Sabtu, 28 Januari 2017

Prajurit KRI SIM-367 Laksanakan Latihan RAS

Prajurit KRI SIM-367 Laksanakan Latihan RAS [suaraindonesia]

Untuk meningkatkan kemampuan prajurit KRI Sultan Iskandar Muda (SIM) -367 yang akan mengikuti latihan bersama (Latma) Multinasional AMAN 2017 di Karachi, Pakistan. Melaksanakan latihan pembekalan di laut atau dikenal dengan Replenishment at Sea (RAS) saat perjalanan menuju Belawan Medan tepatnya diperairan selat bangka. Belawan (25/01/2017).

Latihan RAS ini merupakan pra awal latihan yang sesungguhnya dalam rangka Latma Multinasional AMAN 2017 sebelum pelaksanaan latihan yang sesungguhnya dengan Angkatan Laut 18 negara lain di Karachi, dalam latihan RAS disimulasikan di haluan KRI SIM-367, kegiatan diawali dengan mendekatkan kapal, menyiapkan tali, menembakkan tali gun line tali buangan, dan mengirimkan tali-tali buangan kekapal yang dituju.

Komandan KRI SIM-367 Letkol Laut (P) Rio Henrymuko Yumm mengawasi jalannya latihan peserta RAS. Latihan RAS merupakan suatu cara mengirimkan atau pengisian logistik dari kapal ke kapal yang dilaksanakan pada saat kapal berlayar atau operasi, pembekalan ini juga bisa untuk evakuasi personil dari kapal ke kapal. Latihan ini sangat berguna dan bermanfaat bagi prajurit KRI SIM untuk meningkatkan profesionalisme pada saat sedang bertugas dilaut.

  TNI AL  

Bangkit dari Keterpurukan

CN235 MPA TNI AU [Hindawan H]

Blok aluminium tampak menumpuk di pojok ruangan. Cetakan rangka pesawat juga terlihat di dalam ruangan seluas lapangan bola yang terletak di Jalan Padjadjaran nomor 154, Cicendo Husein Sastranegara Kota Bandung, Jawa Barat ini. Sejauh mata memandang, hanggar Tooling Shop Aerostructure PT DI ini didominasi oleh aluminium beragam bentuk dan ukuran.

Dari jauh terlihat ada kerumunan. Ternyata, Sulistiyanto (59), salah seorang karyawan yang terbilang senior di PT DI tengah dikelilingi sejumlah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang magang di perusahaan ini. Sambil memegang operator bor mesin, ia terlihat menjelaskan sesuatu kepada para siswa tersebut.

Saya masuk 8 Oktober 1981. Masuk pendidikan enam bulan di Tooling Design untuk mendukung kegiatan produksi pesawat,” ujar Sulistiyanto, Kamis, 26 Januari 2017.

Ia menuturkan, sama seperti perusahaan lain, PT DI juga sempat oleng terkena imbas krisis ekonomi pada 1997. “Semua perusahaan mengalami itu karena imbas krisis moneter. Hampir semua yang bareng satu diklat habis. Dari sekitar 15 orang, sekarang sisa tinggal dua,” ujarnya mengenang.

Irman Budiman mengamini. Manajer Hukum dan Humas PT DI ini mengatakan, krisis ekonomi global pada 1997 berdampak langsung pada kondisi perusahaan. “Isu politisnya tak lepas dari krisis yang menghentikan program N250 pada tahun 1998. PT DI mulai terpuruk dengan adanya kebijakan IMF untuk menghentikan program bantuan dana kepada PTDI,” ujarnya, Kamis, 26 Januari 2017.

Untuk bisa bertahan dan agar perusahaan tetap bisa jalan, PTDI membuat sejumlah program. Upaya itu dilakukan agar perusahaan tersebut tetap bisa bertahan. Salah satunya membuat mesin pencetak panci.

Saya tegaskan bahwa PT DI bukan membuat atau menjual panci. Tapi, PT DI membuat alat pencetaknya dan itu pun nilainya mahal bisa ratusan juta rupiah,” Irman menegaskan.

Kasus Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pada 2003 menambah buruk kondisi perusahaan. PHK ini berbuntut panjang. Kondisi ini diperparah dengan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang memailitkan PT DI pada 2007. Meski, pada tahun yang sama, Mahkamah Agung membatalkan putusan tersebut.

 Bangkit dari Keterpurukan 

http://media.viva.co.id/thumbs2/2017/01/27/588ae7be952e7-sorot-pabrik-ptdi_663_382.jpgSuasana pabrik PT Dirgantara Indonesia (PT DI) di Bandung, Jawa Barat. [VIVA/ Suparman]

Putusan MA yang membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat menjadi awal kebangkitan PTDI. “Dari situ mulai start kembali menuju perbaikan,” ujar Irman.

Ia menjelaskan, pada 2012 dan 2014, PTDI mendapatkan tambahan modal dari pemerintah melalui Penyertaan Modal Negara (PMN), baik PMN noncash maupun PMN cash. PMN cash, PT DI dapat Rp 1,4 triliun, kemudian dapat Rp 400 miliar.

Semua itu untuk memperbaiki dan menambah permodalan PT DI, khususnya untuk peningkatan fasilitas produksi dan sumber daya,” dia menambahkan.

