Sabtu, 15 September 2018

Turki Siap Bersaing dengan Tiga Kompetitor Lain

Dalam Tender PTTA Indonesia Pesawat tanpa awak Anka (wikipedia) 

Turki menyampaikan komitmennya untuk bekerja sama dan membantu Indonesia dalam pengembangan industri pertahanan dan dirgantara.

Vice President Corporate Marketing and Communication Turkish Aerospace Industries (TAI) Tamer Ozmen mengatakan kepada Anadolu Agency di Jakarta, Kamis, keseriusan tersebut sudah disampaikan dalam proposal tender Pesawat Terbang Tanpa Awak yang diselenggarakan pemerintah Indonesia pada 24 Agustus lalu.

TAI, sebut Ozmen, memiliki keunggulan dalam memproduksi pesawat tanpa awak bernama Anka (phoenix), helikopter Atak (serangan), pesawat jet Hurkus, pesawat militer nasional, dan sistem satelit ruang angkasa.

Aeronautics Dominator (Aeronautics)

Ozmen mengatakan bahwa perusahaannya menawarkan pesawat terbang tanpa awak bernama Anka yang dapat dipakai untuk kebutuhan intelijen, pengawasan, dan pengintaian (intelligence, surveillance, and reconnaissance/ISR) yang juga telah digunakan oleh militer Turki baik untuk matra darat, laut, dan udaranya.

Pesawat ini telah terbukti kehandalannya dan telah terbang di Turki ataupun di luar Turki,” tegas Ozmen.

Ozmen mengatakan bahwa TAI telah memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun pada pengembangan teknologi pesawat terbang tanpa awak. Di sektor industri pertahanan sendiri, TAI sudah malang melintang selama lebih dari 30 tahun.

Dia menegaskan bahwa dalam tender yang diajukan, pihaknya tidak hanya menawarkan penjualan pesawat Anka kepada pemerintah Indonesia.

Safran Patroller (meretmarine)

Kita siap memberikan transfer teknologi, pengembangan sumber daya manusia, serta ketersediaan suku cadang, dan perawatan pesawat tanpa awak,” lanjut Ozmen.

Dalam tender tersebut, perusahaan Turki ini harus bersaing dengan perusahaan asal Israel bernama Aeronautics yang menawarkan pesawat tanpa awak Dominator. Selain itu, ada juga perusahaan Safran asal Perancis yang menawarkan pesawat tanpa awak Patroller, serta perusahaan asal China CASC dengan pesawat tanpa awak CH-4.

Ozmen mengatakan nilai tender yang ditawarkan TAI jauh lebih rendah dari ketiga kompetitornya. “Dan yang terpenting, kita tidak akan membawa tenaga kerja kami karena kita ingin mengembangkan sumber daya manusia Indonesia serta transfer teknologi,” Ozmen menekankan.

CASC CH-4 Rainbow (Sinodefence)

Dia juga mengaku optimis dapat masuk ke dalam dua perusahaan terpilih dari empat yang ada untuk kemudian dapat mempresentasikan dan mendiskusikan kepada pengambil keputusan di Indonesia.

Pada tahap itu, kita akan menjelaskan apa yang bisa kita berikan dan sediakan untuk pengembangan industri pertahanan dan dirgantara Indonesia,” lanjut dia.

TAI menurut dia, terus mencari peluang kerja sama yang bisa dilakukan dengan Indonesia sebagai negara yang sangat berkembang di kawasan dan juga regional, selain juga karena memiliki kedekatan historis dan sama-sama negara dengan penduduk Muslim terbesar.

