI Dr. Amarulla Octavian akan bertindak sebagai Direktur Latihan (Dirlat) Komodo Multilateral Exercise 2014.
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio pada pembukaan IPC Komodo Multilateral Exercise 2014, Kamis (22/8), mengatakan, kerja sama antarnegara tidak terbatas pada kerja sama pertahanan, tetapi juga dimungkinkan untuk menjalin kerja sama pada aspek non-tempur antara lain penanggulangan bencana alam, keamanan maritim dan diplomasi.
Marsetio menilai penting kerja sama antar Angkatan Laut mengingat perkembangan lingkungan strategis di kawasan Asia Pasifik yang sangat cepat dan dinamis terkait permasalahan keamanan, pertahanan dan kondisi lingkungan yang berpotensi terjadi bencana alam.
Menurutnya, penanganan bencana alam yang terjadi di suatu negara sangat mungkin melibatkan Angkatan Laut berbagai negara seperti yang pernah terjadi di Indonesia beberapa waktu lalu. Prakarsa latihan ini juga untuk menindaklanjuti ASEAN Agreement on Disaster Management and Emergency Respons.
Dengan demikian sangat tepat kiranya tema latihan Komodo Multilateral Exercise 2014 adalah ASEAN Navy Cooperation For Stability (Bekerja sama untuk menjaga stabilitas di kawasan ASEAN).
Hal penting yang ingin dicapai pada Latihan Multilateral Komodo 2014, menurut KSAL, meningkatkan kemampuan interoperability antar Angkatan Laut. Selain itu, untuk memanfaatkan kegiatan latihan bersama salah satu bentuk capacity building dan sebagai saluran diplomasi untuk mempererat kerjasama antar Angkatan Laut sehingga dapat menciptakan stabilitas keamanan kawasan.
BUMN harus dapatkan kepercayaan TNI
"Pengadaan alat-alat persenjataan dalam negeri di bawah kementerian BUMN, PT DI, PAL, Pindad, Inti, harus siap mendapat kepercayaan TNI. Jangan sampai dipercaya tetapi tidak mengerjakan," kata Dahlan Iskan di sela-sela kunjungannya ke Kupang, Sabtu.
Ia mengatakan baru kali ini perusahaan BUMN mendapatkan pesanan alat-alat persenjataan dari Kementerian Pertahanan yakni 60 helikopter dan sembilan unit pesawat angkut CN-295.
"Dengan kebijakan modernisasi TNI saat ini, telah tersedia anggaran cukup besar. BUMN harus siap kalau ada pemesanan dari TNI," katanya.
Ia juga mengatakan bahwa produksi alat-alat pertahanan oleh perusahaan BUMN juga sudah mulai dikenal oleh negara lain seperti Filipina, Laos, Myanmar, serta Vietnam.
Sementara itu di Atambua, Sabtu siang, Dahlan Iskan meninjau ladang tanaman sorgum milik masyarakat yang dikembangkan oleh BUMN.
Masyarakat di Atambua mulai menanam sorgum dan memperoleh keuntungan lebih besar dibandingkan dengan menanam jagung, karena tanaman sorgum tidak memerlukan air dan seluruh bagiannya dapat bermanfaat untuk pangan, energi dan pupuk.
Pintu Helikopter TNI Jatuh Timpa Rumah Warga
Ilustrasi Helikopter Puma |
Insiden itu terjadi pada pukul 09.00 WIB, Sabtu 24 Agustus 2013. "Di TKP (Tempat Kejadian Perkara) ditemukan pintu heli warna hijau tua ukuran 2X3 meter. Tidak ada korban dalam kejadian itu hanya asbes genteng rumah yang pecah serta cat mobil Kijang Innova warna silver yang lecet," kata Rikwanto.
Kejadian itu pertama kali diketahui oleh warga bernama Aliong. Dia mendengar ada benda yang jatuh menimpa genteng sebuah rumah. Ternyata setelah dicek di depan rumah ada pintu heli berwarna hijau tua.