PMN merupakan bagian dari program restrukturisasi dan revitalisasi PT DI. PMN tersebut kemudian digunakan untuk membeli mesin baru, merekrut SDM baru yang dimulai pada 2012. Menurut Irman, pembelian mesin untuk fasilitas produksi diperlukan agar kapasitas produksi lebih besar.

Program restrukturisasi dan revitalisasi PTDI tersebut kini mulai menuai hasil. Sebab, program itu tak hanya membuat PT DI mampu bertahan, namun juga bisa memproduksi dan mengekspor pesawat. “PT DI sekarang banyak ngirim (ekspor) pesawat ke luar. Pesanan dari Kementerian Pertahanan juga banyak,” ujar Irman bangga.

Menurut dia, banyaknya pesanan dari dalam dan luar negeri membuktikan jika PT DI sudah kembali dipercaya. Saat ini, PT DI juga mengerjakan proyek dengan Airbus Group melalui Spirit Aerosystem.

Bahkan, PT DI menjadi single source untuk bagian sayap pesawat A320, A321 hingga yang terbesar A380. “Banyak pekerjaan komponen yang dibuat di PT DI saat ini,” dia menerangkan.

Produk-produk PTDI banyak yang diekspor ke sejumlah negara. Di antaranya Senegal, Venezuela, Uni Emirat Arab (UAE), Turki, Thailand, Brunei Darussalam, Pakistan, Korea Selatan, Malaysia, Filipina, dan sejumlah negara lain.

Itu menandakan peningkatan kepercayaan pelanggan di luar, atas kualitas produk-produk yang dihasilkan PT DI. Sebagai contoh, saat ini PT DI seminggu sekali mengirim komponen bagian dari sayap pesawat Airbus A320, A321, A380 ke Inggris. Kemudian membuat dan mengirimkan badan pesawat dan bagian ekor helikopter ke Prancis,” ujarnya.

Selain dijual ke luar negeri, PT DI juga banjir pesanan dari dalam negeri. “Dalam negeri banyak. Kita pasti dapat pesanan dari Kementerian Pertahanan baik itu untuk Angkatan Udara, Angkatan Laut dan Angkatan Darat. Baik Fixed Wing (pesawat bersayap) maupun Rotary Wing (Helikopter),” ujarnya menambahkan.

Irman mengklaim, banyaknya pesanan kepada PT DI menunjukkan jika perusahaan pelat merah tersebut sudah bangkit. “Ini merupakan bukti nyata bahwa PT DI sudah bangkit kembali. Permasalahan hukum dengan karyawan setelah PHK pada 2003 juga sudah selesai sepenuhnya tahun 2007. Saat ini tidak ada lagi permasalahan hukum terkait ketenagakerjaan sebagai imbas PHK tahun 2003 tersebut,” ujarnya.

  VIVAnews  

LoI Kerjasama Inhan Bersama Yunani

Kendaraan militer Yunani [greekmilitary]

Pada tanggal 25 Januari kemarin, Indonesia dan Yunani telah menandatangani Letter of Intent (LoI) untuk memperluas kerjasama pertahanan di Jakarta.

Menurut situs IHS Janes, Perjanjian tersebut ditandatangani oleh kedua menteri pertahanan pada akhir tahun 2016 dan akan ditindak lanjuti dengan berbagi informasi industri dan kerjasama lainnya.

Kementerian Pertahanan mengatakan bahwa perusahaan milik negara Indonesia, PT Pindad, yang mengkhususkan diri dalam kendaraan militer, amunisi dan senjata api, sudah menjalin hubungan kolaboratif dengan perusahaan Yunani. [IHS Jane]

   Garuda Militer  

Jumat, 27 Januari 2017

KSAU Minta Radar TNI AU Beroperasi 24 Jam

Ilustrasi radar TNI AU [indomiliter]

Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Hadi Tjahjanto meminta radar-radar atau alat untuk mendeteksi pesawat yang mengarah ke negara tetangga Indonesia agar beroperasi penuh selama 24 jam.

Dalam rapim kemarin saya sampaikan bahwa radar-radar yang mengarah ke negara tetangga itu ada 15 radar, saya minta agar bisa beroperasi selama 24 jam,” kata KSAU usai berkunjung ke Monumen TNI AU Ngoto Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis.

Dengan radar yang beroperasi selama 24 jam maka menurut KSAU, TNI AU bisa mendeteksi dini apabila ada pesawat asing atau luar negeri yang melanggar wilayah udara Indonesia.

Kalau selama ini yang dilaksanakan adalah 18 jam, tapi dengan sistem over lap, jadi dalam satu wilayah tidak ada radar yang mati, karena kalau ada yang masih nyala, yang sudah 18 jam di-off-kan. Namun nanti semuanya terpacu untuk on selama 24 jam,” katanya.

KSAU mengatakan upaya tersebut perlu dijalankan untuk mendukung program pemerintah RI yaitu sebagai negara poros maritim dunia.

Poros maritim dunia harus kita amankan karena yang kita jaga mulai dari ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) sampai ke dalam kita amankan wilayah udara, atas permukaan laut dan bawah permukaan laut,” katanya.

KSAU juga menyinggung beberapa program yang menjadi prioritas untuk membangun kekuatan alat utama sistem persenjataan atau alutsista TNI AU, di antaranya dengan membangun sistem sistem pengadaan alutsista secara transparan agar bisa diikuti perkembangannya.

