Polri: 11 Terduga Teroris Berasal dari Jaringan Hasmi
Pihak Polri
menyebut mereka masih akan mendalami lagi jaringan itu, untuk memastikan
apakah bakal ada kemungkinan penangkapan baru.
Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror menangkap 11 anggota jaringan
teroris Harakat Sunni untuk Masyarakat Indonesia (Hasmi). Selain para
terduga, diamankan pula sejumlah barang bukti bom siap ledak.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius menuturkan, sebelum rangkaian penggerebekan pada hari ini, Densus melakukan penggerebekan di Perumahan Amarta Residen Nomor B3, Taman, Josenan, Madiun, pada Jumat (26/10) sekitar pukul 20.00 WIB.
"(Di situ) Diamankan dua orang atas nama Agus Anton alias Thorik, dan Warso alias Kurniawan. Ditemukan barang bukti sejumlah bom siap ledak, bahan baku, serta buku panduan pembuatan bom," ujar Suhardi dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (26/10).
Dikatakan Surhadi, Densus kemudian melakukan pengembangan, lalu menggerebek tiga tempat berbeda di Solo, Bogor dan Jakarta, secara serempak pada sekitar pukul 11.00 WIB hari ini.
"Di Solo, diamankan tiga orang. Pertama Abu Hanifah, pimpinan Hasmi. Ditangkap di Jalan Lawu Timur RT5 RW09, Mojosongo, Jembres, Solo. Kemudian, Harun ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Dukuh Nowoso, RT05 RW12, Mojosongo, Jebres, Solo. Terakhir, Budianto alias Ari alias Ahmadun. Saat penangkapan dia sedang membonceng Abu Hanifah," terangnya.
Suhardi menyampaikan, di Solo juga ditemukan barang bukti bahan peledak, baik yang sudah siap ledak maupun dalam perakitan. "Barang buktinya, bahan peledak sudah siap, maupun (dalam) proses perakitan," jelasnya.
Selanjutnya, masih menurut Suhardi, Densus juga menggerebek sebuah tempat di Negla Sari Kidul, RT01 RW02, Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor.
"Diamankan tiga orang. Pertama atas nama Emir dan Zainudin. Lalu dilakukan pengejaran terhadap Usman di daerah Cikaret, kurang lebih setengah jam dari Leuwiliang. Barang bukti yang diamankan, (adalah) bahan-bahan pembuatan serta perakitan bom, sejumlah amunisi dari beberapa kaliber, dan detonator," ungkapnya.
Lantas di Jakarta, Densus 88 pun melakukan penggerebekan di Palmerah Barat II RT03 RW09 Palmerah, Palmerah, Jakarta Barat.
"Ada dua orang yang diamankan atas nama Azhar dan Herman. Kemudian dikembangkan ke Kebon Kacang. Ditangkap atas nama Narto. Barang bukti yang diamankan (adalah) bahan-bahan perakitan bom," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Suhardi pun menuturkan, semua terduga teroris tersebut merupakan anggota jaringan Hasmi.
"Mereka semua jaringan Hasmi. Ini jaringan baru. Kami masih mendalami lagi, apakah ada kemungkinan penangkapan baru," tandasnya.
Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius menuturkan, sebelum rangkaian penggerebekan pada hari ini, Densus melakukan penggerebekan di Perumahan Amarta Residen Nomor B3, Taman, Josenan, Madiun, pada Jumat (26/10) sekitar pukul 20.00 WIB.
"(Di situ) Diamankan dua orang atas nama Agus Anton alias Thorik, dan Warso alias Kurniawan. Ditemukan barang bukti sejumlah bom siap ledak, bahan baku, serta buku panduan pembuatan bom," ujar Suhardi dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (26/10).
Dikatakan Surhadi, Densus kemudian melakukan pengembangan, lalu menggerebek tiga tempat berbeda di Solo, Bogor dan Jakarta, secara serempak pada sekitar pukul 11.00 WIB hari ini.
"Di Solo, diamankan tiga orang. Pertama Abu Hanifah, pimpinan Hasmi. Ditangkap di Jalan Lawu Timur RT5 RW09, Mojosongo, Jembres, Solo. Kemudian, Harun ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Dukuh Nowoso, RT05 RW12, Mojosongo, Jebres, Solo. Terakhir, Budianto alias Ari alias Ahmadun. Saat penangkapan dia sedang membonceng Abu Hanifah," terangnya.
