MBT Altay (BMC)
Turki memulai produksi massal tank tempur terbarunya, Altay, di pabrik Ankara milik produsen otomotif dalam negeri, BMC.
Melansir Anadolu Ajansi, Jumat (5/9), Altay dilengkapi dengan teknologi modern mesin BATU yang dikembangkan oleh BMC Power, anak perusahaan BMC.
Pabrik produksi BMC di Ankara menggunakan robot industri dan teknologi produksi generasi terbaru untuk membuat tank, mulai dari pembuatan rangka hingga jalur perakitan akhir.
Ketua BMC Fuat Tosyali mengatakan kepada bahwa perusahaannya merasakan kebahagiaan mewujudkan mimpi Turki selama satu abad untuk memiliki tank tempur utama buatan dalam negeri.
Tosyali menyebutkan bahwa mesin militer dalam negeri telah dikembangkan di BMC Power sejak tahun lalu, dengan keluaran tenaga antara 400 hingga 1.500 tenaga kuda (horsepower).
"Pabrik kami kini telah memulai produksi massal, setelah peletakan fondasinya baru tahun lalu, kami berharap dapat memenuhi kebutuhan Angkatan Bersenjata Turki dan negara-negara sekutu di industri pertahanan," ujarnya.
Ia menekankan bahwa kelompok tenaga BATU, mesin buatan dalam negeri, masih perlu menyelesaikan sejumlah proses sebelum dapat digunakan di tank BMC.
"Kelompok tenaga ini harus 'berjalan' sejauh 10 ribu kilometer, dan juga harus melewati sejumlah uji performa," ujarnya.
"Sejauh ini, tidak ada kendala yang ditemukan dalam program kelompok tenaga kami, dan seluruh komponennya, termasuk sistem udara dan pertahanan, diuji bersamaan dengan tank. Di pabrik ini, kami akan memproduksi Altay sekaligus kendaraan tempur lapis baja generasi baru delapan-roda, Altug," imbuhnya.
Sementara itu, Presiden Lembaga Industri Pertahanan Turki (SSB) Haluk Gorgu mengatakan lembaganya memberikan dukungan besar atas keberhasilan ini.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan katanya juga turut terlibat dalam prosesnya, mengikuti perkembangan investasi.
"Kami hampir setiap hari bertemu untuk proyek ini, yang paling penting bagi kami adalah pabrik ini kini telah memulai produksi massal," ujarnya.
"Tank yang kami sediakan tahun lalu untuk pengujian telah menunjukkan seluruh kemampuannya dan lulus tes dengan sukses, dan sekarang setelah pabrik kami juga selesai, kami akan memproduksi tank kami di sini dan menyerahkannya kepada pasukan kami," tambahnya. (fby/sfr)
♞ CNN
⚓️ Gunakan mesin China yang belum teruji
Thailand pilih gunakan mesin China yang belum teruji untuk proyek kapal selam senilai Rp 6,9 triliun. Langkah Bangkok ini diduga karena ada tekanan dari Beijing. (Foto/Gordon Arthur/Defense News)
Dalam sebuah langkah yang menegaskan meningkatnya kegelisahan di antara negara-negara tetangga China, Thailand diam-diam tunduk pada tuntutan Beijing dengan menerima mesin diesel buatan China untuk kapal selam Yuan-class S26T yang bermasalah. Mesin itu disebut-sebut jauh dari standar internasional.
Mengutip dari Mizzima, Selasa (2/9/2025), keputusan yang disetujui kabinet Thailand ini menandai pergeseran besar dalam strategi pengadaan pertahanan negara itu, sekaligus memperlihatkan realitas tak nyaman ketika harus berhadapan dengan China yang kian agresif.
Kesepakatan kapal selam senilai USD 417 juta (Rp 6,9 triliun) yang diteken pada 2017 awalnya mencantumkan mesin diesel Jerman MTU396, yang terkenal karena keandalan, performa, dan sertifikasi globalnya.
