Di Sathar 32Hawk Mk-209 TT0222 (TNI AU) ☆
Satuan Pemelharaan 32 (Sathar 32) adalah satuan pelaksana dibawah Depo Pemeliharaan 30 (Depohar 30) Lanud Abdulrachman Saleh Malang mempunyai tugas melaksanakan pembuatan/perbaikan tingkat berat pesawat terbang jenis Su-27/30, Super Tucano, Hawk 100/200 dan Casa C-212.
Pada akhir TA. 2015 Sathar 32 telah memproduksi major servicing Hawk Mk-209 ke-3 Noreg. TT-0222 dibawah komando Komandan Sathar 32 Letkol Tek Dody Kurniadi yang telah melaksanakan test flight pada tanggal 17 hingga 22 Desember lalu dengan hasil baik.
Penyerahan pesawat dilaksanakan oleh Komandan Depohar 30 yang diwakili oleh Kadisdalkual Depohar 30 Letkol Tek Windhu Kastawa Putra kepada Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak.
Dengan diserahkannya pesawat Hawk Mk-209 Noreg. TT-0222 ke Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak menambah kesiapan dan kekuatan untuk operasional menjaga kedaulatan Republik Indonesia dari berbagai ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun luar negeri.
Kapal asing yang pertamakali ditenggelamkan yaitu satu kapal berbendara Malaysia KHF 1868 ukuran 85 GT di Belawan.TNI AL tenggelamkan Kapal Asing ☆
Satuan tugas pemberantasan penangkapan ikan secara ilegal (Satgas 115) menenggelamkan 10 kapal ikan asing lagi di empat lokasi, Kamis (31/12/2015).
Keempat lokasi penenggelaman yakni, Belawan di Medan (satu kapal), Tarempa di Batam (satu kapal), Tarakan di Kalimantan Utara (dua kapal), dan Tahuna di Sulawesi Utara (enam kapal).
Ketua Pelaksana Harian Satgas 115 Laksamana Madya TNI Widodo memimpin langsung penenggelaman 10 kapal asing itu dari Kementerian Kelautan Perikanan, Jakarta.
"Laksanakan tenggelamkan dengan hitungan mundur," kata Laksdya Widodo saat memberikan instruksi melalui telepon di gedung KKP.
"Siap laksanakan," jawab petugas TNI AL di tempat penenggelaman kapal.
Kapal asing yang pertamakali ditenggelamkan yaitu satu kapal berbendara Malaysia KHF 1868 ukuran 85 GT di Belawan. Selanjutnya, penenggelaman satu kapal asing yang juga asal Malaysia di Tarempa. Dan terakhir enam kapal asal Filipina di Tahuna.
"Mereka rata-rata membawa ikan segar. Semua sudah selesai ditenggelamkan," katanya.
Tindakan ini dinilai dapat memberikan efek jera
Sepanjang tahun 2015, Satgas 115 Illegal Fishing TNI AL menenggelamkan sebanyak 117 kapal asing pencuri ikan di perairan Indonesia.
Ketua Pelaksana Harian Satgas 115, Laksamana Madya TNI Widodo, mengatakan tindakan ini dapat memberikan efek jera bagi pemilik kapal asing pencuri ikan. Secara psikologis, langkah ini dapat mengembalikan semangat nelayan Indonesia untuk melaut lagi.
"Ini akumulasi, dampak psikologis nelayan, lihat nelayan kita ditabrak, nelayan kita tak berani melaut ke wilayah yang banyak ikan, ini tindakan yang bisa berikan efek jera. Immateriil susah ukurannya, nelayan tak termotivasi melaut lagi, dampaknya luar biasa," kata Widodo di gedung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Kamis (31/12/2015).
Untuk memaksimalkan pencegahan pencurian ikan oleh kapal asing, TNI AL, kata Widodo, bakal mengajukan usulan penambahan armada kapal kepada kepada Presiden Joko Widodo. Soalnya, kata dia, kapal yang dimiliki TNI AL sekarang hanya 131 unit.
"Tapi kita akan tingkatkan jumlah kapal kita. Mudah-mudahan disetujui Presiden. Sekarang jumlahnya 131. Kedepan jumlahnya akan kita perbanyak, tapi tergantung keputusan Presiden," kata Widodo.
Satgas 115, hari ini, menenggelamkan 10 kapal ikan asing lagi di empat lokasi.
Keempat lokasi penenggelaman yakni, Belawan di Medan (satu kapal), Tarempa di Batam (satu kapal), Tarakan di Kalimantan Utara (dua kapal), dan Tahuna di Sulawesi Utara (enam kapal).
