Sabtu, 22 September 2012

Amerika Tawarkan Heli Tempur Apache, Perlukah RI Membeli?

 AS tawarkan heli Apache yang sudah tak mereka pakai ke Indonesia

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/09/21/172081_helikopter-tempur-apache_209_157.jpg
Helikopter tempur Apache
Kerjasama keamanan Indonesia dan AS menciptakan terobosan baru. Washington menawarkan Jakarta untuk membeli sejumlah unit helikopter tempur Apache, yang tidak lagi mereka pakai. Langkah AS ini terkait dengan kebijakan Indonesia yang tengah meremajakan alat utama sistem persenjataan (alutsista).

Menurut kantor berita Reuters, rencana penjualan itu dikemukakan Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, kepada Menlu RI Marty Natalegawa di Washington DC pada Kamis siang waktu setempat (Jumat pagi WIB). Kedua menteri bertemu untuk pertemuan kali ketiga Komisi Bersama AS-Indonesia, yang membahas perkembangan kemitraan komprehensif bilateral.

Kepada wartawan, Menlu Clinton mengatakan bahwa Kongres telah diberitahu perihal rencana pemerintahnya menjual helikopter tempur Apache ke Indonesia. "Persetujuan ini akan memperkuat kemitraan komprehensif dan membantu meningkatkan keamanan di kawasan," kata Clinton.

Menurut dia, dengan ingin menjual helikopter Apache, AS berkepentingan memperkuat pertahanan Indonesia. Pasalnya, menurut Clinton, AS kini memandang Indonesia sebagai "pijakan bagi stabilitas di kawasan Asia Pasifik."

Tahun lalu, AS pun mengumumkan hibah 24 unit jet tempur F-16 ke Indonesia. Dua lusin jet tempur itu tidak lagi digunakan oleh militer AS, walau harus mengalami pemutakhiran teknologi dan yang biayanya harus ditanggung Indonesia.

Di bawah pemerintahan Barack Obama, AS saat ini tengah mempererat kerjasama pertahanan dengan Indonesia. Ini sejalan dengan perubahan strategi keamanan AS, yang mulai berfokus ke Asia Pasifik setelah terlibat perang di Irak dan Afganistan.

AS juga telah meningkatkan kerjasama militer dengan sekutu-sekutu tradisionalnya di Asia Pasifik, seperti Filipina dan Australia. Manuver-manuver Washington di kawasan ini pun - walau berkali-kali dibantah oleh para pejabat AS, mengundang perhatian serius dari China, karena dianggap sebagai upaya membendung pengaruh dan ancaman Beijing.

Terkait pernyataan Clinton soal penguatan kerjasama kedua negara, Menlu Natalegawa menegaskan bahwa hubungan erat antara Indonesia dan AS kini dampaknya tidak lagi sebatas lingkup bilateral. "Kedua negara kini telah menempuh hubungan yang sangat dekat dalam suasana yang sangat produktif dan saling menguntungkan, yang tidak hanya dirasakan di tingkat bilateral, namun juga meningkat ke lingkup regional," kata Natalegawa, dalam jumpa pers yang transkripnya dimuat di laman Deplu AS.

 Keunggulan Longbow

Helikopter Apache
Menurut Menlu Clinton, Apache yang ditawarkan AS adalah seri AH-64D seri Longbow. Dibuat oleh Boeing, AH-64 Apache merupakan helikopter andalan Angkatan Darat AS untuk operasi tempur terbatas. Menggantikan helikopter AH-1 Cobra, Apache mulai digunakan Angkatan Darat AS pada April 1986.

Menurut data dari Boeing.com, Apache seri AH-64D Longbow mulai dipakai Angkatan Darat AS pada Maret 1997. Selain AS, kini militer dari sejumlah negara sudah menggunakannya, yaitu Mesir, Yunani, Israel, Jepang, Kuwait, Belanda, Arab Saudi, Singapura, Uni Emirat Arab, dan Inggris.

Dibanding dari seri pendahulunya, AH-64D Longbow ini memiliki sejumlah kelebihan dalam konektivitas digital, sensor, sistem persenjataan, peralatan pelatihan, dan sistem dukungan pemeliharaan.

Helikopter yang dikendalikan dua awak ini juga dilengkapi teknologi presisi yang lebih baik dari seri awal. Pengembangan mesin dan navigasinya membuat helikopter tempur ini bisa terbang lebih lama dan lebih lincah bermanuver.

Keunggulan utama seri D dari versi sebelumnya adalah kemampuan helikopter itu dalam menggunakan rudal-rudal Longbow Hellfire, yang dipandu radar. Seri AH-64D ini pun dilengkapi dengan radar FCR, yang membuat helikopter itu bisa mendeteksi dan menyerang target di tengah hujan, kabut, atau asap. Kemampuan ini tidak dimiliki model AH-64A.

Apache AH-64D ini dalam beberapa tahun terakhir mengalami pengembangan varian. Menurut army-technology.com, varian Apache Block II mulai digunakan Angkatan Darat AS pada 2003. Varian ini dilengkapi sistem komunikasi digital yang lebih baik.

Selain itu, Angkatan Darat AS sejak Oktober 2010 memulai pengembangan varian baru, yaitu Block III. Pada tahap ini AH-64 D mengalami pemutakhiran pada sensor televisi bercahaya rendah (LLTV), yang bisa memantau cahaya lampu jalan dan suar. Block III ini mulai dipasok sejak November 2011, demikian ungkap Flight International.

Namun, demi peremajaan helikopter tempur baru, Angkatan Darat AS sudah menargetkan pembelian terakhir Apache Longbow pada 2010. Menurut laporan dari Kantor Anggaran Kongres AS pada November 2007, harga satu unit Apache AH-64D ini sekitar US$ 18 juta, atau kini kurang lebih Rp 171,8 miliar. Harga itu sudah termasuk pemasangan radar FCR.  