Indonesia selalu menjadi opsi nomor satu bagi kami untuk bekerja sama,” imbuh Ozmen.

  aa  

[Video] Gladi Tugas Tempur Komando Armada 1

Liputan Garuda NETtv


  Youtube  

Jumat, 14 September 2018

[Foto] Helikopter HX-5607

Buatan PT Dirgantara Indonesia Berikut foto Helikopter Panther HX-5507 pesanan TNI AL produksi PT DI


  Liputan 6  

PTDI Sudah Ekspor 48 Unit Pesawat

Sejak 1976 HX-5607 PT DI di Hanggar Rotary Wing 

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merayakan hari jadi mereka yang ke-42 pada 23 Agustus lalu. Tepat pada Rabu (12/9), Badan Usaha Milik Negara (BUMN) produsen pesawat ini menyelenggarakan Awarding Day di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PTDI di Bandung.

Dalam kesempatan ini, Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro mengatakan pihaknya telah mengekspor sebanyak 48 pesawat ke berbagai negara, seperti Malaysia, Thailand, Filipina, Uni Emirat Arab, Senegal, Brunei Darussalam, Pakistan dan Korea Selatan.

Sejak berdiri pada tahun 1976 lalu, PTDI sudah melakukan ekspor sebanyak 48 pesawat. Kita juga melakukan ekspor komponen pesawat dan melayani perawatan pesawat dari berbagai negara, salah satunya adalah Malaysia,” katanya saat ditemui di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PTDI di Bandung.

Elfien juga menambahkan kalau di tahun ini, PTDI sudah melakukan ekspor sebanyak 5 unit pesawat. Salah satu yang baru saja dilakukan adalah sebanyak 3 unit pesawat ke Vietnam dan 2 unit pesawat ke Filipina.

Ragam jenis pesawat milik PT Dirgantara Indonesia di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PTDI, BandungRagam jenis pesawat milik PT Dirgantara Indonesia di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PTDI, Bandung. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)

Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan bahwa tiga unit pesawat jenis NC 212 yang diekspor ke Vietnam tadi bernilai USD 18 juta. Nilai ini setara dengan impor sebanyak 1.000 unit mobil yang dilakukan oleh Indonesia.

Kami juga kemarin ada ekspor batu bara sebesar 200 ribu ton. Nilai ekspor batu bara ini, sama dengan ekspor tiga unit pesawat ke Vietnam tadi. Ini membuktikan kalau produk manufaktur kita punya nilai tingkat tambah yang tinggi,” tambahnya lagi.

Dalam kegiatan ini, juga diselenggarakan Awarding Day sebagai bentuk apresiasi dan penghargaan kepada insan-insan terbaik yang telah berkontribusi dalam mengembangkan industri kedirgantaraan di Indonesia. Budi Santoso, sebagai mantan Dirut PTDI disebut sebagai salah satu dari lima orang yang menerima penghargaan.

Kami sangat berterima kasih atas dukungan, ide dan inovasi dalam mengembangkan dan memelihara keberlangsungan industri kedirgantaraan Indonesia. Harapannya kami dapat membangun dan mengembangkan industri kedirgantaraan ke arah yang lebih baik lagi,” tutup Harry.

  Kumparan  

Turki Tertarik Bangun Pabrik Perakitan Pesawat Tanpa Awak

Di Indonesia Pesawat tanpa awak Anka 

Perusahaan Drigantara Turki, Turkish Aerospace Industries (TAI), menyatakan niatnya untuk membangun pabrik perakitan pesawat serta pusat teknologi dan logistik pesawat terbang di Indonesia.

Vice President Corporate Marketing and Communication TAI Tamer Ozmen, kepada Anadolu Agency di Jakarta, Kamis, mengatakan keinginan tersebut dimulai melalui tender penawaran yang dilayangkan pihaknya kepada pemerintah Indonesia untuk pengembangan pesawat terbang tanpa awak bernama Anka.

Ada peluang untuk pengembangan pesawat terbang dan helikopter dan pengembangan pasar di Asia melalui kerja sama dengan Indonesia,” jelas Ozmen.

Ozmen juga menyampaikan opsi untuk membentuk joint venture bersama PT Dirgantara Indonesia (PTDI) selaku perusahaan dirgantara Indonesia.