Regulasi Belum Tegas, Penyelidikan Tak TuntasForce down pesawat asing ☆
Sudah saatnya bangsa ini memikirkan perlunya proses hukum yang berkelanjutan terhadap para "penjahat" dan "pelanggar" wilayah kedaulatan negara, tidak saja agar memberi efek jera, tetapi juga menjamin agar proses penyelenggaraan kedaulatan wilayah udara berjalan sempurna.
Mengemban tugas menegakkan hukum dan mengamankan wilayah udara yurisdiksi nasional oleh TNI AU seperti yang diamanatkan oleh konstitusi (UU 34 tahun 2004 tentang TNI), memang bukan pekerjaan mudah. Selain dihadapkan dengan luasnya wilayah udara nasional yang harus dijaga, TNI AU juga masih dihadapkan dengan berbagai keterbatasan sarana dan prasarana, maupun perundang-undangan.
Namun demikian, kendala tersebut bukan menjadi alasan untuk tidak berbuat, sebaliknya TNI AU selalu berupaya melaksanakan tugasnya selaku penegak kedaulatan wilayah udara yurisdiksi nasional dengan optimal.
Pelaksanaan tugas tersebut bukan tanpa alasan, karena sejatinya apa yang dilaksanakan TNI AU sebagai bentuk implementasi dari amanat masyarakat dunia yang tertuang dalam konvensi Chicago 1944 dan masyarakat Indonesia yang tertuang dalam UU nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan, bahwa Indonesia memiliki prinsip kedaulatan yang utuh dan eksklusif atas wilayah ruang udara di atas Indonesia.
Artinya, Indonesia mempunyai hak penuh untuk menggunakan ruang udaranya bagi kepentingan pertahanan dan keamanan nasional guna menjamin terciptanya kondisi wilayah udara yang aman serta bebas dari berbagai ancaman melalui media udara, termasuk ancaman navigasi serta pelanggaran hukum di wilayah udara nasional.
Mencermati realitas yang ada dewasa ini, khususnya yang terkait dengan maraknya pelaksanaan force down (pemaksaan mendarat) pesawat terbang asing tidak terjadwal oleh pesawat-pesawat tempur sergap TNI AU di wilayah udara yurisdiksi nasional, menunjukkan bahwa konsep ruang udara nasional Indonesia sejatinya masih "terbuka" dan tidak eksklusif.
Terlepas dari permasalahan tersebut, yang jelas sebagai alat penegak kedaulatan negara di udara dan hukum di dirgantara, tindakan force down oleh TNI AU, menjadi bukti kalau jajaran prajurit baju biru itu tidak pernah tinggal diam, sebaliknya terbukti menjadi benteng sekaligus garda negara di udara.
Sebagai sebuah tindakan hukum, aksi force down oleh TNI AU tentunya patut mendapat apresiasi, karena sebagai simbol tercipta wibawa negara, sekaligus terjaganya kedaulatan bangsa.
Kurang Memberi Efek Jera
Banyak masyarakat, baik nasional maupun internasional memberikan apresiasi positif terhadap aksi force down yang dilaksanakan TNI AU terhadap pesawat asing yang tidak terjadwal di wilayah yurisdiksi nasional. Namun demikian tidak sedikit masyarakat yang menyayangkan proses tindakan hukum yang dilakukan oleh pihak-pihak penegak hukum kurang memberikan efek jera bagi para "penjahat" dan "pelanggar" wilyah kedaulatan udara Indonesia.
Sebagai contoh dalam sebuah kasus force down, pelaku hanya dikenai sanksi membayar uang denda Rp 60 juta (yang sejatinya hanya Landing Fee). Sebuah nilai yang terlalu kecil dan sangat tidak sepadan dengan biaya operasional yang dikeluarkan TNI AU untuk menggerakkan pesawat buru sergap untuk mem-force down.
"Angkatan Udara kecewa pelanggar kedaulatan udara hanya didenda Rp 60 juta (yang sejatinya hanya Landing Fee). Di mana efek jeranya, idealnya harus ada proses hukum yang berkelanjutan sehingga dapat menimbulkan efek jera," kata salah seorang pejabat TNI AU dalam sebuah kesempatan.
Usut punya usut, ternyata permasalahannya justru terletak pada regulasi kita sendiri, di mana aturan pelaksanaan tugas penegakkan hukum di wilayah udara yurisdiksi nasional berhenti di pasal 10 UU 34 tahun 2004. Meskipun juga sudah ada regulasi terbaru, yaitu UU nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, yang lebih aplikatif dalam penegakan hukum terhadap pelanggar wilayah kedaulatan udara, namun tidak disinggung tentang tindakan pidananya, karena yang diatur hanya pelanggaran terhadap prohibited dan restricted area. Artinya pelanggaran hanya dimaknai sebagai melanggar perijinan masuk wilayah udara saja, bukan pelanggaran terhadap wilayah kedaulatan negara.
