Sabtu, 21 September 2019

Pilih Drone Buatan China Ketimbang Israel

China tak membatasi pemanfaatan drone UCAV CH4 turut serta Latgab TNI 2019 [def.pk]

Di tengah anggaran yang terbatas, pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI tetap dituntut melaksanakan tugas dan kewajibannya secara mumpuni. Saat menjabat Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsekal Hadi Tjahjanto punya siasat tersendiri, antara lain menghindari pembelian alutsista dari para calo. Dengan demikian, pembelian alutsista benar-benar berorientasi pada kebutuhan bukan kepentingan yang mungkin lebih berorientasi pada profit.

Salah satu contoh kemandirian memilih berdasarkan kebutuhan adalah pesawat nirawak alias drone. Indonesia pernah menggunakan produk Israel, negara yang paling menguasai teknologi drone. Tapi sampai sekarang negara itu tak mau melepas kendali pengoperasian pesawat-pesawat tersebut. Akhirnya, Hadi memilih drone buatan dalam negeri dan China.

"Alasannya, hanya China yang tak membatasi pemanfaatan drone produksi mereka, siapa pun boleh membeli teknologi maksimal yang mereka hasilkan," kata Hadi dalam buku Anak Sersan Jadi Panglima yang diluncurkan, Jumat (16/3/2018).

Pertimbangan lainnya adalah soal harga, dan kemampuan yang sudah terbukti dalam peperangan di kawasan Timur Tengah. Selain itu, produk drone yang ditawarkan ke Indonesia, Rainbow CH-4, mampu terbang selama 40 jam dengan area pengawasan yang bisa diperluas berkali lipat jika pesawat dihubungkan dengan satelit milik BRI.

"Rainbow CH-4 punya bentang sayap sepanjang 18 meter, besarnya hampir sama dengan Sukhoi. Drone ini yang paling banyak diminati dan kenyang dengan pengalaman tempur. Di Irak, misalnya, sukses menggunakan drone yang bentuknya menyerupai MQ-9 Reaper dan MQ-1 Predator itu untuk memerangi ISIS," papar Hadi dalam buku yang ditulis teman masa SMA, Eddy Suprapto.

Dengan tubuhnya yang bongsor, CH-4 sanggup membawa beban maksimal 250-345 kilogram, dan bahan bakar 165 kg. Ketinggian terbang maksimalnya 8.000 meter dan jarak jelajah maksilam sekitar 250 km, serta mampu menembak dari jarak 5.000 meter.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiqu0hC-8YbmIfi6FsnnFtVWmS2dCRddQ2YLKoFHZQix4QMoDOBkkuS5_yGYE36bVkbYfpFzEr46sZjxLieAgmJObaDXqPWmiItpW7YXs3WcOsUOQP2vjBHCFqIg-do0DRP8PVM8hRbngOQ/s1600/military_buzz+2019-08-28+Indonesia+Defence+Forum.pngUCAV CH4 [military_bizz]

Dengan kualifikasi seperti itu, Hadi membayangkan tugas patrol perbatasan dan patrol laut untuk mencegah penyelundupan, terorisme, atau illegal fishing bisa dilakukan dengan lebih efektif, aman, dan murah ketimbang menggunakan pesawat berawak.

Kebijakannya dalam menentukan alutsista semacam itu tentu terus dibawanya ketika menjadi KSAU sejak 18 Januari 2017, dan makin kukuh setelah dirinya menjadi Panglima TNI sejak 8 Desember 2018.

Masalah pembelian Alutsista cuma sekelumit dari isi buku ini. Eddy yang berlatar belakang sebagai wartawan juga mengulas lika-liku kehidupan Hadi Tjahjanto di masa kecil, hingga mencapai karier tertinggi di militer sebagai Panglima TNI.

Hadi, alumnus Akademi Angkatan Udara 1986, meniti karier dengan tidak mulus. Meski pernah mengikuti pendidikan staf di Prancis, di lingkungan TNI, Hadi justru pernah diremehkan, dipandang sebelah mata, dipinggirkan, dan jarang diberi kepercayaan untuk memegang peran strategis. Bahkan, Hadi pernah digosipkan sebagai penerbang yang gagal.