Kemudian tidak ada kecelakaan yang berulang, katanya, akan dibangun dan dilaksanakan sistem yang mengarah pada manajemen tentang pelatihan para penerbang.

Sehingga dengan alutsista yang ada, kemudian radar yang terintegrasi dengan kekuatan udara yang siap, maka Insya Allah tidak ada negara-negara atau pihak yang ingin masuk secara ilegal ke wilayah kita,” katanya.

   Antara  

Panglima TNI akan Lapor ke Presiden Pengadaan Alutsista


Helikopter AgustaWestland dengan logo yang berubah menjadi hitam [Liam Daniels]

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan melaporkan rencana pengadaan alutsista kepada Presiden Joko Widodo. TNI masih merancang perencanaan pengadaan.

Kita tunggu saja, karena saya belum menyampaikan kepada publik apa yang akan kita beli karena saya ditugaskan oleh Presiden untuk memaparkan semuanya pada Februari nanti. Tidak etis kalau saya belum lapor Presiden tapi media sudah tahu,” ujar Gatot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2017).

Menurut Gatot, TNI AD, AU, dan TNI AL masih merancang pengadaan alutsista baru. Perencanaan tersebut nantinya akan dibahas oleh Gatot dan akan disampaikan kepada pemerintah.

Sekarang TNI AU sedang merancang, TNI AL sedang merancang, TNI AD sedang merancang. Nanti mereka memaparkan kepada saya, lalu dirumuskan bersama untuk disampaikan kepada pemerintah,” ujar Gatot.

Sementara itu, terkait dengan pembelian helikopter AW-101, Gatot mengatakan masih akan menginvestigasi awal mula rencana.

Dengan kejadian kemarin, saya sedang proses untuk investigasi mengapa itu terjadi. Karena dalam perdagangan internasional itu bisa dibatalkan sekalipun sudah membayar uang muka,” tegas Gatot.

 Menambah Alutsista 
Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu berencana untuk menambah koleksi alutsista Indonesia. Ryamizard menjelaskan pihaknya akan mendorong produksi dalam negeri.

Soal alutsista ya beli sebanyak mungkin. Semua kita tingkatkan, yang bisa kita buat ya buat-buat, yang kita tak bisa ya beli. Tapi ada transfer teknologi,” papar Ryamizard di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2017).

Dia menambahkan situasi dunia saat ini sedang tidak menentu lantaran kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kontroversial. Di tengah gejolak itu, Indonesia, kata Ryamizard, memilih meningkatkan persahabatan dengan negara-negara lain.

Kita dalam situasi dunia ini tak menentu apalagi dengan kebijaksanaan Presiden Amerika, kita harus mawas diri dan tingkatkan persahabatan,” jelas dia.

Sebelumnya diberitakan PT Tata Motors bersama Pindad bekerja sama menciptakan kendaraan militer amfibi. Kolaborasi antara Tata Motors dan Pindad diperkirakan terealisasi dalam kurun waktu 10 bulan ke depan.

Tak hanya itu President Director of PT Tata Motors Indonesia and PT Tata Motors Distribusi Indonesia, Biswadev Sengupta, juga menjamin adanya transfer teknologi.

Kami akan mentransfer teknologi. Karena tidak mungkin kami mengirimnya dari India, oleh sebab itu kami coba membuatnya di Indonesia (bersama Pindad-Red),” kata Biswadev, Selasa (17/1).

   detik  

Australia Akan Serahkan Hasil Investigasi ke Panglima TNI

Pancasila

Saya telah menerima surat dari Panglima Australia, Chief of Defense Force Air Chief Marshal Mark Binskin bahwa tanggal 8 nanti Chief of Army akan datang ke Indonesia menemui KSAD dan saya sambil menyampaikan hasil investigasi,” ujar Gatot di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2017).

Gatot belum mengetahui hasil investigasi yang akan disampaikan. Gatot juga akan menyusun langkah kebijakan selanjutnya setelah diberi pemaparan soal hasil investigasi.

Bagaimana hasilnya? Saya belum tahu. Nanti setelah datang, langkah-langkah apa yang harus dilakukan, itu yang akan jadi kebijakan lebih lanjut,” jelas Gatot.

Begitu pula mengenai kemungkinan dibukanya kembali kerja sama dengan militer Australia. Gatot mengatakan semuanya tergantung hasil investigasi.

Semuanya terbuka, tetapi tergantung hasil investigasi,” imbuhnya.

Temuan material pelatihan di pangkalan militer tersebut menyinggung bangsa Indonesia karena adanya pelesetan Pancasila menjadi pancagila. Perwira dari TNI AD yang menjadi instruktur di Barak Campbell menemukannya dan melapor kepada pimpinan TNI.

Hingga saat ini, pihak TNI masih menunggu hasil investigasi yang dilakukan oleh Australia. Diketahui seorang perwira Australia yang menjadi penanggung jawab di barak tersebut sudah dikenai sanksi berupa skorsing.

Kita tunggu saja apa yang menjadi pembicaraan lebih lanjut. Hanya datang sebagai perwakilan untuk meminta maaf sambil menyampaikan hasil investigasi,” lanjut Gatot.