Ketentuan ini berdampak pada proses hukum selanjutnya yang kurang tuntas, karena TNI AU sebagai pelaku, penindak dan pihak yang mempunyai pengetahuan dan pemahaman lebih terkait masalah-masalah penerbangan tidak dilibatkan dalam proses penyidikan.
Sebaliknya, proses penegakan hukum atas pelanggaran wilayah udara yurisdiksi nasional oleh pesawat asing maupun pesawat domestik tidak terjadwal diberikan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu di lingkup penerbangan yang pelaksanaannya di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik polisi RI dan dianggap sebagai persoalan kriminal biasa sebagaimana kewenangan polisionil dalam penegakkan pidana kriminal di wilayah Indonesia.
Bila dilihat kembali tentang ruang lingkup tugas TNI AU dalam penegakan hukum dan mengamankan wilayah udara yurisdiksi nasional, terhadap pelanggaran penerbangan, sejatinya TNI AU harus hadir dalam semua prosesnya yang meliputi pengejaran, penyelidikan dan penyidikan, karena pelanggaran wilayah udara berbeda dengan kriminal biasa, dimana dapat berdampak pada aspek pertahanan dan kedaulatan negara, bukan gangguan orang perorang.
Belajar dari pelaksanaan proses penegakan hukum terhadap pelanggaran udara yang sudah berjalan selama ini, sudah saatnya (--meskipun agak terlambat--), bangsa ini, khususnya pihak-pihak yang berkepentingan terhadap masalah pertahanan, kedaulatan dan keamanan bangsa dan negara memikirkan kembali pentingnya dilakukan amandemen terhadap semua regulasi yang terkait dengan pelaksanaan proses penegakan hukum wilayah udara yurisdiksi nasional.
Sudah saatnya kita memiliki payung hukum berupa peraturan pemerintah (PP) tentang pengamanan wilayah udara (Pamwilud) yang dapat mendorong TNI AU menjadi bagian dari penyidik pelanggaran udara.
*) Marsekal Pertama TNI Ir Dwi Badarmanto, ST, MT adalah Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara.
(nwk/nwk)
Satu TertembakInstagram, seorang petugas sedang berburu kelompok Santoso [def.pk] ☆
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan jika pihaknya terus melakukan pengejaran terhadap gerombolan Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang diduga melakukan penyerangan Mapolsek Sinak, Puncak, Papua pada Minggu (27/12) kemarin.
"Satu orang dari mereka kemarin dikabarkan tertembak saat terjadi kontak tembak dengan anggota yang terus mengejar. Masih dicek apakah setelah tertembak berhasil kita lumpuhkan atau tetap lari dibantu kelompoknya," kata Badrodin Kamis (31/12).
Seperti diberitakan penembakan dilakukan dari belakang Mapolsek yaitu dari arah Honai, mengakibatkan empat anggota Polsek tertembak. Pelaku bisa masuk karena bantuan seorang berinisial DK, yang sehari-hari membersihkan Mapolsek, yang kini buron.
Yang tewas itu adalah Briptu Ridho, Bripda Arman, dan Bripda Ilham. Bripda Riyan tertembak di tangan dan Briptu Dimara selamat.
Saat kejadian sebenarnya ada dua orang anggota Polsek lainnya yang berdinas. Tapi yang bersangkutan sedang izin karena tengah merayakan Natal.
Bukan sekali ini saja Sinak menarik perhatian. Pada Februari 2013 lalu peristiwa tragis juga menimpa anggota TNI di Sinak. Saat itu tujuh orang anggota TNI tewas.
Mereka adalah Sertu Udin dan Sertu Frans yang berasal dari Koramil Sinak, serta lima anggota lain yang berasal dari Batalyon 753 Argaviratama Nabire yang tengah ditugaskan di Sinak.
Mereka diserang saat hendak mengambil alat komunikasi yang dikirim lewat pesawat di landasan perintis Sinak.
Jarak antara Koramil Sinak dan landasan sekitar dua kilometer. Saat rombongan itu berada di tanjakan, mereka tiba-tiba diserang sekelompok sipil bersenjata.
Para prajurit itu tidak sempat memberi perlawanan karena mereka tidak membawa senjata.
Di Kabupaten Puncak dan Kabupaten Puncak Jaya terdapat enam kelompok bersenjata yang sering beraksi.