Dia mengaku telah mengunjungi fasilitas yang dimiliki PTDI di Bandung dan sudah mengetahui kapasitas dan kapabilitas yang dimiliki perusahaan tersebut.

PTDI bisa memimpin untuk pengembangan program pesawat terbang di Indonesia bekerja sama dengan kami,” lanjut Ozmen.

Kerja sama tersebut, menurut dia, akan membuka ribuan lapangan kerja baru untuk warga Indonesia di sektor industri dirgantara dan pertahanan karena perusahaan tersebut tidak akan membawa tenaga kerja asal Turki.

Justru, perusahaannya ingin membantu pengembangan kapasitas dan kemampuan sumber daya manusia Indonesia di sektor industri dirgantara dan pertahanan.

Dia juga melihat potensi kerja sama dengan PTDI bukan hanya untuk kebutuhan militer, tetapi juga pengembangan pesawat sipil melalui PTDI, sebut dia, bisa menjadi original equipment manufacturer (OEM) besar yang memasok kebutuhan di Airbus ataupun Boeing dalam lingkup kerja sama ini.

Perusahaan kami sudah bekerja sama dengan Boeing dan Airbus,” imbuh Ozmen.

Indonesia dan Turki, menurut Ozmen, sama-sama merupakan negara dengan kekuatan dan pengaruh yang terus berkembang di kawasannya masing-masing dan juga secara global sehingga kedua negara bisa mencari peluang bersama untuk bersinergi sebagai dua negara yang bersahabat.

Kedua negara juga, menurut dia, merupakan negara dengan penduduk Muslim yang besar dan memiliki kedekatan kultural.

Pendekatan ini penting untuk bisa bekerja sama dan menghasilkan pehamanan yang lebih baik,” tutup Ozmen.

  aa  

Kamis, 13 September 2018

PT PAL Dikembangkan Jadi Pabrik Kapal Selam

Perakitan kapal selam di PT PAL [saiddidu] ★

Kemampuan PT PAL akan terus dikembangkan agar bisa menjadi pabrik serta pusat pemeliharaan kapal selam di kawasan regional. Untuk itu, dibutuhkan tambahan anggaran guna meningkatkan kemampuan PT PAL.

Hal tersebut disampaikan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Agus Setiadji, Rabu (12/9/2018). Menurut Agus, saat ini tengah dibahas kontrak pembangunan tiga kapal selam baru dengan PT PAL.

Agus mengakui, kemampuan PT PAL perlu ditingkatkan setelah bekerja sama dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Koea Selatan, membangun tiga kapal selam. Kapal selam ketiga menurut rencana, diluncurkan Presiden Joko Widodo pada Oktober 2018.

"Kita harapkan ke depan PT PAL punya kemampuan membangun sendiri dan pemeliharaan, kalau bisa juga untuk memenuhi kebutuhan di kawasan." kata Agus.

Agus mengatakan terkait anggaran, penyertaan modal negara telah dipenuhi Rp 1,5 triliun. Sebenarnya total kebutuhan menyiapkan pembangunan kapal selam di PT PAL mencapai Rp 2,5 triliun. "Kami sedang ajukan Rp 1 triliun lagi." ujarnya.

Saat dikonfirmasi, Dirut PT PAL Budiman Saleh mengatakan PT PAL sanggup memenuhi permintaan Kementerian Pertahanan. Ia mengakui masih banyak fasilitas pembangunan kapal selam dan kemampuan PT PAL yang harus ditingkatkan. "Örder kapal selam jenis 209 sangat dinanti-nantikan karena selama ini investasi pembangunan galangan kapal selam diperuntukkan untuk spesifikasi 209 baik untuk baru maupun pemeliharaan," kata Budiman.

Budiman mengatakan, pembangunan tiga kapal selam baru akan ada variasi peningkatan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). yang jelas, komponen lokal dari kapal-kapal selam ini akan meningkat dibandingkan dengan kapal selam ketiga yang diproduksi bersama DSME.

Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL Laksamana Siwi Sukma Adji mengatakan, terkait kebutuhan TNI AL akan 12 kapal selam, untuk sementara tahun ini baru akan ada lima kapal selam. Menurut Siwi, untuk seterusnya diadakan di PT PAL.

  Kompas  

Rabu, 12 September 2018

[Foto] Helikopter Super Puma HX-3315

Buatan Dirgantara Indonesia Helikopter Super Puma HX-3315

PT Dirgantara Indonesia masih dalam euforia perayaaan hari jadinya ke 42 pada 23 Agustus 2018.

Sebagai salah satu bentuk perayaan, PTDI menyelenggarakan Awarding Day di Hanggar Rotary Wing, Kawasan Produksi II PTDI di Bandung, pada Rabu (12/9/2018), Pada momen ini, pesawat-pesawat canggih produksi anak negeri dipamerkan dalam gedung yang merupakan Aircraft Service.

Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah Helikopter Super Puma HX-3315 yang baru diujicobakan awal Agustus.

Bila penasaran dengan kendaraan tempur tersebut, berikut penampakannya, seperti Liputan6.com rangkum:

Penampakan Helikopter Super Puma HX-3315. Foto: Liputan6.com/ Tommy Kurnia
Penampakan Helikopter Super Puma HX-3315. Foto: Liputan6.com/ Tommy Kurnia
Penampakan Helikopter Super Puma HX-3315. Foto: Liputan6.com/ Tommy Kurnia
Penampakan Helikopter Super Puma HX-3315. Foto: Liputan6.com/ Tommy Kurnia
Penampakan Helikopter Super Puma HX-3315. Foto: Liputan6.com/ Tommy Kurnia

  Liputan 6  

Kronologi Terbakarnya KRI Rencong-622 di Sorong

[Tanggerangonline]

TNI AL menjelaskan urutan dan upaya penanggulangan KRI Rencong-622 yang terbakar dan tenggelam di perairan Sorong, Papua Barat, Selasa, 11 September 2018. Kapal perang kelas kapal cepat berpeluru kendali itu tak bisa diselamatkan, namun seluruh awak kapal berhasil dievakuasi.

Pada saat kejadian, cuaca cerah dan gelombang laut dalam kondisi landai. Kebakaran berujung pada kapal perang tenggelam ini terjadi hanya sehari setelah TNI AL menggelar upacara peringatan HUT Ke-73 TNI AL di Dermaga Pondok Dayung, Jakarta Utara pada Minggu, 9 September 2018.

Dinas Penerangan TNI AL, dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, 11 September 2018, menyatakan, kapal tersebut dalam status bawah kendali operasi Gugus Keamanan Laut Armada III. Kapal ini memiliki kelengkapan senjata utama sistem peluru kendali permukaan ke permukaan dan permukaan ke udara MM-39 Exocet buatan Aerospatiale, Prancis.

Kebakaran terjadi pada saat KRI Rencong-622 bergerak dari laut menuju dermaga umum Sorong untuk melaksanakan bekal ulang air tawar di Pelabuhan Sorong. Sekitar pukul 07.00 WIT, kapal melaksanakan pemanasan turbin gas, dimulai dengan start sistem unit pendukung daya tambahan (APU) turbin gas sebagai bagian dari sistem propulsi utamanya.

Turbin gas mesin kapal perang buatan Korea Selatan itu sempat hidup dan kemudian mati. Pada saat diperiska bagian panel kendali turbin gas, indikator tidak menunjukkan ada kelainan fungsi. Namun ketika dicek ke ruang turbin gas, tiba-tiba muncul api.

Menanggapi kondisi itu, personel langsung melaksanakan "peran kebakaran" (perintah aksi penanggulangan kebakaran) karena api terus membesar. Komandan kapal lantas mengarahkan kemudi mendekat ke daratan terdekat dan melego jangkar dekat Pulau Yefdoif, di Perairan Sorong.

