Anggaria Maharani, Pengembangan Produk PT DAHANA (Persero)★
Digagas sejak lima tahun silam, pembangunan pabrik bahan bakar pendorong roket (propelan) pertama di Indonesia akhirnya terwujud pada tahun ini. Tak mudah bagi PT DAHANA (Persero) merealisasikan industri yang sarat dengan teknologi tinggi ini. Masih dianggap sebagai produk yang belum banyak diminati pasar dan nilai investasi tinggi, membuat industri propelan hanya dimiliki segelintir pemain di dunia.
Kendati demikian, hal tersebut tak lantas menyurutkan langkah DAHANA merealisasikan industri propelan di dalam negeri. Tanpa mengesamping aspek bisnis, pembangunan pabrik propelan ditujukan sebagai sabagai salah satu lokomotif utama kemandirian industri pertahanan dalam negeri. Sesuai dengan transformasi perusahaan menjadi serving the nation better, dari sebelumnya serving your company better, pembangunan industri propelan akan mendorong industri alutsista terkait lainnya dan tidak lagi bergantung pada propelan impor.
Berbagai langkah strategis pun telah disusun untuk memuluskan proyek senilai lebih dari US$ 300 ini. Pengembangan pasar, inovasi teknologi, hingga penyiapan SDM terus dikebut BUMN bahan peledak ini sejak tahun lalu. Berikut petikan wawancara DFile DAHANA dengan Anggaria Maharani dari Bagian Pengembangan Produk yang sekaligus menangani propelan.
Apa rencana strategis jangka panjang pengembangan propelan?
Pengembangan propelan di DAHANA jangka pendek (1 s.d 2 tahun) adalah penelitian dan pengembangan prototipe Nitrogliserin (NG) yang digunakan sebagai bahan baku propelan double/triple base. Rencana pengembangan NG diharapkan pada tahun 2015 ini dapat terealisasi.
Sedangkan jangka menengah (2 s.d 5 tahun), rencana pembangunan dilakukan untuk double base propellant untuk munisi kaliber kecil (spherical powder) dan double base propellant untuk roket menggunakan metode extruded double base (EDB). Sementara, rencana pengembangan jangka panjang atau lima tahun ke depan di antaranya pengembangan Composite propellan, Rocket motor, Single base dan multibase propellant untuk munisi kaliber besar, dan high explosives, energetic nitrocellulose untuk military purposes.
Bagaimana langkah penyediaan SDM untuk indutri propelan Dahana?
Sumber daya manusia (SDM) disipakan melalui pelatihan (training) dan OJT pada saat proyek berlangsung. Teoritical dan practical training dapat dilaksanakan didalam maupun luar Indonesia untuk membangun kompetensi yang handal dalam bahan peledak khususnya propelan. Salah satu training yang telah dijalankan terkait Industri propelan, DAHANA bekerja sama dengan Kementerian Riset dan Teknologi mengadakan lokakarya teknologi propelan yang mengusung tema menuju Indonesia mandiri. Diharapkan Industri propelan dapat terwujud di Indonesia dengan peran sinergi akademisi, pemerintah dan industri.
Pasar yang sudah ada saat ini, dan target pasar yang disasar ke depan?
Pasar propelan dalam negeri yang sudah ada saat ini digunakan oleh kementerian pertahanan seperti marinir untuk pengembangan roket pertahanan (Rhan 122), spherical powder untuk munisi kaliber kecil yang merupakan kebutuhan PT Pindad dalam mendukung kebutuhan operasi TNI & POLRI. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, ASEAN sebagai pasar propelan akan dijajaki sebagai target pengembangan ke depan.
Kendala dalam pembangunan pabrik propelan?
Kendala utama dalam pembangunan pabrik propelan adalah mengenai dana. Kebutuhan investasi dalam pembangunan pabrik propelan yang tinggi perlu mendapatkan bantuan dana atau modal kerja awal dari pemerintah. Diperlukan juga fasilitas-fasilitas dari pemerintah yang mendukung investasi yang nilainya besar seperti: tax holiday, pembebasan bea masuk, dan sebagainya. Selain dana, penyiapan sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor penting sehingga diperlukan adanya road map dalam penyiapan SDM yang handal dalam segala lini.
Nilai tambah propelan Dahana dibanding produsen propelan lain di dunia?
Pertimbangan utama dalam pembangunan pabrik propelan ini adalah kemandirian pasokan propelan. Kemandirian pasokan propelan ini dapat meningkatkan kecepatan dan fleksibiltas produksi dalam negeri, tidak bergantung pada impor dan mengurangi potensi adanya embargo. Sedangkan dilihat dari sisi harga ini bergantung pada investasi dan serapan pasar.
Bagaimana aspek safety pabrik dan penyimpanan?
Meskipun propelan termasuk dalam low explosives, potensial ledakan dalam site seperti bangunan proses dan penyimpanan bahan peledak dapat terjadi. Aspek keselamatan bangunan proses dan penyimpanan harus diatur dan dipastikan jumlah bahan peledak yang diijinkan serta dihitung jarak aman antar bangunan. Evaluasi estimasi jumlah bahan peledak dalam masing-masing bagian atau bangunan dihitung berdasarkan standar internasional jarak aman.
Ketersediaan bahan mentah?
Bahan baku propelan dapat dipenuhi dalam negeri seperti gliserin, nitroselulosa, asam nitrat dan asam sulfat. Khusus untuk nitroselulosa, bahan baku yang tersedia dalam negeri penggunaannya masih untuk komersial grade, diperlukan peningkatan kadar Nitrogen yang lebih tinggi untuk dapat digunakan dalam aplikasi militer. Pada tahap jangka panjang pengembangan teknologi Energetic nitrocellulose untuk military purposes akan dilakukan.
Apa saja bentuk dukungan nyata pemerintah ?
Dukungan nyata yang diharapkan oleh pemerintah adalah subsidi biaya investasi dan modal kerja untuk pembangunan pabrik propelan. Hal lain yang dapat diperoleh berupa dukungan penyediaan fasilitas fiskal dan lainnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku seperti bantuan pembebasan pajak bea masuk peralatan pabrik, pembebasan pajak, penyertaan modal pemerintah, subsidi dll.
Produk turunan atau lain apa saja yang dapat dikembangkan dari propelan?
Produk lain yang dapat dikembangkan dari propelan antara lain air bag pada mobil (automotive airbag), bahan pendorong ejection seat, gas generator grain, gas gun yang melepaskan gas tekanan tinggi untuk merekahkan (fracturing) batuan atau High Energy Gas Fracturing, nama lain yang sering digunakan dalam industri minyak dan gas aerosol spray cans (Aerosol spray propellant).
Bentuk ToT dari perusahaan Perancis?