"Saya berharap, kisah perjalanan hidup Panglima TNI ini menjadi motivasi terutama untuk menghadapi situasi kesulitan ekonomi dan mengingatkan untuk tidak meremehkan orang lain," kata Eddy dalam acara yang dihadiri Kolonel Wahyu Tjahjadi, adik Hadi Tjahjanto, dan pengamat militer Jaleswari Pramodhawardhani. (jat/nkn)

  detik  

Kamis, 19 September 2019

Spesifikasi CH-4 Rainbow TNI AU

UCAV CH-4 ikut serta dalam Latgab TNI 2019 [def.pk]

CH-4 Rainbow yang dimiliki TNI AU adalah pesawat tempur tak berawak (UCAV) yang berasal Cina. Drone tempur ini disebut-sebut meniru UCAV Amerika Serikat, MQ-9 Reaper.

Keduanya sama-sama untuk melakukan serangan dipandu dan dirancang untuk menuju target dengan waktu tempuh sampai berjam-jam, bahkan CH-4 bisa menjalankan misi 14 jam.

Eksterior kedua pesawat ini dikatakan sangat mirip dari ujung sampai ekor, posisi tiga roda permanen, sampai sayap, demikian dilansir laman militaryfactory.

CH-4 adalah bagian dari rangkaian produk UAV seri Rainbow, yang mencakup CH-1, CH-2 dan CH-3.

CH-4 saat ini dipasarkan dalam dua bentuk berbeda: “CH-4A” yang akan digunakan terutama untuk pengintaian dan “CH-4B” dilengkapi senjata untuk pengintaian dan serangan umum.

Seperti dalam desain Reaper, CH-4 mengandalkan badan pesawat ramping yang berisi peralatan optik, avionik, bahan bakar, dan mesin, yang menggerakkan baling-baling tiga bilah di bagian belakang badan pesawat. Pada moncong, diletakkan sensor dengan Infra-Red dan pengintai laser.

Drone ini bisa mengangkut dua rudal terpandu antitank serta bom hingga 349 kg. Ada 4 sampai 6 tempat untuk menggantung bom dan rudal.

Sejumlah negara telah menggunakan CH-4, termasuk Mesir, Irak dan Arab Saudi. Militer Irak menggunakan CH-4 untuk melawan pasukan ISIS sementara Saudi telah mengerahkan beberapa armada mereka melawan pemberontak Houthi dalam perang yang sedang berlangsung.

CASC sedang dalam pembicaraan dengan Kerajaan Saudi untuk mengatur produksi lokal beberapa ratus CH-4 drone untuk negara kaya minyak itu.

CASC sedang mengembangkan CH-5, versi sedikit lebih maju dari CH-4. Drone itu terbang pertama pada Agustus 2015. Produk ini fitur spesifikasi kinerja yang ditingkatkan termasuk daya tahan dan ketinggian yang lebih besar.

  Tempo  

Rabu, 18 September 2019

[Video] Crew VDL Latgab TNI 2019

Dipublikasikan oleh Helmi IndrawantoVideo pendaratan kendaraan amfibi berserta alutsista pendukung lainnya dalam latgab Dharma Yudha 2019



   Youtube  

[Video] Penembakan Mistral Arhanud TNI AD

Dipublikasikan oleh Hazrat I. AnsharyBerikut dibawah video penembakan rudal mistral Arhanud TNI AD dalam latihan gabungan TNI " Dharma Yudha" 2019.



   Youtube  

Selasa, 17 September 2019

PT DI Akan Memproduksi N219 Tahun Depan

Untuk Mengisi 25% Pasar Dunia N219 PT DI

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) akan memproduksi pesawat N219 mulai tahun depan. Targetnya, pesawat N219 yang diproduksi akan bisa mengisi 25% pasar dunia atau setara dengan 532 unit hingga 11 tahun ke depan.

Dalam mengejar target tersebut, produksi N219 akan dilakukan secara bertahap, yakni dengan memproduksi sebanyak empat unit di tahun pertama produksi.

Pada tahun-tahun berikutnya, volume produksi akan ditingkatkan menjadi delapan unit pada tahun kedua, 12 unit di tahun ketiga, 24 unit di tahun keempat, dan 36 unit tahun kelima dan seterusnya hingga target dipenuhi.