Namun, ketika embargo senjata Uni Eropa terhadap China menghalangi ekspor mesin itu, Beijing menawarkan pengganti: sistem propulsi CHD620 buatannya sendiri, sebuah prototipe yang belum pernah teruji di medan tempur maupun dalam misi jangka panjang.
Thailand sempat menolak, pembangunannya mandek dan negosiasi berlarut. Namun akhirnya Bangkok menyerah dan menerima mesin itu.
Kapal selam yang baru dua pertiga selesai itu sudah dibiarkan begitu saja sejak 2021. Tanpa opsi mesin Jerman, China gencar meyakinkan Angkatan Laut Kerajaan Thailand (RTN) bahwa CHD620 “setara secara fungsional” dengan MTU396.
Klaim tersebut dipandang skeptis oleh banyak pakar pertahanan di kawasan. CHD620 belum pernah digunakan di armada manapun dan tak lolos uji internasional ketat, dan oleh karena itu dianggap sebagai pengganti kelas dua.
Namun Thailand akhirnya setuju melanjutkan proyek dengan mesin China, menambah waktu pembangunan lebih dari 1.200 hari. RTN, dalam pernyataan yang lebih mirip upaya meredam diplomatik ketimbang keyakinan militer, berterima kasih kepada kabinet atas izin melanjutkan proyek. Mereka menyebut mesin China itu “sudah diuji dan terbukti memiliki kinerja dan keamanan setara atau bahkan lebih baik dibanding model sebelumnya.” Klaim ini sama sekali tidak didukung verifikasi independen.
Dorongan Agresif China
Penerimaan Thailand terhadap mesin China bukan hanya kompromi teknis, melainkan juga konsesi geopolitik. Membatalkan kontrak bisa memicu kemarahan Beijing dan mengancam perdagangan, investasi, hingga hubungan diplomatik. Di kawasan yang berada dalam bayang-bayang pengaruh China, negara kecil sering kali tak punya banyak pilihan selain patuh.
Fenomena ini menggambarkan pola lebih besar: dorongan agresif China menembus pasar senjata global, terutama dengan menyasar negara berkembang yang minim daya tawar. Dengan menawarkan harga miring dan skema pembiayaan fleksibel, Beijing merayu negara-negara di Asia, Afrika, hingga Amerika Latin untuk membeli peralatan militernya—meski harus mengorbankan kualitas, transparansi, dan keandalan jangka panjang.
Strateginya sederhana namun efektif: memposisikan diri sebagai pemasok “ramah” bagi negara yang tak sanggup mengakses pasar persenjataan Barat, dengan menjual kapal selam, jet tempur, drone, hingga sistem rudal dengan harga sebagian kecil dari produk Barat. Tetapi tawaran ini punya konsekuensi: teknologi inferior, kontrak tidak transparan, dan leverage politik.
Skenario Thailand menjadi contoh nyata. Dari awal kontrak ini sudah kontroversial, dengan banyak pihak mempertanyakan urgensi strategisnya. Kini, dengan penggantian mesin buatan China, proyek ini terancam menjadi “gajah putih”—aset mahal dan tak optimal yang lebih mencerminkan penyerahan diplomatik ketimbang kekuatan maritim.
Para analis pertahanan memperingatkan bahwa mesin CHD620 tak memiliki rekam jejak operasional seperti mesin Jerman. Performa dalam kondisi nyata belum terbukti, dan integrasinya dengan lambung S26T menimbulkan tanda tanya soal kompatibilitas, perawatan, hingga daya tahan jangka panjang. Intinya, Thailand menerima mesin prototipe untuk kapal selam garis depan—taruhan berisiko yang bisa melemahkan keamanan maritimnya selama dekade-dekade mendatang.