Diberitakan sebelumnya, juru bicara KBRI Canberra, Sade Bimantara, mengatakan investigasi kasus ini sudah mulai dilakukan oleh Australia Defence Force (ADF). Pihak ADF juga telah menghentikan proses belajar-mengajar bahasa yang merupakan kerja sama antara militer Indonesia (TNI) dan Australia.

ADF sedang melakukan investigasi terhadap insiden yang terjadi. Hasilnya akan disampaikan kepada Indonesia,” ujar Sade, Senin (9/1).

   detik  

Kamis, 26 Januari 2017

TNI AU Terus Bangun Penguatan Alutsista

✈ T-50 i Golden Eagle [TNI AU]

Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, meneruskan pembangunan dan penguatan sistem kesenjataan TNI AU demi pertahanan dan penegakan kedaulatan bangsa.

Saat ini kami sedang dan akan terus melaksanakan pembangunan kekuatan alusista yang dilaksanakan Kementerian Pertahanan sampai rencana strategi ketiga pada 2024,” kata dia, usai ziarah ke Monumen TNI AU Ngoto Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kamis.

Salah satu yang kondang adalah program penggantian F-5E/F Tiger II di Skuadron Udara 14. Pesawat tempur buatan Amerika Serikat itu sudah hampir setahun tidak operasional. Tjahjanto tidak menyebut merek dan tipe, namun berharap berasal dari generasi 4.5.

Kemudian kita juga akan mutakhirkan pesawat T-50 yang kita miliki, karena belum dilengkapi dengan radar maupun persenjataan,” kata Tjahjanto.

Dia mengatakan, apabila TNI AU sudah memiliki pesawat pengganti F-5E/F Tiger II kemudian juga bisa memutakhirkan T-50i Golden Eagle sesuai keperluan, tentunya kehadiran TNI AU dari Sabang sampai Merauke akan bisa dilaksanakan.

Selain pesawat tempur, TNI AU juga tetap mengajukan program yang telah lama diproyeksikan, yaitu penambahan 12 satuan radar. Saat ini ada 20 satuan radar di seluruh Indonesia.
 

  Antara  

[Video] Pandawa 35

✈ Kapal Tanpa Awak STTALVideo liputan NETtv perihal kapal tanpa awak inovasi mahasiswa STTAL.

Mahasiswa Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut, kembangkan kapal tanpa awak dan anti radar. Kapal Ini, dapat digunakan untuk membantu operasi personel dalam menjalankan tugas.


  Youtube  

✭ Kapal Tanpa Awak Antiradar Karya STTAL

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3I_SMaD5BkZo8go92gC0lpFpuSU5I7wemFFrSxffy6hF_aWnzu9K5_Umci_QdbzZdPEgB0drBS2I934wBj9NV3PbxAhMkwPlL3byTkz2Moc2EI3vBJd6oVjQZ8RI9DXF0OgemD6HFycuW/s1600/Koran_Sindo_Nasional_2017-01-25_News_Kapal_Tanpa_Awak_Antiradar_Karya_Tentara_1.jpgKapal Tanpa Awak Antiradar Karya STTAL

Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL) di bawah Kementerian Pertahanan (Kemenhan), dalam hal ini TNI AL, punya sumbangsih besar menuju kemandirian produksi alat utama sistem persenjataan (alutsista).

STTAL mewajibkan mahasiswanya berinovasi, menghasilkan karya tugas akhir (TA) berupa bagian pendukung, dan bahkan alutsista. Ini yang terlihat dari karyakarya TA di sela wisuda 130 perwira dan bintara lulusan STTAL di Gedung Moelyadi Bumimoro Surabaya, Jawa Timur, kemarin. Ada 24 produk yang dipamerkan dan bahkan diujicobakan di hadapan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Ade Supandi. Karya yang ada dihasilkan 36 perwira yang menempuh program magister (S-2) Analisis Sistem dan Riset Operasi (ASRO) Angkatan II serta III, 57 perwira yang menempuh program sarjana S-1 Angkatan XXXV, dan 37 bintara yang menempuh program Diploma 3 Angkatan IX di STTAL.

Salah satu hasil inovasi tugas akhir yang menarik KSAL Ade Supandi adalah kapal tanpa awak (drone). Selain antiradar karena beberapa lekukan yang presisi, kapal ini juga dilengkapi senjata. Saat diujicobakan di hadapan KSAL, bagian atasnya langsung terbuka dan secara hidrolis muncul laras senjata otomatis berupa meriam 7,6 mm. Laras bergerak kanan-kiri, atasbawah mencari sasaran tembak.

Sistem kerjanya pun terintegrasi jarak jauh. Kapal ini dikembangkan oleh Kapten Laut (T) Fandi Tri Prasetya, seorang wisudawan. Fandi menjelaskan, kapal hasil pengembangannya itu memiliki kemampuan siluman yang tidak terdeteksi radar dan memiliki serangan cepat (fast attack). Selain itu, kapal yang diberi nama Platform Stealth Fast Attack Vehicle ini juga didukung kemampuan laju mencapai 30 knot. ”Kapal ini memiliki daya tangkal terhadap ancaman pertahanan, khususnya di perairan, kepulauan, dan wilayah pantai,” terang Fandi.