DAHANA akan menerima exclusive licence untuk digunakan di Indonesia berupa general know how terkait dengan produk yang akan diproduksi. General know how yang dimaksud berupa design, drwaing, pengoperasian pabrik, speksifikasi teknis, kontrol kualitas sampai dengan bantuan teknis dan pelatihan terkait dengan spherical powder ataupun extruded double base (EDB). Bentuk lain yang diberikan adalah pengembangan kemampuan sumber daya manusia, knowledge, teknologi dan metode dalam manufaktur.
Pentagon menyatakan, pesawat mata-mata mereka dan pesawat tempur Rusia hampir bertabrakan di atas laut Baltik. US RC 135 [wikipedia]★
Pentagon menyatakan, pesawat mata-mata mereka dan pesawat tempur Rusia hampir bertabrakan di atas laut Baltik. Mereka menyebut insiden ini hampir terjadi karena gaya terbang koboi pilot jet tempur Rusia.
"Pada Selasa (7/4/2015) pagi, pesawat mata-mata kami US RC-135U dicegat oleh pesawat Rusia Su-27 Flanker saat melakukan penerbangan rutin internasional. Pesawat tersebut terbang dengan cara yang tidak aman dan tidak profesional," ucap juru bicara Pentagon Eileen Lainez di Washington, Amerika Serikat (AS).
Lainez, seperti dilansir Spuntik pada Sabtu (11/4/2015) menyatakan, pihaknya telah mengajukan protes kepada pemerintah Rusia atas insiden tersebut. "AS memandang serius insiden ini, dan telah mengajukan protes kepada pemerintah Rusia melalui jalur diplomatik yang kami miliki," ucapnya.
Menurut beberapa laporan media AS, pesawat Rusia tersebut terbang secara berdampingan dengan jarak yang sangat dekat. Pesawat itu, menurut laporan media di AS hanya berjarak enam meter dari pesawat AS, dimana bila terdapat sedikit saja kesalahan dengan jarak sedekat itu, bisa berakibat sangat fatal.
Sementara itu, militer Rusia membantah pilot-pilot mereka telah terbang dengan manuver yang berbahaya. Menurut Negeri Beruang Merah itu pilot mereka memiliki disiplin yang tinggi, dan sangat patuh dengan regulasi ketat yang ditetapkan oleh otoritas penerbangan Rusia, yang dibuat berdasarakan peraturan internasional.(esn)Alasan Pesawat Rusia Tempel Ketat Pesawat AS sputnik★
Rusia membeberkan alasan mengapa pesawat mereka memepet pesawat mata-mata Amerika Serikat (AS) di atas laut Baltik Selasa lalu. Menurut militer Rusia, pesawat mata-mata AS berusaha untuk menerobos wilayah udara mereka.
Pernyataan Rusia ini merupakan respon dari tuduhan Pentagon yang menyebut pesawat tempur Rusia mencegat pesawat mata-mata mereka dengan manuver berbahaya. Pentagon menyebut manuver yang dilakukan pesawat Rusia tersebut tidak aman dan tidak profesional.
"Pesawat kami pada tanggal 7 April lalu melihat sebuah pesawat tidak dikenal mencoba memasuki wilayah kami, dan langsung bergerak dengan bermanuver pesawat tersebut untuk memastikan pesawat apa atau siapakah itu. Pesawat kami lalu memastikan bahwa itu adalah US RC-135U," ucap pejabat militer Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov.
Melansir Spuntik pada Sabtu (11/4/2015), Konashenkov juga menyatakan bahwa pesawat mata-mata AS itu mematikan alat komunikasi mereka. Selain itu, dirinya juga menyebut AS tidak berhak untuk menilai kualitas pilot-pilot Rusia.
"Saya ingin menekankan bahwa US RC-135U bergerak menuju perbatasan Rusia dengan transponder yang dimatikan. Adapun mengenai kualitas pilot kami, hanya militer Rusia yang berhak menilai, dan bukan orang lain," imbuhnya.
"Selain itu, pesawat AS tersebut hanya terbang di sekitar wilayah udara kami, dan tidak menunjukan tanda-tanda akan bergerak menuju tempat lain," tambahnya.(esn)
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berencana menambah empat skuadron tempur baru untuk menjaga kedaulatan wilayah udara Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kemungkinan besar, skuadron baru tersebut akan dibentuk di wilayah timur Indonesia. Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma TNI Hadi Tjahjanto membenarkan ada rencana penambahan rencana empat skuadron baru tersebut.
Dalam rencana strategis (renstra) yang disusun, TNI AU akan memiliki 11 skuadron pesawat tempur. Saat ini skuadron yang telah terbentuk baru ada tujuh dengan kekuatan di masing-masing skuadron sebanyak 16 pesawat tempur dari berbagai jenis. ”Sehingga masih kurang empat skuadron lagi. Ini akan dibentuk sampai rencana strategis (renstra) ketiga.
Saat ini kita masih berada di renstra kedua, mudah-mudahan mulai 2019 sampai 2024 keinginan kita untuk membentuk 11 skuadron tempur bisa terwujud. Namun, harus diingat bahwa renstra ini berbasis pada minimum essential force (MEF), bukan pada kondisi ideal,” ungkap Hadi di Jakarta kemarin.
Rencana itu termasuk pembentukan enam skuadron angkut, empat skuadron helikopter, dan skuadron pengintaian. Hadi menambahkan, saat ini keberadaan skuadron pesawat tempur milik TNI AU terkonsentrasi di bagian tengah, dalam hal ini Pulau Jawa. Kemudian di bagian barat yakni Pekanbaru, Riau yang sudah ada 1 skuadron F-16.
”Skuadron tersebut juga bisa diback up oleh skuadron yang ada di Pontianak, Kalimantan Barat. Barang kali evaluasi itu akan ke timur, tapi semua itu akan dilihat dari tren dan spektrum ancaman,” ungkapnya.
Pengamat militer Universitas Indonesia (UI) Wawan Purwanto menilai, penambahan skuadron tempur merupakan hal yang wajar untuk diwujudkan dan kebutuhan yang selayaknya harus dimiliki dalam rangka menuju pada kekuatan minimum.
”Selama ini banyak kejadian yang tidak kita inginkan karena sistem pertahanan udara kita keropos dan alutsista yang dimiliki terbatas ditambah pesawat yang ada sudah berumur,” katanya.
PT Pindad (Persero) menjajaki pengembangan senjata kapal laut atau meriam dengan sebuah perusahaan di Italia. “Kami sudah bertemu dengan perusahaan senjata untuk kapal laut di Italia, rencananya kami akan bekerjasama mengembangkan meriam kapal laut,” kata Direktur Utama PT Pindad Silmy Karim di Bandung, Kamis (9/4).