Kobaran api semakin membesar dan semua aliran listrik kapal putus. Api pun merambat mendekati gudang amunisi kapal. Guna menghindari korban jiwa --karena rawan terjadi ledakan amunisi-- komandan KRI Rencong-622 memutuskan untuk melaksanakan "peran peninggalan" (perintah aksi meninggalkan kapal) kepada semua personel yang ada di KRI Rencong-622.

Menurut keterangan Dinas Penerangan TNI AL itu, komandan KRI Rencong-622 sudah berupaya melaksanakan penyelamatan kapal sesuai prosedur. Komandan kapal juga melaporkan dan berkordinasi terus tentang kondisi yang dihadapi di lapangan. Kapal tenggelam pada posisi lego jangkar dekat Pulau Yefdoif di Perairan Sorong.

Seluruh awak KRI Rencong-622 selamat telah dievakuasi ke Pangkalan Armada III TNI AL di Sorong. Beberapa peralatan penting ikut diselamatkan. TNI AL akan membentuk tim investigasi untuk mencari penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Diharapkan dari hasil investigasi ini dapat dijadikan bahan evaluasi guna mengantisipasi kejadian serupa.

 Berikut video dari Youtube : 


  Tempo  

Selasa, 11 September 2018

Su-35 Rusia Dinilai Kalahkan Jet F-35

Menhan Australia Tak Terima Ilustrasi dogfight

Menteri Pertahanan (menhan) baru Australia Christopher Pyne tak terima jet tempur F-35 yang baru dibeli dikritik kalah cepat oleh jet tempur Su-35 Rusia. Pyne mengatakan, dia memiliki 100 persen keyakinan bahwa jet tempur kebanggan NATO itu merupakan senjata paling mematikan di dunia.

Komentar menteri itu sebagai tanggapan atas kritik dari jurnalis bisnis veteran Robert Gottliebsen, dan mantan pilot pesawat Angkatan Udara Australia (RAAF) Peter Goon.

Australia membayar sekitar 17 miliar dolar untuk memperoleh 72 unit pesawat tempur produksi Lockheed Martin Amerika Serikat (AS) tersebut.

Goon mengatakan, dia telah melakukan simulasi yang menunjukkan jet tempur baru Rusia yang dibeli China bisa overfly dan melesat lebih cepat dari jet tempur Australia. Menurut Goon, jet tempur buatan Rusia bisa digunakan untuk meluncurkan serangan pengeboman di Darwin atau pangkalan Tindal di Northern Territory.

Sedangkan Gottliebsen pada pekan ini meluncurkan kritik pedas terhadap pertahanan Australia yang dia sebut melakukan penyembunyian besar-besaran tentang jet tempurnya. Menurutnya, jet tempur Australia telah usang oleh pesawat baru Rusia dan China yang bisa terbang lebih cepat dan lebih tinggi.

Pyne membantah keras klaim tersebut.

"Setiap saran yang saya terima, setiap briefing, dari kepala Angkatan Udara ke penerbang yang menerbangkan F-35A telah disepakati bahwa platform ini adalah yang paling mematikan dan dapat dioperasikan dengan platform lain di ruang pertempuran yang sama di dunia," katanya.

Pyne mengatakan, kritik tersebut tidak memiliki akses ke semua informasi yang tersedia untuk pemerintah.

"Saya tentu saja tidak bermaksud untuk memberikan saran di bawah pendapat orang-orang yang tidak mengetahui rahasia tingkat pembagian intelijen yang sama dengan pemimpin yang memberi nasihat kepada pemerintah Australia," ujarnya, seperti dikutip dari The Australian, Rabu (5/9/2018).

Goon, yang bertugas di RAAF selama 15 tahun, mengajukan diagram yang menunjukkan apa yang dia yakini akan terjadi jika jet tempur Sukhoi Su-35 yang baru-baru ini diakuisisi oleh China diadu dengan aset udara utama Australia, termasuk pesawat tempur F-35 dalam pertempuran di Laut Timor.