Dari karya hasil pengembangannya ini, Fandi berharap mampu menjawab permasalahan keamanan, terutama maraknya kejahatan di laut, yakni penyelundupan narkoba, illegal fishing, illegal logging, human trafficking, dan pelanggaran batas wilayah negara. Karya lain yang juga menarik perhatian KSAL adalah robot otomatis pendeteksi dan penanda ranjau darat antitank berbasis Atmega 2560.

Robot ini dikembangkan Serka SAA Romadhon Junaidi serta Sertu Eko Sandi Budi Waluyo. Sensor logam yang terpasang mampu mendeteksi ranjau hingga kedalaman 6 sentimeter. Ketika ada ranjau, robot mengeluarkan bunyi. ”Ini harus kembangkan. Jangan hanya untuk kedalaman 6 sentimeter, tapi ditambah,” pinta Ade.
 

  Koran Sindo  

Dirgantara Indonesia Targetkan Pesawat Terbaru N-245 Terbang 2018

✈ N245 [PTDI]

Pesawat terbaru buatan PT Dirgantara Indonesia (DI), yaitu tipe N-245 ditargetkan mulai terbang pada 2018 mendatang.

Direktur PT DI Budi Santoso saat ditemui di Kementerian Badan Usaha Milik Negara, Jakarta, Selasa, mengatakan saat ini tengah masih dalam tahap desain.

"Masih dalam desain, jadi Insya Allah kita mulai karena ini pesawat derivatif (turunan) dari CN-235, jadi bukan pesawat baru 80 persen komponen sama dengan CN 235 dan 295. Jadi, kita targetkan 2018 sudah bisa terbang," kata Budi.

Budi mengatakan target pembuatan pesawat tersebut bisa dikejar pada 2018 karena dinilai tidak seberat dalam pembuatan pesawat N 219.

"Kalau 219 itu buat semua baru, kalau 245 kita buat ekornya saja, jadi yang lain sama, sertifikasinya sama melanjutkan yang 235," katanya.

Saat ini, ia mengatakan pihaknya tengah mengurus sertifikasi yang dibantu oleh perusahaan manufaktur pesawat yang bermarkasi di Toulouse, Prancis melalui kerja sama.

Budi menngatakan hal itu dilakukan untuk mempercepat proses sertifikasi pesawat di bawah tipe ATR 72 tersebut.

"Kalau kita ingin mensertifikasi produk, katakanlah ke EASA atau FAA (Federal Aviation Administration), kalau kita apply (mengajukan) langsung, maka dapat urutan paling buntut (akhir)," katanya.

Ia mengatakan Airbus mendukung proyek ini karena akan melengkapi seri sebelumnya, yaitu CN 235 dan CN 295.

"Insya Allah akan cepat prosesnya karena ini bukan pesawat baru, 80 persen komponennya sudah ada di kita," katanya.

Meskipun dalam proses sertifikasi dibantu oleh Airbus, Budi menegaskan ide dan desain murni hasil karya anak negeri.

Dia mengatakan N-245 merupakan pesawat kecil untuk daerah komersil yang jika dikembangkan bisa berkapasitas bisa 30-50 penumpang seiring dengan perkembangan teknologi yang semula hanya 10-12 penumpang.

Saat ini, Budi menuturkan pesawat-pesawatnya sebagian besar dibeli untuk keperluan pemerintahan dibandingkan dengan swasta, porsinya masih 90:10 persen.

"Kalau untuk keperluan pemerintahan itu biasanya (mempertimbangkan) performance (kegunaan) paling penting, tapi kalau swasta itu harga paling penting," katanya.

Selain itu, lanjut dia, negara-negara yang paling banyak memesan pesawat-pesawat PT DI tersebut, yaitu dari Timur Tengah dan Afrika.

"Itu pasar-pasar baru karena bisa dibilang dulu Afrika belum bisa beli pesawat baru, sekarang sudah bisa. Timur Tengah juga kita harapkan enggak ada masalah," katanya.

Budi mengatakan salah satu kelebihan dari pesawat yang diproduksinya, yaitu bisa dimodifikasi sesuai pesanan, terutama untuk VVIP.

"VVIP juga bisa dua versi, bisa dipakai penumpang biasa, bisa dipakai medical (medis), jadi satu pesawat dengan berbagai konfigurasi seperti ini, kalau pabrik besar kan sudah malas mengerjakannya," katanya.
 

  Antara  

Pesawat N219 Siap Uji Terbang Maret 2017

✈ Maret Pesawat N219 Siap Mengudara✈ Pesawat terbang N219 [PTDI]

Rencana terbang perdana pesawat N219 pada akhir 2016 tak sempat terlaksana lantaran terganjal permasalahan teknik serta pemeriksaan dokumen pesawat yang belum tuntas. Pesawat yang 100 persen dibuat anak bangsa itu diharapkan dapat mengudara pada Maret mendatang.

Penerbang perdana pesawat baru merupakan bagian dari rekayasa pesawat. Dalam proses itu, sejumlah parameter pesawat diuji. Untuk bisa mencakar angkasa, purwarupa pesawat harus memenuhi semua syarat kelayakan terbang. Berbagai dokumen pun diperiksa dan sejumlah tes juga harus dijalani hingga pesawat dinyatakan laik terbang.