"Setelah menimpa atap rumah, pintu heli itu berada persis di samping mobil Innova warna silver milik Bapak Alex. Pintu heli tersebut sudah digeser ke Koramil Penjaringan untuk diamankan," ucap Rikwanto.
Rikwanto menambahkan, ada tiga saksi yang melihat kejadian tersebut. Ketiganya adalah warga sekitar Jalan Karina Sayang. "Saksi yang melihat ada tiga orang ketiganya warga, yaitu Andrean, Hervin Tan Diyanti dan Aliong," ujar dia.(umi)
TNI Akui Ada Pintu Helikopter Copot Saat Terbang
Helikopter Mi17 |
Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengakui
helikopter milik lembaganya mengalami musibah pintu copot saat terbang
di atas permukiman warga di Jakarta Utara.
Tapi dia memastikan
peristiwa copotnya pintu samping helikopter milik TNI itu tak
menimbulkan korban jiwa. Pintu yang copot itu hanya mengenai atap rumah
dan menggores lampu Toyota Kijang Innova. "Kami sudah berkoordinasi
dengan para korban, menempuh jalan damai," kata Iskandar saat
menghubungi Tempo, Sabtu, 24 Agustus 2013.
Peristiwa
itu, menurut Iskandar, terjadi pukul 7 pagi. Anggota TNI sedang
melakukan latihan rutin menggunakan helikopter berjenis Mi-17. Ketika
sedang melintas di daerah Penjaringan, Jakarta Utara, mendadak pintu
heli itu lepas. "Mungkin ada kerusakan di pintu," ujar Iskandar.
Pintu yang jatuh dari langit itu menghunjam atap rumah milik Alex.
Sedangkan pecahan hunjaman itu, kata Iskandar, menggores lampu Toyota
Kijang Innova milik Hermien. "Saat kejadian, Koramil Penjaringan
langsung ke lokasi jatuhnya pintu helikopter untuk berkoordinasi dengan
para korban," kata Iskandar.
Pintu Darurat Heli AD yang Timpa Rumah Warga di Penjaringan
Pintu Darurat Helikopter |
Pintu darurat helikopter jenis MI 17 milik TNI AD menimpa rumah warga di Penjaringan. Ini penampakannya.
Foto di atas didapatkan dari Aan (19), seorang warga di Jalan Carina Sayang I, Penjaringan, Jakarta Utara, yang ditemui di dekat lokasi, Sabtu (24/8/2013). Insiden itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB.
"Suaranya kaya barang jatuh, keras sekali. Saya kira malah atap kos-kosan yang jatuh," tutur Aan yang sempat memotret pintu heli sesaat setelah pintu jatuh.
Menurut informasi yang diterimanya, pintu heli itu jatuh dan terpantul 3 kali. Pertama menimpa atap asbes rumah kos-kosan, Jalan Carina Sayang I, Blok I Nomor 18 sampai asbes gentingnya pecah. Kemudian pintu itu jatuh memantul ke rumah nomor 19, tepatnya ke atap garasi dan jatuh lagi ke tanah, tepatnya di samping Toyota Innova di depan rumah nomor 19.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Toyota Innova itu milik Alex. Cat mobil Innova warna silver itu juga mengalami lecet.
Pintu heli berwarna hijau tua itu berukuran 2x3 meter. Pintu tersebut sudah digeser ke Koramil Penjaringan untuk diamankan.
TNI AD mengkonfirmasi bahwa pintu itu benar adalah milik TNI AD yang sedang menjalankan latihan penerjunan gabungan dengan kepolisian untuk acara HUT RI ke-68 di Monas.
"Ya, pintu emergency. Informasinya (heli) sedang latihan penerjunan peringatan independensi Kemerdekaan RI di Monas," kata Kadispen TNI AD Brigjen Rukman Ahmad ketika dikonfirmasi detikcom, Sabtu (24/8/2013).
Rukman mengatakan latihan penerjunan itu dilakukan gabungan antara TNI dengan Kepolisian. "Ada (penerjun) polisi yang narik tuas pintu emergency. Mungkin dia nggak tahu, narik, terus jatuh," imbuhnya.
