Dalam Tender PTTA Indonesia Pesawat tanpa awak Anka (wikipedia)
Turki menyampaikan komitmennya untuk bekerja sama dan membantu Indonesia dalam pengembangan industri pertahanan dan dirgantara.
Vice President Corporate Marketing and Communication Turkish Aerospace Industries (TAI) Tamer Ozmen mengatakan kepada Anadolu Agency di Jakarta, Kamis, keseriusan tersebut sudah disampaikan dalam proposal tender Pesawat Terbang Tanpa Awak yang diselenggarakan pemerintah Indonesia pada 24 Agustus lalu.
TAI, sebut Ozmen, memiliki keunggulan dalam memproduksi pesawat tanpa awak bernama Anka (phoenix), helikopter Atak (serangan), pesawat jet Hurkus, pesawat militer nasional, dan sistem satelit ruang angkasa.
Aeronautics Dominator (Aeronautics)
Ozmen mengatakan bahwa perusahaannya menawarkan pesawat terbang tanpa awak bernama Anka yang dapat dipakai untuk kebutuhan intelijen, pengawasan, dan pengintaian (intelligence, surveillance, and reconnaissance/ISR) yang juga telah digunakan oleh militer Turki baik untuk matra darat, laut, dan udaranya.
“Pesawat ini telah terbukti kehandalannya dan telah terbang di Turki ataupun di luar Turki,” tegas Ozmen.
Ozmen mengatakan bahwa TAI telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun pada pengembangan teknologi pesawat terbang tanpa awak. Di sektor industri pertahanan sendiri, TAI sudah malang melintang selama lebih dari 30 tahun.
Dia menegaskan bahwa dalam tender yang diajukan, pihaknya tidak hanya menawarkan penjualan pesawat Anka kepada pemerintah Indonesia.
Safran Patroller (meretmarine)
“Kita siap memberikan transfer teknologi, pengembangan sumber daya manusia, serta ketersediaan suku cadang, dan perawatan pesawat tanpa awak,” lanjut Ozmen.
Dalam tender tersebut, perusahaan Turki ini harus bersaing dengan perusahaan asal Israel bernama Aeronautics yang menawarkan pesawat tanpa awak Dominator. Selain itu, ada juga perusahaan Safran asal Perancis yang menawarkan pesawat tanpa awak Patroller, serta perusahaan asal China CASC dengan pesawat tanpa awak CH-4.
Ozmen mengatakan nilai tender yang ditawarkan TAI jauh lebih rendah dari ketiga kompetitornya. “Dan yang terpenting, kita tidak akan membawa tenaga kerja kami karena kita ingin mengembangkan sumber daya manusia Indonesia serta transfer teknologi,” Ozmen menekankan.
CASC CH-4 Rainbow (Sinodefence)
Dia juga mengaku optimis dapat masuk ke dalam dua perusahaan terpilih dari empat yang ada untuk kemudian dapat mempresentasikan dan mendiskusikan kepada pengambil keputusan di Indonesia.
“Pada tahap itu, kita akan menjelaskan apa yang bisa kita berikan dan sediakan untuk pengembangan industri pertahanan dan dirgantara Indonesia,” lanjut dia.
TAI menurut dia, terus mencari peluang kerja sama yang bisa dilakukan dengan Indonesia sebagai negara yang sangat berkembang di kawasan dan juga regional, selain juga karena memiliki kedekatan historis dan sama-sama negara dengan penduduk Muslim terbesar.
“Indonesia selalu menjadi opsi nomor satu bagi kami untuk bekerja sama,” imbuh Ozmen.
Turki menyampaikan komitmennya untuk bekerja sama dan membantu Indonesia dalam pengembangan industri pertahanan dan dirgantara.
Vice President Corporate Marketing and Communication Turkish Aerospace Industries (TAI) Tamer Ozmen mengatakan kepada Anadolu Agency di Jakarta, Kamis, keseriusan tersebut sudah disampaikan dalam proposal tender Pesawat Terbang Tanpa Awak yang diselenggarakan pemerintah Indonesia pada 24 Agustus lalu.
TAI, sebut Ozmen, memiliki keunggulan dalam memproduksi pesawat tanpa awak bernama Anka (phoenix), helikopter Atak (serangan), pesawat jet Hurkus, pesawat militer nasional, dan sistem satelit ruang angkasa.
Aeronautics Dominator (Aeronautics)
Ozmen mengatakan bahwa perusahaannya menawarkan pesawat terbang tanpa awak bernama Anka yang dapat dipakai untuk kebutuhan intelijen, pengawasan, dan pengintaian (intelligence, surveillance, and reconnaissance/ISR) yang juga telah digunakan oleh militer Turki baik untuk matra darat, laut, dan udaranya.
“Pesawat ini telah terbukti kehandalannya dan telah terbang di Turki ataupun di luar Turki,” tegas Ozmen.
Ozmen mengatakan bahwa TAI telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun pada pengembangan teknologi pesawat terbang tanpa awak. Di sektor industri pertahanan sendiri, TAI sudah malang melintang selama lebih dari 30 tahun.
Dia menegaskan bahwa dalam tender yang diajukan, pihaknya tidak hanya menawarkan penjualan pesawat Anka kepada pemerintah Indonesia.
Safran Patroller (meretmarine)
“Kita siap memberikan transfer teknologi, pengembangan sumber daya manusia, serta ketersediaan suku cadang, dan perawatan pesawat tanpa awak,” lanjut Ozmen.
Dalam tender tersebut, perusahaan Turki ini harus bersaing dengan perusahaan asal Israel bernama Aeronautics yang menawarkan pesawat tanpa awak Dominator. Selain itu, ada juga perusahaan Safran asal Perancis yang menawarkan pesawat tanpa awak Patroller, serta perusahaan asal China CASC dengan pesawat tanpa awak CH-4.
Ozmen mengatakan nilai tender yang ditawarkan TAI jauh lebih rendah dari ketiga kompetitornya. “Dan yang terpenting, kita tidak akan membawa tenaga kerja kami karena kita ingin mengembangkan sumber daya manusia Indonesia serta transfer teknologi,” Ozmen menekankan.
CASC CH-4 Rainbow (Sinodefence)
Dia juga mengaku optimis dapat masuk ke dalam dua perusahaan terpilih dari empat yang ada untuk kemudian dapat mempresentasikan dan mendiskusikan kepada pengambil keputusan di Indonesia.
“Pada tahap itu, kita akan menjelaskan apa yang bisa kita berikan dan sediakan untuk pengembangan industri pertahanan dan dirgantara Indonesia,” lanjut dia.
TAI menurut dia, terus mencari peluang kerja sama yang bisa dilakukan dengan Indonesia sebagai negara yang sangat berkembang di kawasan dan juga regional, selain juga karena memiliki kedekatan historis dan sama-sama negara dengan penduduk Muslim terbesar.
“Indonesia selalu menjadi opsi nomor satu bagi kami untuk bekerja sama,” imbuh Ozmen.