Suhardi menyampaikan, di Solo juga ditemukan barang bukti bahan peledak, baik yang sudah siap ledak maupun dalam perakitan. "Barang buktinya, bahan peledak sudah siap, maupun (dalam) proses perakitan," jelasnya.
Selanjutnya, masih menurut Suhardi, Densus juga menggerebek sebuah tempat di Negla Sari Kidul, RT01 RW02, Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor.
"Diamankan tiga orang. Pertama atas nama Emir dan Zainudin. Lalu dilakukan pengejaran terhadap Usman di daerah Cikaret, kurang lebih setengah jam dari Leuwiliang. Barang bukti yang diamankan, (adalah) bahan-bahan pembuatan serta perakitan bom, sejumlah amunisi dari beberapa kaliber, dan detonator," ungkapnya.
Lantas di Jakarta, Densus 88 pun melakukan penggerebekan di Palmerah Barat II RT03 RW09 Palmerah, Palmerah, Jakarta Barat.
"Ada dua orang yang diamankan atas nama Azhar dan Herman. Kemudian dikembangkan ke Kebon Kacang. Ditangkap atas nama Narto. Barang bukti yang diamankan (adalah) bahan-bahan perakitan bom," paparnya.
Dalam kesempatan itu, Suhardi pun menuturkan, semua terduga teroris tersebut merupakan anggota jaringan Hasmi.
"Mereka semua jaringan Hasmi. Ini jaringan baru. Kami masih mendalami lagi, apakah ada kemungkinan penangkapan baru," tandasnya.
Empat Titik Sasaran Bom Teroris Kelompok Hasmi
Belum diketahui kapan rencana dan pola peledakan, tapi dua titik sasaran diketahui berada di Jakarta, satu di Jawa Tengah, serta satu di Surabaya.
Polisi di Kemanggisan, Jakbar |
Para terduga teroris dari kelompok Harakah Sunni untuk Masyarakat
Indonesia (Hasmi), disebutkan mengincar Kedutaan Besar Amerika Serikat
(Kedubes AS) dan tiga tempat lainnya, sebagai tempat sasaran pengeboman.
"Sasaran kelompok Hasmi ini: pertama, Konsulat Jenderal Amerika, Jalan Citra Raya Niaga 2, Surabaya; Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta; Plasa 89 yang di depannya terdapat Kedutaan Besar Australia dan kantor Freeport; serta Mako Brimob Jawa Tengah di Srondol, Jawa Tengah," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (27/10).
Dikatakan Suhardi, pihaknya masih mendalami, kapan waktu yang direncanakan kelompok ini akan melancarkan aksinya.
"Kami masih dalami, kapan akan dilaksanakan. Kami juga belum tahu apakah akan diledakkan secara bersama-sama atau tidak. Sementara ini, dari hasil interograsi, sasaran mereka tempat-tempat itu," tambahnya.
Suhardi pun menuturkan, kelompok Hasmi merupakan kelompok baru. Kendati merupakan kelompok baru, mereka menurutnya punya kemampuan sama dengan kelompok lama.
"Mereka sudah belajar perakitan dan membuat bom sendiri. Belajar dari buku panduan, ada bahasa Indonesia dan Inggris. Biasa di-download dari internet. Ini kelompok baru. Tapi mereka punya kemampuan yang sama dengan kelompok lama," terangnya.
Menyoal apakah ada kaitannya kelompok Hasmi ini dengan kelompok lain, Suhardi menyampaikan bahwa pihaknya masih mendalaminya. "Kami masih dalami, apakah ada kaitannya dengan kelompok lain," katanya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror menciduk 11 orang terduga teroris yang tergabung dalam jaringan Hasmi, pimpinan Abu Hanifah, di beberapa wilayah seperti Madiun, Solo, Bogor, dan Jakarta. Pada saat penangkapan, ditemukan sejumlah barang bukti berupa bahan peledak siap ledak, bahan yang masih dalam perakitan, amunisi, detonator, serta buku-buku panduan.
"Totalnya ada 11 orang yang ditangkap. Mereka semua satu jaringan. Latar belakang pendidikan mereka ada (yang) sarjana, buruh, dan lainnya. Kenapa kami tangkap secara serentak, supaya tidak lari kemana-mana," kata Suhardi pula.
