KRI Alugoro 405 [satsel hiukencana]
Kemampuan teknologi Indonesia semakin meningkat. Tak terkecuali di bidang kemaritiman. Indonesia sudah mampu memproduksi kapal selam sendiri melalui BUMN, PT PAL Indonesia di Surabaya. Jika tak ada aral melintang, Maret 2019 nanti PT Pal Indonesia akan meluncurkan Kapal Selam buatan putra putri Indonesia.
Semula, Indonesia membeli 3 buah kapal selam dari Korea Selatan. Dua kapal selam yang dipesan tersebut dibuat di Korea Selatan dan satu lagi dibangun di PT PAL Indonesia. Perakitannya sendiri dilakukan di kawasan Tanjung perak, Surabaya. Ini merupakan produk produksi bersama antara PT PAL Indonesia dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) yang berpusat di Korea Selatan.
Kapal pesanan Kementerian Pertahanan dan Keamanan yang nantinya akan digunakan oleh TNI Angkatan Laut ini dibuat di dalam negeri sebenarnya bukan tanpa alasan. Hal ini bertujuan agar terjadinya produk transfer teknologi dari DSME kepada PT PAL, dengan harapan nantinya anak bangsa bisa membuat kapal selam lainnya secara mandiri.
Sejumlah karyawan PAL mengikuti pelatihan selama beberapa bulan di Korea Selatan. Setelah menyelami ilmu dan teknologi pembuatan kapal selam jenis improve changbogo, PAL mampu membuat kapal selam.
Kapal Selam Buatan Indonesia kedua yang dibuat oleh PT PAL berdasarkan cita rasa nasional disesuaikan dengan kebutuhan TNI AL agar operasional Korps Hiu sebagai kapal selam Heavy, kapal selam medium, dan kapal selam light berlangsung sesuai program TNI AL.
Ikan hiu dapat menyelam juga mengapung, demikian juga kapal selam milik TNI AL. PT PAL juga mampu membuat kapal selam seperti desain kapal selam Kilo buatan Rusia. Kapal ini dilengkapi rudal S dan Torpedo satuan pemukul berat dan anti kapal permukaan dan land attack.
Tahun lalu, TNI AL telah menerima 2 buah kapal selam; KRI Nagapasa 403 dan Ardadedali 404 yang memiliki perlengkapan senjata torpedo dan black shark. Dua kapal selam tersebut merupakan kapal selam yang dibuat oleh pabrik DSME.
TNI AL saat ini memang sedang mengembangkan kekuatan alat utama pada sistem persenjataan (alutsista) hingga tahun 2024.
Pengadaan kapal perang menjadi prioritas dalam revisi Minimum Essential Force (MEF) 2015-2019 TNI AL. Langkah ini diambil untuk memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk mendukung visi World Class Navy.
Berbagai ucapan selamat mengalir ke PT PAL Indonesia setelah berhasil membuat kapal selam yang pertama di Indonesia.
PT PAL juga mampu merancang dan memproduksi kapal selam 1800 ton dengan menggunakan teknologi U 214, panjang 65 meter dan kemampuannya untuk meluncurkan torpedo kelas berat dan rudal sub harpon yang dilengkapi IdAM (Identity and Access Management).
Desain kapal selam medium berdasarkan U-209 dan U-212 yang berfungsi sebagai kapal patroli sub combat dengan kemampuan peran operasi ASW (anti-submarine warfare), intelijen, dan insurjensi.
Selain itu, PAL juga memproduksi kapal selam Light dengan desain KS mini 22 meter (midget) untuk operasi ASW dan gerilya laut. Sebelum kapal selam itu diserahkan (September 2018), PT PAL melakukan serangkaian uji coba untuk mendapatkan sertifikat. TNI AL juga memesan jenis kapal Landing Platform Deck (LPD) yang pembuatannya selesai pada Desember 2018.
Temui Menhan Korsel Ilustrasi KFX/IFX [sheldon]
Pemerintah Indonesia serius melakukan pengembangan proyek pesawat tempur bersama Korea Selatan. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto bertemu dengan Menteri Pertahanan Nasional Korea Selatan (Korsel), Jeong Kyeong-Doo di Kantor Kementerian Pertahanan Nasional Korsel di Seoul, Korea Selatan, Rabu (6/3). Pertemuan tersebut membahas kelanjutan program kerja sama pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X.