Hingga berita ini dimuat, pemerintah AS belum memaparkan kepada publik harga Apache yang ditawarkan ke Indonesia. Selain itu belum ada tanggapan resmi dari delegasi Indonesia atas tawaran itu, termasuk bagaimana pengaturan jual belinya bila memang disetujui.

 Tanggapan Pejabat

http://www.boeing.com/rotorcraft/military/ah64d/images/AH-64D_DVD-1098-2_375x300.jpg
Helikopter Apache Longbow
Namun tawaran Apache dari Amerika ini sudah mengundang pro dan kontra. Ada pejabat yang mendukung, namun ada pula yang mengkritisi.

Seorang pejabat Kementerian Pertahanan menyambut baik rencana Amerika Serikat untuk menjual helikopter tempur Apache AH-64/D kepada Indonesia. "Benar, mereka menawarkan. Tapi itu baru komitmen mereka. Helikopter itu sendiri bagus, kita tertarik," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Hartind Asrin kepada VIVAnews, Jumat 21 September 2012.

Menurut Hartind, saat ini belum ada tindak lanjut dari Indonesia terkait rencana AS tersebut. "Kita masih mempertimbangkan. Karena belum bicara mengenai harga. Baru komitmen mereka," ucapnya.

Tapi yang pasti, kata Hartind, Indonesia tidak akan membeli jika harga delapan unit helikopter Apache itu terlalu mahal. "Kalau harganya pas, jadilah kita beli. Karena itu helikopter yang bagus," lanjut Hartind.

Namun, dia menilai bahwa Apache yang ditawarkan Amerika itu kemungkinan bekas pakai. Jadi, kondisinya masih harus diteliti. "Tentunya, sebelum dibeli, tim kami akan terlebih dulu melihat kondisi helikopternya. Apakah kondisinya masih bagus atau tidak," Hartind menambahkan.

Sebaliknya, anggota DPR dari Komisi I, Mahfudz Siddiq, mengkritisi tawaran Amerika itu. Menurut dia, lebih baik Indonesia membeli helikopter multifungsi yang lebih berguna, yaitu CH-47 Chinook, ketimbang helikopter tempur.

Chinook dikenal sebagai helikopter angkut, baik untuk personel maupun logistik. "Komisi I tahun lalu pernah mengusulkan ke Kementerian Pertahanan untuk membeli Chinook dari Amerika Serikat dengan skema MFS (military foreign sales)," ujar Mahfudz.

Bagi dia, kegunaan heli Chinook sangat multifungsi, terutama untuk membantu operasi penanggulangan bencana. "Apache memang diperlukan sebagai heli serbu, namun lebih prioritas Chinook. Syukur kalau pemerintah Amerika Serikat bisa tawarkan keduanya," kata dia.
  
Namun, bagi Mahfudz, pembelian Apache juga diperlukan untuk mengimbangi negara-negara lain, seperti Singapura. "Namun akan lebih efektif jika diprioritaskan Chinook atau dilakukan secara bersamaan," tegasnya.

Meski rencana pembelian heli tempur sudah ramai diperbincangkan, Mahfudz belum mengetahui lebih detil soal realisasi. Sebab, kata politisi Partai Keadilan Sejahtera ini, sampai saat ini belum ada anggaran untuk pembelian Apache. "Termasuk juga dalam rencana anggaran 2013," kata dia. (sj)

 Tubagus-PDIP: Pembelian Apache Tak Ada di APBN

Heli Apache tanpa senjata seharga US$ 40 juta per unit.

http://us.media.viva.co.id/thumbs2/2012/09/21/172068_helikopter-tempur-apache_209_157.jpg
Helikopter tempur Apache
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga wakil ketua Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat, Tubagus Hasanuddin, mempertanyakan rencana pemerintah membeli heli serang Apache.

Menurut mayor jenderal purnawirawan itu, rencana pembelian itu tak ada dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012 atau pun Rancangan APBN 2013.

"Rencana pemerintah Indonesia untuk membeli pesawat heli serang Apache benar-benar mengejutkan," kata Hasanuddin di Jakarta, Sabtu 22 September 2012.

Tahun ini, Hasanuddin melanjutkan, memang berencana untuk membeli 8 heli serang seharga US$ 90 juta dan 16 heli serbu senilai US$ 170 juta. "Kedua jenis pesawat itu akan dibeli dari PT Dirgantara Indonesia dan sudah dilakukan kontrak," kata Hasanuddin.

Jika pemerintah kemudian memutuskan membeli heli Apache tanpa senjata seharga US$ 40 juta, untuk mempersenjatainya lagi membutuhkan US$ 20 juta per unit. Total, menurut Hasanuddin, dibutuhkan US$ 600 juta untuk 10 unit.

Karena itu, Hasanuddin meminta rencana pembelian Apache dipikirkan lagi. "Pemerintah sebaiknya konsisten dengan rencana yang dibuatnya," kata Hasanuddin.

Helikopter yang dikendalikan dua awak ini juga dilengkapi teknologi presisi yang lebih baik dari seri awal. Pengembangan mesin dan navigasinya membuat helikopter tempur ini bisa terbang lebih lama dan lincah bermanuver.(art)

 Rencana Pembelian Helikopter Apache sesuai kebutuhan Indonesia

Rencana Pembelian Helikopter Apache MengejutkanJakarta - Bulan Februari lalu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin kepada wartawan usai menghadiri Workshop Enhancing defence Cooperation on Public Affairs dengan Kemhan AS di Kemhan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis (9/2/2012) lalu mengungkapkan rencana pemerintah membeli sejumlah helikopter serang Apache dari Amerika Serikat (AS) untuk menambah kekuatan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).