Insya Allah, semua bisa selesai dalam dua bulan ke depan,” kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia (PTDI) Andi Alisjahbana saat dihubungi melalui surat elektronik, dari Jakarta, Sabtu (21/1/2017).

N219 merupakan pesawat generasi kedua yang dibuat anak Indonesia yang didahului N250. Pesawat berkapasitas 19 penumpang itu didesain sebagai pesawat perintis yang mampu mendarat di landasan tanah, berumput, atau berkerikil, dengan panjang landasan 600 meter.

Pesawat ini juga dirancang multifungsi dengan konfigurasi angkutan penumpang, kargo, evakuasi medis, surveilans, dan patroli. Pesawat buatan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) dan PTDI itu adalah pesawat terbaru di kelasnya dan diklaim punya banyak keunggulan, termasuk kecanggihan teknologi yang digunakan.

Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, berharap terbang perdana N219 dilakukan kuartal pertama 2017 dan semua proses sertifikasi bisa selesai tahun ini. Sehingga, produksi pesawat itu bisa dimulai pada tahun depan.

Semakin mundur penyelesaian sertifikasi dan terbang perdananya, produksi pesawat pun akan mundur sehingga kian besar peluang pasar pesawat berpenumpang 19 orang direbut pesaing,” terangnya.

Saat ini, pesawat sejenis di pasaran yang menjadi pesaing N219 adalah Yunshuji-12 (Y12E) buatan Harbin Aircraft Manufacturing Corporation (HAMC) Tiongkok dan de Havilland Canada-6 (DHC6) produksi Viking Air Kanada.

Meski demikian, Andi yakin keterlambatan itu tak berlangsung lama dan dampaknya bisa diminimalisir. Terlebih, N219 memiliki banyak keunggulan dibandingkan pesawat sejenis, mulai dari sisi teknologi, kapasitas kabin, dan kemampuan terbang pesawat.
 

  Angkasa  

Mengikuti Perjalanan KRI Ahmad Yani

Menuju ”Medan Tempur” KRI Ahmad Yani 351 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa. [yery wahyudi] ★

U
sia KRI Ahmad Yani (AMY)-351 sudah cukup tua. Genap 54 tahun pada Oktober mendatang. Meski begitu, kapal yang diproduksi di Belanda pada 1 Oktober 1963 itu masih terlihat kukuh. Berikut laporan Arif Adi Wijaya yang berlayar bersama KRI Ahmad Yani menuju ”medan tempur” di perairan Karimunjawa pada 19–21 Januari.

Pagi itu, Kamis (19/1), cuaca di Dermaga Ujung, Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, cukup cerah. Enam kapal perang dan satu kapal selam siap berangkat menuju perairan Karimunjawa. Latihan perang dimulai.

KRI Ahmad Yani ditunjuk sebagai kapal markas. Pusat komando dan koordinasi dari semua armada yang ikut dalam Latihan Pratugas (Latpratugas) 2017. Seluruh armada akan ditugasi mengawal perbatasan laut Malaysia-Indonesia (Malindo) dan Philipina-Indonesia (Philindo).

Kondisi cuaca yang mendukung membuat perjalanan semakin lancar. KRI Ahmad Yani berlayar dengan kecepatan 8 knot (setara 14,8 kilometer per jam) ketika melewati alur perairan barat Surabaya (APBS). Butuh sekitar empat jam menuju Laut Jawa.

Di tengah Laut Jawa, kapal Fregat kelas Van Speijk yang dikomandani Letkol Laut (P) Setyawan melaju dengan kecepatan 12 knot (setara 22,2 kilometer per jam). Ombak yang tenang tidak terlalu mengguncang lambung kapal. Terasa tenang seperti mengendarai mobil mewah.

[​IMG]Latihan Pengiriman Barang - Helikopter SAR mengambil barang di kapal utama yang akan dikirim ke kapal lain saat latihan pengiriman barang Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Sabtu (21/1/2017). Latihan itu untuk melatih kesigapan pengiriman barang menggunakan helikopter dari kapal utama ke kapal lainnya yang membutuhkan logistik. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Suara bising terdengar dari lambung kiri kapal. Heli Bolcow mendarat di dek buritan dengan rapi. Tim helideck bergegas mempersiapkan kedatangan helikopter yang dipiloti Kapten Haryanto. ”Heli yang biasa dipakai latihan masih diperbaiki. Jadi, untuk sementara menggunakan heli milik TNI-AL yang dipakai Basarnas untuk Latpratugas,” ujarnya.

Setelah heli mendarat, semua prajurit kembali menempati posisi masing-masing untuk melanjutkan aktivitas. Saya bersama pewarta foto Jawa Pos Guslan Gumilang menuju ruang makan anggota. Kami siap menyantap masakan kapal perang.

Saat itu menu untuk sarapan adalah telur dadar dan sayur sawi putih. Memang agak kurang asin. Namun, rasanya cukup. ”Masakan di kapal itu hanya ada dua. Enak dan enak sekali,” kata Serma Tedy Sujana, staf Dinas Penerangan Koarmatim, yang ikut bertugas di atas KRI Ahmad Yani.

Selesai sarapan, kami bergegas menuju kamar bintara. Setiap personel harus berjalan bergantian di lorong seluas 1,5 x 2 meter. Untuk menuju kamar yang berada di bawah garis air, kaki dan tangan harus kompak agar bisa masuk ke dalam lubang selebar 1 x 1 meter. Juga, melewati tangga dengan kemiringan 75 derajat. Sedikit kerepotan kalau membawa barang banyak.