Ia menyebutkan, Italia merupakan salah satu negara yang memiliki pengembangan senjata kapal laut yang baik di dunia, oleh karena itu Pindad menggandeng perusahaan itu.
Lebih lanjut ia menyebutkan, rencana kerja sama itu akan segera ditindak lanjuti oleh kedua belah pihak, namun yang jelas baik Pindad maupun pihak produsen senjata dari Italia itu sudah menemukan kecocokan untuk kerja sama lebih lanjut.
“Pokoknya dari kunjungan kami ke sana cukup strategis, dan itu selaras dengan progam Pindad untuk mengembangkan teknologi juga peningkatan kemampuan SDM,” katanya.
Ia menyebutkan, Pindad juga telah memproduksi beberapa munisi untuk kapal perang yang terus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. “Selain mengembangkan senjata, kendaraan tempur dan munisi, kita juga kembangkan untuk munisi kapal laut serta engine,” kata Silmy.
Dia menyebutkan, selain mengunjungi Italia, Silmy juga menyatakan telah melakukan pertemuan dengan beberapa pihak di Prancis dan Jerman dalam rangka kerja sama pengembangan munisi dan kendaraan tempur. “Jerman memiliki perusahaan mesin untuk kendaraan tempur, kita jajaki ke sana untuk mesin-mesin itu.
Sedangkan dengan Prancis untuk pengembangan munisi kaliber sedang maupun kaliber besar,” katanya.
Lebih lanjut ia menyebutkan, pihaknya saat ini tengah mengembangkan munisi kaliber 105 milimeter untuk memenuhi kebutuhan munisi tank AMX-13 Retrofit TNI AD.
“Selain itu kami juga menjajagi pengembangan munisi kaliber 155 milimeter. Pasar munisi kaliber besar cukup potensial baik di dalam maupun luar negeri, meski target kita untuk memenuhi kebutuhan TNI,” kata Silmy.
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Rusia Denis Manturov bersama dengan delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Jalil, 9 April mengunjungi Kazan Helicopter Plant (KHP), bagian dari otoritas "Rusia Helikopter" Corporation Negara Rostec. Para tamu disambut oleh Presiden Republik Tatarstan Rustam Minnikhanov dan Wakil Direktur Jenderal otoritas "Rusia Helikopter", CEO Vadim Ligay KHP. [Bastion]★
Menko Perekonomian Sofyan Djalil selama tiga hari akan bertandang ke Rusia untuk menghadiri pertemuan high level economic meeting yang berlangsung setiap dua tahun sekali.
Sofyan pun telah berangkat pada Selasa, 7 April 2015 pukul 23.00 WIB. Dia akan berada di Negeri Beruang Merah hingga Jumat (10/4/2015). Pertemuan ini, disampaikan Sofyan, dalam rangka meningkatkan hubungan bilateral ekonomi Indonesia-Rusia.
Dia mengatakan, Indonesia ingin mengimpor persenjataan buatan Rusia. Di samping itu, Ia juga akan mempromosikan perusahaan Indonesia yang melakukan ekspor. Oleh karena itu, dirinya akan mengajak beberapa pengusaha Indonesia yang sedang mencari dan mengembangkan pasar ekspor di Rusia.
"Selama ini yang paling besar ekspor ke Rusia produk kelapa sawit, tetapi yang lain-lain tentu mereka melakukan pengkajian. Jauh, perusahaan kita belum terbiasa, jadi kita bawa ke sana," kata Sofyan, ditemui di kantornya, Lapangan Banteng, sebelum berangkat ke bandara, Selasa (7/4/2015) malam.
Lebih lanjut, selain mengikutsertakan pengusaha Indonesia, dirinya juga akan mengajak investor Rusia agar berinvestasi di Indonesia. "Mereka kan selama ini bikin smelter alumina di Kalbar, ada yang bikin kereta api di Kalimantan," pungkasnya.Gantikan Dolar, Rusia Usulkan Penggunaan Rubel dan Rupiah dalam Perdagangan Bilateral Sidang Komisi Bersama (SKB) Indonesia dan Rusia di kota Kazan, Republik Tatarstan. [Elizaveta Moskvina]★
Menteri Perdagangan dan Industri Rusia Denis Manturov mengusulkan untuk menggunakan mata uang nasional dalam setiap transaksi perdagangan antara Rusia dan Indonesia. Hal tersebut disampaikan Manturov saat ditemui di Sidang Komisi Bersama (SKB) Indonesia dan Rusia di kota Kazan, Republik Tatarstan (9/4).
Menurut Manturov, hal serupa telah diterapkan Rusia dalam berbagai transaksi perdagangan dengan India dan Tiongkok. Transaksi menggunakan mata uang nasional juga pernah dibahas Rusia dengan Vietnam dan Thailand. Manturov meyakinkan, dengan menggunakan mata uang lokal, kedua mata uang akan saling menguat.
Dalam forum bisnis tersebut, Manturov mengatakan bahwa volume perdagangan antara Rusia dan Indonesia belum mencapai target, yaitu hanya 2,5 miliar dolar AS pada. Namun demikian, target tersebut diproyeksikan meningkatkan hingga lima miliar dolar AS pada 2015.
Rusia dan Indonesia kembali mengadakan forum bisnis untuk yang kesepuluh kalinya. Forum yang dikenal sebagai Sidang Komisi Bersama (SKB) Indonesia dan Rusia mengenai kerjasama di bidang perdagangan, ekonomi dan teknik ini diadakan di kota Kazan, Republik Tatarstan.
Sejak penandatanganan deklarasi mengenai Kerangka Hubungan Persahabatan dan Kemitraan antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia dalam Abad ke-21, hubungan bilateral kedua negara memasuki babak baru dan senantiasa meningkat. Interaksi para pemimpin dan para pejabat tinggi kedua negara sangat intensif.
KSAU (Foto: Rachman Haryanto/detikcom)★
Guna mendukung visi pemerintah membangun kedaulatan maritim, TNI Angkatan Udara berencana membeli pesawat-pesawat generasi 4,5, yang merupakan keluaran mutakhir. Ada Sukhoi 35 dari Rusia, JAS-39 Gripen (Swedia), Dassault F1 Rafale (Prancis) dan Boeing-McDonnel Douglas F/A-18E/F Super Hornet (Amerika Serikat).
Pesawat jenis apa yang akan dipilih untuk menggantikan armada jet tempur F-5E/F Tiger II, yang dianggap sudah usang, sejauh ini masih dalam kajian. Tapi karena para pilot TNI AU sudah terbiasa menggunakan produk Amerika dan Rusia, besar kemungkinan produk dua negara itulah yang akan dipilih.
“Kenapa saya minta dua itu, karena sumber daya manusianya, baik air crew maupun ground crew, sudah punya pengalaman menangani Sukhoi dan F-16,” kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Agus Supriatna saat ditemui majalah detik di ruang kerjanya, Kamis 2 April 2015 lalu itu.