Mengenai berapa jumlah penerjun yang ada dalam heli saat itu, Rukman sedang mengecek detilnya. Heli MI itu sekarang sudah mendarat di Lanud Pondok Cabe."Detilnya sedang diselidiki," tegas dia.
Foto di atas didapatkan dari Aan (19), seorang warga di Jalan Carina Sayang I, Penjaringan, Jakarta Utara, yang ditemui di dekat lokasi, Sabtu (24/8/2013). Insiden itu terjadi sekitar pukul 07.30 WIB.
"Suaranya kaya barang jatuh, keras sekali. Saya kira malah atap kos-kosan yang jatuh," tutur Aan yang sempat memotret pintu heli sesaat setelah pintu jatuh.
Menurut informasi yang diterimanya, pintu heli itu jatuh dan terpantul 3 kali. Pertama menimpa atap asbes rumah kos-kosan, Jalan Carina Sayang I, Blok I Nomor 18 sampai asbes gentingnya pecah. Kemudian pintu itu jatuh memantul ke rumah nomor 19, tepatnya ke atap garasi dan jatuh lagi ke tanah, tepatnya di samping Toyota Innova di depan rumah nomor 19.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Rikwanto, Toyota Innova itu milik Alex. Cat mobil Innova warna silver itu juga mengalami lecet.
Pintu heli berwarna hijau tua itu berukuran 2x3 meter. Pintu tersebut sudah digeser ke Koramil Penjaringan untuk diamankan.
TNI AD mengkonfirmasi bahwa pintu itu benar adalah milik TNI AD yang sedang menjalankan latihan penerjunan gabungan dengan kepolisian untuk acara HUT RI ke-68 di Monas.
"Ya, pintu emergency. Informasinya (heli) sedang latihan penerjunan peringatan independensi Kemerdekaan RI di Monas," kata Kadispen TNI AD Brigjen Rukman Ahmad ketika dikonfirmasi detikcom, Sabtu (24/8/2013).
Rukman mengatakan latihan penerjunan itu dilakukan gabungan antara TNI dengan Kepolisian. "Ada (penerjun) polisi yang narik tuas pintu emergency. Mungkin dia nggak tahu, narik, terus jatuh," imbuhnya.
Mengenai berapa jumlah penerjun yang ada dalam heli saat itu, Rukman sedang mengecek detilnya. Heli MI itu sekarang sudah mendarat di Lanud Pondok Cabe."Detilnya sedang diselidiki," tegas dia.
Dikuatirkan, dampak hubungan dekat Australia-AS pada hubungan dengan Asia
Pasukan Marinir di Australia |
Sejumlah pakar pertahanan dan keamanan menghadiri simposium di Darwin hari ini (Jumat 23/8), tentang pembinaan kekuatan militer Amerika di Australia utara.
2500 orang marinir Amerika diperkirakan akan dirotasi di Australia utara selambatnya tahun 2016.
Pakar keamanan dari Universitas Melbourne, Richard Tanter, mengatakan, terdapat kehawatiran hubungan dekat Australia dan Amerika Serikat dapat merugikan hubungan dengan negara-negara tetangga Asia.
Ia berpendapat Australia melewatkan kesempatan yang disebut "keamanan kooperatif", khususnya dengan Indonesia dan Asia Tenggara.
"Perlu disadari, setiap ancaman militer yang dihadapi Australia, istilahnya, pasti akan datang lewat Indonesia, lewat Asia Tenggara," katanya.
Pesawat CN-295 Kembali Perkuat TNI
"Dari sembilan pesawat CN-295 yang kita pesan untuk skuadron dua TNI AU tahun ini, sebanyak dua pesawat sudah datang dan sudah dipakai. Dua lagi akan datang 35 hari mendatang, atau kira-kira bulan depan," kata Kolonel dari Komite Kebijakan Industri Pertahanan Gita Amperiawan, kepada wartawan dalam perjalanan dari Jakarta menuju Kupang menumpang pesawat CN-295, bersama rombongan Kementerian BUMN, Jumat (23/8) malam.