"Pemerintah berminat membeli Apache sebanyak delapan unit," ujar Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin.

Sjafrie menjelaskan, pengadaan delapan unit helikopter serang jenis Apache itu merupakan rencana pembelian yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan Indonesia dan Sjafrie juga menegaskan bahwa heli tersebut tidak ditawarkan pihak AS namun Indonesia yang mencari.

"Mereka (AS) tidak menawarkan, kami yang mencari," jelas Sjafrie.

Saat itu, Sjafrie mengutarakan, belum ada deal antara pemerintah Indonesia dengan AS terkait pembelian helikopter tersebut. Sementara yang sudah disepakati adalah pembelian pesawat tempur jenis F16 dari Amerika Serikat.

Teroris Solo II



 Lagi, Terduga Teroris Solo Ditangkap

Rudi ditangkap di depan Solo Square Mall tengah malam ketika turun dari bus.

Salah satu keluarga korban terduga teroris Solo, Jawa Tengah, yang ditembak mati Densus 88.
Keluarga korban terduga teroris
Dua orang warga Solo yang dicurigai sebagai pelaku terorisme ditangkap petugas dari Densus Anti Teror Mabes Polri, Sabtu (22/9) dinihari.

Belum diketahui keterlibatan kedua orang tersebut. Saat ini sejumlah petugas polisi dan TNI bersenjata lengkap bersiaga di sekitar pusat perbelanjaan Solo Square, Griyan, Pajang, Laweyan, Solo.


Sejumlah sumber menyebutkan kedua orang itu ditangkap di sekitar pusat perbelanjaan tersebut. Densus terlebih dahulu menangkap seseorang yang disebutnya bernama Rudi, warga RT 03 RW 07 Serengan. Rudi ditangkap di depan Solo Square Mall tengah malam ketika turun dari bus.


Seusai menangkap Rudi, giliran seseorang yang disebut bernama Budi turut di tangkap. Budi merupakan warga  RT 05 RW X Pajang, Laweyan. Dia ditangkap di jalan dekat rumahnya yang berada di sekitar Solo Square. Pihak kepolisian setempat tidak ada yang bersedia memberikan keterangan.


Polisi menutup akses menuju ke perkampungan yang berada di Solo Square. Mobil Gegana terlihat berada di lokasi tersebut. Police line juga telah terpasang. Hal itu mengundang perhatian
warga yang menyaksikan aparat keamanan berjaga-jaga di sekitar lokasi. 


 Enam Orang Terduga Teroris Digulung Densus

Pagi ini Densus 88 menggrebek sebuah tempat di belakang pusat perbelanjaan Solo Square di Griyan Padjang Wawean, Solo.

Ilustrasi Densus 88
Densus 88
Upaya tak kenal lelah Detasemen Khusus 88/Mabes Polri menggulung jaringan pelaku teror terus dilakukan.

Pagi ini detasemen berlambang burung hantu itu menggrebek sebuah tempat di belakang pusat perbelanjaan Solo Square di Griyan Padjang Wawean, Solo.


"Mereka ini pelaku yang merakit bom. Ada beberapa orang yang sudah kita amankan. Mereka terkait dengan sel teroris Depok dan juga Poso," kata seorang penyidik Densus 88/Mabes Polri yang meminta tak disebutkan namanya saat dihubungi, hari ini.


Sementara itu Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang.


Seperti diberitakan, pelaku perakit Bom Depok yang tak sengaja meledak di Depok pada Sabtu (8/9) yang bernama Wahyu Ristanto ternyata berasal dari Karanganyar, Jawa Tengah.


Pengungkapan asal usul Wahyu dari Karanganyar membuat polisi semakin yakin jika bom rakitan yang meledak  di kompleks Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara di Jalan Nusantara, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Depok, Jawa Barat itu terkait dengan serangkaian aksi teror di Solo belakangan ini.


Lokasi asal Wahyu sekitar 30 kilometer (km) dengan Bayu Setiono terduga kasus terorisme yang dibekuk di rumahnya di Dukuh Tempel, Keluruhan Bulurejo, Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar pada Jumat (31/8).


Bayu ditangkap sesaat setelah Densus 88/Antiteror menembak mati dua teroris lainnya, Farhan Mujahidin dan Mukshin Sanny Permadi, di Solo.


Seperti diketahui, jaringan Farhan Cs ini melakukan setidaknya tiga rangkaian kasus terorisme di Solo. Yaitu penembakan Pos Pam di Serengan pada Jumat 17 Agustus yang menyebabkan dua polisi terluka.


Juga penggranatan Pos Pam di Gladak pada Sabtu 18 Agustus, dan penembakan di pos polisi di Singosaren yang menyebabkan Bripka Dwi Data Subekti gugur pada Kamis 30 Agustus.


"Saya belum bisa ceritakan kaitan langsung atau tidak langsungnya apa itu poros Depok-Solo ini, tapi seperti yang saya katakan sebelumnya, sesaat setelah bom Depok meledak, mereka di Depok ini sepertinya cukup reaktif merespon ajakan teror para ihwan-ikhwan yang di Solo," kata penyidik Densus saat dihubungi saat itu.



 Jaringan Teroris Solo Siapkan Bom Untuk Polisi

Mabes Polri pastikan teroris Depok berporos ke Solo.

Rumah terduga teroris di Depok, Jawa Barat, hancur akibat ditembaki Detasemen Khusus Antiteror 88.Ada dua orang pelaku teror yang ditangkap dalam operasi yang digelar Detasemen Khusus 88/Mabes Polri di Solo pada Sabtu (22/9).

Mereka terkait dengan Muhammad Toriq.