Ia juga mengungkapkan perlunya pesawat angkut personel Hercules atau jenis Airbus 400. Setidaknya TNI AU butuh 10 Hercules atau 4 Airbus A-400. Pada bagian lain, Agus memaparkan kondisi radar militer yang ada serta hasil investigasi terhadap musibah Tim Aerobatik Jupiter di Langkawi, Malaysia beberapa pekan lalu. Berikut ini petikannya:
Selama 69 tahun menjaga kedaulatan negara, apa pencapaian dan rencana pembenahan Angkatan Udara ke depan?
Pembangunan dan pengembangan kekuatan udara bisa berupa penambahan alutsista dan fasilitas pendukungnya, yang tertuang dalam rencana strategis lima tahunan. Sampai akhir 2014, Angkatan Udara sudah berhasil memodernisasi alutsista lebih dari setengah yang direncanakan.
Seperti apa peran dan kesiapan TNI Angkatan Udara di tengah visi Poros Maritim?
Dalam konteks perang modern, paradigma World Maritime Axis harus dipayungi dengan paradigma World Airspace Axis. Penguasaan ruang udara dan kekuatan udara yang memadai sangat penting demi mewujudkan supremasi kekuatan maritim.
Hal ini menjadikan peran TNI AU dalam pertahanan maritim akan sangat menantang. TNI AU harus mampu menghadirkan superioritas udara ke tengah samudra yang melampaui perairan-perairan Tanah Air kita dan mampu melakukan coverage security bagi Angkatan Laut. Artinya, sistem pertahanan maritim bukan hanya butuh AL yang kuat, tapi juga AU yang kapabel.
Terkait hal ini, penetapan Air Defence Identification Zone (ADIZ), yang merupakan wilayah payung perlindungan maritim dan wilayah udara, secara tepat menjadi kepentingan yang sangat mendesak untuk menjaga keseimbangan geostrategik. ADIZ mencantumkan wilayah udara atas daratan dan lautan, di mana identifikasi, lokasi, dan kontrol terhadap pergerakan pesawat diperlukan bagi kepentingan pertahanan dan keamanan.
Tahun ini apa yang menjadi program prioritas?
Sebetulnya yang paling utama itu bagaimana mengimplementasikan kebijakan-kebijakan Panglima TNI. Kan itu sudah jelas sekali dan kita juga melihat dari visi-misi pemerintah, karena kita ingin mengembangkan poros maritim, bahkan sampai pada poros maritim dunia, sehingga saya harus mengembangkan kekuatan udara yang kapabel. Jadi bukan hanya kekuatan angkatan laut saja yang kuat.
Pergerakan apa pun yang ada di bawah ini (darat dan laut), tanpa penguasaan udara di tangan kita, kan sulit untuk bergerak dengan aman. Itulah (kenapa) wilayah udara yang akan kita perkuat. Terutama pertahanan udaranya, radar-radar harus bisa meng-cover seluruh wilayah kita, supaya tidak ada yang mengganggu. Karena yang bisa melihat situasi apa yang paling cepat, itu lewat udara. Kalau udaranya itu kita tutup, kita kawal, kita amankan, tidak mungkin ada yang mau mengganggu.
Sampai saat ini persentase untuk mencapai ideal?
Kalau ditanya yang ideal, yang saya inginkan, seluruh wilayah tertutup. Di-cover oleh radar saya. Pesawat-pesawat tempur, kalau ada yang masuk, (kita) bisa segera mengintersep. Kalau intersep tidak ada, kita harus punya rudal-rudalnya. Itu kalau mau ideal. Tapi kan kita juga harus mau memahami bagaimana anggaran negara kita sehingga ada prioritas kira-kira wilayah mana saja yang sering diganggu atau apa.
Di situlah sepanjang tahun dan sekarang, saya selalu deploy pesawat-pesawat tempur saya. Ada yang di Biak, Tarakan, Aceh. Selalu bergantian di wilayah selatan juga.
Potensi ancaman paling besar itu sekarang apa?
Kalau dikatakan ancaman besar, ya, karena kemampuan kita belum bisa meng-cover semua, yang paling mudah melihat keadaan itu kan dari udara. Kalau misalnya pesawat yang punya jangkauan jarak jauh memfoto, kan itulah yang paling utama.
Minimal kekuatan udara kita harus seperti apa?
Saya inginnya, ada satu flight di Aceh, Medan. Di utara misalnya Tarakan. Di Pontianak sudah ada skuadronnya. Di Papua juga harus ada, baik di Merauke maupun Biak. Begitu juga selatan, perlu banget, seperti di Kupang atau di Bali. Tapi kan kemampuan kita tidak seperti itu.
Berapa besar anggaran belanja peralatan tempur?
Kalau itu, tanya ke Kementerian Pertahanan. Yang diajukan tentu banyaklah. Tapi saya tidak bisa mengatakan dapat berapa. Realisasinya tidak usah tanya ke saya. Lihat sendirilah.
Pesawat tempur yang diprioritaskan?
Oh, enggak, saya juga perlu pesawat transportasi. Kalau misalnya saya mengirim satu batalion tempur, itu jelas butuh Hercules, belasan. Minimal sembilan atau 10 pesawat. Kalau kayak A-400 itu, cukup 3 atau 4 pesawat bisa bawa satu batalion tempur. Makanya saya bikin kajian, terus kita kasih ke Kementerian Pertahanan dan, alhamdulillah, mudah-mudahan anggaran pemerintah ada tambahan. Semoga terealisasi dengan cepat.
Tahun ini yang sudah pasti datang?
F-16 akan datang lima kalau tidak salah akhir bulan ini. Mei akan tambah lima lagi dari Amerika. Lalu ada tambahan lagi lima pesawat dari Australia.
Pengganti F-5 nantinya?
Saya sudah buat kajian. Saya minta yang generasi di atas 4,5. Kalau dari Rusia ada Sukhoi 35, kalau dari Amerika ada yang Blok 60 ke atas. Sekarang ada Blok 70. Saya minta itu, Viper. Kenapa saya minta dua itu, karena sumber daya manusianya, baik air crew maupun ground crew sudah punya pengalaman, bagaimana menangani Sukhoi dan F-16.
Kondisi radar udara?
Saat ini radar yang dimiliki belum sepenuhnya dapat meng-cover seluruh wilayah kedaulatan NKRI yang cukup luas, ditambah lagi ada beberapa radar yang teknologi sistem radarnya buatan 1960-an. Kita butuh 32 untuk bisa meng-cover semua. Sekarang sudah ada 22, kurang 10 lagi. Untuk mendukung operasi pertahanan udara pada tahap deteksi dini dan identifikasi, Angkatan Udara bekerja sama dengan radar penerbangan sipil atau military civil coordination.