Dalam kunjungan kenegaraan ke Korea Selatan September tahun lalu, Presiden Joko Widodo telah memutuskan untuk melanjutkan program kerja sama pengembangan jet tempur tersebut. Keputusan itu dibuat dengan mempertimbangkan hubungan selama ini sudah berjalan baik dan semakin erat. Walaupun saat ini Pemerintah Indonesia sedang fokus pada pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, pelabuhan, dan bandara, namun pemerintah menganggap kerja sama tersebut penting untuk kemajuan teknologi pertahanan negara. Diharapkan dengan kerja sama ini lndonesia bisa menguasai teknologi kedirgantaraan generasi 4,5 yang sejalan dengan roadmap Revolusi lndustri 4.0.
Cukup menguras APBN
Menurut Wiranto, sejumlah poin yang akan dinegosiasikan ulang di antaranya kemampuan pembiayaan Pemerintah, kemungkinan persentase development cost sharing, biaya produksi, alih teknologi, keuntungan hak kekayaan intelektual, dan pemasaran. Sebelumnya, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong menjelaskan, renegosiasi perlu dilakukan agar dapat mengurangi beban anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan pengurasan cadangan devisa. Sehingga, pemerintah Indonesia akan meminta keringanan termin pembayaran. "Terus terang beban APBN cukup besar, apalagi (kerja sama) jangka panjang. Terus terang puluhan triliun dan kalau beli puluhan unit (jet tempur) bisa sampai ratusan triliun," jelas Thomas.
Pemerintah Korea Selatan, diakui, menyetujui adanya restrukturisasi dan renegosiasi saat Jokowi berkunjung ke Negara Daeju tersebut. Kendati begitu, kedua kepala negara sepakat renegosiasi dilakukan dalam jangka waktu selama 12 bulan.
Pengembangan hingga tahun 2026
Indonesia sebelumnya melakukan kerja sama dengan Korea Selatan dalam mengembangkan jet tempur KFX/IFX, pesawat semi-siluman generasi 4.5. Kerja sama pengembangan pesawat ini sebatas pada pengembangan pesawat hingga mencapai prototipe. Dari enam prototipe yang akan dihasilkan, satu prototipe akan diserahkan kepada Indonesia. Kesepakatan kerja sama startegis (strategic cooperation agreement) program ini dilakukan pada 4 Desember 2015. Sedangkan kesepakatan cost sharing dan kesepakatan penugasan kerja (work assignment agreement) dilakukan pada Januari 2016. Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia menanggung biaya program pengembangan sebesar 20 persen, sementara Korea Selatan 80 persen.
Dalam 10 tahun pengembangan yang akan dilakukan hingga 2026, total biaya yang ditanggung Indonesia mencapai Rp 21,6 triliun. Pemerintah Indonesia pada Desember 2018 akhirnya membayar 132 miliar won (118 juta dollar AS) kepada Korea Selatan sebagai iuran 2016 untuk pengembangan program pesawat tempur KF-X. Meskipun iuran 2017 dan 2018 belum disetorkan, Korea Selatan menganggap pembayaran tersebut cukup untuk mengikis kekhawatiran bahwa Indonesia akan keluar dari proyek strategis ini.
Target prototipe pertama selesai 2021
Korea Selatan kukuh meneruskan program KF-X dan berharap Indonesia akan berpartisipasi secara aktif di seluruh tahap pengembangan. Proyek KFX/IFX diyakini akan sukses dan lebih canggih dari F-16. Terlebih lagi, Korea Aerospace Industries (KAI) sebagai kontraktor utama KF-X sejak tahun lalu telah menjalin hubungan dengan berbagai produsen dari Eropa sampai Asia yang akan memasok subsistem utama pesawat tempur.