Terkait dari mana jaringan ini mendapatkan dana atau adakah penyokong dananya, Suhardi mengatakan lagi bahwa pihak Densus 88 masih menelusurinya. "Penyokong dana masih dikembangkan. Densus 88 masih dalami itu," tandasnya.
Penjinak Bom Polri Ledakan Tabung Gas yang Dikira Bom
"Sasaran kelompok Hasmi ini: pertama, Konsulat Jenderal Amerika, Jalan Citra Raya Niaga 2, Surabaya; Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta; Plasa 89 yang di depannya terdapat Kedutaan Besar Australia dan kantor Freeport; serta Mako Brimob Jawa Tengah di Srondol, Jawa Tengah," ujar Kadiv Humas Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (27/10).
Dikatakan Suhardi, pihaknya masih mendalami, kapan waktu yang direncanakan kelompok ini akan melancarkan aksinya.
"Kami masih dalami, kapan akan dilaksanakan. Kami juga belum tahu apakah akan diledakkan secara bersama-sama atau tidak. Sementara ini, dari hasil interograsi, sasaran mereka tempat-tempat itu," tambahnya.
Suhardi pun menuturkan, kelompok Hasmi merupakan kelompok baru. Kendati merupakan kelompok baru, mereka menurutnya punya kemampuan sama dengan kelompok lama.
"Mereka sudah belajar perakitan dan membuat bom sendiri. Belajar dari buku panduan, ada bahasa Indonesia dan Inggris. Biasa di-download dari internet. Ini kelompok baru. Tapi mereka punya kemampuan yang sama dengan kelompok lama," terangnya.
Menyoal apakah ada kaitannya kelompok Hasmi ini dengan kelompok lain, Suhardi menyampaikan bahwa pihaknya masih mendalaminya. "Kami masih dalami, apakah ada kaitannya dengan kelompok lain," katanya.
Sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror menciduk 11 orang terduga teroris yang tergabung dalam jaringan Hasmi, pimpinan Abu Hanifah, di beberapa wilayah seperti Madiun, Solo, Bogor, dan Jakarta. Pada saat penangkapan, ditemukan sejumlah barang bukti berupa bahan peledak siap ledak, bahan yang masih dalam perakitan, amunisi, detonator, serta buku-buku panduan.
"Totalnya ada 11 orang yang ditangkap. Mereka semua satu jaringan. Latar belakang pendidikan mereka ada (yang) sarjana, buruh, dan lainnya. Kenapa kami tangkap secara serentak, supaya tidak lari kemana-mana," kata Suhardi pula.
Terkait dari mana jaringan ini mendapatkan dana atau adakah penyokong dananya, Suhardi mengatakan lagi bahwa pihak Densus 88 masih menelusurinya. "Penyokong dana masih dikembangkan. Densus 88 masih dalami itu," tandasnya.
Penjinak Bom Polri Ledakan Tabung Gas yang Dikira Bom
Diledakkan dengan pemicu jarak jauh
Tim Penjinak Bahan Peledak Brimob Polda Jawa Timur berhasil meledakkan sebuah tabung elpiji ukuran tiga kilogram yang diduga bom rakitan dari rumah kontrakan terduga teroris Agus Anton, di Perumahan Puri Amarta Jalan Cokrobasonto, Kelurahan Josenan, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (27/10).
Bahan tersebut diledakkan di tengah kebun milik warga yang tak jauh dari lokasi sekitar pukul 17.30 WIB. Sebelum diledakkan dengan pemicu jarak jauh, lokasi peledakan disterilkan dari warga hingga radius 100 meter.
Meski suaranya tidak lantang, namun sempat membuat ratusan warga yang berada di lokasi kaget. Ratusan warga ini penasaran dan menonton aktivitas polisi yang sedang mengamankan lokasi.
"Tetap saja kaget padahal sudah siap-siap saat dikasih aba-aba sama Pak Polisi," ujar Sukardi, salah satu warga di lokasi tersebut.
Sebelum diledakkan, tim jihandak melakukan pemeriksaan intesif di seluruh bagian rumah. Pemeriksaan juga dilakukan di lingkungan luar rumah.
Hasilnya, petugas berhasil mengamankan satu buah tabung elpiji ukuran tiga kilogram yang diduga bom rakitan. Tabung tersebut terlihat diplester dengan lakban berwarna hitam.
Kapolres Madiun Kota AKBP Adi Deriyan Jayamarta, tidak banyak berkomentar tentang peledakkan dugaan bom rakitan tersebut.