Jangan dibayangkan kamarnya seluas kamar di rumah. Setelah masuk ke dalam, tempat tidur (bed) berukuran 1 x 2 meter susun tiga sudah menyambut. Ada delapan bed serupa di dalam ruangan berukuran 6 x 6 meter tersebut. Itulah kamar para pelaut setingkat bintara.

Kami tidur sejenak sambil menikmati ombak tenang yang membawa kapal berlayar. ”Peran heli alert 30, peran heli alert 30.” Suara dari pengeras itu membuat tidur nyenyak kami terjaga. Ternyata, itu merupakan kode persiapan latihan helikopter yang akan dimulai 30 menit lagi.

Tepat pukul 15.30, kami bergegas menuju dek kapal. Heli bersiap take off. Akan ada sesi foto KRI dari atas udara. ”Tidak mudah mengambil foto dari dalam helikopter. Ruang gerak terbatas. Getarannya banyak. Jadi, harus pandai menyesuaikan,” papar Guslan Gumilang, pewarta foto Jawa Pos.

Setelah sesi foto, kami mulai membersihkan diri. Maklum, sejak pagi belum mandi. Hehehe…

Lagi-lagi, kamar mandi tidak seperti yang dibayangkan. Di dalam kapal, kamar mandi anggota menggunakan bak mandi panjang berbahan besi. Luasnya hanya 4 x 2 meter. Ada yang panjangnya 0,5 x 1 meter. Ada juga yang 0,5 x 2 meter. Tidak ada sekat. Jadi, kalau mandi bareng, dipastikan akan telanjang bersama. Oops…

Kalau tidak terbiasa, mau mandi rasanya malu-malu kucing. Tapi, mau bagaimana lagi. Kalau tidak mandi, keringat yang menempel di badan bakal mengganggu aktivitas karena risi. Ya sudah. Mandi bareng anggota akhirnya terlaksana dengan khidmat.

Ketika makan malam, kami mendapat kesempatan makan bersama perwira menengah. Di antaranya, Komandan Satuan Kapal Eskorta (Dansatkor) Kolonel Laut (P) Aryantyo Condrowibowo selaku wakil komandan latihan (Wadanlat) 1 dan Kolonel Laut (P) Anung Sutanto selaku wakil komandan latihan (Wadanlat) 2. Juga, Kolonel Laut (P) Mulyadi selaku kepala pengawas pengendali (Kawasdal) latihan serta Letkol Laut (P) Seno Ario Wibowo yang bertindak sebagai perwira staf operasi (Pasops) latihan.

Sempat grogi ketika makan malam bersama pejabat matra laut. Sebab, itu merupakan pengalaman pertama makan satu meja bersama pejabat TNI-AL. Setelah mengambil nasi, lauk, dan air minum, kami duduk satu meja bersama perwira menengah. Kursi digeser perlahan. Lalu, duduk tegap.

Mohon izin makan, Ndan” seolah menjadi kalimat sakral sebelum makan. Setelah doa tentunya. Semua anggota selalu mengucapkan kalimat tersebut. Etika makan harus benar-benar dijaga. Jangan sampai makan sebelum izin komandan.

Setelah makan, kami berbincang ringan bersama para perwira. ”Sudah pernah naik kapal perang?” tanya Letkol Seno.

Dengan tegas, saya menjawab, ”Siap, ini pengalaman pertama saya, Ndan.

Wah, hati-hati mabuk laut ya,” canda Letkol Seno, lantas tertawa, yang membuat suasana semakin cair.

Selesai makan malam, kami kembali ke kamar tidur bintara yang susun tiga tadi. Ombak tenang mengantarkan kami ke dalam mimpi indah.

Jumat (20/1), pukul 05.30, para prajurit bergegas menuju dek kapal. Kami yang baru terjaga mengikutinya sambil membawa ”alat tempur” berupa kamera DSLR lengkap dengan lensa pendukungnya. Sementara itu, para prajurit membawa alat tempur berupa senjata laras panjang jenis AK 47.

Di atas dek buritan, ada seorang prajurit yang tertembak di bagian badan dan kaki. Lalu, tim medis Koarmatim mengevakuasi korban ke dalam helikopter. Ternyata itu hanya skenario. Ceritanya, heli sedang mengevakuasi seorang prajurit yang tertembak dalam pertempuran di perairan Karimunjawa.

Ya, kami sudah sampai di Karimunjawa. Di atas dek buritan KRI Ahmad Yani, terlihat keindahan Pulau Karimunjawa dari kejauhan. Warna hijau pepohonan menyelimuti pulau yang berada di wilayah Provinsi Jawa Tengah tersebut.

Setelah skenario evakuasi, kami sarapan. Kali ini, kami diminta sarapan di lounge room bersama perwira. Seperti biasa, kalimat sakral ”Mohon izin makan, Ndan” harus diucapkan sebelum menyantap makanan.