Dengan pendampingan teknis dari Lockheed Martin, KAI berkeyakinan, purwarupa pertama KF-X bisa rampung pada 2021. Namun, Indonesia tidak sekukuh dan seyakin itu. Sejak cost share agreement ditandatangani pada Januari 2016, Indonesia dalam waktu kurang dari dua tahun menghentikan pembayaran iuran KF-X karena menganggap manfaat program tersebut tak sebanding dengan ongkos yang dikeluarkan. Meski demikian, setelah pertemuan antara Presiden Joko Widodo dan Presiden Moon Jae-in, Pemerintah Indonesia pada Oktober 2018 mengumumkan dimulainya perundingan renegosiasi program KF-X dengan Korea Selatan yang akan berjalan selama setahun.
Sebuah sumber menyebut bahwa Pemerintah Indonesia ingin mengurangi kontribusinya di KF-X menjadi 15 persen. Indonesia disebut juga ingin mengurangi secara drastis jumlah pesawat tempur yang akan dibeli, dari rencana semula 48 unit menjadi separuhnya atau bahkan bisa lebih sedikit lagi, sementara Korea Selatan akan membeli sekitar 150 unit KF-X.
⚓️ Indonesia’s first Martadinata-class frigate is being equipped with close-range air defence capabilities. Installation of these weapons on both vessels is expected to complete this year.installation of Millennium Gun, VL MICA on KRI REM 331 [military_buzz]
Indonesian state-owned shipbuilder PT PAL has begun installing the Rheinmetall Oerlikon 35 mm Millennium Gun and the VL MICA air defence missile system on the country’s lead Martadinata (SIGMA 10514)-class guided-missile frigate.
An image of the installation works forwarded to Jane’s by an industry source in Surabaya on 8 March shows the vessel is berthed at PT PAL’s dock in Semarang, with scaffoldings erected in its forward section. The Millennium Gun is being fitted on a pedestal just ahead of the ship’s bridge, while the 12-cell VL MICA system is located just behind its main gun.
Pasukan TNI dua kali diserang oleh KKSB. Ilustrasi satgas papua
Pasukan TNI yang berada di Kabupaten Nduga dua kali diserang oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB) pimpinan Egianus Kogoya di Distrik Mugi, Kamis.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Sisriadi, ketika dikonfirmasi, di Jakarta, Kamis malam, menyebutkan pasukan TNI yang tergabung dalam Satgas Penegakan Hukum (Satgas Gakkum) itu sedang melaksanakan pengamanan dalam rangka proses pergeseran pasukan TNI yang akan melaksanakan pengamanan dan pembangunan infrastruktur Trans Papua Wamena-Mumugu diserang pada Kamis pagi sekitar pukul 08.00 WIT.
"Pasukan TNI yang berjumlah 25 orang tiba-tiba mendapatkan serangan mendadak oleh sekitar 50-70 orang KKSB bersenjata campuran, baik senjata standar militer maupun senjata tradisional seperti panah dan tombak," kata Sisriadi.
Kemudian, kata dia, pasukan berusaha melakukan perlawanan sehingga berhasil menguasai keadaan, dan berhasil memukul mundur kelompok KKSB sampai menghilang ke dalam hutan belantara.
Serangan kedua terjadi Pukul 15.00 WIT, ketika dua unit helly jenis Bell tiba dari Timika untuk melaksanakan evakuasi korban prajurit yang gugur, namun sebelum mendarat helly tersebut.
"Prajurit kembali mendapatkan serangan dari KKSB, pasukan TNI membalas tembakan sehingga helly berhasil mendarat dan proses evakuasi korban dapat dilaksanakan dalam keadaan aman," katanya.
Akibat serangan tersebut, kata Kapuspen TNI, menyebabkan tiga orang prajurit gugur, yakni Serda Mirwariyadin, Serda Yusdin dan Serda Siswanto Bayu Aji.
Sementara dari pihak KKSB, prajurit TNI berhasil merampas lima pucuk senjata milik KKSB (jenis masih dalam penyelidikan), ditemukan satu orang mayat (identitas dalam penyelidikan), dan diperkirakan setidaknya 7-10 orang anggota KKSB juga tewas namun mayatnya berhasil dibawa kabur oleh teman-temannya.***2***
Kontak tembak di Mugi, tiga anggota TNI dilaporkan tewas
Terjadi lagi kontak tembak antara kelompok sipil bersenjata dengan TNI di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Kamis, menyebabkan tiga anggota TNI meninggal.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Yoshua Sembiring, kepada ANTARA, di Jayapura, Kamis, membenarkan ada insiden berdarah itu namun belum mendapat laporan lengkap.