Pesawat CN-295 merupakan pesawat yang dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia, namun saat ini masih dirakit di Spanyol. Gita mengatakan meskipun dirakit di Spanyol, namun dua pesawat CN-295 yang telah datang, dilakukan pengecatan dan penyelesaian di Indonesia. Pesawat ketiga dan keempat yang diperkirakan tiba September, juga akan dicat dan diselesaikan di Indonesia.
Selanjutnya, pesawat kelima, keenam dan ketujuh yang datang berikutnya, akan mulai dikustomisasi di Indonesia. Sedangkan pesawat kedelapan dan kesembilan sepenuhnya akan dirakit oleh PT Dirgantara Indonesia di Bandung. "Mulai tahun depan, mudah-mudahan PT Dirgantara Indonesia sudah bisa memproduksi sendiri di Indonesia," kata dia.
Gita mngemukakan TNI AU akan terus menambah pesawat jenis CN-295 hingga berjumlah 16 buah untuk memenuhi kebutuhan skuadron dua TNI AU di Halim Perdanakusuma Jakarta. Dia menjelaskan, pesawat jenis CN-295 berkapasitas penumpang 79 orang (jika dimodifikasi dengan bangku model memanjang). Pesawat tipe medium itu memiliki kekuatan mesin dan kecepatan lebih besar dibandingkan tipe sebelumnya yakni CN-235. "Kemampuan terbangnya sembilan jam jika bahan bakar penuh," ujar dia.
Menurut dia, CN-295 merupakan pesawat khusus transportasi baik untuk prajurit maupun logistik. Dalam kondisi perang, pesawat jenis tersebut harus dikawal oleh pesawat tempur, karena CN-295 tidak dirancang untuk bertempur. "Pesawat ini tidak dipersenjatai dan memang tidak bisa dipasangi senjata, hanya khusus untuk 'dropping' pasukan dan logistik. Jadi dalam kondisi perang harus ada pesawat 'escort' atau pendamping," kata dia.
Indonesian Strategic Reserve Awaits Arrival of Leopard 2s
The first units, likely to number just over 30, will be assigned to the 8th Cavalry Battalion of Kostrad's 2nd Division, based in Pasuruan district, East Java province. This battalion had previously been outfitted with the Scorpion reconnaissance vehicle and Stormer armoured vehicle from the British-designed Combat Vehicle Reconnaissance (Tracked) family.
While the Leopard 2A6s are being sourced from German Army reserve stocks, they will be upgraded to the Leopard 2 Revolution variant, which is fitted with increased mine protection and an Advanced Modular Armour Protection package that allows the armour to be tailored to the user's requirements.
☆ Pertempuran Lengkong, potret heroisme di bawah keterbatasan
Pasukan Jepang menyerah dikawal Sekutu |
Peristiwa pertempuran Lekong adalah satu kisah yang tidak bisa dilupakan begitu saja dalam perjalanan sejarah perjuangan pendirian Republik ini. Dalam pertempuran ini, sebanyak 33 taruna Militaire Academie Tangerang dan 3 perwira rela menjadi korban.
Peristiwa ini bermula saat kekuatan militer yang terkumpul di Militaire Academie Tangerang kehabisan amunisi. Padahal, mereka masih harus berjuang karena masih ada beberapa ancaman dari pihak Belanda karena tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Satu-satunya jalan untuk memenuhi cadangan amunisi dan persenjataan itu adalah senjata milik tentara Jepang yang ada di Lengkong, yang telah dilarang menggunakan senjata dan harus dilucuti oleh Sekutu lantaran kalah dalam Perang Dunia II.
Upaya meminta senjata itu dijalankan oleh tiga perwira Resimen IV Tangerang yaitu Letkol Singgih, Mayor Daan Mogot, dan Kapten Endjon dengan cara melakukan pendekatan terhadap Kapten Abe, petinggi tentara Jepang di Lengkong. Tetapi, upaya itu selalu gagal karena Kapten Abe selalu menolak memberikan senjata.