Tiga kelompok di Kabupaten Puncak adalah Militer Murib yang berbasis di Distrik Sinak dan Distrik Gomeh, kelompok tua pimpinan Titus Murib yang berbasis di kepala air, dan kelompok Peni Murib di Muara.
Lalu di Kabupaten Puncak Jaya, bercokol kelompok Goliat Tabuni yang berbasis di Distrik Tinggineri, kelompok Puron Wenda di Pilia yang kemudian berpindah ke Pirime Kabupaten Lanny Jaya dan sisa kelompok Timika Wonda.
Selesai Pemeliharaan Depo dari DismatalKRI Lemadang 632 (TNI AL) ☆
Asisten Logistik (Aslog) Pangarmabar Kolonel Laut (T) Puguh Santoso, S.E., mewakili Pangarmabar menerima kembali 3 Kapal Republik Indonesia (KRI) hasil pemeliharaan tingkat depo (Hardepo) dari Kepala Dinas Material Angkatan Laut (Kadismatal) Laksamana Pertama TNI Toto Prihatono bertempat di Geladak KRI Teluk Sibolga-536 yang sandar di Dermaga Jakarta International Contener Terminal (JICT) II, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (30/12).
Adapun kapal perang jajaran Koarmabar yang telah selesai melaksanakan Hardepo yakni KRI Teluk Sibolga-536 jenis Frosch, KRI Lemadang-632 dan KRI Barakuda-633 jenis Fast Patrol Boat (FPB) 57. Ketiga kapal tersebut telah melaksanakan pemeliharaan sejak bulan April sampai dengan Desember 2015.
Sementara itu, Kadismatal Laksamana Pertama TNI Toto Prihatono dalam sambutannya antara lain mengatakan bahwa kondisi teknis pesawat atau peralatan serta badan kapal (bakap) KRI sudah mempunyai usia pakai yang cukup tinggi sehingga diperlukan upaya untuk mengembalikan kembali kemampuannya, guna mendukung kesiapan operasi KRI dalam melaksanakan tugas pokok TNI AL sebagai penegak kedaulatan NKRI di laut.
Lebih lanjut dikatakan Kadismatal bahwa pelaksanaan Hardepo 2015 ini sesuai dengan rencana serta dengan hasil yang baik. Semua itu tidak terlepas dari peran berbagai pihak yang terlibat pada pelaksanaan Hardepo serta berkat kerjasama, kerja keras dan koordinasi antar pihak sehingga tercapai hasil yang baik dalam pemeliharan KRI.
Pada kesempatan ini juga, Koarmabar menyerahkan 3 KRI yakni KRI Pulau Rusa-726 jenis kapal penyapu ranjau, KRI Krait-872 kapal jenis patrol cepat PC-40 dan KRI Silea-856 jenis Attack Patrol Boat kepada Dismatal untuk dilaksanakan Hardepo pada tahun 2016.
Hadir pada acara penerimaan dan penyerahan KRI tersebut antara lain. Waaslog Kasal Laksamana Pertama TNI Mulyadi, Kadislaikmatal Laksamana Pertama Mulyanto, Kadisharkaparmabar dan para Komandan Satuan Jajaran Koarmabar.
9 Tewas Tentara Filipina terlibat baku tembak dengan kelompok Abu Sayyaf di kota Patikul, Provinsi Sulu (Pixgood)☠
Pasukan Filipina terlibat bentrokan bersenjata dengan sekitar 100 anggota kelompok Abu Sayyaf yang diduga berencana melakukan serangan di malam tahun baru. Akibatnya, 8 anggota Abu Sayyaf dan satu prajurit Filipina tewas.
Juru bicara militer regional, Mayor Filemon Tan mengatakan, hingga saat ini pertempuran masih terjadi di sebuah desa pedalaman di kota Patikul, Provinsi Sulu. Dikatakannya, setidaknya satu tentara dan 7 militan terluka, seperti dikutip dari laman The Washington Post, Rabu (30/12/2015).
Sedangkan laporan polisi, mengutip informasi intelijen, militan Abu Sayyaf berencana melakukan pemboman di pusat kota Jolo di Sulu yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Mereka juga berencana menyerang polisi dan detasemen militer di malam tahun baru.
Para militan ini diyakini dipimpin oleh komandan Abu Sayyaf, Hatib Hajan Sawadjan. Kelompok ini ditenggarai terlibat dalam beberapa kasus penculikan, termasuk penculikan terhadap wisatawan asing.