"Saya belum dapat laporan lengkap tentang insiden tersebut," kata Sembiring.
Tiga prajurit Satgas Nanggala meninggal dalam kontak tembak
Tiga orang prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Nanggala, Kamis, dilaporkan meninggal dalam kontak tembak dengan kelompok kriminal bersenjata, di Distrik Mugi, Kabupaten Nduga, Papua.
Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, Mayor Jenderal TNI Yoshua Sembiring, kepada ANTARA yang menghubungi dari Jayapura, membenarkan ada kontak tembak itu, yang menyebabkan tiga prajurit gugur.
"Memang benar ada laporan tentang kontak tembak, namun perkembangannya sejauh mana belum. Silakan hubungi Kapendam karena saat ini (saya) sedang berada di luar Papua," kata Sembiring, Kamis malam.
Saat ditanya tentang adanya laporan sembilan KKB tewas dan lima pucuk senjata api yang dibawa KKB berhasil diamankan, Sembiring membenarkan, namun untuk lebih lengkap silakan ke Kapendam.
Sementara itu, data yang dihimpun terungkap tiga prajurit yang gugur dalam kontak tembak itu adalah Sersan Dua Mirwariyadin, Sersan Dua Yusdin, dan Sersan Dua Siswanto.
Dalam kontak senjata tersebut dilaporkan sembilan KKB tewas dan lima pucuk senjata api berhasil diamankan.
Habisi 250 Militan ISIS di Suriah Azad Cudi, 35, sniper Kurdi yang telah jadi warga Inggris. Dia mengklaim telah membunuh sekitar 250 militan ISIS saat beperang di Suriah. [Foto/Publicity Picture/Mirror]
Azad Cudi, 35, sejatinya warga Kurdi Iran, namun kini jadi warga negara Inggris. Dia bercerita tentang misinya menjadi sniper atau penembak runduk di Suriah untuk memerangi kelompok Islamic State atau ISIS belum lama ini.
Dia merasa telah menghabisi sekitar 250 militan ISIS ketika dia beraksi sebagai sniper bersama pasukan Kurdi di Suriah.
Cudi melarikan diri dari negara asalnya, Iran, ke Inggris ketika dia berusia 19 tahun. Dia kala itu melarikan diri dari dinas militer Iran. Tak lama setelah jadi warga Inggris, Cudi pada tahun 2013 bergabung dengan tentara YPG—pasukan sukarela campuran pria dan wanita Kurdi yang berkomitmen untuk membebaskan Suriah dari kelompok ISIS.
Selama pertempuran untuk merebut kembali kota Kobani, Cudi mengklaim bahwa dia dan banyak sniper Kurdi lainnya telah membunuh ratusan militan ISIS. Pria 35 tahun ini akhirnya terluka parah dalam ledakan roket dan terpaksa pulang ke rumahnya di utara Inggris.
Pengalamannya sebagai sniper anti-ISIS di Suriah telah dia tulis dalam sebuah buku berjudul Long Shot.
Cudi mengaku terpaksa melarikan diri dari dinas militer Iran setelah dipaksa untuk berperang melawan orang-orang satu etnis dengannya, yakni Kurdi.
Ketika tinggal di Inggris, dia tertarik untuk bertempur di Suriah setelah melihat ISIS menguasai wilayah Kurdi di Suriah. Cudi kembali ke Timur Tengah untuk memerangi "kekhalifahan" ISIS yang sedang tumbuh. Setelah menjalani pelatihan singkat, dia maju di garis depan pertempuran melawan ISIS pada tahun 2013.
Dalam sebuah wawancara dengan Express yang dilansir Senin (4/3/2019), dia mengatakan; "Saya membela tanah saya, rakyat saya, warga sipil."
"Ada seorang anak laki-laki yang saya tembak. Saya tidak punya pilihan. Saya memiliki masalah dengan menyatukan diri setelah itu. Saya menembak seorang jihadis ketika dia memandang ke arah saya," ujarnya.
"Ketika saya menulis buku ini, saya menghidupkan kembali peristiwa itu dan kadang-kadang saya tidak bisa tidur selama tiga atau empat malam," lanjut dia.