Pilihan Sulit
Ambisi China sendiri di pasar senjata global terus meluas. Negara itu sudah menjadi eksportir senjata terbesar keempat di dunia, di bawah Amerika Serikat, Rusia, dan Prancis. Berbeda dengan pesaingnya, China membidik negara-negara yang minim akses ke teknologi Barat dengan paket “instan” yang lebih menonjolkan keterjangkauan ketimbang mutu.
Dari jet tempur JF-17 milik Pakistan hingga kendaraan lapis baja Nigeria, senjata China kian tersebar di Global South. Namun banyak sistem itu bermasalah: isu keandalan, layanan purna jual buruk, serta keterbatasan interoperabilitas dengan standar NATO. Meski begitu, bagi negara yang terdesak kebutuhan modernisasi militer, opsi dari China sering menjadi satu-satunya jalan.
Strategi ini bukan sekadar komersial, tapi juga geopolitik. Dengan menanamkan perangkat militer ke infrastruktur pertahanan negara-negara berkembang, China meraih pengaruh, akses, sekaligus leverage. Ketergantungan yang terbentuk melampaui ranah militer, hingga memengaruhi kebijakan luar negeri, perdagangan, bahkan orientasi politik kawasan.
Keputusan Thailand untuk melanjutkan dengan mesin China mencerminkan kalkulasi sulit yang dihadapi banyak negara di orbit Beijing. Pilihannya jarang antara baik dan buruk, melainkan antara buruk dan lebih buruk. Menolak bisa memicu balasan diplomatik, menerima berarti mengorbankan mutu dan otonomi strategis.
Pada akhirnya, kapal selam itu mungkin akan berlayar, tapi di bawah bayang-bayang kesepakatan dan mesin yang penuh kompromi. Ambisi maritim Thailand kini terikat pada kapal yang digerakkan ketidakpastian, dan pemasok dengan motif yang jauh melampaui galangan kapal.
Saat China terus membanjiri pasar senjata global dengan produk kelas dua, pertanyaan utamanya bukan lagi apakah sistem itu akan bekerja, melainkan apakah negara-negara pembeli akan pernah lepas dari biaya politik yang menyertainya. Bagi Thailand, kapal selam ini tak lagi sekadar aset militer, tapi menjadi kisah mengenai kehati-hatian. (mas)
⚓️ Singgah di Lampung
MPCS KRI BWJ 320 tiba di tanah air menuju Lampung. (Dispenal)
KRI Brawijaya, Kapal Tempur Serbaguna/Pattugliatore Polivalente d'Altura (PPA) pertama milik Angkatan Laut Indonesia (TNI AL), telah tiba di Indonesia setelah pelayaran enam minggu dari Italia.
Kapal ini kini menjadi kapal tempur permukaan utama terbesar dan tercanggih di Indonesia.
Kapal tersebut, yang awalnya dibangun untuk Angkatan Laut Italia, berangkat dari La Spezia, Italia, pada tanggal 29 Juli, berlayar melalui Mediterania, Terusan Suez, Laut Arab, dan Samudra Hindia sebelum tiba di Pangkalan Angkatan Laut Lampung di ujung selatan Pulau Sumatra melalui Selat Sunda.
Sepanjang perjalanan, kapal singgah di Turki, Mesir, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Sri Lanka, menunjukkan ambisi Indonesia untuk mengembangkan kemitraan maritim di berbagai wilayah maritim utama. Demi keamanan selama pelayaran, satu tim pasukan khusus TNI AL disiagakan di atas kapal.
KRI Brawijaya berlayar bersama ITS Caio Duilio, diambil dari helikopter NH90. (AL Italia)
Dalam perjalanannya, KRI Brawijaya melakukan latihan gabungan dengan fregat FREMM Angkatan Laut Mesir, ENS Tahya Misr (FFG 1001), dan korvet TNI AL kelas Diponegoro (SIGMA 9113), KRI Sultan Iskandar Muda (367), di Laut Mediterania.