Amerika Serikat dan Filipina telah memasukkan kelompok Abu Sayyaf ke dalam daftar organisasi teroris karena terlibat dalam serangan bom mematikan, penculikan untuk mendapatkan tebusan, dan pembunuhan. (ian)
with reduced RCS UMS Sin Phyu Shin (F 14), the Myanmar Navy's second guided-missile frigate with low observable radar characteristics. [Myanmar Navy] ★
The Myanmar Navy commissioned several new vessels including UMS Sin Phyu Shin (F 14), its second guided-missile frigate with low observable radar characteristics, on 24 December 2015 - the service's 68th anniversary.
The commissioning ceremony was attended by the commander-in-chief of the country's defence services, Senior General Min Aung Hlaing, who also inspected ongoing offshore patrol vessel (OPV) and corvette projects as well as infrastructure projects at the Naval Dockyard in Thanlyin, according to a release from the senior general's office.
The release also sheds new information on Myanmar's little-known frigate programme that commenced in 2005. The ships, Aung Zeya (F 11) and Kyan-Sit-Thar (F 12), were commissioned in 2010 and 2014, respectively, while construction of Sin Phyu Shin commenced in 2010.
UMS
Sin Phyu Shin (F 14), the Myanmar Navy's second guided-missile frigate
with low observable radar characteristics. [Myanmar Navy] ★
Unlike first-of-class Aung Zeya, the second and third ships feature a stealthy superstructure with two masts and a helicopter hangar. The platform has a length of 106 m and a beam of about 13.5 m. Like Aung Zeya, it is likely that Sin Phyu Shin, is powered by two Chinese-assembled Pielstick 16 cylinder PA6 STC engines from Shaanxi Diesel Engine company.
The frigate is equipped with an India-supplied RAWL-02 (license-built Thales LW-08) 2D air search radar on the mainmast, a Chinese Type 362 missile-targeting radar in a radome atop the foremast along with two fire control radars - most likely Chinese Type 47 series. An India-made HMS-X hull-mounted sonar system is also fitted to the frigates.
Weapons include one Oto Melara 76 mm gun in a stealthy gun mount and three Chinese NG-18 systems for close-in defence. A North Korean-origin box launcher for six man-portable air defence system (MANPADS) is also fitted on the foredeck along with two North Korean small calibre gun mounts on the bridge wings.
✈ Jauh Lebih Mematikan Pesawat tempur MiG-31BM (Bolshaya Modernizatsiya atau Big Modernization) merupakan modernisasi dari MiG-31 versi sebelumnya.
Kementerian Pertahanan Rusia melakukan program modernisasi 60 lebih pesawat MiG-31 agar mampu menghadapi pesawat-pesawat tempur negara lain yang semakin maju teknologinya dan juga rudal-rudal jelajah atau balistik yang semakin cepat dan canggih.
MiG-31 memang awalnya dirancang sebagai pesawat pencegat andalan Uni Soviet, pada era 1980-an. [topwar.ru]
Sebagai pesawat pencegat, MiG-31 pernah menghadapi pesawat mata-mata legendaris Amerika Serikat, SR-71 Blackbird yang mampu terbang hingga 3 mach. Saat itu, tidak ada satu pun pesawat tempur yang mampu mencegat SR-71. Pilot MiG-31, Kapten Mikhail Myagkiy mengatakan bahwa ia telah mengunci SR-71 di ketinggian 52.000 kaki dengan jarak 120 km dari target, pada 31 Januari 1986. Myagkiy menaikan pesawatnya hingga ketinggian 65.676 kaki dan dapat melihat SR-71 Blackbird. [sputniknews.com]
MiG-31BM adalah pesawat pencegat supersonik jarak jauh. Setelah menjalani modernisasi sistem avionik, MiG-31BM dapat mendeteksi dalam jarak 320 km dan radius tembak 280 km. Pesawat ini mampu mendeteksi hingga 24 target secara simultan dan membidik delapan target dalam waktu yang sama, baik rudal jelajah yang terbang rendah hingga pesawat supersonik. [sputniknews.com]
MiG-31BM menjalani modernisasi pada sistem avionik, penggunan radar multimode baru, kontrol hands-on-throttle-and-stick (HOTAS), layar monitor multifungsi berwarna, komputer yang lebih kuat, data link digital, dan mampu membawa rudal udara ke udara R-77 dan rudal udara ke darat Kh-31. Modernisasi ini membuat kemampuan MiG-31BM meningkat berlipat ganda. [topwar.ru]
Pesawat tempur MiG-31BM menggunakan dua mesin turbofan D-30F6 buatan Perm Engine Company. Pencegat ini mampu melesat hingga kecepat 2,83 mach atau 3494,5 km/jam dan terbang hingga ketinggian 67.600 kaki atau 20,6 km. MiG-31BM dapan menjelajah hingga 1.860 mil atau 3.000 km tanpa mengisi bahan bakar di udara. [wikipedia.org]
Modernisasi yang dilakukan, terutama persenjataan yang dibawa, membuat pesawat tempur MiG-31BM tidak hanya bertugas mencegat pesawat supersonik dan rudal jelajah saja, tetapi juga dapat menyerang pesawat tempur, target di darat, dan kapal permukaan. MiG-31BM telah menjelma menjadi pesawat multi peran yang dapat menyerang musuh dengan cepat dan tepat. [sputniknews.com]
✈ Tempo
Rantis Jihandak ZENIKendaraan Ivander EOD, produksi lokal [indomiliter] ☆
PT Merpati wahana Raya (MWR), membuat kendaraan taktis (rantis) yang diberi nama Ivander EOD (Explosive Ordnance Disposal) untuk menunjang kebutuhan operasi Jihandak, ZENI TNI AD di lapangan.