"Saya sedikit lumpuh, kembali ke pikiran saya. Saya merasakan semacam penyesalan, tetapi saya tidak dihantui sekarang oleh pengalaman melakukan hal-hal itu," papar Cudi.
"Saya sudah siap untuk mati saat itu dan saya siap untuk mati lagi untuk memperjuangkan rakyat saya, ide-ide kami dan komunitas kami. Saya memiliki kedamaian di hati dan pikiran saya," imbuh dia. "Menulis buku telah membantu saya mencerna apa yang terjadi, tetapi itu melelahkan."
Selama pertempuran, Cudi mengklaim telah menewaskan 250 teroris ISIS, meskipun dia juga mengatakan bahwa sniper lainnya membunuh sekitar 500 militan kelompok teror tersebut.
Dalam bukunya, Cudi juga berbicara tentang cedera akibat serangan roket yang dia alami. Luka itu yang membuatnya harus meninggalkan perang di Suriah dan pulang ke Inggris.
"Meskipun kematian sangat dekat Anda harus berpikir tentang bagaimana untuk bertahan hidup, sehingga Anda melawan. Anda juga harus menghadapi situasi sulit yang rumit, kehilangan kawan Anda dan menembak kawan secara tidak sengaja," imbuh dia.
"Semua orang mengatakan bahwa berlian dibuat di bawah tekanan dan saya pikir ada beberapa kebenaran di dalamnya," paparnya.
"Anda mengembangkan mekanisme bertahan hidup di dalam untuk mengatasinya. Anda berusaha untuk tidak hancur, jadi Anda menjaga kepala Anda tetap tinggi."
"Ketika saya dihantam, saya melihat warna kematian. Saya mengalami emosinya yang liar. Ini luar biasa untuk dialami dan Anda menghargai hidup dan memandang hidup dengan tujuan dan makna baru," tutur Cudi.
Sekarang, meskipun dia bahagia tinggal di Inggris, Cudi berharap akan kembali ke Kobani untuk membantu membangun kembali kota itu dari kerusakan akibat perang.
Dia khawatir bahwa pendukung ISIS dapat menyerang dirinya di rumahnya di Inggris, namun dia tidak takut. "Ada sel yang bisa tidur di mana saja, tetapi saya memiliki keamanan saya dan saya berhati-hati," katanya.
"Saya beruntung hidup dalam masyarakat yang terbuka dan demokratis, dan saya menghargai kehidupan saya di Inggris," paparnya.
✈️ Untuk Optimalisasi Alutsista✈️ Pesawat Sukhoi TNI AU [TNI AU]
Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi menegaskan bahwa permasalahan perjanjian asistensi setelah masa kontrak untuk pembelian alutsista harus jadi perhatian serius bagi Indonesia dan Rusia.
Ia meminta perjanjian setelah masa kontrak segera diwujudkan. Sebab, apabila kondisi ini dipertahankan, maka kesiapan alutsista yang dibeli Indonesia dari Rusia menjadi tidak optimal penggunaannya.
Hal ini disampaikannya usai mengikuti pertemuan Komisi I DPR RI dengan Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmina Vorobieva, di Gedung Nusantara II DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (04/3).
Bobby berharap Dubes Rusia untuk Indonesia dapat segera menyampaikan persoalan ini kepada Pemerintah Negara Federasi Rusia untuk ditindaklanjuti, agar tidak menimbulkan stigma buruk terhadap alutsista Rusia ke depannya.
“Maksudnya keadaan siaganya itu, siap operasinya tidak optimal, sehingga kami ingin mendapatkan masukan dari pihak Kedutaan Besar bahwa ke depannya, dan juga kondisi saat ini hal tersebut harus diperhatikan. Jangan sampai ada anggapan bahwa jika membeli alutsista dari Rusia itu pemeliharaannya tidak bagus, sehingga kesiapsiagaannya jadi berkurang,” jelas Bobby.
Bobby mengaku bahwa Komisi I DPR RI tidak dapat melakukan intervensi terhadap masalah tersebut. Hal ini bukan merupakan ranah dari DPR RI, karena merupakan permasalahan teknis yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Untuk itu, ia berharap kepada Dubes Rusia untuk menindaklanjuti permasalahan after sales service ini.