Kapal tersebut juga melakukan latihan gabungan dengan kapal perusak perang udara kelas Andrea Doria milik Angkatan Laut Italia, ITS Caio Duilio (D 554), di dekat Laut Merah, serta korvet kelas Gowind milik UEA, UAEN Bani Yas (P110) di Laut Arab. Latihan ini mencakup simulasi pertahanan udara, peperangan elektronik, dan pengisian bahan bakar di laut.
Setelah tiba di Lampung, KRI Brawijaya akan berlayar ke Jakarta untuk menghadiri acara-acara resmi sebelum melanjutkan perjalanan ke Surabaya, Jawa Timur, tempat Komando Armada II TNI AL bermarkas. Kapal ini akan ditempatkan di bawah kendali operasional Armada II setelah beroperasi penuh.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya oleh Naval News, kapal tersebut dikirimkan dalam konfigurasi FFBNW tanpa rudal. Namun, TNI AL telah menyatakan niatnya untuk meningkatkan fregat tersebut ke konfigurasi tempur penuh, dengan kemungkinan memasang sistem rudal lengkapnya, termasuk Aster 30, di dalam negeri.
(Pen Pasmar 1)
Dalam rangka mendukung upaya pengamanan unjuk rasa yang berlangsung di wilayah Jakarta, prajurit dari Batalyon Komunikasi dan Elektronika 1 Marinir (Yonkomlek 1 Mar) diterjunkan sebagai pengawak drone untuk memantau situasi secara real time dari udara yang dilaksanakan di Mako Kormar, Kwitang, Jakarta Pusat, Kamis (04/09/2025).
Penggunaan drone ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemantauan wilayah, memberikan data visual terkini kepada satuan komando, serta mempercepat pengambilan keputusan di lapangan.
Marinir lakukan pemantauan situasi musuh dengan drone dalam Latma SGS 25 (Pen Pasmar 1)
Dengan kemampuan teknologi pengindraan jarak jauh, drone yang dioperasikan oleh prajurit Yonkomlek 1 Mar mampu mengamati pergerakan massa, memetakan titik-titik kerawanan, dan mendukung koordinasi antar satuan TNI–Polri.
Di tempat yang berbeda Danyon Komlek 1 Mar Letkol Marinir Bernardus Yudi Ari Wibowo, MTr.Opsla. menyampaikan langkah ini sekaligus membuktikan kesiapan dan profesionalisme Korps Marinir dalam menghadapi tantangan keamanan di era modern, dimana teknologi menjadi bagian integral dari operasi militer maupun tugas kemanusiaan dan pengamanan dalam negeri.
⚓️ Kapal kedua Istambul classIstif class
Fregat TCG Içel (F-518) diluncurkan ke laut dalam sebuah upacara di Galangan Kapal Safine, Yalova, Türkiye, 1 September 2025. (Foto AA)
Türkiye pada hari Senin meluncurkan kapal nasional kedelapannya yang diproduksi dalam proyek MILGEM ke laut dalam sebuah upacara yang diadakan di provinsi Yalova di barat laut.
Fregat multiperan bernama TCG Içel (F-518) tersebut diluncurkan dalam upacara di Galangan Kapal Sefine di distrik Altınova, Yalova.
Proyek TCG Içel ditandatangani pada 6 April 2023 oleh Presidensi Industri Pertahanan (SSB), perusahaan patungan galangan kapal TAIS, dan perusahaan pertahanan STM untuk memproduksi tujuh unit fregat "kelas Istif". Dua dari tujuh unit tersebut sedang dalam tahap konstruksi di Galangan Kapal Sefine.
TCG Içel dapat menjalankan misi pengawasan, pengintaian, patroli, perang anti-kapal selam, pertahanan udara, pertahanan diri, dan pencarian serta penyelamatan dalam segala kondisi cuaca hingga sea state lima, atau hingga kedalaman 13 kaki (4 meter).
