✈️ Bidik Kebutuhan Industri dan Militer✈️ Pesawat Lipat Rancangan Mahasiswa ITB [Detik]
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil merancang pesawat lipat. Wahana ini akan terus dikembangkan teknologinya untuk membidik memenuhi kebutuhan industri hingga militer.
Keunggulan dan keunikan pesawat ini yakni sayapnya bisa dilipat. Pesawat ini diterbangkan menggunakan peluncur berbentuk tabung bertenaga gas. Ketika berada di udara, sayap otomatis terbuka.
Salah satu anggota tim perancang, Nathan, mengatakan secara fisik pesawat sudah cukup baik. Hanya saja perlu ada pengembangan sistem atau teknologi untuk pengoperasian pesawat tersebut.
“Pesawat ini sangat memungkinkan untuk mapping lahan dengan pemasangan kamera di bodi pesawat. Keperluan militer untuk mendeteksi kedatangan musuh juga bisa, karena tinggal diluncurkan saja tidak ribet,” kata Nathan saat ditemui di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/11/2017).
Pesawat sepanjang sekitar 1 meter ini memiliki kecepatan daya jelajah 25 meter per detik. Kecepatan yang dimilikinya ini sangat memungkinkan melakukan berbagai misi penting nanti.
Perancang sistem pesawat lipat, Tegar Satria, menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan mendatang perlu pengembangan lagi. Salah satunya membekali pesawat itu dengan kecerdasan buatan saat terjadinya gangguan teknis.
“Pengembangan ke depannya fail safe jika koneksi putus seperti apa. Diharapkan bisa kontrol sendiri, punya kepintaran sendiri nantinya,” ujar Tegar.
Menurut mahasiswa Teknik Elektro ini, pengembangan juga harus dilakukan terhadap energi pesawat. Saat ini pesawat garapan mereka masih menggunakan tenaga baterai yang hanya mampu bertahan 30 menit.
“Akan kita kembangkan apakah nantinya menggunakan energi solar cell atau seperti apa,” ucap Tegar.
Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) berhasil merancang pesawat lipat. Wahana ini akan terus dikembangkan teknologinya untuk membidik memenuhi kebutuhan industri hingga militer.
Keunggulan dan keunikan pesawat ini yakni sayapnya bisa dilipat. Pesawat ini diterbangkan menggunakan peluncur berbentuk tabung bertenaga gas. Ketika berada di udara, sayap otomatis terbuka.
Salah satu anggota tim perancang, Nathan, mengatakan secara fisik pesawat sudah cukup baik. Hanya saja perlu ada pengembangan sistem atau teknologi untuk pengoperasian pesawat tersebut.
“Pesawat ini sangat memungkinkan untuk mapping lahan dengan pemasangan kamera di bodi pesawat. Keperluan militer untuk mendeteksi kedatangan musuh juga bisa, karena tinggal diluncurkan saja tidak ribet,” kata Nathan saat ditemui di Sabuga, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (2/11/2017).
Pesawat sepanjang sekitar 1 meter ini memiliki kecepatan daya jelajah 25 meter per detik. Kecepatan yang dimilikinya ini sangat memungkinkan melakukan berbagai misi penting nanti.
Perancang sistem pesawat lipat, Tegar Satria, menjelaskan untuk memenuhi kebutuhan mendatang perlu pengembangan lagi. Salah satunya membekali pesawat itu dengan kecerdasan buatan saat terjadinya gangguan teknis.
“Pengembangan ke depannya fail safe jika koneksi putus seperti apa. Diharapkan bisa kontrol sendiri, punya kepintaran sendiri nantinya,” ujar Tegar.
Menurut mahasiswa Teknik Elektro ini, pengembangan juga harus dilakukan terhadap energi pesawat. Saat ini pesawat garapan mereka masih menggunakan tenaga baterai yang hanya mampu bertahan 30 menit.
“Akan kita kembangkan apakah nantinya menggunakan energi solar cell atau seperti apa,” ucap Tegar.