Dukungan TNI AU terhadap industri pertahanan dalam negeri?
Sejak awal berdiri, Angkatan Udara telah turut menyumbangkan pemikiran dan karyanya dalam industri pertahanan, khususnya di bidang kedirgantaraan dan bidang lainnya. Kita kenal Abdulrahman Saleh, salah seorang pelopor Angkatan Udara. Selain pendiri Angkatan Udara, beliau adalah akademisi, ahli faal Universitas Indonesia. Kita kenal Nurtanio, juga perintis industri pesawat terbang Indonesia. Karyanya cukup banyak, di antaranya Si Kumbang 01 dan 02, pesawat single seater dilengkapi senjata otomatis udara-darat.
Ada lagi Wiweko Soepono, perintis Indonesia Airways, perancang forward facing crew cockpit untuk pesawat berbadan lebar. Rancangannya diterima dan dipakai untuk semua pesawat terbang berbadan lebar di dunia. Sampai saat ini, Angkatan Udara terus berupaya meningkatkan kemampuan dan karya dalam bidang kedirgantaraan. Kami punya Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara, yang terus meneliti, mengembangkan, dan menciptakan teknologi terbaru untuk kebutuhan TNI AU maupun nasional.
Selain pesawat tempur, pesawat sipil ada yang melanggar wilayah udara kita?
Kalau pesawat militer melanggar, itu pasti ada sesuatu. Kalau pesawat militer itu tidak mungkin mau melanggar. Seperti saya pilot pesawat tempur seenaknya masuk wilayah orang, itu sama saja ngajak apa? Nah, mengapa pesawat sipil banyak (melanggar), karena mereka mungkin menganggap saya dulu lewat sini aman, saya dulu lewat sini enggak usah pakai izin juga bisa.
Karena saya juga pernah mengintersep pesawat sipil, ternyata isinya pasukan PBB dari Pakistan. Dia dari Dili langsung saja ke Malaysia, tapi izinnya dari Malaysia ada, dari Singapura ada, dari Thailand ada, tapi dari Indonesia tidak ada. Akhirnya saya tahan di Makassar. Waktu itu pesawat Boeing kita intersep pakai Sukhoi.
Tapi sanksinya tak sebanding dengan biaya mengintersep, ya?
Terkait dengan pelanggaran wilayah udara oleh pesawat asing dan sanksi yang diberikan, sebenarnya semua telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Setelah beberapa pengalaman yang kita dapatkan pada tahun lalu, memang ada beberapa hal yang harus dikaji ulang dan dipikirkan bersama menyangkut penindakan, penyidikan, dan sanksi bagi pelanggar, sehingga kejadian pelanggaran wilayah ini dapat dieliminasi.
Kami, TNI AU, ingin memiliki kewenangan menyidik karena saat ini TNI hanya berwenang melakukan penyergapan atau intervensi terhadap pesawat asing yang masuk tanpa izin, sedangkan kewenangan penyidikan ada di Kementerian Perhubungan.
Oh, ya, bagaimana hasil investigasi kecelakaan dua pesawat tim aerobatik Jupiter di Langkawi?
Sebelum berangkat ke Langkawi, JAT (Jupiter Aerobatic Team) telah mempersiapkan diri dengan maksimal. Pesawat laik terbang, penerbang dilatih maksimal untuk mengatasi berbagai kemungkinan. Namun ada hal yang tidak dapat kita jangkau, unpredictable, sesuatu di luar kuasa kita.
Inilah yang disebut musibah. Saya tekankan kepada mereka untuk tidak takut, tidak gentar, dan tidak ragu dalam melanjutkan tugas, sehingga mereka tetap dapat bekerja dengan moril yang tinggi. Pada HUT TNI AU 9 April nanti, mereka akan tampil kembali menghibur masyarakat Indonesia.
Dokumentasi prajurit Intai Amfibi Marinir TNI AL melakukan teknik Stabo atau diangkut dengan tali dari helikopter ketika mengamankan sandera dalam simulasi misi penuh di Pancer, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (10/4/15). Simulasi itu puncak dari latihan bersama bersandi Lantern Iron 15-5524 antara Taifib Korps Marinir dengan US MARSOC dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan teknik dan taktik sebagai pasukan khusus. (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)★
Prajurit Intai Amfibi Marinir Korps TNI AL bersama koleganya, pasukan khusus Marinir Amerika Serikat, US Marine Special Operation Command (US MARSOC), mengadakan latihan penumpasan gerakan separatis di Pantai Pancer, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat.
Pantai yang biasanya ramai digunakan nelayan menurunkan ikan hasil tangkapan tersebut disimulasikan sepi karena dikuasai pasukan Gerakan Banyuwangi Merdeka (GBM) di bawah pimpinan Oseng Rambo.
Oseng Rambo dan pasukannya memanfaatkan pantai selatan Pulau Jawa itu untuk pertahanan dan persembunyian karena letaknya yang strategis. Pasukan GBM disimulasikan aktif berpatroli dan menggalang masyarakat agar melawan kepada pemerintah.
Senjata yang mereka pakai bermacam rupa, di antaranya pistol Sig-Sauer P226, senapan serbu kaliber 5,56 mm M16A4 dan Styer. Sebulan lalu, GBM menculik seorang tokoh masyarakat karena dianggap sebagai orang yang menghasut masyarakat melawan GBM.
Adapun sesuai data intelijen, tokoh itu masih hidup dan harus dibebaskan segera.
Menghadapi kenyataan itu, prajurit Intai Amfibi Marinir bekerja sama dengan prajurit US MARSOC mendapat perintah dari pimpinan untuk membebaskan tokoh masyarakat tersebut dari GBM.
Komandan Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir, Letnan Kolonel Marinir Freddy Ardianzah, menurunkan empat tim di bawah pimpinan Kapten Marinir Alamsyah untuk melaksanakan tugas itu. Setelah melakukan perencanaan matang, tim Taifib dan US MARSOC yang menempati posko di Pusat Latihan Pertempuran Korps Marinir Lampon, Banyuwangi. Penyergapan siap diluncurkan.
Serangan penyergapan dilakukan melalui laut dengan menggunakan empat perahu karet. Setelah mendekati Pantai Pancer, empat prajurit Taifib sebagai perenang rintis diturunkan ke laut kemudian berenang menuju pantai untuk menyelidiki situasi di sekitar.
Setelah pantai dinyatakan aman oleh tim renang rintis, tim yang berada di laut meluncur dan mendarat di Pantai Pancer. Setelah dibagi sesuai tugasnya, prajurit Taifib Korps Marinir dan US MARSOC bergerak ke sasaran.