Menurut Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar, mereka yang ditangkap adalah RK yang lahir di Solo pada 2 Juli 1967, pekerjaan swasta, dan beralamat di Makam Bergulo RT 03 RW 07 Serengan, Surakarta. Dia ditangkap pada Sabtu pukul 00.00 di depan Solo Square saat turun dari bis dari Cilacap.


"Lalu terduga teroris yang kedua adalah BH, lahir di Solo, 18 Mei 1967, pekerjaaan wiraswasta, dan beralamat di Griyan RT 05 RW 10 Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dia ditangkap pagi tadi pukul 05.30 WIB di jalan dekat rumahnya," kata Boy.


RK adalah Rudi. RK, kata Boy, terkait dengan kelompok Bojong Gede yang dimotori mendiang Wahyu Ristanto, yakni perakit bom yang meledak di Beji, Depok. RK juga merekrut pelaku lain dan ikut pelatihan para militer di Poso.


"Dia ini menyimpan tiga bom yang sudah jadi dirumahnya yang disiapkan untuk  menyerang polisi. Sedangkan BH (alias Badri) sebagai amir kelompok terkait dengan Rudi. Dia juga menyimpan bom dirumahnya. Sedang di upayakan untuk mencari bahan peledak  yang mereka simpan," tambahnya.


Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang. "Masih dikembangkan," katanya.

 Identitas Jaringan Teroris Poros Depok di Solo Terkuak

Rudi dan Badri telah mengaku membuat beberapa bom dengan skala besar yang saat ini telah jadi dan siap diledakan. 

Tim Gegana mengamankan hasil temuan di lokasi ledakan Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara, Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jabar. FOTO: ANTARADua identitas pelaku teror jaringan Depok yang berporos ke Solo telah dilansir Mabes Polri. Mereka adalah RK alias Rudi dan BH alias Badri. Lalu siapa pelaku teror lainnya yang belum dilansir itu?

Seorang sumber penyidik di Densus 88/Mabes Polri yang tak mau disebut namanya mengatakan jika Rudi dan Badri telah mengaku membuat beberapa bom dengan skala besar yang saat ini telah jadi dan disimpan di rumah Badri dan seseorang berinisal K.

Selain K, sumber itu menyebutkan, juga ada empat orang lain di dalam jaringan ini. Mereka berinisial N, M, W, dan A. "Saya belum bisa sebutkan mereka sudah atau akan ditangkap. Nanti saya sampaikan perkembangannya," kata sumber itu.


Seperti diberitakan, ada dua orang pelaku teror yang ditangkap dan dilansir Mabes Polri dalam operasi yang digelar Detasemen Khusus 88/Mabes Polri di Solo, hari ini. Mereka terkait dengan Muhammad Toriq.


Karo Penmas Polri Brigjen Boy Rafli Amar menjelaskan mereka yang sudah ditangkap adalah RK yang lahir di Solo pada 2 Juli 1967, pekerjaan swasta, dan beralamat di Makam Bergulo RT 03 RW 07 Serengan, Surakarta. Dia ditangkap pada Sabtu pukul 00.00 di depan Solo Square saat turun dari bis dari Cilacap.


Lalu  terduga teroris yang kedua adalah BH, lahir di Solo, 18 Mei 1967, pekerjaaan wiraswasta, dan beralamat di Griyan RT 05 RW 10 Kelurahan Pajang Kecamatan Laweyan, Surakarta. Dia ditangkap pada pukul 05.30 WIB di jalan dekat rumahnya.


RK, kata Boy, terkait dengan kelompok Bojong Gede yang dimotori mendiang Wahyu Ristanto, yakni perakit bom yang meledak di Beji, Depok. RK juga merekrut pelaku lain dan ikut pelatihan para militer di Poso.


"Dia ini menyimpan tiga bom yang sudah jadi dirumahnya yang disiapkan untuk  menyerang polisi. Sedangkan BH (alias Badri)sebagai amir kelompok terkait dengan Rudi. Dia juga menyimpan bom dirumahnya. Sedang d upayakan utk mencari bahan peledak  yang mereka simpan," tambahnya.

Kadiv Humas Polri Brigjen Suhardi Alius menambahkan jika jumlah terduga teroris yang telah berhasil ditangkap sementara ini berjumlah enam orang. "Masih dikembangkan," tandas dia.

 4 Bom Teroris Solo Akhirnya Diledakan

Peledakan bom itu menghancurkan satu ruang indekos dan rumah induk yang ditempati Chomeidi.

Ilustrasi ledakanPolisi akhirnya meledakan empat atas bom rakitan yang ditemukan di rumah terduga teroris Chomeidi di Kampung Griyan, Kelurahan Pajang, Kota Solo, hari ini.

Ledakan keempat dengan suara paling keras terdengar sekitar pukul 13.15 WIB, sedangkan ketiga sekitar pukul 12.45. Dua ledakan sebelumnya sekitar pukul 11.30 dan 12.00 WIB.

Saat peledakan keempat itu, terlihat dari jarak sekitar 200 meter dari rumah Chomeidi, ada benda beterbangan dari atap rumah tersebut. Saat mendengar ledakan keras itu, banyak warga keluar dari rumah untuk mengetahui keadaan rumah Chomeidi (43).

Petugas kepolisian melalui pengeras suara kemudian meminta warga agar tidak bergerak dari tempatnya berdiri karena tim gabungan kepolisian diperkirakan masih menjinakkan satu bom rakitan lainnya di rumah terduga teroris itu.

Sekitar pukul 13.40 WIB, mobil gegana dan kendaraan petugas lainnya meninggalkan lokasi itu, sedangkan petugas lainnya mempersempit letak garis polisi dari radius sekitar 200 menjadi 100 meter dari rumah Chomedi. Para petugas lainnya hingga saat ini masih menjaga keamanan di lokasi itu.