Rantis ini berbasis truk 4×4, dilengkapi ruang kargo Ivander untuk memuat beragam perangkat penanganan dan penetralisir ancaman bahan peledak, seperti : Robot ROV (remotely operated vehicle) berikut perangkat control, bag disposal, kostum jihandak (disposal suit), dan container bomb yang ditarik (towed).
Ivander dengan kapasitas 3 penumpang (termasuk driver) dibangun dari platform truk komersil, Hino Dutro 130 4×4, disokong mesin diesel W04D-TR 4 stroke, direct injection, turbo charge cooler. Berkapasitas bahan bakar 100 liter, truk Ivander dapat melaju hingga kecepatan 83 km per jam dan mampu menanjak 40 – 60 derajat. [Indomiliter.com]
KSAU Marsekal TNI Agus Supriatna (kedua dari kiri) didampingi Wakil KSAU Marsdya TNI Hadian Sumintaatmadja (kanan) dan para Asisten KSAU usai pembukaan Rapim TNI AU Tahun Anggaran 2016, di Gedung Serba Guna Suharnoko Harbani Mabesau Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/12/2015). ☆
Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna mengatakan prioritas TNI AU tahun 2016 adalah terwujudnya kinerja TNI AU yang lebih baik dan berkualitas, dari aspek operasional Alutsista.
Selain itu, peningkatan kesejahteraan prajurit melalui pembangunan perumahan dinas dan tunjangan keahlian prajurit TNI AU juga akan disikapi secara lebih serius.
Hal tersebut diungkapkan Agus usai pembukaan Rapim TNI AU Tahun Anggaran 2016, di Gedung Serba Guna Suharnoko Harbani Mabes AU Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/12/2015).
Kata Agus, tahun anggaran 2016 TNI AU lebih memfokuskan pada upaya melengkapi semua Alusista yang dimiliki dengan peralatan yang seharusnya.
Tindakan yang diambilnya sebagai tekadnya agar kedepan kinerja TNI AU makin lebih baik.
"Paling utama, apabila tahun 2016 kita mendapat pengadaan Alutsista, tentu saja harus yang baru dan lengkap serta satu tingkat lebih tinggi gradenya dari yang kita punya sekarang," kata Agus.
Dalam rapim yang berlangsung satu hari ini, diikuti ratusan unsur pimpinan TNI AU sampai setingkat komandan skadron Udara, komandan batalyon paskhas, komandan depo pemeliharaan, dan sejumlah peninjau.
Selain sebagai sarana evaluasi Program Kerja (Proja) TNI AU tahun 2015, Rapim juga untuk menyatukan pemahanam, pola sikap, dan pola tindak seluruh unsur pimpinan TNI AU, agar program kerja 2016 dapat terlaksana dengan lebih efektif, efisien dan benar.
Lebih lanjut KSAU menambahkan, untuk meningkatkan kualitas operasi TNI AU, akan dilaksanakan evaluasi terhadap seluruh SOP (Sistem Operasi Prosedur) satuan-satuan TNI AU, khususnya yang mengoperasikan alutsista.
"Selain itu, pada 2016 ada beberapa anggaran yang langsung dioperasionalkan satuan bawah, artinya soal anggaran tidak harus terpusat, tetapi sudah banyak yang turun ke satuan bawah," kata Agus.
Sementara terkait dengan rencana menambah kelengkapan alutsista, KSAU menjelaskan semua pesawat TNI AU yang ada saat ini, baik pesawat tempur, pesawat angkut, intai dan helikopter akan dilengkapi peralatannya.
"Jika ada Alutsista yang belum lengkap, akan kami lengkapi," katanya.
Agus mencontohkan pesawat tempur yang belum dilengkapi radar, maka rudalnya harus lengkapi.