Menurut keterangan Kepala Divisi Penjualan Pesawat Terbang PTDI Iga Satyawatu, pada nantinya, setiap unit pesawat N219 akan dihargai sekitar US$ 6 juta berdasarkan acuan tahun fiskal 2019.

Hingga saat ini sudah terdapat beberapa pihak baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang menyampaikan minat pembelian dan kerja sama produksi.

Pihak dalam negeri ini terdiri dari instansi pemerintah dan badan usaha swasta. Adapun pihak instansi pemerintah yang telah melakukan pemesanan N219 terdiri dari Pemertintah Daerah (Pemda) Aceh, Kalimantan Utara, dan Papua.

Sementara itu, beberapa pihak swasta yang telah melakukan pemesanan di antaranya meliputi Aviastar, Trigana, dan Pelita.

Sementara itu, pihak luar negeri yang telah menyampaikan minat pembelian dan kerja sama produksi meliputi Uni Emirat Arab, Kolombia, Nigeria, dan Singapura. Sayangnya, Igan enggan merinci nilai maupun unit pemesanan yang dilakukan oleh pihak-pihak tersebut.

Proyek ini akan memanfaatkan dana yang dihimpun melalui Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA). Dalam hal ini, PINA akan berperan sebagai fasilitator dengan cara memfasilitasi pertemuan antara pemilik proyek dengan investor.

Dana yang dihimpun pada nantinya akan digunakan untuk menambah fasilitas produksi, flight simulator, dan juga fasilitas perawatan atau maintenance, repair, and overhaul (MRO).

Berdasarkan perkembangan terkini, Igan menyebutkan bahwa sejauh ini belum ada investor yang dinominasi, sehingga belum ada dana yang masuk. “Ini akan membutuhkan proses,” ujar Igan kepada Kontan.co.id (13/09).

Sebagai informasi, proyek pesawat N219 bukan merupakan proyek PTDI satu-satunya yang akan didanai melalui skema pembiayaan PINA. Pada saat yang sama, PTDI juga akan memanfaatkan dana yang dihimpun melalui skema pembiayaan PINA untuk pengembangan pesawat N245.

Berdasarkan keterangan Igan, saat ini pesawat N245 masih harus melalui tahapan design, prototyping, dan certification.

Targetnya, N245 akan mampu mengisi 16% pasar dunia di kelasnya atau setara dengan 160 unit yang diperuntukkan untuk kebutuhan pasar domestik sebanyak 160 unit dan internasional sebanyak 130 unit.

  Kontan  

KRI Kerambit-627 Perkuat Koarmada I

KRI Kerambit-627

KRI Kerambit-627 resmi bergabung dalam jajaran Satuan Kapal Cepat Koarmada I. Hal ini disampaikan oleh Komandan Satuan Kapal Cepat Koarmada I Kolonel Laut (P) Robert H Marpaung pada acara tradisi penyambutan KRI kerambit-627 di dermaga Fasharkan Mentigi Tanjung Uban, Jumat (13/ 09).

KRI Kerambit-627 merupakan generasi kedua Kapal Cepat Rudal (KCR) Sampari Class (KCR-60) dan merupakan kapal keempat produksi dalam negeri yang dikerjakan oleh PT PAL Surabaya.

Pada kapal generasi kedua ini KRI Kerambit-627 dibangun dengan pengembangan tehnologi yang semakin moderen, yaitu ada penambahan sistem senjata yang lebih terintegrasi serta memiliki stabilitas yang prima.

KRI Kerambit-627 dikomandani Letkol laut (P) Arief KH dengan 55 personel, memiliki desain yang cocok dalam melaksanakan strategi perang kepulauan, memiliki dimensi panjang 60 meter, lebar 8,1 meter, draft 2,5 – 2,6 meter (Full Load) dan bobot 500 ton. Sementara kecepatan patroli 15 knot, kecepatan jelajah 20 knot, dan kecepatan maksimal 28 knot. Jarak Jelajah 2.400 nautical mile (4.444 km) dengan endurance berlayar selama 5 hari menggunakan mesin 2 X 3.900 BHP.