Ketua RT07 RW10 Kampung Griyan Eka Erwin mengatakan, ledakan dengan suara cukup keras itu menghancurkan satu ruang indekos dan rumah induk yang ditempati Chomeidi. "Bom disimpan di ruang induk itu sehingga polisi meledakkan di situ karena membahayakan," ungkap dia.

Arms Package for Indonesia

 US plans $ 1.4-billion arms package for Indonesia

http://www.boeing.com/rotorcraft/military/ah64d/images/AH-64D_DVD-1098-2_375x300.jpgWashington - The Obama administration is proposing a potential $ 1.4-billion arms package for Indonesia, including eight Boeing Co Apache AH-64D attack helicopters, in a fresh tightening of security ties in a region rattled by China's growing territorial assertiveness.

The deal would include fire control radars, common missile warning systems, radar signal detecting sets and 140 state-of-the-art Lockheed Martin Corp Hellfire II AGM-114R precision-strike missiles, the Pentagon's Defense Security Cooperation Agency said in a notice to the U.S. Congress published Friday.

Indonesia is Southeast Asia's most populous country and the world's most populous Muslim-majority state. Plans for several U.S. arms transfers to it have been announced since late last year that would make Jakarta a more militarily capable regional partner.

Indonesia would use the twin-engine Apache helicopters to defend its borders, conduct counterterrorism and counter-piracy operations, "and control the free flow of shipping through the Strait of Malacca," the security agency said in its memo.

The proposed sale would provide Indonesia assets vital to deterring external and other potential threats, the Pentagon agency said.

The narrow and congested waterway is a potential choke point linking the Indian Ocean to the South China Sea and Pacific Ocean. The shortest sea route between the Middle East and growing Asian markets, it washes the shores of Indonesia, Malaysia and Singapore, and carries about 40 percent of the world's trade.

Piracy, including attempted theft and hijackings, is a constant threat to tankers, though the number of attacks has dropped following stepped-up patrols by the littoral states.  

 REGIONAL SECURITY

AGM65 Cutaway
U.S. Secretary of State Hillary Clinton, who announced the planned Apache sale on Thursday without providing details on the rest of the arms package, said it would boost a comprehensive partnership with Indonesia and enhance security across the region.

She spoke in Washington during a meeting with visiting Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa.

Indonesia represents just part of an increasing U.S. emphasis on the Asia-Pacific region for national security planning as China presses its claims on disputed territory, notably in the South China Sea.

The United States is also building Guam as a strategic hub, deploying up to four shore-hugging littoral combat ships on a rotational basis to Singapore and preparing a 2,500-strong Marine Corps task force rotation as part of a growing military partnership with Australia.

The arms and services called for under the $ 1.4 billion Indonesia package will provide key elements required for "interoperability" with U.S. forces, the security agency's notice said.

Also included are "Identification Friend or Foe transponders," 30mm guns and ammunition, communication equipment, tools and test equipment, simulators, generators, personnel training and logistics support services, the agency said.


The Hellfire II, included in the package, is the primary air-to-ground precision missile of its size for U.S. armed forces as well as the Central Intelligence Agency's paramilitary capabilities and many U.S. allies.

The notice of such a sale is required by law. It does not mean that a deal has been concluded.

President Barack Obama announced in November plans to give Indonesia 24 decommisioned Lockheed Martin F-16 fighter jets, with Jakarta paying up $ 750 million to upgrade them and overhaul their engines, which are made by United Technologies Corp's Pratt & Whitney unit.

The Pentagon moved in August to supply Raytheon Co AGM-65 Maverick air-to-ground guided missiles and related gear valued at $ 25 million for Indonesia's growing F-16 fleet.
© Reuters

 Indonesia - AH 64D Apache Block III Longbow Attack Helicopters

http://rumaniamilitary.files.wordpress.com/2012/07/agm-114r3-hellfire-ii-missile.jpg
Hellfire missile
Washington, 21 September 2012 - The Defense Security Cooperation Agency notified Congress of September 19 of possible Foreign Military Sale to the Government of Indonesia from 8 AH-64D Apache Block III Longbow Attack Helicopters and associated equipment, parts, training and logistical support. Estimation cost of $ 1.42 billion.

The Government of Indonesia has requested a possible sale of :

- 8 AH-64D Block III APACHE Longbow Attack helicopters,
- 19 T-700-GE-701D engines (16 installed and 3 spares),
- 9 Modernized Target Acquisition Determination and Vision / Modernized Pilot Night Vision Sensors,
- 4 AN/APG-78 Fire Control radar (FCR) with Radar Electronics Unit (Longbow Component),
- 4 Radar Frequency Interferometer AN/APR-48A,
- 10 AAR-57 (V) 3/5 general Missile Warning System (community midwives) with 5 th Improved Sensors and Countermeasures Dispenser,
- 10 AN/AVR-2B Laser Detecting Sets,
- 10 AN/APR-39A (V) 4 Radar Signal Detecting Sets,
- 24 Vision Integrated Helmet and Display System (IHDSS-21),
- 32 M299A1 Fire Missile Launchers, and
- AGM-140 Hellfire missile 114R3.

Also included is the Identification Friend or Foe transponder, 30mm and weapons, ammunition communications equipment, tools and test equipment, training devices, simulators, generators, transportation, wheeled vehicles, equipment organization, spares and repairs, support equipment, personnel training and training equipment, U.S. Government and contractor engineering, technical, and logistics support services, and other related elements of logistics support. Estimated cost is $ 1.42 billion.

This proposed sale will contribute to the foreign policy and national security of the United States by helping to improve the security of a friendly country that has been, and continues to be, an important force for political stability and economic progress in Southeast Asia.

The proposed sale of the Government of Indonesia to provide important assets to protect and prevent both external and Another potential threat. Indonesia will use Apache helicopters to defend its borders, conduct counter-terrorism and counter-piracy operations, and controlling the free flow of shipping through the Strait of Malacca.