"Begitu juga dengan pesawat angkut, pesawat SAR kalau untuk SAR tempur ya harus ada FLIR dan senjatanya. Serta pesawat patroli kita pada 2016 harus sudah terpasang semua sistem untuk surveilancenya," kata KSAU.
Air-Launched WeaponsIndonesia has approved USD38 million in funds to acquire air-launched missiles. (Kaskus Militer) ☆
An Indonesian parliamentary committee that oversees the country's defence procurement budget has approved a request by the Indonesian Air Force (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara, or TNI-AU) to acquire air-launched missiles worth USD 38 million.
A TNI-AU source told IHS Jane's on 30 December that the systems approved for acquisition are namely the Kh-31A and Kh-31P short-range air-to-surface missiles (USD 24 million), the Kh-59ME powered stand-off weapon (USD 18 million), and the AIM-120 advanced medium range air-to-air missile (AMRAAM) (USD 6 million).
Kaleidoskop Nasional 2015TNI diminta Jokowi menjadi kekuatan maritim terhebat di Asia Timur. (CNN Indonesia/Safir Makki) ☆
Tentara Nasional Indonesia sebagai garda pertahanan Republik Indonesia kerap menghadapi tantangan yang sulit. Insiden bahkan tragedi mewarnai langkah para prajurit melindungi negeri. Namun api harapan tak pernah padam.
Tak tanggung-tanggung, Jokowi meminta TNI menjadi kekuatan maritim terhebat di Asia Timur. Visi Jokowi menjadikan Indonesia poros maritim dunia kini ikut menjadi misi TNI.
Berikut sejumlah catatan penting terkait TNI –hitam dan putih– sepanjang tahun ini.
Pelantikan KSAU baru
Presiden Joko Widodo melantik Marsekal Agus Supriatna sebagai Kepala Staf Angkatan Udara pada 2 Januari di Istana Negara, Jakarta. Sebelum dilantik menggantikan Marsekal Ida Bagus Putu Dunia, Agus baru menduduki jabatan Kepala Staf Umum TNI selama 48 jam. Pada akhir 2014, Jokowi telah lebih dulu melantik Kepala Staf Angkatan Laut yang baru, Laksamana Ade Supandi.
Pesawat tempur F-16 terbakar di Halim
Pesawat F-16 Fighting Falcon milik TNI AU hasil hibah AS gagal terbang saat hendak lepas landas di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 16 Februari. KSAU Marsekal Agus Supriatna mengatakan insiden tersebut terjadi karena bahan bakar pesawat tersulut mesin yang terbakar. Pilot Letnan Kolonel Firman Dwicahyo selamat dari insiden.Pesawat F-16 Fighting Falcon milik TNI AU yang terbakar di Halim ditutupi terpal dalam proses evakuasi. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean) ☆
Pesawat tempur Malaysia masuk Indonesia tanpa izin
Markas Besar TNI pada pertengahan Juni 2015 merilis data pelanggaran perbatasan wilayah udara Indonesia yang dilakukan Tentara Udara Diraja Malaysia. Sejak Januari hingga Juni, TNI menyebut pesawat tempur Malaysia setidaknya sembilan kali masuk wilayah udara Indonesia, terutama Blok Ambalat, tanpa izin.
Pesawat Hercules TNI AU jatuh di Medan
Pesawat angkut Hercules milik TNI AU jatuh di Medan, Sumtera Utara, pada 30 Juni. Seluruh penumpangnya yang berjumlah lebih dari 100 orang, beserta 12 awak pesawat, tewas. Ini tragedi terbesar TNI tahun ini, membuat Presiden Jokowi memerintahkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko untuk merombak manajemen alat utama sistem senjata TNI guna memperkuat sistem zero accident.Pesawat angkut Hercules milik TNI AU yang jatuh di Medan dan menewaskan seluruh penumpangnya. (REUTERS/Roni Bintang) ☆
Gatot Nurmantyo jabat Panglima TNI
Presiden Joko Widodo melantik Jenderal Gatot Nurmantyo menjadi Panglima TNI ke-16 pada bulan Juli. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat yang didapuk menggantikan Jenderal Moeldoko itu bertekad mengoptimalkan dan menyinergikan kekuatan tiga matra TNI –darat, laut, dan udara. Ia juga menargetkan peningkatan profesionalitas, kedisiplinan, dan kesejahteraan prajurit.
Pelantikan KSAD baru
Presiden Joko Widodo melantik Jenderal Mulyono menjadi Kepala Staf Angkatan Darat. Pelantikan mantan Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat itu dilakukan 15 Juli 2015. Mulyono dinilai Menhan sosok yang jujur dan memiliki modal untuk menerjemahkan revolusi mental yang digagas pemerintah.