Sebagai sensor penginderaan, KRI Keambit-627 dilengkapi dengan SR-47 search radar dan TR-47 fire control radar serta dilengkapi dengan Danish Terma made radar dan fire control system.

KRI Kerambit dipersenjatai dengan meriam Bofors 40 mm sebagai meriam utama dan meriam Denel Cektor GI-2 G12 kaliber 20 mm sebagai persenjataan anti serangan udara.

Pada generasi sebelumnya, Sampari Class dipersenjatai dengan empat rudal anti kapal permukaan C-705. Pengembangan persenjataan akan terus dilakukan demi mencapai modernisasi dan peningkatan kedikdayaan armada kapal cepat rudal yang dimiliki Armada Kapal Perang Angkatan Laut Indonesia.

  TNI  

Senin, 16 September 2019

PTDI Bakal Murnikan Hak Produksi Pesawat Rancangan BJ Habibie

✈️ Pesawat NC 212 MPA TNI AL

PTDirgantara Indonesia (persero) atau PTDI berambisi memurnikan hak produksi, desain, dan pemasaran dua pesawat rancangan Presiden ketiga Indonesia, BJ Habibie, yaitu CN-235 dan NC-212. Direktur Produksi PT Dirgantara Indonesia, Muhammad Ridlo Akbar, mengatakan kedua produk tersebut masih dikembangkan bersama oleh PTDI dengan Airbus Defence And Space (Airbus DS).

"Sehingga masih terikat work sharing," ucapnya kepada Tempo, Kamis 12 September 2019.

Saat ini PTDI masih harus berbagi tugas mengerjakan badan CN-235 yang sudah diproduksi hingga 283 unit, dengan perusahaan manufaktur, Construcciones Aeronauticas SA (CASA) yang kini dikelola Airbus. Sebagian hak pemasaran NC-212, meski kini hanya dibuat di Indonesia, juga masih dipegang produsen pesawat asal Eropa tersebut.

Lisensi penuh bisa didapat jika pemerintah merealisasi rencana pembelian dua pesawat kargo Airbus A-400. Manajemen PTDI, tutur Ridlo, masih menunggu waktu barter itu diwujudkan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi9bBnUHFujrRQ8WHYqY9YEfSxwDEt3dz-1KrOlaVxJFnSOmEWFxOfdWa6tGoEzJYFU2Av1yXu1wlfxjNEKNoQ5ZuOKo8zk3bHb5UihCCNuEs6HHKDwheW5fyjT_UHoNvdMRL0mYIKFHvDa/s1600/CN_235_TNI_AU+wikimedia.jpgCN235 TNI AU

Jika itu jadi, kita akan dapat Autonomus untuk NC-212 dan CN-235." Maksudnya adalah komitmen penyerahan hak penuh kepada PTDI, tanpa ketergantungan lagi pada Airbus.

Pembelian A-400 didengungkan Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Survei dan Konsultasi Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Gatot Trihargo, pada April lalu, sebagai bagian dari rencana penyatuan atau holding BUMN aviasi. Kemarin, upaya Tempo menghubungi Gatot untuk menanyakan kelanjutan tersebut belum berbuah hasil.

Baik CN-235 maupun NC-212 dicetuskan Habibie kala mengembangkan entitas kedirgantaraan sejak Agustus 1976. Bernama PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, perusahaan itu menjadi cikal bakal PTDI. Habibie yang mangkat Rabu malam lalu, di usia 83 tahun, pun sempat mengembangkan armada turbotrop berkapasitas 50 penumpang, N-250. Namun, pengembangannya terhambat krisis moneter pada 1998 - 1999.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3JuPuL4EfKlJ18ulYvHRUCMjvdNt4l_7BjIV8b9xpCIm7Vn4v2GK5kWwEx0V8iMvSwbpda-CkzepoRhJwXa6CyV6jhmz42yNyOZvFWgFhaE2c94amydyQoPFaBB98Eb68qmsSuNeWfTi4/s1600/Pesawat+N-219_n219.jpgN219

Direktur Utama PT Dirgantara, Elfien Goentoro, pun memastikan standarisasi perawatan kedua produk di Indonesia. Kedua produk, menurut dia, tengah laris manis. "Bulan ini kita menyerahkan CN-235 ke Nepal, dan bulan depan ada dua NC-212 ke Thailand," tuturnya.