Sempat terjadi baku tembak dengan pengikut GBM saat prajurit Taifib dan US MARSOC mendekati Pos Pantau GBM di Pancer. Dengan kemampuannya sebagai pasukan khusus, prajurit Marinir kedua negara tersebut berhasil melumpuhkan anggota GRBM dan membebaskan tokoh masyarakat yang disandera.
Pada latihan pembebasan itu, si tokoh dibawa dengan cara stabo dengan helikopter Bell-412 dari Skuadron 400 Wing Udara-1 Puspenerbal yang dipiloti Letnan Satu Pelaut V Oktomiawan dan kopilot Letnan Satu Pelaut Tri Yudha.
Pembebasan sandera dan penumpasan kelompok separatis tersebut merupakan materi puncak dalam latihan bersama Marinir Indonesia dengan Amerika bersandi Lantern Iron 15-5524.
Latihan puncak itu merupakan gabungan dari seluruh materi yang dilatihkan, yakni menembus gelombang, navigasi penjang, renang rintis, konfirmasi pantai pendaratan, penghilangan senyap, pertempuran kota dan stabo.
Kegiatan puncak itu disaksikan Wakil Asisten Operasi Kepala Staf TNI AL, Laksamana Pertama TNI Didik Wahyudi, Asisten Operasi Pasukan Marinir 1, Kolonel Marinir I Made Sukada, Komandan Puslatpur Lampon, Kapten Marinir Venny Woaten, dan lain-lain.
Agresi Tak Berhenti, Iran Kirim 2 Kapal Perang ke Teluk Yaman Iran kirim dua kapal perang ke Teluk Yaman di saat agresi Saudi dan koalisi Teluk belum berhenti. (AP/Fars)
Iran mengirim dua kapal perang ke Teluk Aden dan Selat Bab al-Mandab, Yaman. Dua kapal perang dikirim Iran di saat agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk terhadap milisi Houthi di Yaman belum berhenti.
Dua kapal perang Iran yang dikirim ke perairan Yaman itu berasal dari Armada ke-34 Angkatan Laut Iran. Pengiriman dua kapal perang berlangsung Rabu waktu Yaman. Pegerakan dua kapal perang itu disiarkan stasiun televisi pemerintah Iran, Press TV.
Kapal logistik Bushehr dan kapal perusak Alborz telah meninggalkan Kota Pelabuhan Bandar Abbas, Iran selatan menuju perairan Yaman. Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Habibollah Sayyari mengkonfirmasi kebijakan militer Iran itu di sela-sela pengiriman dua kapal perang.
Pengiriman kapal perang Iran ke Teluk Aden secara politik ikut memanaskan konflik di Yaman. Sebab, Iran selama ini memprotes keras agresi Arab Saudi dan koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman. Iran telah menyerukan dialog untuk merampungkan krisis di Yaman.
“Armada ke-34 mengirim (dua kapal perang) untuk misi menjamin keamanan jalur pelayaran Iran dan melindungi kepentingan Republik Islam Iran di laut lepas,” kata Sayyari, seperti dikutip Tehran Times, Kamis (9/4/2015).
Sayyari menekankan, bahwa misi Angkatan Laut Iran itu tetap menghormati hukum internasional. Dia juga menegaskan, langkah militer Iran itu juga untuk menjamin keamanan maritim Iran dari kapal-kapal bajak laut.
Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut Iran telah telah meningkatkan patroli di perairan internasional untuk melindungi rute laut dan memberikan jaminan keamanan bagi kapal pedagang dan kapal tanker.(mas)Kapal Perang Iran Tak Boleh ke Perairan Yaman Juru bicara koalisi Teluk, Brigjen Ahmed Asseri, melarang kapal perang Iran ke perairan Yaman. (Arab News)
Arab Saudi yang memimpin koalisi Teluk dalam agresi militer terhadap Houthi di Yaman menyatakan, bahwa dua kapal perang Iran tidak boleh masuk ke perairan teritorial Yaman.
Hal itu disampaikan juru bicara militer Saudi untuk operasi anti-Houthi di Yaman, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, seperti dikutip Al Arabiya, semalam (8/4/2015).
Jenderal Asseri mengatakan, kapal-kapal perang Iran hanya berhak berlayar di perairan internasional, bukan ke perairan teritorial Yaman. Asseri yang berbicara kepada wartawan di Riyadh, Rabu kemarin, merespons kebijakan militer Iran yang telah mengirim dua kapal perang ke Teluk Aden.
Asseri menegaskan, selama misi “Operation Decisive Storm” koalisi Teluk di Yaman berlangsung, koalisi berhak untuk menanggapi setiap upaya Iran untuk mempersenjatai kelompok Houthi. Iran sendiri berkali-kali membantah, bahwa mereka mempersenjatai Houthi di Yaman. Pihak Teheran justru menyerukan dialog damai dan menentang intervensi militer asing di Yaman.
Media pemerintah Iran telah mengkonfirmasi bahwa kapal logistik Bushehr dan kapal perusak Alborz telah meninggalkan Kota Pelabuhan Bandar Abbas, Iran selatan menuju perairan Yaman. Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Habibollah Sayyari, juga membenarkan pengiriman dua kapal perang itu.
“Armada ke-34 mengirim (dua kapal perang) untuk misi menjamin keamanan jalur pelayaran Iran dan melindungi kepentingan Republik Islam Iran di laut lepas,” kata Sayyari, seperti dikutip Tehran Times, Kamis (9/4/2015).
Meski Iran menentang agresi militer koalisi Teluk di Yaman,Sayyari tidak menjelaskan, apakah pengiriman dua kapal perang Iran itu untuk mengintervensi agresi koalisi Teluk terhadap Houthi di Yaman. Dia hanya menegaskan, bahwa misi kapal perang Iran itu untuk menjamin kepentingan maritim Iran dari kapal-kapal bajak laut.(mas)Hadi Dituding Lakukan Kejahatan Terhadap Keamanan Nasional Media-media lokal di Yaman menyebut, saat ini Kejaksaan Agung Yaman sedang melakukan investigasi terhadap Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi. [Reuters]
Media-media lokal di Yaman menyebut, saat ini Kejaksaan Agung Yaman sedang melakukan investigasi terhadap Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi. Presiden Yaman itu diduga melakukan kejahatan yang mengacam keamanan nasional negara tersebut.
"Jaksa Agung Yaman telah meluncurkan proses administratif terhadap Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi karena dicurigai melakukan kejahatan terhadap keamanan nasional," bunyi laporan media Yaman, sepeti dilansir Sputnik pada Kamis (9/4/2015).
Selain Hadi, menurut laporan media setempat, beberapa pejabat tinggi Yaman juga akan turut diperiksa oleh pihak kejakasaan. Salah satu pejabat tinggi yang disebut-sebut masuk dalam pusaran kejahatan yang dilakukan oleh Hadi adalah mantan penasihat Presiden.