“Mereka menyampaikan akan ada lanjutan pembicaraan masalah ini. Tapi, kami nyatakan kalau pembahasan teknis kami tidak ikut membahas, itu ranah eksekutif. Jadi kami ingin mereka mengadakan pertemuan rutin dengan Kementerian Pertahanan atau TNI untuk memastikan hal-hal tersebut dapat diminimalisir,” tukas politisi dapil Sumatera Selatan II ini.
KN. Pulau Nipah 8001, KN. Pulau Marore 8002, KN. Pulau Dana 8003 [M Arif Rachman] ☆
Kepala Badan Keamanan Laut (Kabakamla) Laksamana Madya A Taufiq R, meninjau kecanggihan tiga Kapal Negara (KN) 80 meter milik Bakamla yang dikerjakan oleh PT Citra Shipyard Batam di Sagulung, Batam, Kepulauan Riau, Sabtu (2/3/2019).
Laksdya Taufiq mengatakan, penambahan kekuatan Bakamla dengan tiga kapal ini diharapkan dapat menjaga keamanan dan keselamatan laut di wilayah yurisdiksi Indonesia.
Ketiga Kapal Negara 80 Meter ini diberi nama pulau terluar Indonesia yakni KN Pulau Nipah 800, KN Pulau Marore 8002, dan KN Pulau Dana 8003.
"Ketiga kapal ini dilengkapi sejumlah fasilitas seperti helipad, ruang tahanan, ruang laboratorium dan ruang kesehatan," kata Taufiq melalui rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (3/3/2019).
Dalam rilisnya, Taufiq mengatakan, peningkatan pengawasan dari tindak ilegal di laut, selain dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan Indonesia, sekaligus juga menegakkan kedaulatan negara.
Kapal negara 80 meter ini mampu melaju dengan kecepatan maksimum 22 knot dan akan dioperasikan di wilayah barat, tengah dan timur perairan Indonesia.
Tinjauan ini merupakan tinjauan lanjutan sebelum ketiga kapal tersebut diserah terimakan dari PT Citra Shipyard ke Bakamla.
Dalam peninjauan ini, Kepala Bakamla RI juga didampingi Kepala Zona Kamla Barat Laksma Bakamla Eko Murwanto, Kepala Biro Umum Laksma Bakamla Sandy M. Latief, Kasubbag TU Kepala Letkol Bakamla Ridwansyah dan Direktur Utama PT. Citra Shipyard Mr. Jovan.
Pada Tahun IniIlustrasi NC212 TNI AU ☆
Lanud Abdulrachman Saleh berencana mendatangkan pesawat baru tahun ini. Dua jenis pesawat yang bakal dimiliki menambah kekuatan alutsista Abdulrachman Saleh. Yakni, pesawat Cassa 212 dan pesawat Amphibi.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh Marsekal Pertama (Marsma) Hesly Paat mengatakan penambahan alutsista sebanyak 9 unit ini rencananya bakal diwujudkan pada tahun ini.
Empat unit untuk pesawat Cassa dan lima unit pesawat Amphibi. Jenis pesawat yang didatangkan akan menambah kekuatan di Skuadron Udara 4 Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang.
“Kita tengah menyiapkan sarana dan prasarananya. Fasilitas itu disiapkan di Skuadron Udara 4, dimana akan menerima penambahan pesawat baru, yakni Cassa 212 dan pesawat Amphibi,” ungkap Hesly kepada detikcom, Senin (4/3/2019).
Hesly mengaku, Skuadron Udara 4 telah memiliki 12 pesawat jenis Cassa 212. Tentunya, kedatangan baru pesawat baru menambah koleksi alutsista di skuadron tersebut.
“Sudah ada 12 unit, nanti ditambah 4. Ya totalnya 16 pesawat Cassa,” ujar Alumni AAU 1989 ini.
Diungkapkan, selain Cassa penambahan alutsista juga diperuntukkan pada jenis Amphibi. Dulunya, kata Hesly, pesawat jenis yang sama pernah ada, yakni di tahun 70-an.