"Kami hanya mengamankan lokasi sekitar dari aktivitas warga. Di luar itu bukan wewenang kami karena langsung ditangani oleh Mabes Polri," ujar AKBP Adi di lokasi.
Rumah bernomor 3B tersebut dikontrak oleh terduga teroris Agus Anton Figian (31), warga Desa Sewulan Kulon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, yang telah ditangkap oleh tim Densus 88 Antiteror pada Jumat (26/10) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Agus ditangkap di sebuah masjid di sekitar rumah kontrakannya.
Rumah tersebut dikontrak sejak satu tahun terakhir, namun baru terlihat aktivitas aneh sejak dua bulan terakhir.
"Rumah itu milik Pak Bambang. Dikontrakan sejak setahun terakhir. Seingat saya, dari awal yang mengontrak ya orang yang ditangkap polisi itu," ujar warga penghuni Perumahan Puri Amarta, Hendra.
Meski bertetangga, Hendra mengaku tidak kenal dengan Agus Anton. Sebab, orangnya pendiam dan tidak pernah berinteraksi dengan tetangga. Selain itu, tetangga anehnya tersebut juga sering beraktivitas di malam hari. Rumah tersebut juga sering didatangi oleh tamu pada malam hari.
Di lokasi Perumahan Puri Amarta hanya terdapat lima unit rumah. Dari lima unit rumah tersebut, hanya dua rumah yang telah ditempati. Yakni rumah yang dikontrak terduga teroris Agus Anton dan lainnya milik Hendra. Perumahan ini berjarak sekitar 100 Meter dari perumahan penduduk.
Tim Penjinak Bahan Peledak Brimob Polda Jawa Timur berhasil meledakkan sebuah tabung elpiji ukuran tiga kilogram yang diduga bom rakitan dari rumah kontrakan terduga teroris Agus Anton, di Perumahan Puri Amarta Jalan Cokrobasonto, Kelurahan Josenan, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jawa Timur, Sabtu (27/10).
Bahan tersebut diledakkan di tengah kebun milik warga yang tak jauh dari lokasi sekitar pukul 17.30 WIB. Sebelum diledakkan dengan pemicu jarak jauh, lokasi peledakan disterilkan dari warga hingga radius 100 meter.
Meski suaranya tidak lantang, namun sempat membuat ratusan warga yang berada di lokasi kaget. Ratusan warga ini penasaran dan menonton aktivitas polisi yang sedang mengamankan lokasi.
"Tetap saja kaget padahal sudah siap-siap saat dikasih aba-aba sama Pak Polisi," ujar Sukardi, salah satu warga di lokasi tersebut.
Sebelum diledakkan, tim jihandak melakukan pemeriksaan intesif di seluruh bagian rumah. Pemeriksaan juga dilakukan di lingkungan luar rumah.
Hasilnya, petugas berhasil mengamankan satu buah tabung elpiji ukuran tiga kilogram yang diduga bom rakitan. Tabung tersebut terlihat diplester dengan lakban berwarna hitam.
Kapolres Madiun Kota AKBP Adi Deriyan Jayamarta, tidak banyak berkomentar tentang peledakkan dugaan bom rakitan tersebut.
"Kami hanya mengamankan lokasi sekitar dari aktivitas warga. Di luar itu bukan wewenang kami karena langsung ditangani oleh Mabes Polri," ujar AKBP Adi di lokasi.
Rumah bernomor 3B tersebut dikontrak oleh terduga teroris Agus Anton Figian (31), warga Desa Sewulan Kulon, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, yang telah ditangkap oleh tim Densus 88 Antiteror pada Jumat (26/10) malam sekitar pukul 23.00 WIB. Agus ditangkap di sebuah masjid di sekitar rumah kontrakannya.
Rumah tersebut dikontrak sejak satu tahun terakhir, namun baru terlihat aktivitas aneh sejak dua bulan terakhir.
"Rumah itu milik Pak Bambang. Dikontrakan sejak setahun terakhir. Seingat saya, dari awal yang mengontrak ya orang yang ditangkap polisi itu," ujar warga penghuni Perumahan Puri Amarta, Hendra.
Meski bertetangga, Hendra mengaku tidak kenal dengan Agus Anton. Sebab, orangnya pendiam dan tidak pernah berinteraksi dengan tetangga. Selain itu, tetangga anehnya tersebut juga sering beraktivitas di malam hari. Rumah tersebut juga sering didatangi oleh tamu pada malam hari.