Dia menuturkan produk teranyar perusahaan, yakni N-219 dan N-245, juga didesain dengan konsep kegunaan yang diusung Habibie, yaitu penerbangan jarak dekat. Menurut Ketua Bidang Penerbangan Tidak Berjadwal Indonesia National Air Carriers Association (INACA), Denon Berriklinsky Prawiraatmadja, produk termutakhir PTDI itu akan diincar beberapa sektor penerbangan pendek, seperti carter dan layanan kargo jarak dekat.

Sertifikasi N-245 akan dikebut setelah N-219 mengantongi izin tipe N-219 dari Kementerian Perhubungan. "Sertifikasi N-219 harus selesai tahun ini," kata Elfien.

Kepala Sub Direktorat Sertifikasi Penerbangan Kementerian Perhubungan, Johannis Tangke, mengatakan dua purwarupa N-219 sudah melakoni separuh dari total syarat uji terbang yang ditetapkan, sekitar 300-350 jam. "Diupayakan tuntas sebelum 2020 meski sempat ada perpanjangan," katanya, kemarin.

  ✈️ Tempo  

F16 TNI AU dan F/A18 RAAF Latihan Bersama di Manado

✈️ Latma Elang Ausindo 2019✈️ Pesawat RAAF F/A-18 [TNI AU]

Menjelang digelarnya latihan bersama (Latma) Elang Ausindo 2019, 12 pesawat tempur TNI AU dan RAAF (Royal Australian Air Force) tiba di Manado.

Kedatangan 6 pesawat F16 Fighting Falcon TNI AU dan 6 pesawat F/A18 Hornet RAAF ini disambut langsung oleh Komandan Lanud Sam Ratulangi (Sri) Kolonel Pnb Johnny Sumaryana, S.E., beserta para pejabat Lanud Sri di Manado, Sabtu (14/9/2019).

Latma Elang Ausindo merupakan latihan bilateral yang rutin dilaksanakan TNI AU dan RAAF yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan personel serta mempererat kerja sama dan hubungan persahabatan yang sudah terjalin baik selama ini.

TNI AU mengerahkan enam unit F16 Fighting Falcon yang terdiri dari lima unit dari Skadron Udara 16 Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru dan satu unit dari Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi Madiun, ditambah satu helikopter Super Puma dari Skadron Udara 6 Lanud Atang Sendjaja Bogor sebagai pendukung SAR. Sementara RAAF melibatkan enam unit F/A18 Hornet dari 1st RAAF Squadron.

Selain pesawat tempur, latihan ini juga melibatkan pesawat C130 Hercules TNI AU, C17 Globemaster RAAF serta ratusan personel dari kedua angkatan udara.

Direncanakan latihan ini akan berlangsung selama kurang lebih dua minggu, mulai tanggal 16 hingga 29 September mendatang di wilayah Lanud Sri Manado

  ✈️ TNI AU  

Minggu, 15 September 2019

BJ Habibie dan Kejayaan Industri Pesawat Terbang Nusantara

Terkenal dengan teori keretakan pesawat https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXSyfPLTmSbMWWieb0nJxDm32eHLe-DRIg9dpvVUGevEqOBlF-B01oaFxWwpp_sH-rdM10qsHYRTDpIJF8wR8PV2awxoRuVmNBUP4G2eYugl7a35NMHmz93cH0VvdsgJ4bT8v4_Nmsj58/s400/indoflyer+tetuko.pngPesawat CN235 flying test bed 1983 Tetuko [Indoflyer] ♣

P
residen ke-3 RI BJ Habibie meninggal dunia di usia 83 tahun, kemarin. Sepanjang hidupnya, banyak sumbangsih yang diberikan terhadap negeri ini, khususnya di bidang pengembangan teknologi.

Habibie didapuk oleh Presiden ke-2 RI Soeharto sebagai Presiden Direktur PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio, yang didirikan pada 26 April 1976. Perusahaan yang sempat berganti nama jadi Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1 Oktober 1985. Pada era IPTN ini, Habibie sukses meluncurkan uji coba terbang pesawat N250 pada 10 Agustus 1995.