Padahal, antara Republik Indonesia dengan Sekutu telah terjalin kesepakatan akan melucuti dan memulangkan para tentara Jepang ke negeri asalnya. Sehingga, Resimen IV terpaksa harus sesegera mungkin meminta senjata-senjata itu sebelum pelucutan dilakukan sendiri oleh pasukan Sekutu.
Adanya informasi yang menyebut pasukan Belanda telah sampai di Parung dan akan menuju ke Lengkong untuk melakukan pelucutan senjata membuat situasi semakin sulit. Akhirnya, Pimpinan Resimen Tangerang harus bergerak cepat melakukan pelucutan senjata.
Berbekal alasan telah adanya kesepakatan antara RI dengan Sekutu, Mayor Daan Mogot diutus memimpin pasukan yang beranggotakan para taruna Militaire Academie Tangerang untuk melucuti pasukan Jepang. Daan Mogot didampingi oleh seorang taruna Militaire Academie Tangerang yang mahir berbahasa Jepang bertemu dengan Kapten Abe.
Resimen IV pun tahu akan gagal jika pelucutan dilakukan tanpa melibatkan unsur Sekutu. Mereka kemudian memakai siasat dengan melibatkan beberapa pasukan Inggris keturunan India yang keluar dari satuannya untuk menemui Kapten Kobe.
Siasat itu ternyata berjalan dengan sangat efektif. Pasukan Jepang percaya bahwa yang melucuti senjata adalah pihak Sekutu. Misi pelucutan senjata berjalan dengan damai.
Tetapi, sebuah insiden terjadi lantaran terdengar suara ledakan yang tidak diketahui asalnya. Hal itu membuat pasukan Jepang berlarian dan berusaha meraih kembali senjata yang telah disita.
Pertempuran berjalan secara tidak seimbang. Jika dibandingkan, pasukan Jepang memiliki pengalaman tempur yang cukup lama ditambah persenjataan yang lengkap, sementara taruna Militaire Academie Tangerang belum memiliki pengalaman yang cukup.
Selain itu, faktor senjata menjadi salah satu kendala yang sangat berat. Para taruna belum terbiasa menggunakan senapan jenis caraben Terni. Ditambah lagi, sering kali peluru yang dimasukkan tidak sesuai dengan spesifikasi senjata sehingga menyebabkan macet saat dipakai.
Akhirnya, sebanyak 33 taruna dan 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo, dan Lettu Soetopo meninggal dalam pertempuran Lengkong. Para taruna yang masih hidup disandera Jepang dan disuruh menggali kubur bagi teman-temannya yang meninggal.
Mendengar kabar itu, Pimpinan Resimen Tangerang kemudian meminta izin kepada Jepang untuk mengambil jenazah para pejuang. Setelah diizinkan, jenazah-jenazah tersebut kemudian dikebumikan di dekat penjara anak-anak Tangerang.
Saat proses pemindahan, ditemukan sebuah catatan kecil berisi sajak berbahasa Belanda buatan Henriette Roland Holst di saku seragam Lettu Soebianto Djojohadikusumo. Sajak itu kemudian digubah ke dalam Bahasa Indonesia, dan diabadikan di pintu gerbang Taman Makan Pahlawan Tangerang. Sajak tersebut berbunyi:
Kami bukan pembina candi,
Kami hanya pengangkut batu,
Kamilah angkatan yang mesti musnah,
Agar menjelma angkatan baru,
Di atas kuburan kami telah sempurna.(mdk/mtf)
Peristiwa ini bermula saat kekuatan militer yang terkumpul di Militaire Academie Tangerang kehabisan amunisi. Padahal, mereka masih harus berjuang karena masih ada beberapa ancaman dari pihak Belanda karena tidak mengakui kemerdekaan Indonesia.
Satu-satunya jalan untuk memenuhi cadangan amunisi dan persenjataan itu adalah senjata milik tentara Jepang yang ada di Lengkong, yang telah dilarang menggunakan senjata dan harus dilucuti oleh Sekutu lantaran kalah dalam Perang Dunia II.