Fregat ini akan bertugas melindungi transportasi laut di perairan pesisir, melacak dan mencegah serangan teroris, serta memberikan dukungan amfibi.
TCG Içel memiliki panjang 113 meter (370,7 kaki) dengan total kapasitas sekitar 3.200 ton.
Fregat ini dilengkapi kombinasi mesin turbin gas dan diesel, yang mampu mencapai kecepatan maksimum lebih dari 29 knot. Kapal ini memiliki jangkauan 5.700 mil laut pada kecepatan 14 knot dan 4.000 mil laut pada kecepatan 19 knot dengan konsumsi bahan bakar 95%.
Fregat ini dapat tetap berada di laut setidaknya selama dua minggu dengan perbekalan dan kapasitas air, sementara dek helikopter kapal akan memungkinkan helikopter seberat 10 ton atau kendaraan udara nirawak (UAV) ditempatkan di atasnya.
TCG Içel dilengkapi dengan sistem persenjataan, sensor, dan perangkat lunak buatan dalam negeri. Meriam 76 milimeter buatan perusahaan Türkiye MKE, sistem pertahanan udara jarak dekat Gökdeniz, sistem peluncur vertikal Midlas, dan rudal antikapal Atmaca merupakan beberapa perlengkapan dalam negeri yang digunakan di kapal.
Radar pencari udara dan permukaan 3D, radar kendali tembakan, sistem pencarian dan pelacakan elektro-optik, sistem peperangan elektronik, dan sistem manajemen pertempuran jaringan ADVENT juga akan terintegrasi dengan persenjataan tersebut.
TCG Içel dibuat melalui kerja sama 200 perusahaan pemasok, dengan tingkat kandungan produksi dalam negeri lebih dari 70%.
Terbesar dari UEA
Ilustrasi, KRI BTO 357 melakukan penembakan rudal Exocet (Dispenal)
Sepanjang Januari-Juli 2025, Indonesia mengimpor peralatan militer secara besar-besaran. Tercatat impor senjata dan amunisi serta bagiannya bernilai US$ 65 juta atau setara Rp 1,06 triliun (kurs Rp 16.386).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), yang dikutip detikFinance, Rabu (3/9/2025), impor itu dilakukan melalui tiga kategori. Pertama, impor senjata militer selain revolver serta pistol senilai US$ 46,83 juta atau Rp 767,35 miliar dengan volume mencapai 99.883 kilogram (kg).
Impor untuk kategori ini yang terbesar berasal dari Uni Emirat Arab dengan nilai US$ 25,84 juta. Setelah itu, disusul Amerika Serikat (AS) sebesar US$ 11,58 juta, Italia US$ 7,36 juta dan negara lainnya US$ 2 juta.
Kategori kedua, yaitu impor bom, granat, torpedo, ranjau, rudal dan amunisi perang sejenisnya dengan nilai US$ 17,84 juta atau Rp 292,32 miliar sampai Juli 2025. Volume untuk impor jenis itu mencapai 25.326 kg.
Prancis menjadi negara pemasok terbesar untuk Indonesia mendapatkan bom, granat, torpedo, ranjau, rudal dan amunisi perang dengan nilai US$ 12,66 juta, diikuti Republik Ceko sebesar US$ 2,52 juta, Korea Selatan US$ 1,67 juta, serta negara lainnya US$ 979.822.
Sementara itu, impor untuk kategori amunisi dan proyektil lainnya termasuk peluru tercatat lebih kecil, yakni US$ 358.677 dengan volume 16.423 kg. AS mendominasi pasokan ini dengan nilai US$ 255 ribu, disusul Korea Selatan dan Jepang. (aid/bai)
Latma Urban Warfare yang digelar King Abdullah II Special Operations Training Center (KASOTC), di Amman, Yordania (TNI AL)
Pasukan elite Korps Marinir TNI AL dari Batalyon Intai Amfibi 3 Marinir, menuntaskan misi dalam Latihan Bersama (Latma) Purkota yang digelar King Abdullah II Special Operations Training Center (KASOTC), Amman, Yordania, Timur Tengah, awal pekan ini.