Hadi sendiri sampai saat ini dilaporkan masih bersembunyi di Arab Saudi. Dirinya melarikan diri ke Saudi tidak lama setelah koalisi Teluk mulai melakukan serangan sporadis terhadap pemberontak Houthi di Yaman.
Sementara itu, di pekan kedua serangan yang dilakukan oleh koalisi Teluk, Iran dikabarkan mulai mulai turun tangan. Kabar ini muncul saat Iran mengirim dua kapal perang mereka ke Teluk Aden dan Selat Bab al-Mandab di Yaman.
“Armada ke-34 mengirim (dua kapal perang) untuk misi menjamin keamanan jalur pelayaran Iran dan melindungi kepentingan Republik Islam Iran di laut lepas,” ucap Komandan Angkatan Laut Iran, Laksamana Habibollah Sayyari.(esn)Saudi Lakukan Genosida di Yaman Khamenei menyatakan Saudi harusnya diseret ke pengadilan internasional atas apa yang mereka lakukan di Yaman. Foto:istimewa
Pemimpin Tertinggi Spiritual Iran, Ayatollah Ali Khamenei dengan tegas menyebut serangan yang dilakukan Arab Saudi di Yaman adalah sesuatu hal yang salah. Khamenei bahkan menyebut Saudi dan sekutunya memiliki indikasi melakukan genosida di Yaman.
Menurutnya, indikasi ini muncul karena banyaknya warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita yang menjadi korban dalam serangan tersebut. Khamenei menyatakan Saudi harusnya diseret ke pengadilan internasional atas apa yang mereka lakukan di Yaman.
"Agresi Arab Saudi terhadap Yaman, terhadap orang-orang Yaman yang tidak bersalah adalah sebuah kesalahan. Ini adalah kejahatan dan masuk dalam kategori genosida yang dapat dituntut di pengadilan internasional." ucap Khamenei, seperti dilansir Reuters pada Kamis (9/4/2015).
Khamenei, dalam kesempatan yang sama juga menyatakan Saudi tidak akan pernah memenangkan pertempuran di Yaman. Alasannya, Suadi tidak hanya melawan Houthi atau milisi anti-Presiden Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi, tapi juga melawan seluruh warga Yaman.
Iran sendiri dikabarkan mulai turun tangan dalam konflik yang terjadi di Yaman. Mereka dilaporkan telah mengirim dua kapal perang mereka ke Teluk Aden dan Selat Bab al-Mandab di Yaman.(esn)Iran dan Saudi Tegang, Amerika Mulai Bereaksi Menlu AS, John Kerry, menegaskan dukungan AS untuk Saudi yang sedang tegang dengan Iran. (Reuters)
Amerika Serikat (AS) mulai bereaksi dengan “pasang badan” untuk sekutunya, Arab Saudi, yang terlibat ketegangan dengan Iran terkait konflik di Yaman.
AS percaya, Iran telah memberikan dukungan untuk pasukan Houthi yang berupaya menggulingkan pemerintah Presiden Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, mengatakan, posisi AS sangat jelas, yakni mendukung Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lain yang merasa terancam oleh Iran.
”Kami tidak mencari konfrontasi, tapi kami tidak akan menjauh dari sekutu dan sahabat kami, kebutuhan kita untuk berdiri dengan orang-orang yang merasa terancam sebagai konsekuensi dari pilihan yang mungkin dibuat oleh Iran,” kata Kerry dalam sebuah wawancara dengan PBS Newshour, semalam (9/4/2015).
Sebagai dukungan untuk Saudi dan koalisi Teluk yang sedang meluncurkan agresi militer terhadap Houthi di Yaman, AS mulai mempersiapkan pengisian bahan bakar untuk pesawat tempurnya yang kemungkinan akan bergabung dalam agresi militer pimpinan Saudi.
Ketegangan Iran dan Arab Saudi, tampak dari pernyataan keras Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei yang mengutuk agresi Saudi di Yaman. Khamenei menuding Saudi dan koalisi Teluk melakukan genosida dalam konflik di Yaman. Sebab, agresi militer mereka memakan banyak korban warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Khamenei bahkan menyerukan agar Saudi diseret ke pengadilan kriminal internasional. ”Agresi Arab Saudi terhadap Yaman, terhadap orang-orang Yaman yang tidak bersalah adalah sebuah kesalahan. Ini adalah kejahatan dan masuk dalam kategori genosida yang dapat dituntut di pengadilan internasional." ucap Khamenei, seperti dilansir Reuters.
Ketegangan berlanjut, dengan dilarangnya pesawat Iran masuk ke Saudi. Iran pun tak mau kalah. Mereka memanggil diplomat Saudi di Teheran untuk menyampaikan protes keras atas agresi militer Saudi di Yaman, meski dengan dalih memerangi pemberontak Houthi.(mas)
Peluru kendali milik Amerika Serikat. [Associated Press]
Militer Amerika Serikat (AS) selama berpuluh-puluh tahun memelihara kedigdayaan melalui keberadaan peluru kendali dan teknologi networked targeting. Namun, kini negara-negara pengekspor baru senjata memiliki tawaran lebih menarik dengan harga bersaing. Hal demikian berpotensi mengancam AS dan melemahkan pengaruh Barat.
Demi memahami kondisi di atas, coba simak industri otomotif global. Hyundai Motors, perusahaan otomotif asal Korea Selatan, menjadi pesaing serius di kancah global melalui penyebarluasan teknologi, buruh murah, dan produk yang bukan terbaik, namun “cukup baik” sehingga relatif murah. Keberhasilan mereka belum nyata pada 2001. Namun, pada 2015, pasar menunjukkan bukti. Produk Hyundai laris. Proses serupa terjadi dalam industri pertahanan dunia.
Berikut beberapa contoh: Sekutu NATO seperti Turki dan Polandia tidak membeli artileri terbaru dari AS atau bahkan Jerman. Mereka melirik Samsung. Perusahaan Korea Selatan lain, Daewoo, merakit kapal pemasok AL Inggris. Korea Aerospace Industries mengekspor jet tempur TA-50 dan FA-50 ke Irak, Indonesia, dan Filipina. F-16 adalah jet tempur termurah AS; pesawat tempur baru Korea, Pakistan, dan India lebih murah 33-50% dari jet tersebut. Jika ingin lebih hemat hingga 67%, A-29 Super Tucano asal Brasil telah memenuhi standar dunia. Pesanan mendadak dari Uni Emirat Arab agaknya menandakan jet jenis itu tak lama lagi akan bertempur di langit Yaman.