Upaya meminta senjata itu dijalankan oleh tiga perwira Resimen IV Tangerang yaitu Letkol Singgih, Mayor Daan Mogot, dan Kapten Endjon dengan cara melakukan pendekatan terhadap Kapten Abe, petinggi tentara Jepang di Lengkong. Tetapi, upaya itu selalu gagal karena Kapten Abe selalu menolak memberikan senjata.
Padahal, antara Republik Indonesia dengan Sekutu telah terjalin kesepakatan akan melucuti dan memulangkan para tentara Jepang ke negeri asalnya. Sehingga, Resimen IV terpaksa harus sesegera mungkin meminta senjata-senjata itu sebelum pelucutan dilakukan sendiri oleh pasukan Sekutu.
Adanya informasi yang menyebut pasukan Belanda telah sampai di Parung dan akan menuju ke Lengkong untuk melakukan pelucutan senjata membuat situasi semakin sulit. Akhirnya, Pimpinan Resimen Tangerang harus bergerak cepat melakukan pelucutan senjata.
Berbekal alasan telah adanya kesepakatan antara RI dengan Sekutu, Mayor Daan Mogot diutus memimpin pasukan yang beranggotakan para taruna Militaire Academie Tangerang untuk melucuti pasukan Jepang. Daan Mogot didampingi oleh seorang taruna Militaire Academie Tangerang yang mahir berbahasa Jepang bertemu dengan Kapten Abe.
Resimen IV pun tahu akan gagal jika pelucutan dilakukan tanpa melibatkan unsur Sekutu. Mereka kemudian memakai siasat dengan melibatkan beberapa pasukan Inggris keturunan India yang keluar dari satuannya untuk menemui Kapten Kobe.
Siasat itu ternyata berjalan dengan sangat efektif. Pasukan Jepang percaya bahwa yang melucuti senjata adalah pihak Sekutu. Misi pelucutan senjata berjalan dengan damai.
Tetapi, sebuah insiden terjadi lantaran terdengar suara ledakan yang tidak diketahui asalnya. Hal itu membuat pasukan Jepang berlarian dan berusaha meraih kembali senjata yang telah disita.
Pertempuran berjalan secara tidak seimbang. Jika dibandingkan, pasukan Jepang memiliki pengalaman tempur yang cukup lama ditambah persenjataan yang lengkap, sementara taruna Militaire Academie Tangerang belum memiliki pengalaman yang cukup.
Selain itu, faktor senjata menjadi salah satu kendala yang sangat berat. Para taruna belum terbiasa menggunakan senapan jenis caraben Terni. Ditambah lagi, sering kali peluru yang dimasukkan tidak sesuai dengan spesifikasi senjata sehingga menyebabkan macet saat dipakai.
Akhirnya, sebanyak 33 taruna dan 3 perwira, yaitu Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikusumo, dan Lettu Soetopo meninggal dalam pertempuran Lengkong. Para taruna yang masih hidup disandera Jepang dan disuruh menggali kubur bagi teman-temannya yang meninggal.
Mendengar kabar itu, Pimpinan Resimen Tangerang kemudian meminta izin kepada Jepang untuk mengambil jenazah para pejuang. Setelah diizinkan, jenazah-jenazah tersebut kemudian dikebumikan di dekat penjara anak-anak Tangerang.
Saat proses pemindahan, ditemukan sebuah catatan kecil berisi sajak berbahasa Belanda buatan Henriette Roland Holst di saku seragam Lettu Soebianto Djojohadikusumo. Sajak itu kemudian digubah ke dalam Bahasa Indonesia, dan diabadikan di pintu gerbang Taman Makan Pahlawan Tangerang. Sajak tersebut berbunyi:
Kami bukan pembina candi,
Kami hanya pengangkut batu,
Kamilah angkatan yang mesti musnah,
Agar menjelma angkatan baru,
Di atas kuburan kami telah sempurna.(mdk/mtf)
● Merdeka
Langganan:
Postingan (Atom)