Dalam latihan tersebut, prajurit Korps Marinir tergabung bersama pasukan Korps Artileri Kerajaan Yordania dan personel dari berbagai negara sahabat.
Materi latihan yang telah diberikan meliputi operasi darat, pertempuran kota (Urban Warfare), hingga simulasi operasi penyelamatan sandera.
Seluruh rangkaian latihan dilaksanakan dengan penuh semangat dan profesionalisme yang tinggi.
Latihan yang berlangsung selama beberapa bulan ini ditutup secara resmi melalui latihan puncak berupa simulasi pertempuran kota di KASOTC.
Pada kesempatan tersebut, seluruh peserta dari berbagai negara, termasuk TNI AL menerima sertifikat sebagai tanda kelulusan dan keberhasilan menyelesaikan misi latihan.
Menurut Danpasmar 3 Brigjen TNI Mar Andi Rahmat, latihan ini bukan hanya sebagai ajang untuk meningkatkan kemampuan teknis dan taktis, namun juga menjadi sarana mempererat hubungan kerja sama militer antara Indonesia dan Yordania, serta dengan negara-negara sahabat lainnya.
“Harapannya, Prajurit TNI AL dapat mengaplikasikan ilmu, pengalaman, dan keterampilan yang telah diperoleh dalam latihan ini ke dalam penugasan nyata di lapangan, serta menjadikannya sebagai motivasi untuk terus meningkatkan profesionalisme dalam mengabdi kepada bangsa dan negara,” ujar Danpasmar 3.
Pelaksanaan kegiatan tersebut merupakan implementasi dari perintah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Muhammad Ali yang menekankan kepada Prajurit TNI AL agar meningkatkan kesiapan dan kesiapsiagaannya untuk menghadapi segala ancaman yang datang.
(Poltekad)
Politeknik Angkatan Darat (Poltekad) kembali menunjukkan inovasi di bidang alutsista dengan melaksanakan uji coba mortir latih kaliber 81 mm.
Pengujian ini berlangsung di Lapangan Tembak Bedali, Lawang, dan dipimpin langsung oleh Mayor Arh M. Ali, S.T. beserta tim Penelitian dan Pengembangan Pertahanan (Litbanghan).
Uji coba ini menggunakan sistem pre-charge pneumatic system, sebuah teknologi baru yang dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan saat latihan menembak.
Mortir latih ini rencananya akan digunakan di berbagai satuan jajaran infanteri dan lembaga pendidikan di seluruh Angkatan Darat, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan prajurit dalam mengoperasikan mortir tanpa harus menggunakan amunisi tajam.
Mayor Arh M. Ali, S.T. menjelaskan bahwa sistem ini memungkinkan latihan menembak mortir menjadi lebih realistis, namun dengan biaya yang jauh lebih rendah dan risiko yang minimal. "Teknologi ini dirancang agar latihan menembak bisa dilakukan secara aman dan efektif," ujarnya.
Hasil dari uji coba ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan lebih lanjut dan implementasi mortir latih ini di seluruh kesatuan Angkatan Darat.
Helikopter AH-64E Apache milik TNI AD melakukan penembakan saat puncak Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Super Garuda Shield 2025 di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) di Martapura, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, Rabu (3/9/2025). Pelaksanaan puncak latihan The Combined Arm Live Fire Exercise (Calfex) melibatkan alutsista yang digunakan yakni dua pesawat F-16 milik TNI AU, dua helikopter AH-64 Apache milik TNI AD, roket Astros milik TNI AD, Vampire RM-70 Grade milik TNI AL serta alutsista milik tentara Amerika (US Army) yaitu empat helikopter AH-47 Apache dan roket Himars. (U.S. Army photo by Pfc. Seu Chan)
Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto memimpin Latihan Puncak Combined Arms Life Fire Exercise (CALFEX) atau latihan tembakan amunisi tajam terintegrasi pada Latgabma Super Garuda Shield (SGS) 2025 di titik tinjau Puslatpur TNI AD, Baturaja, Sumatera Selatan.
Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto di Baturaja, Kabupaten OKU, Sumsel, Rabu mengatakan bahwa Latihan Puncak CALFEX Latgabma Super Garuda Shield 2025 merupakan ajang memvalidasi kemampuan komandan lapangan untuk merencanakan dan melakukan tembakan langsung yang secara taktis, aman, dan realistis, menerapkan prinsip-prinsip taktik manuver dalam lingkungan pertempuran.
Dia mengatakan, dalam puncak Latgabma SGS tersebut melibatkan sebanyak 260 personel TNI AD, US ARMY 200 personel, Australia 100 personel, Jepang 75 personel, dan Singapura 25 personel.
Sedangkan, persenjataan dan alutsista yang digunakan adalah tiga HIMARS US ARMY, dua Astros SS 40 TNI AD, satu MLRS Vampire Marinir TNI AL, dua F-16 TNI AU, dua AH-64E TNI AD, empat AH-64E US Army, satu P8 Poseidon US Navy, dua F35 Australian Air Force.
Dalam latihan Puncak CALFEX ini, diawali dengan tembakan terintegrasi dari HIMARS Artileri 105mm yang melakukan tembakan pra-serangan untuk memfasilitasi penyerbuan, penerobosan, dan perebutan sasaran musuh oleh pasukan Infantri.
Pasmar 1 Taifib dalam latma SGS 2025 (Dispen TNI)
Kemudian pasukan Infantri kedua orang akan mengamankan sasaran yang telah dikuasai serta melaksanakan pembersihan wilayah musuh dan diakhiri dengan pengamanan Helicopter Landing Zone (HLZ).
Setelah HLZ diamankan, kata dia, dilaksanakan bantuan serangan udara oleh Helikopter tempur.
"Setelah wilayah dikuasai, pasukan Infanteri mengamankan wilayah yang telah dikuasai dan membangun pertahanan jika terjadi serangan balik musuh," katanya.
Dia menambahkan, secara umum SGS 2025 adalah kegiatan rutin tahunan yang digelar untuk meningkatkan persahabatan multilateral antar negara.
SGS 2025 yang digelar sejak 25 Agustus 2025 tersebut menjadi simbol solidaritas multinasional dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik, dan menunjukkan kesiapan TNI sebagai tuan rumah dan partner strategis Pasifik.
⍟ antara
Momen Prabowo Subianto menghadiri Parade Militer China. (Dok. Instagram Sekretariat Kabinet)
Presiden Prabowo Subianto kompak tepuk tangan dengan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin saat menyaksikan parade militer dalam rangka peringatan 80 tahun Victory Day di Tiananmen Square, Beijing, China, Rabu (3/9/2025).
Momen itu dibagikan Sekretariat Kabinet lewat postingan story di media sosial Instagram resminya. Tampak Prabowo, Putin, dan Xi Jinping berada di balkon Tiananmen Square. Sementara itu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un juga berada di balkon yang sama. Namun, dalam foto yang dibagikan tidak terlihat Kim Jong-un.
Dalam prosesi foto bersama hingga menyaksikan parade, Prabowo juga berdiri dan duduk sejajar dengan para pemimpin dunia itu. Parade militer ditandai dengan dentuman 21 meriam kehormatan mengawali acara, para tamu negara kemudian menyaksikan rangkaian atraksi militer yang spektakuler.