Di lokasi Perumahan Puri Amarta hanya terdapat lima unit rumah. Dari lima unit rumah tersebut, hanya dua rumah yang telah ditempati. Yakni rumah yang dikontrak terduga teroris Agus Anton dan lainnya milik Hendra. Perumahan ini berjarak sekitar 100 Meter dari perumahan penduduk.
Menurut kepolisian, bahan peledak tabung gas itu terkategori high explosive, serta sudah ada beberapa buah yang siap ledak.
Gegana di Solo |
Bahan peledak milik kelompok Harakah Sunni untuk Masyarakat Indonesia
(Hasmi) yang diamankan di Madiun, menurut pihak kepolisian, diketahui
memiliki daya ledak tinggi. Ada sejumlah bahan yang sudah siap
diledakkan.
"Bahan peledak tabung gas ini high explosive. Berisi bahan material pembuatan bom. Jumlahnya ada beberapa yang siap ledak," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (27/10).
Dikatakan Suhardi, pada saat penggerebekan di Madiun, Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror mendapatkan bahan peledaknya lebih dulu, baru menangkap terduga teroris.
"Kita dapatkan bomnya dulu, baru orangnya. Saat penggeledahan, orangnya tak ada. Lalu kita tangkap di tempat lain," tambahnya.
Menurut Suhardi, diketahui rencananya bom-bom itu akan diledakkan di sejumlah tempat. Antara lain yaitu Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di Jakarta, Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya, Plasa 89 dekat Kedubes Australia dan kantor Freeport di Jakarta, serta Mako Brimob Jawa Tengah di Srondol.
Seperti diberitakan sebelumnya, Densus 88 telah menciduk 11 orang terduga teroris yang tergabung dalam jaringan Hasmi, di beberapa wilayah seperti Madiun, Solo, Bogor dan Jakarta. Mereka di antaranya adalah Agus Anton alias Thorik dan Warso alias Kurniawan (di Madiun); Abu Hanifah (pimpinan Hasmi), Harun, serta Budianto alias Ari alias Ahmadun (di Solo); lalu Emir alias Emirat, Zainudin dan Usman (Bogor); serta Azhar, Herman dan Narto (di Jakarta).
Pada saat penangkapan, pihak kepolisian menyebut ditemukan pula sejumlah barang bukti berupa bahan peledak siap ledak, bahan yang masih dalam perakitan, berikut amunisi, detonator, serta buku-buku panduan.
"Bahan peledak tabung gas ini high explosive. Berisi bahan material pembuatan bom. Jumlahnya ada beberapa yang siap ledak," ujar Kepala Divisi Hubungan Masyarakat (Kadiv Humas) Mabes Polri, Irjen (Pol) Suhardi Alius, dalam jumpa pers di Mabes Polri, Sabtu (27/10).
Dikatakan Suhardi, pada saat penggerebekan di Madiun, Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror mendapatkan bahan peledaknya lebih dulu, baru menangkap terduga teroris.
"Kita dapatkan bomnya dulu, baru orangnya. Saat penggeledahan, orangnya tak ada. Lalu kita tangkap di tempat lain," tambahnya.
Menurut Suhardi, diketahui rencananya bom-bom itu akan diledakkan di sejumlah tempat. Antara lain yaitu Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) di Jakarta, Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya, Plasa 89 dekat Kedubes Australia dan kantor Freeport di Jakarta, serta Mako Brimob Jawa Tengah di Srondol.
Seperti diberitakan sebelumnya, Densus 88 telah menciduk 11 orang terduga teroris yang tergabung dalam jaringan Hasmi, di beberapa wilayah seperti Madiun, Solo, Bogor dan Jakarta. Mereka di antaranya adalah Agus Anton alias Thorik dan Warso alias Kurniawan (di Madiun); Abu Hanifah (pimpinan Hasmi), Harun, serta Budianto alias Ari alias Ahmadun (di Solo); lalu Emir alias Emirat, Zainudin dan Usman (Bogor); serta Azhar, Herman dan Narto (di Jakarta).
Pada saat penangkapan, pihak kepolisian menyebut ditemukan pula sejumlah barang bukti berupa bahan peledak siap ledak, bahan yang masih dalam perakitan, berikut amunisi, detonator, serta buku-buku panduan.