Skenario ini melibatkan F-35 dan F-18 Hornet Australia yang dikerahkan dalam peran defensif, dan didukung oleh pesawat peringatan dini Wedgetail dan pesawat tanker pengisian bahan bakar sebagai bagian dari kekuatan untuk menggagalkan serangan oleh jet tempur Sukhoi Su-35s Flanker.

Goon mengatakan Flanker akan "supercruise" di sekitar Mach 1,8 tanpa menggunakan afterburner mereka dan pada ketinggian sekitar 55.000 kaki (16.700 m) jauh di atas F-35 dan F-18 Hornet yang harus berada sekitar 30.000-35.000 kaki (10.670m).

"F-35 mungkin bisa menembakkan rudal ke Flanker, tetapi mereka (pilot Flanker) hanya akan bersendawa di afterburner mereka dan berlari lebih cepat dari rudal, yang akan semakin lambat saat mereka naik ke ketinggian Flanker," kata Goon.

Goon mengatakan Flanker kemudian akan menembakkan rudal mereka terhadap pesawat Australia. "Kenyataannya adalah mereka dapat menembakkan rudal dari tingkat tinggi, yang berarti mereka melemparkan tombak mereka dari puncak punggungan ke lembah sementara kami mencoba untuk menembak dari lembah ke punggungan," katanya.

Goon menambahkan, setelah jet Rusia berhasil melewati F-35, mereka bisa mengambil pesawat tanker pengisian bahan bakar

Seorang juru bicara Lockheed Martin mengatakan F-35 adalah kekuatan multiplier yang menyediakan kesadaran situasional lengkap untuk pilot dan di seluruh pasukan operasi yang secara signifikan meningkatkan kemampuan platform berbasis udara dan darat.

Menurutnya, sistem sensor dan komunikasi canggih dan sangat terintegrasi memberi pilot keunggulan perang yang unggul atas musuh.


  ★ sindonews  

KRI Rencong-622 Terbakar di Sorong Papua Barat

[tangerangonline.]

KRI Rencong-622 terbakar di Sorong, Papua Barat, sekitar pukul 07.00 WIT. Tidak ada korban jiwa akibat peristiwa terbakar tersebut.

"Telah terjadi kebakaran pada KRI Rencong-622 yang sedang melaksanakan Operasi BKO Gugus Keamanan Laut (Guskamla) III, Selasa pagi (11/9), di sekitar perairan Sorong kurang lebih 20 mil dari Dermaga Komando Armada III," tulis siaran pers Dispen TNI AL, Selasa (11/9/2018).

Kebakaran ini terjadi pada saat KRI bergerak dari laut menuju dermaga umum Sorong untuk melaksanakan bekal ulang air tawar di Pelabuhan Sorong. Api diduga berasal dari ruang gas turbin (GT).

"Merespon kondisi tersebut, prajurit KRI langsung melaksanakan peran kebakaran, setelah ditangani oleh Tim PEK KRI Rencong-622 api tetap membesar. Sambil tetap berupaya mengatasi kebakaran yang terjadi, komandan KRI mengarahkan kapal mendekat ke daratan terdekat dan Lego jangkar dekat Pulau Yefdoif di Perairan Sorong," terangnya.

KRI Rencong-622 terbakar di perairan Sorong, Papua Barat Menurut Dispen TNI AL, api sempat membesar dan menyebabkan kapal mati total. Bahkan api sudah mau mendekati gudang amunis. Komandan KRI Rencong lalu memerintahkan seluruh awak kapal untuk keluar dari KRI Rencong-622.

Kobaran Api semakin membesar dan kapal black out (listrik mati total) serta api sudah merambat mendekati gudang amunisi kapal dan guna menghindari korban jiwa, karena rawan kemungkinan terjadinya ledakan Komandan KRI memutuskan untuk melaksanakan peran peninggalan bagi seluruh ABK KRI Rencong-622.