“Jika dulu Albatros di tahun 70-an, sekarang dengan jenis yang sama rencananya akan dimiliki Abdulrachman Saleh, yaitu pesawat Amphibi,” beber Hesly.
Menurut dia, kedua pesawat itu memiliki kemampuan handal dalam membantu operasi TNI AU. “Amphibi akan bisa mendukung kekuatan TNI AU di darat maupun di laut,” ungkap Hesly.
Dalam kesempatan itu, Hesly juga menuturkan rencananya pendirian Skuadron Udara 33 yang dikhususkan untuk pesawat angkut Hercules di Makassar.
“Jika sekarang hanya dua skuadron saja, yakni 31 di Jakarta, 32 di sini (Abdulrachman Saleh) dan nantinya 33 di Makassar. Penambahan skadron ini, memungkinkan akan menambah kebutuhan pesawat Hercules,” tandasnya.
Dalam Baku Tembak Ilustrasi ●
Seorang anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT) tewas dalam baku tembak dengan tim Satgas Tinombala di Poso, Sulawesi Tengah. Baku tembak itu terjadi setelah Satgas Tinombala menerima laporan masyarakat ada 5 orang DPO MIT yang beristirahat di sebuah pondok.
"Betul telah terjadi kontak senjata antara Satgas Tinombala, yang terdiri dari tim gabungan TNI-Polri, dengan kurang lebih 5 orang DPO kelompok MIT di Perkebunan Padipi, PPS, Poso. Pagi tadi Satgas menerima laporan dari masyarakat bahwa ada 5 orang DPO MIT beristirahat di sebuah pondok. Satgas melakukan pengejaran, kemudian mendapat info lagi para DPO ke arah Desa Padopi," kata Asisten bidang Operasi (Asops) Polri, Irjen Rudi Sufahriadi, kepada detikcom, Minggu (3/2/2019).
Dia menyatakan baku tembak antara tim Satgas Tinombala dengan buronan MIT itu terjadi sore tadi. Jenazah anggota MIT yang tewas kini telah dievakuasi untuk keperluan identifikasi.
"Satgas Tinombala berhasil melumpuhkan satu orang DPO MIT. Saat ini jenazah pelaku dievakuasi dari gunung untuk nantinya diidentifikasi oleh DVI Polda Sulteng," ucapnya.
Rudi menyebut baku tembak yang terjadi sore tadi merupakan tindak lanjut dari ultimatum Satgas Tinombala yang dipimpin oleh Kapolda Sulteng Brigjen Lukman Wahyu Hariyanto. Menurut Rudi, tim Satgas Tinombala telah meminta para anggota MIT untuk menyerahkan diri, namun tidak diindahkan sehingga dilakukan pengejaran.
"Sejak desember hingga Januari, telah kami kedepankan tindakan persuasif dengan meminta para DPO menyerahkan diri. Setelah ultimatum tidak diindahkan, Satgas Tinombala melakukan pengejaran dengan fokus pada 4 titik. Pengejaran dilakukan secara sistematis dan masif. Kini satgas juga melanjutkan kegiatan pengejaran terhadap DPO lainnya," ucapnya.
(haf/haf)
Aselsan ZOKA torpedos jammers and decoy [Aselsan] ★
The first overseas order for ZOKA-Acoustic Torpedo Countermeasure Jammers and Decoys, which was developed nationally by ASELSAN and used in all submarines in our fleet, was taken from Indonesia. The system to be used in Type 209 class submarines in the Indonesian Naval Forces inventory and will be delivered in 2019.
ZOKA jammers and decoys are effective against all torpedo threats that can operate in active, passive or combined mode with accoustic guidance. ZOKA jammers and decoys are used in HIZIR Torpedo Countermeasure System for Surface Ships and ZARGANA Submarine Torpedo Countermeasure System.
The ZOKA mixers transmit broadband high-level noise to cover the acoustic operating frequency range of torpedoes. In this way, while masking submaine noise against active torpedoes and reduce the detection distance of the signal reflected from the submarine. ZOKA deceptives mimic the acoustic and dynamics characteristic of the platform and mislead the torpedo. The decoys have the fuction of simultaneously producing ship noise and responding to the active broadcast of the torpedo while listening with the hydrophones drawn from behind.