The materials and services under this program will enable Indonesia to become more capable defensive force and will also provide the key elements necessary for interoperability with U.S. forces. Proposed sale of this equipment and support will not alter the basic military balance in the region.

The prime contractor will be The Boeing Company in Mesa, Arizona, Lockheed Martin Corporation in Orlando, Florida, General Electric Company, Cincinnati, Ohio, Lockheed Martin Millimeter Technology in Owego, New York, and the Longbow Limited Liability Corporation in Orlando, Florida
© dcsa

Pangdam VII: terorisme masalah krusial yang mesti disikapi

Mamuju - Panglima Kodam (Pangdam) VII Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Drs Muhammad Nizam mengemukakan, pergerakan terorisme menjadi masalah krusial yang mesti disikapi secara bijak karena menjadi ancaman serius yang dapat merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

"Cara efektif yang harus dilakukan adalah melakukan deteksi dini untuk mempersempit pergerakan teroris yang akhir-akhir ini kembali marak terjadi di kota-kota besar di Indonesia," katanya di Mamuju, Jum`at.

Menurutnya, pergerakan teroriseme akhir-akhir ini menjadi topik utama untuk menjadi perhatian seluruh komponem anak bangsa.

"Terorisme bukan hanya musuh bangsa Indonesia tetapi sudah menjadi musuh seluruh bangsa di dunia ini," kata dia.

Terorisme, kata dia, telah memiliki jaringan internasional yang terorganisir dengan melakukan perencanaan yang telah tersusun begitu rapi dalam melakukan teror di mana-mana sehingga patut diwaspadai.

"Baru-baru ini kita kembali dikejutkan dengan penemuan granat tangan di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan. Granat tangan ini dilemparkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab dan ditemukan oleh masyarakat," kata dia.

Ia menuturkan, granat tangan ini bertertuliskan `Bismillahirahmanirahhim" dengan sasaran bandara udara Sultan Hasanuddin dan sasarannya adalah kantor kepolisian. 

"Ini menandakan aksi teror tidak hanya terjadi di Solo namun rupanya juga telah merambah masuk ke Sulsel," katanya lagi.

Bukan hanya itu kata dia, lagi-lagi di Makassar telah terjadi peledakkan Anjungan Tunai Mandiri (ATM). "Ini murni kriminal tetapi bukan tidak mungkin persoalan itu juga merupakan ancaman serius yang harus disikapi," ujarnya.

Dengan kemajukan masyarakat di Sulbar yang terdiri dari berbagai macam suku, agama juga harus disikapi secara bijaksana.

"Masyarakat yang hidup dalam kemajemukan dengan berbagai kultur dan budaya dan berbeda hendaknya diwaspadai dengan cara tetap menjaga kebersamaan dan memperdalam wawasan kebangsaan dan bernegara," kata dia.

Ia mengatakan, saat ini masyarakat telah mengalami penurunan pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai gotong royong dan nilai-nilai kebersamaan.

"Apabila masalah nilai-nilai kebangsaan tidak kita sikapi secara bijak maka ini juga akan menjadi ancaman terhadap kerukunan dan kehidupan berbangsa," ungkapnya.(ACO)
© Antara

Korem 142/Taroda Tarogau di Parepare dipindahkan ke Mamuju

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguOANLYEnbQjpm5hgRJ1G-Vpqe8raN_k9-aC21lAz2UWGu9Iy_U8Ija3IrfvOQS8bYHGBFmZooN4NkSeE9syBKPjdzEV3sfGudDztap0EmBu7bmWTSOP-4QY4rKBlRJTwg0Csa3qSXHaU/s1600/Mayor-Jenderal-TNI-M-Nizam.jpgMamuju, Sulawesi Barat - Panglima Kodam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal TNI Muhammad Nizam, mengemukakan, kemungkinan besar Korem 142/Taroda Tarogau yang berkedudukan di kota Parepare, Sulawesi Selatan, akan dipindahkan ke Mamuju, ibukota Sulawesi Barat.

"Saat ini kami telah melakukan kajian terkait rencana pembangunan Markas Korem di Mamuju. Alternatif terburuk memindahkan Markas Korem 142/Taroada Tarogau di Parepare ke Mamuju," kata Nizam, dalam rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Sulawesi Barat, di Mamuju.

Menurutnya, kajian ini dilakukan untuk menjawab permintaan Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Saleh, yang selama ini telah lama menyiapkan lahan untuk pembangunan Korem di Mamuju.

Nizam mengatakan, jika nanti Korem 142/Taroda Tarogau ini dipindahkan maka wilayah kerjanya tetap membawahkan 10 Kodim dan satu batalyon infanteri, di antaranya Kodim1401/Majene di Majene, Kodim 1402/Polmas (Polewali), Kodim 1403/Luwu (Palopo), Kodim 1404/Pinrang (Pinrang), Kodim 1405/Parepare (Parepare), Kodim 1414/Tana Toraja (Tana Toraja).

Kemudian kata dia, Kodim 1418/Mamaju berkedudukan di Mamuju, Kodim 1419/Enrekang berkedudukan di Enrekang, Kodim 1420/Sidrap berkedudukan di Pangkajene, Kodim 1421/Pangkep berkedudukan di Pangkajene dan Yonif Ter/721 berkedudukan di Benteng Pinrang. 

Sebelumnya, Gubernur Sulawesi Barat, Anwar Adnan Saleh, menyambut baik jika rencana pemindahan Korem Taroda Tarogau yang selama ini berkedudukan di Pare-Pare dipindahkan ke Mamuju.