Pesawat US Navy terobos wilayah udara RI
Komando Pertahanan Udara Nasional mendeteksi masuknya pesawat Angkatan Laut Amerika Serikat di langit Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, pada 29 September 2015. Pelanggaran wilayah udara nasional oleh pesawat tempur negara lain itu bukan yang pertama. Kohanudnas mencatat setidaknya terdapat lima zona udara Indonesia yang rawan dilanggar asing. Kurangnya radar melemahkan pengawasan terhadap ruang udara RI.
TNI AD peringati Gerakan 30 September
KSAD Jenderal Mulyono mempimpin peringatan Gerakan 30 September di Lubang Buaya, Jakarta. Dinas Penerangan TNI AD menyatakan gerakan tersebut tidak boleh dilupakan oleh Indonesia. Mulyono juga menilai komunisme kian berpotensi muncul kembali di Indonesia, dan TNI merasa perlu menggugah kewaspadaan agar peristiwa itu tak terulang lagi.Defile pasukan gabungan TNI saat Peringatan ke-70 HUT TNI di Dermaga Indah Kiat, Cilegon, 5 Oktober 2015. (CNN Indonesia/Safir Makki) ☆
TNI peringati HUT ke-70
Presiden Joko Widodo memimpin peringatan hari ulang tahun ke-70 TNI di Pelabuhan Indah Kiat, Banten, awal Oktober. Di pelabuhan milik PT Indah Kiat Pulp and Paper tersebut, sejumlah alutsista andalan dari ketiga matra TNI dipertontonkan ke masyarakat. Di situlah Jokowi memerintahkan TNI untuk membangun diri menjadi kekuatan maritim regional yang disegani di Asia Timur.
TNI terjunkan pasukan bantu pemadaman kebakaran hutan
TNI menurunkan ribuan prajurit untuk membantu pemadaman kebakran hutan dan lahan di sejumlah provinsi di Indonesia. Pada operasi militer nonperang itu, TNI juga mengoperasionalkan beberapa pesawat seperti Hercules, Cessna, dan CN-295.
Kemhan umumkan Program Bela Negara
Menteri Ryamizard mengumumkan rencana program bela negara pada 12 Oktober. Ia berkata, seluruh warga negara Indonesia wajib menjalani program tersebut. Kemhan mencanangkan 100 juta kader bela negara dapat terwujud dalam sepuluh tahun. Menurut Ryamizard, bela negara berbeda dengan wajib militer, dan jauh dari militerisme.Jet tempur ringan T50i Golden Eagle TNI AU jatuh saat Gebyar Dirgantara. (Dok. Istimewa) ☆
Anggota Kostrad tembak pengendara motor
Pada 3 November 2015, seorang anggota Intai Tempur Batalyon Intelijen Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menembak mati pengendara motor di Cibinong, Jawa Barat. Peristiwa itu bukan tindak kriminal pertama anggota TNI pada tahun ini. Tanggal 3 Juni misalnya, sekelompok anggota Komando Pasukan Khusus mengeroyok empat prajurit TNI AU di Sukoharjo, Jawa Tengah. Peristiwa kekerasan antara anggota TNI dengan personel Kepolisian juga terjadi beberapa kali tahun 2015.
Rencana pembelian helikopter VVIP dibatalkan
Presiden Joko Widodo membatalkan rencana pembelian helikopter angkut untuk keperluan kepresidenan pada 3 Desember setelah pengadaan heli itu disorot publik. TNI AU sebelumnya telah mengajukan pembelian helikopter AgustaWestland AW-101 buatan Italia-Inggris untuk keperluan VVIP. Satu unit helikopter itu bernilai sekitar US$ 55 juta atau setara Rp 752 miliar.
Kemhan beli jet tempur Sukhoi Su-35
Kementerian Pertahanan memutuskan untuk membeli pesawat tempur Sukhoi SU-35 dari Rusia guna mengganti 16 pesawat F-5 Tiger yang telah uzur. Sebelumnya, ada dua perusahaan lain yang menawarkan jet tempurnya ke Indonesia, yakni Gripen asal Swedia dan Lockheed Martin asal Amerika Serikat.
Pesawat T50i Golden Eagle jatuh di Yogya
Pesawat aerobatik milik TNI AU, T50i Golden Eagle, jatuh di sekitar Lanud Adisucipto, Yogyakarta, pada 20 Desember. Tragedi itu terjadi saat Gebyar Dirgantara. Dua pilot yang menerbangkan pesawat itu, Letnan Kolonel Marda Sarjono dan Kapten Dwi Cahyadi, tewas. Investigasi atas kecelakaan pesawat tempur ringan buatan Korea Selatan itu saat ini masih berlangsung. (agk)