"Sementara itu, seluruh ABK KRI Rencong yang selamat telah dievakuasi ke Pangkalan Armada III Sorong, beserta beberapa peralatan penting KRI Rencong-622 yang dapat diselamatkan," terangnya.

Dalam waktu dekat TNI AL akan membentuk Tim Investigasi untuk mencari secara menyeluruh penyebab terjadinya kebakaran tersebut. Diharapkan dari hasil investigasi ini dapat dijadikan bahan evaluasi guna mengantisipasi serta menghindari kejadian serupa di masa yang akan datang. (rvk/nkn)


  ★ detik  

Senin, 10 September 2018

2 Sukhoi SU-35 Yang Dibeli dari Rusia Tiba Tahun Depan

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-Nq0EDnBS2Q6GTqUvMJJWa6H50jYcfpZVo02kmU7PaAYyjfjxst4Dvb9bNrqAyFqGPJGyCmPCNyUoW5NUtD5NMxKVgIHHGL7bJHo7581uvNmHoL4TF7bsMqRLN7ORPIM5jaL-4BXV9MQM/s1600/dua-pesawat-sukhoi-tni-au-bermanuver-_150921143748-786.jpgIlustrasi dog fight

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengatakan 2 pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli dari Rusia akan tiba tahun depan. Dua pesawat itu bagian dari total 11 pesawat Sukhoi Su-35 yang dibeli Indonesia.

"Alutsista masih menggunakan yang dulu belum ada penambahan kecuali Sukhoi. Sukhoi akan tiba di Indonesia pada 2019 nanti (sebanyak) 2 unit," kata Kepala Pusat Penerangan dan Komunikasi Kemenhan Brigadir Jenderal (TNI) Totok Sugiarto di restoran D'Cost, Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Senin (10/9/2018).

Dia menyebut pesawat itu akan datang secara bertahap. Untuk pertama ini, baru 2 pesawat yang akan tiba.

"Nanti datang 11 unit, 2, 4, 5 kalau nggak salah, bertahap. Tapi pertama tiba 2019 bulan Agustus. Mudah-mudahan nggak ada kendala apa-apa," imbuhnya.

Mengenai pesawat tempur itu, Menhan Ryamizard Ryacudu mengatakan sudah ada penandatanganan kontrak pembelian antara Indonesia dan Rusia. Menurutnya, Indonesia memiliki keuntungan tersendiri saat membeli pesawat itu.

"Itu kan ada 2, dari Kemenhan dan Kementerian Perdagangan jadi itu 50% dibayar anggaran negara, 50% dari sistem dagang jadi lebih hemat lagi negara akibat ini. Mau nggak mau dia harus terima ekspor kita," kata Ryamizard kepada wartawan di kantor BPK RI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (10/9).

Ryamizard mengatakan 2 pesawat yang datang pada tahap pertama ini akan bisa digunakan saat HUT TNI pada 5 Oktober 2019.

"Memang bikin pesawat nggak gampang, insyaallah satu tahun depan pada waktu HUT TNI 2 pesawat dulu sudah jalan," sambungnya.

  detik  

Indonesia Akan Beli Hercules dan Helikopter Chinook

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEied_OhY17Ie7F8Dn4e1-36fe4bMa4r01zEH4Uz0s95kAtFA2oBUemGOB1fCNtc1ljAoLE3pDNUVlkuOWaCCdRxfaqbHANnPrRVA3wdjpCv20kiTVEX9jnblpUIM81Ahb0-Q9sQ16HnR6Yx/s1600/C-130J-30+Super+Hercules.pngPesawat C130J Hercules

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan akan membeli pesawat jenis angkut C-130J Super Hercules dari Lockheed Martin dan helikopter angkut, Chinook dari Amerika Serikat.

"Ke depan Indonesia akan membeli pesawat angkut Hercules sebanyak lima unit dan helikopter Chinook dari AS," kata Menhan Ryamizard Ryacudu, di Jakarta, Senin, menanggapi pertemuan dengan Menhan AS James Mattis, di Washington beberapa waktu lalu.