"Saat ini pemerintah sudah lama menyiapkan lahan untuk pembangunan Markas Korem di Mamuju yang lokasinya tidak jauh dari kantor gubernur yakni di Kelurahan Rangas Kecamatan Simboro,"katanya.(KR-ACO)
© Antara

Latma Rajawali Ausindo 2012 Berakhir

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1Oj_VTyOE21gdnO_ShwpY1anq23Dj-6xwmqHsZMlv4dFcn-x5BGkwcohWj2asf_8cQPY-nJ0hg3QuBwaNpEiprwuF9dvfS_rxBkGpueZnkQcO52ZlnYLMXtHHqhlJrvbPdC6JoOrQiEsm/s280/PENUTUPAN+AUSINDO.jpgMalang - Komandan Wing 2 Lanud Abd Saleh Kolonel Pnb Andi Wijaya mewakili Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Gutomo, S.IP menutup latihan bersama Rajawali Ausindo 2012 di ikuti oleh para pejabat Lanud beserta Insub serta anggota Lanud Abd Saleh dan peserta dari Australia (RAAF) yang terlibat latihan tersebut, bertempat di hangar Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh (21/9).

Kegiatan Latma Rajawali Ausindo 2012 yang yang berjalan selama empat hari dimulai tanggal 18 sampai dengan 21 September 2012 baru saja selesai dilaksanakan dan ini merupakan agenda tahunan, dilaksanakan secara bergantian antara Indonesia dan Australia, jelas Komandan Wing 2 Kolonel Pnb Andi Wijaya.

Diharapkan kepada seluruh peserta untuk tetap meningkatkan kerja sama latihan, saling bertukar pengalaman dan pengetahuan secara profesional serta mengutamakan keselamatan terbang dan kerja menuju zero accident.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOKwPRs6afAdGN9-iQO4vbPKMviLzKqFupwk_hRsYT5MjGFgB-TLfnUQJdvdXbtMyNdmQA7e7qP7qjoSRJSBpAgF1Xc2_S3Ik35fwhF-fbq91mfz7nGq4Zxb92JncoUd-0Gc0k4ncj_xGd/s280/20120918raaf8566593_0545.jpg
(Foto RAAF)
Pengalaman merupakan guru yang paling baik oleh karena itu, ambillah pengalaman yang sangat berharga dalam latihan ini untuk dijadikan pelajaran dimasa yang akan datang dan evaluasi mekanisme latihan tersebut, selanjutnya dikembangkan pada tahap-tahap latihan berikutnya.

Kegiatan di dalam Latihan Rajawali Ausindo meliputi materi cara-cara pengepakan barang untuk Cargo Delevery System CDS dan bandel (barang yang diterjunkan lebih ringan dari CDS) drouping pasukan untuk terjun statik dan freefall serta drouping CDS dan 4 bandel pada malam hari dan dari RAAF melakukan landing malam hari menggunakan infra red tanpa run way light. Dari semua materi yang dilatihkan selama 4 hari tersebut dapat dilaksanakan dengan aman, lancar dan sukses sesuai dengan harapan kita semua.
© Lanud Abdulrahman Saleh

Tawaran Helikopter Anti Kapal Selam Dalam EDA

SH-2G Super Seasprite
Amerika Serikat sejak beberapa bulan silam telah menawarkan sejumlah helikopter anti kapal selam bekas kepada Indonesia yang dimasukkan dalam paket EDA alias sistem senjata bekas pakai. Selain helikopter SH-2G Super Seasprite yang sekarang penggunanya tinggal tiga negara, Paman Sam juga menawarkan pesawat sayap putar SH-60 Seahawk. Sesuai dengan nomenklaturnya, SH-60 Seahawk merupakan varian dari UH-60 Blackhawk yang menjadi tulang punggung Angkatan Darat Amerika Serikat.

Dilihat dari sisi usia kerangka pesawat maupun jam terbang pesawat, SH-60 Seahawk jelas memiliki usia yang lebih muda dibandingkan dengan SH-2G. Apalagi populasi SH-60 Seahawk masih sangat banyak di seluruh dunia dan digunakan oleh banyak negara. Dari sisi Amerika Serikat, ada harapan agar kekuatan laut Indonesia memilih salah satu dari dua tawaran tersebut. Artinya, Angkatan Laut Indonesia diharapkan oleh Amerika Serikat memanfaatkan fasilitas FMS, karena semua yang tercantum dalam EDA adalah bagian dari FMS.

SH-60 Seahawk
Namun berdasarkan berbagai pertimbangan, Indonesia memutuskan menggunakan fasilitas DCS. Dalam hal fasilitas DCS, hal prinsip yang harus dipenuhi adalah notifikasi oleh Defense Security Cooperation Agency (DSCA) kepada Kongres dan selanjutnya Kongres akan memutuskan apakah setuju atau menolak rencana penjualan tersebut. Pada dasarnya prinsip ini sama dengan fasilitas FMS.

Apabila para senator dan representative di Capitol Hill telah memberikan persetujuan, maka fase berikutnya memunculkan perbedaan. Kalau memakai fasilitas FMS, maka yang terjadi adalah hubungan segitiga antara Pentagon-pabrikan-Departemen Pertahanan Indonesia. Sedangkan bila menggunakan fasilitas DCS, hubungan yang tercipta adalah langsung antara Departemen Pertahanan Indonesia dengan pabrikan.