Ketika sarapan satu meja bersama Komandan KRI Ahmad Yani Letkol Laut (P) Setyawan berlangsung, ombak setinggi 1 meter mengguncang lambung kapal. Rasa mual mulai terasa. Maklum, pengalaman pertama berlayar di kapal perang.

kri-fatahillah-361-koarmatimKRI Fatahillah 361 di peraian Karimun Jawa. (koarmatim)

Pukul 10.00, semua kapal perang bersiap menembakkan meriam. Yakni, KRI Fatahillah, KRI Tongkol, KRI Hiu, KRI Ajak, KRI Sura, dan KRI Ahmad Yani tentunya. Yang menjadi sasaran tempur adalah pulau gundul.

Suara dentuman meriam kaliber 120 milimeter KRI Fatahillah terdengar pelan. Jarak KRI Ahmad Yani dan KRI Fatahillah sekitar 500 yard. Jadi, suara meriam dari kapal kelas corvette itu tidak terlalu terdengar keras.

Setelah semua kapal menembakkan meriam, kami kembali ke kamar tidur bintara untuk bersiap salat Jumat. Sayangnya, kondisi perut tidak bersahabat. Rasa mual tidak bisa ditahan lagi. Sudah terlalu mual karena guncangan ombak.

Akhirnya saya berlari ke toilet. Semua sarapan tadi pagi keluar dari dalam perut. Badan terasa lemas. Setelah kembali ke kamar bintara, tubuh hanya bisa berbaring di atas bed. Sampai melewatkan salat Jumat.

BPkyh_IAJ4F.jpgKapal selam KRI Nanggala-402 buatan tahun 1952 saat latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Jumat (20/1/2017). (yery wahyudi)

Pukul 14.00, saya terjaga. Rasa mual sudah hilang. Tubuh sudah mulai beradaptasi dengan struktur kapal. Persiapan sesi foto udara kembali dilakukan. Kali ini, objek yang diambil adalah kapal selam KRI Nanggala.

Selesai sesi foto, kami menikmati keindahan sunset di perairan Karimunjawa sambil hunting foto kapal perang yang membelah ombak di belakang KRI Ahmad Yani.

Setelah puas hunting, kami membersihkan diri. Kami diperbolehkan mandi di kamar mandi perwira. Berbeda dengan kamar mandi anggota. Kamar mandi perwira memiliki sekat. Jadi, tidak bisa mengintip teman di sebelah. Hehehe…

Pada malam hari ada skenario anti air rapid open fire (AAROF) sebagai bentuk pertahanan dari serangan musuh di udara. Sebanyak 50 amunisi kaliber 12,7 milimeter dilayangkan dari bibir senjata mitraliur.

Lalu, kami mengobrol santai sambil menikmati kopi pada malam hari di atas dek buritan bersama para prajurit matra laut, Komando Pasukan Katak (Kopaska), dan beberapa perwira.

[​IMG]Latihan RAS - Prajurit KRI Fatahilla-361 menembakan tali kearah KRI Ahmad Yani-351 saat menggelar latihan RAS (Replenishment at Sea) Latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Sabtu (21/1/2017). Latihan RAS tersebut merupakan bagian penting langkah antisipasi melaksanakan bekal ulang di laut sebagi pendoman prajurit Koarmatim sebelum melakukan operasi perbatasan laut Indonesia-Malaysia dan Philipina. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Keesokan harinya, Sabtu (21/1), seluruh armada berlayar menuju Dermaga Ujung, Makoarmatim Surabaya. Di tengah perjalanan, aksi helikopter kembali dilakukan. Ada pengambilan foto formasi kapal dari udara.

Formasi yang dibentuk adalah Replenishment at Sea (RAS). Yaitu, formasi untuk mendistribusikan logistik antarkapal. Posisi kapal harus sejajar dengan kapal lain. Haluan dan kecepatan disesuaikan dengan akurat.

[​IMG]Latihan Tim VBSS - Tim VBSS (Visit Boarding Search And Saeizure) KRI Ahmad Yani-351 mengamankan awak kapal saat melakukan simulasi penyergapan kapal asing ilegal Latihan Pratugas Satgas Operasi Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Maphilindo 2017 di Laut Jawa, Sabtu (21/1/2017). Latihan VBSS itu untuk meningkatkan naluri tempur prajurit Koarmatim dalam kerjasama dan ketanggapsiagaan dalam mengantisipasi situasi saat melakukan pemeriksaan di laut. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)

Setelah sesi foto berakhir, KRI Ahmad Yani sudah sampai di APBS. Tiba-tiba ada delapan prajurit bersenjata AK 47 yang naik ke KRI Ahmad Yani. Sejumlah anak buah kapal (ABK) diamankan. Nakhoda kapal menyerang prajurit dengan menggunakan senjata tajam. Sayangnya, serangan nakhoda bisa dilumpuhkan dalam hitungan detik.

Itu merupakan kegiatan pemeriksaan kapal atau visit board search and seizure (VBSS), yang menjadi skenario latihan terakhir sebelum kapal tiba di Dermaga Ujung, Makoarmatim Surabaya. Setelah tiga hari dua malam berlayar, rasanya berat meninggalkan KRI Ahmad Yani. Keakraban bersama para prajurit hingga perwira TNI-AL membuat kaki terasa berat melangkah.

Setelah KRI Ahmad Yani bersandar, perjalanan resmi berakhir.

Jalesveva Jayamahe…!!!

  Jawapos  
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...