Pembelian pesawat angkut itu berat itu untuk mendukung arsitektur pengembangan pertahanan.

Menurut Ryamizard, pesawat angkut Hercules yang dimiliki Indonesia sudah tua, dan Presiden Joko Widodo mengharapkan adanya regenerasi pesawat angkut berat terbaru.

"Pesawat Hercules sejak tahun 1960 an. Pak Jokowi bilang, pesawatnya sudah tua," kata Menhan.

Dalam pertemuan dengan James Mattis itu, kata dia, Indonesia juga berencana akan membeli helikopter Chinook.

"Sebelumnya Mabes TNI ingin membeli Heli Mi-26, namun heli ini tidak layak untuk operasi. Karena dengan jarak 100 meter, hempasan baling-baling bisa menyebabkan genteng-genteng rumah warga bertebangan," katanya.

  antara  

Minggu, 09 September 2018

TNI AU & RSAF Gelar Joint Fighter Weapon Course

✈️ Tingkatkan Kemampuan TempurUntuk meningkatkan kemampuan penerbang tempur melaksanakan operasi pertempuran udara, TNI AU dan Angkatan Udara Singapura (Republic of Singapore Air Force_– RSAF) menggelar latihan bersama yang dikemas dalam Joint Figther Weapon Course – JFWC).

Latihan dibuka oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau) Marsdya TNI Wieko Syofyan dan Chief of Staff AS RSAF BG. Tommy Tan, dalam sebuah upacara militer di Paya Lebar AFB Singapura, Kamis (6/9/2018).

Dalam sambutannya, BG. Tommy Tan mengatakan, JFWC merupakan ajang bagi penerbang tempur TNI AU dan RSAF untuk meningkatkan kemampuan operasi tempur.

Latihan untuk melatih penerbang tempur kedua angkatan udara melakukan pertempuran di udara secara lebih profesional, sekaligus mempererat kerjasama kedua angkatan udara,” ujarnya.

JFWC kali ini merupakan latihan yang ketiga. Latihan di bagi dalam dua kegiatan, ground school dan manuver lapangan. Untuk ground school dilaksanakan selama dua minggu di Paya Lebar, sementara manuver lapangan dilaksanakan selama tiga bulan di Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru.

TNI AU mengerahkan 4 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara (Skadud) 3 Lanud Iswahjudi Madiun dan Skadud 16 Lanud Roesmin Nuryadin Pekanbaru. Sementara RSAF mengerahkan 6 pesawat F-16 dari 140 SQ, 143 SQ dan 145 SQ.

Dalam manuver lapangan, kedua angkatan udara akan melaksanakan berbagai macam latihan, mulai Basic Fighter Maneuver (BFM), Air Combat Tactic (ACT), Surface Attack Tactic (SAT) hingga puncaknya adalah Large Force Employment (LFE) atau Mission Orientation Training (MOT).

Dalam kegiatan JFWC, juga dilaksanakan kursus Ground Control Intercept (GCI) yang diikuti oleh 2 perwira GCI dari Satrad 231 Lhokseumawe dan Satrad 222 Ploso serta perwira GCI RSAF. Kursus ini melatih kemampuan para GCI untuk memberikan informasi posisi target lawan (termasuk kawan) secara tepat, sehingga para fighter memiliki Situation Awareness pertempuran yang baik.

Turut hadir mendampingi Wakasau, Aspam Kasau Marsda TNI Dwi Fajariyanto, Asops Kasau Marsda TNI Johanes Berchmans SW, Kadisopslatau Marsma TNI Jemi Trisonjaya M. Tr (Han), Danlanud Rsn Marsma TNI Ronny Irianto Moningka dan Paban III/Lat Sopsau Kolonel Pnb Danang Setyabudi serta Atase Pertahanan RI di Singapura Kolonel Pnb Tjahya Elang Migdiawan.

  ✈️ TNI AU  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...