Karena memakai fasilitas DCS, tentu saja Indonesia harus menyediakan dana yang cukup besar untuk dibayarkan kepada pabrikan. Bila memanfaatkan fasilitas FMS, Indonesia harus mengeluarkan dana untuk perbaikan helikopter itu. Bisa saja helikopternya berstatus hibah, akan tetapi biaya perbaikan tentu saja tidak gratis. Itulah yang terjadi dengan F-16C FMS yang akan digunakan oleh kekuatan udara Indonesia.
© Damn The Torpedo

Jumat, 21 September 2012

Caesar 155 mm Howitzer

The French Caesar truck-mounted gun-howitzer, developed by GIAT, is a successor to self-moving artillery guns, fitted with auxiliary power unit. It evolved from the F3 self-propelled howitzer, based on the AMX-13 light tank chassis. This artillery system was designed to meet the fire support requirements of rapid deployment forces. The Caesar was revealed in 1994. Initial five systems were delivered to the French Army for evaluation in 2003. First production vehicles were delivered in 2007. French Army ordered a total of 72 systems to replace the towed TRF1. Export operators are Thailand and Saudi Arabia.

The Caesar is completed with 155-mm / L52 gun-howitzer, fitted with semi-automatic loading system. It fires all standard NATO 155-mm ammunition, including ordinary and rocket-assisted HE-FRAG rounds, cargo rounds with anti-tank or fragmentation bomblets, smoke and illumination projectiles. It is also capable of firing Bonus precision-guided anti-tank munitions. The Bonus round carries two smart anti-tank submunitions to a range of 34 km. Maximum range of fire is 42 km with rocket-assisted HE-FRAG projectile. Maximum rate of fire is 6 rounds per minute. Vehicle carries 18 complete rounds.

The Caesar artillery system has an armored cab which protects the crew members during traveling. It accommodates six crew members and provides protection against small arms fire and artillery shell splinters. A 12.7-mm machine gun can be mounted on top of the roof for self-protection. 

Caesar
The Caesar can be set into and out of action in less than one minute. Brief redeployment time allows to avoid counter-battery fire. Vehicle can be also used on shoot-and-scoot missions.

Vehicle is fitted with the FAST-Hit computerized fire control system, muzzle velocity radar and navigation system with Global Positioning System. It provides onboard terminals for communication and firing sequence management.

Prototypes of this artillery system used a Mercedes-Benz Unimog 6x6 truck chassis. Production systems for the French Army are mounted on the Renault Sherpa 5 6x6 truck chassis. It is powered by Renault dCI 6 turbocharged diesel engine, developing 240 horsepower. Vehicle is fitted with a central tyre pressure system, which is adjusted from the driver's seat. The Caesar is fully air transportable and can be airlifted by the C-130 Hercules transport aircraft.

A battery of eight Caesars can disperse more than 1 tone of projectiles in one minute. A salvo of six Ogre cargo rounds releases 378 bomblets and saturates area of 3 hectares. Each Caesar is escorted by the ammunition resupply vehicle
.


 Spesifikasi :


Entered service 2007
Crew 6 men
Dimensions and weight
Weight 18.5 t
Length (gun forward) 10 m
Hull length ?
Width 2.5 m
Height 3.26 m
Armament
Main gun 155-mm
Barrel length 52 calibers
Machine guns 1 x 12.7-mm (optional)
Projectile weight 43.7 kg
Maximum firing range 42 km
Maximum rate of fire 4 - 6 rpm
Elevation range 0 to + 60 degrees
Traverse range 30 degrees
Ammunition load
Main gun 18 rounds
Machine guns ?
Mobility
Engine Renault dCI 6 diesel
Engine power 240 hp
Maximum road speed 100 km/h
Range 600 km
Maneuverability
Gradient 60%
Side slope 40%
Vertical step 0.5 m
Trench 0.9 m
Fording 1.2 m


 Berikut Foto Caesar 155 mm di Halim:


sumber foto dari ARC

Indonesia diberitakan akan mengakusisi puluhan unit Howitser Caesar 155 mm, Howitzer Caesar buatan Nexter Prancis ini digolongkan sebagai howitzer yang dapat bergerak sendiri dengan bentuk yang lebih inovatif.

Dengan modernisasi TNI, maka Angkatan Darat khususnya merencanakan mengakusisi  dua batalion howitzer Caesar. Satu batalion Artileri Medan terdiri dari 3 baterai, dimana 1 baterai terdiri dari 6 meriam, dengan demikian jumlah howitzer Caesar untuk TNI AD akan mencapai jumlah 36 unit.

Saat ini TNI AD memiliki 2 batalion howitzer gerak sendiri, masing-masing adalah Yon Armed 7/105 GS di Cikiwul Bekasi (Kodam Jaya), dan Yon Armed 5/105GS Cimahi Jawa Barat (Kodam Siliwangi). Howitzer yang digunakan adalah AMX Mk-61 eks Belanda berjumlah 50 unit yang diperoleh pada akhir 1970-an hingga tahun 1982. Howitzer beroda rantai dengan berat 13,7 ton ini memiliki meriam kaliber 105 mm.

TNI AD juga memiliki howitzer caliber 155 mm tipe tarik (towed) yang diperoleh dari Singapura pada tahun 1997. Howitzer FH-88 ini (di Indonesia sering disebut FH-2000) mempunyai bobot 12,9 ton dan digunakan oleh Batalyon Armed 9 Kostrad di Sadang, Purwakarta.

Menilik dari jangkauan tembakan maka pilihan atas howitzer Caesar ini menjadikan korps Artileri Medan memiliki jangkauan tembakan yang meningkat drastis. Bila AMX Mk-61 hanya mempunyai jangkauan tembakan 15 km, dan FH-88 mempunyai jangkauan tembakan maksimal 30 km, maka Caesar mampu melakukan tembakan dengan jangkauan hingga 42-50 km. Jauh-dekatnya jangkauan tembakan ditentukan pula oleh pilihan proyektil yang dipakainya.

Howitzer Caesar ini dapat diangkut dengan pesawat seperti C-130 Hercules ataupun A-400M, ini sangat memudahkan bagi howitzer ini untuk dapat disebar ke daerah konflik dengan cepat.
© Military Today, ARC, Defense Studies
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...