Sebelum itu, Habibie sangat berperan dalam pengembangan pesawat CN235 dikembangkan sejak 1979 bersama CASA Spanyol. Pesawat tersebut telah mengalami banyak pengembangan, dan digunakan sejumlah negara. Pesawat ini awalnya dirancang bermesin turboprop dan mampu membawa 35 penumpang.

Pesawat N250 flying test bed (photo : Alain Michot)

Pesawat ini diperkenalkan kepada publik untuk pertama kalinya pada September 1983. Sejak itu, PTDI dan CASA melakukan penjualan CN235, di dalam dan luar negeri. Selain dunia dirgantara, yang membesarkannya, Habibie punya pembentukan PT IPTN, PT PAL, PT INKA, dan PT PINDAD.

Habibie juga sempat menggarap proyek kelanjutan dari N250 atau R80 Regioprop beberapa tahun lalu. Ia mendirikan PT Regio Aviasi Industri (RAI) yang dibentuk oleh Habibie pada 2012.

Pesawat N-250 dengan R80 sangat berbeda sekali. Perbedaanya di antaranya dari ukuran, R80 jauh lebih besar dari pada N-250, karena R80 memiliki daya tampung hingga 80 kursi sementara N-250 hanya 50 kursi.

Rancangan pesawat N2130 (image : Kaskus Militer)

Selain itu, sayap pesawat jauh lebih besar dan panjang, karena ukurannya lebih besar jadi diperlukan sayap yang besar untuk mengangkat beban. Landing Gear juga jauh lebih besar dikarenakan badan pesawat lebih besar dari pada N-250. Pesawat ini ditargetkan terbang pada 2022.

Sebelumnya Habibie juga belum menuntaskan proyek pengembangan pesawat jet N2130 sebagai pengembangan N250 yang bermesin baling-baling.

Namun, warisan-warisan Habibie masih banyak lagi, seperti paten-paten di bidang teknologi termasuk dunia aviasi. Tak ayal, banyak kenangan yang dirasakan oleh orang-orang terdekat BJ Habibie antara lain di PT Dirgantara Indonesia (DI). Termasuk Elfien Goentoro sebagai Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) yang menjadi murid dari Habibie di PT DI.

Desain pesawat R80 (image : R80)

"Beliau adalah menjadi founding father kami, tanpa ada beliau maka tak ada PT DI. Dia sosok pekerja keras. Beliau sosok panutan kami, kami yang ada di PT DI mudah-mudahan meneruskan cita-cita beliau dalam membangun kedirgantaraan," kata Elfien kepada CNBC Indonesia, Rabu (11/9)

Ia mengatakan Habibie adalah panutan bapak dalam ilmu kedirgantaraan Indonesia. Habibie masih menyempatkan diri menjadi profesor di Jerman untuk tetap berbagi ilmu kedirgantaraan.

"Yang paling berkesan bagi saya, beliau orang yang merendah tak menyombong, bagai sebuah padi yang semakin berisi semakin merunduk," katanya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQO7Jhm59cDczAdjn0UqZY3dUeRPf9Y74fk_4PS7ypxar4e8-HxflNxjh0Mnt61hxRB3fJCdmU7dI3Nc3ZozhWzbjvJKYG5IYQoUkZbK2nfmt7MWvK87JaVac5SAC-15yiT-KhP0jUesJP/s1600/20838876_N219+Maiden+Flight.+Credit+to+Rizky+Aditya.jpgPesawat N219 (Rizky Aditya)

Elfien bercerita, Habibie selalu jadi sosok yang selalu diminta pertimbangan dalam hal kedirgantaraan. Habibie tetap bersemangat membagikan ilmunya. Habibie terkenal dengan teori keretakan pesawat.

"Kalau bicara pada beliau lebih dari satu jam dengan kondisi beliau kurang sehat selalu melayani. Bagaimana ingin bekerja terus demi mengembangkan ilmu kedirgantaraan," katanya.

Ia mengatakan PT DI tentu tak akan mengecewakan Habibie, karena cita-cita Habibie Indonesia bisa merancang bangun pesawat sendiri sudah terwujud. Pesawat N219 yang dikembangkan PT DI sudah mendapatkan sertifikat terbang dan siap dipasarkan mulai tahun depan.

  CNBC  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...