Ancaman jangka panjang itu melibatkan penyebaran senjata presisi yang dapat menghantam sasaran apapun, sejauh terpantau alat. Selain ekspor Rusia dan Cina, Turki telah mulai mengekspor peluru kendali baru. Rudal antikapal Mach 3 Brahmos milik India pun memiliki pemandu berbasis GPS supercanggih. Pakistan telah melengkapi armada jet tempur JF-17 dengan rudal pembasmi radar MAR-1.
Kecakapan Amerika dalam melakukan serangan mata-mata berhasil menundukkan Irak dalam dua perang. Kini, militer Barat harus berencana menghadapi versi lain kemampuan itu.
Selain menggoyang industri pertahanan AS, maraknya keberadaan senjata berkualitas lumayan dengan harga bersaing akan menjadi ganjalan bagi diplomasi dan hubungan militer Barat dalam dua hal.
Pertama, sulit melebih-lebihkan nilai atas hubungan personal dengan militer asing yang kerap bermula lewat program pelatihan. Seperti layaknya yang terjadi di Pakistan, Mesir, dan negara lain, perwira menengah militer di kemudian hari kemungkinan dapat menjadi presiden.
Kedua, banjir pilihan di pasar global akan menyulitkan embargo senjata canggih tertentu untuk negara tertentu. Hal tersebut mengurangi pengaruh Barat di seluruh dunia. Pada dasawarsa 1990-an, suara sumbang Barat dapat memberikan dampak tertentu atas militer suatu negara. Namun, pada 2020-an, hal itu pasti dirasa ganjil.Model pesawat tempur FA-50 buatan Korea Aerospace Industries dalam pameran industri pertahanan internasional di Baghdad, Irak, 7 Maret 2015. [AFP/Getty Images]
Bagaimana reaksi AS? Teknologi. November lalu, Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel mengumumkan strategi ketiga Pentagon yang dirancang untuk mengembangkan teknologi baru sebagai kelanjutan dua strategi pertama—senjata nuklir dan peluru kendali. Pentagon berusaha mempertahankan posisinya dengan berinvestasi pada ranah seperti perang siber; komputerisasi canggih serta teknologi big data; robotika dan senjata otomatis; teknik manufaktur canggih seperti cetak 3-D; dan senjata elektromagnetis, guna mendongkrak serangan AL dan menggantikan sistem pertahanan darat.
Saat ini, strategi ketiga baru sekadar wacana. Pertanyaannya adalah apakah jika dilaksanakan, hal itu akan cukup. Negara-negara yang perusahaan swastanya harus menguasai big data dapat mengalih-pindahkan kecakapan semacam itu kepada militernya. Begitu pun cyberwarfare, seperti yang telah dipamerkan Iran dan Korea Utara. Radar pasif berteknologi komputer supercepat serta berteknologi big data mungkin dapat mengatasi teknologi “siluman” kiwari. Sementara itu, Daulah Islamiyah telah memanfaatkan drone komersial ringan, dan buku karya Peter W. Singer berjudul “Wired for War” berisi 87 negara yang memiliki program robot militer.
Barat tidak dapat menghentikan proses “Hyundai-isasi” ini, tapi akan ada beberapa variabel lain yang akan menghambat lajunya. Meski demikian, Hyundai-isasi sedang menjalar.
Pemerintah Barat memiliki sejumlah opsi kebijakan untuk menangani sejumlah ancaman militer dan diplomatis dari proses Hyundai-isasi. Tetapi, terdapat satu kepastian: Reaksi serius harus dapat melampaui urusan teknologi.
Joe Katzman adalah penyunting emeritus Defense Industry Daily dan kepala KAT Consulting.
★ wsj
Total 993 WNI Sudah Dievakuasi dari Yaman Kemlu Indonesia menyatakan total 993 WNI sudah dievakuasi dari Yaman. (Dok.Sindonews)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, pada Jumat (10/4/2015) menyatakan, total Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah dievakuasi dari Yaman sebanyak 993 orang. Dari jumlah itu, 775 di antaranya sudah tiba di Indonesia.
Sedangkan 218 WNI lainnya, masih berada di Salalah Oman. Kemlu melalui akun Twitter-nya, menyampaikan, bahwa saat ini ada 111 WNI yang berada di Aden, 58 WNI berada di Sana'a, 423 WNI berada di Tarim, dan 260 WNI berada di Al-Mukalla.
“Besok (11/4/2015) akan dievakuasi 100 WNI dari Al Mukalla dan 400 dari Tarim. Keterbatasan alat transportasi membuat evakuasi dilakukan bertahap,” tulis Kemlu di akun Twitter-nya yang dikutip Sindonews.
Rencananya, besok (11/4/2015) 43 WNI akan tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Kemudian hari Minggu, sebanyak 150 WNI akan tiba di Tanah Air menggunakan pesawat Emirates. Selanjutnya, hari Senin, pesawat TNI AU akan membawa 90 WNI.
“Pada Selasa (14/4/2015) pesawat charter akan membawa 360 WNI yang saat ini berada di Salala, Oman,” lanjut keterangan Kemlu. Salah satu fokus pemerintah Indonesia saat ini adalah melakukan evakuasi para WNI yang berada di Aden. Sebab, situasi wilayah itu masih mencekam karena perang terus berkecamuk.(mas)Aden Masih Mencekam, Kemlu Sulit Evakuasi WNI Menlu Retno Marsudi paparkan opsi evakuasi para WNI dari Aden, Yaman. (Sindonews/Victor Maulana)
Situasi di Aden, Yaman, masih mencekam sehingga membuat Kementerian Laur Negeri (Kemlu) Indonesia kesulitan mengevakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) dari kota itu.
Pemerintah Indonesia hingga kini terus mencari berbagai jalan untuk bisa mengevakuasi para WNI dari kota yang jadi medan tempur antara kelompok Houthi dengan pasukan loyalis Presiden Yaman yang dibantu koalisi Teluk itu.
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi menyatakan Indonesia memiliki dua opsi untuk mengevakuasi WNI di Aden, Yaman. Salah satu opsinya adalah bekerjasama dengan India, yang juga sedang berupaya mengevakuasi warganya dari Yaman.
"Opsi pertama menyiagakan kapal dari Dijobuti, opsi kedua kerjasama dengan India, yang kapalnya akan merapat di Aden. Dan melihat dari kapasitasnya memungkinkan untuk turut mengevakuasi warga kita di Aden," ucap Menlu Retno, Jumat (10/4/2015).
Menurutnya, opsi kedua mulai terbuka ketika dia melakukan komunikasi dengan Menteri Luar Negeri India semalam. Di mana, kedua Menlu sepakat untuk saling membantu dalam mengevakuasi warganya dari Aden.
Sementara itu, jumlah WNI yang meminta dievakuasi dari Aden terus bertambah. Sebelumnya, jumlah WNI yang berada di Aden sebanyak 89 orang. Namun, saat ini bertambah menjadi 111 orang.(mas)