China memamerkan persenjataan canggih saat parade militer di Beijing. (Foto/RT)
Atraksi udara dimulai dengan flypass jet tempur, pesawat pembom strategis, pesawat angkut, helikopter, hingga drone yang terbang dalam formasi, termasuk manuver tim aerobatik Angkatan Udara PLA yang membentuk angka “80” di langit Beijing.
Selanjutnya, parade darat menampilkan kendaraan lapis baja, artileri, tank, rudal balistik antarbenua DF-31AG & DF-41, rudal anti-kapal YJ-20, JL-3 SLBM, hingga demonstrasi senjata energi terarah (laser misterius).
Puncaknya, tampil parade drone tempur stealth FH-97 dan beragam sistem tak berawak mutakhir. Di akhir parade, juga diterbangkan ribuan merpati hingga balon udara di langit yang menghiasi Tiananmen Square. (shf)
Senpi Rakitan-Busur Panah Disita
Prajurit Satgas Pamtas Mobile Yonif 10 Marinir/SBY menguasai salah satu rumah basis OPM di Aifat, Maybrat, Senin (1/9). (Dok. Dispen Kormar)
Pasukan Marinir dari Satgas Pamtas RI-PNG Mobile Yonif 10 Marinir/SBY Gobang IV menguasai 5 rumah yang dijadikan markas Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya. Marinir juga menyita senjata api (senpi) rakitan hingga busur panah.
"Pasukan Marinir berhasil merebut dan menguasai markas kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka di Muara Oasin," kata Dansatgas Pamtas Mobile Yonif 10 Marinir/SBY, Letkol Aris Moko kepada wartawan, Selasa (2/9/2025).
Penyergapan dilakukan di Muara Oasin, Sungai Kamundan Bawah, Aifat Selatan, Maybrat, Senin (1/9). Operasi raid amfibi digelar setelah diperoleh informasi keberadaan kelompok bersenjata OPM pimpinan Manfret Fatem (Ops Kodap IV Sorong Raya), Zeth Tamunete (Danyon Buaya Kodap IV Soraya), dan Silas Ky (Danyon Karif Hamid Kodap IV Soraya).
"Kelompok tersebut terlibat penyerangan Posramil Kisor dan Pos Bosha, penghadangan aparat keamanan hingga mengintimidasi masyarakat yang beraktivitas di Sungai Kamundan Bawah," kata Aris.
Dia menuturkan dalam operasi tersebut, pihaknya menguasai lima titik rumah kaki seribu yang menjadi markas persembunyian OPM. Saat penggerebekan tidak ada anggota OPM diamankan namun sejumlah barang bukti disita.
"Dalam operasi militer ini, Marinir berhasil menguasai lima titik rumah kaki seribu yang dijadikan basis persembunyian OPM," beber Aris.
"Dari lokasi tersebut, prajurit mengamankan sejumlah barang bukti, di antaranya senjata rakitan, busur dan anak panah, senjata tajam, telepon genggam, bendera dan atribut Bintang Kejora, panel surya, accu serta perahu ketinting," tambahnya.
Aris menegaskan bahwa operasi ini menjadi bukti ketegasan TNI dalam menumpas kelompok separatis bersenjata di Papua. Ia memastikan operasi akan terus dilanjutkan untuk menjamin keamanan masyarakat.
"Tidak ada ruang bagi kelompok makar di tanah Papua. Marinir akan terus mengejar, menekan dan menghancurkan setiap ancaman yang mengganggu masyarakat serta mencoba merongrong kedaulatan negara," tegasnya. (hsr/ata)
Pelaku Diduga Pembunuh Bayaran
Kamera keamanan yang terpasang di Blok 3 Avenida Cesar Vallejo merekam detik-detik saat dua orang bersepeda motor menunggu Zetro sebelum memberondongnya dengan tembakan. (Foto: Tangkapan Layar/Exitosa)
Kamera pengawas (CCTV) merekam detik-detik penembakan tragis yang menewaskan Zetro Leonardo Purba (40), diplomat muda Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI saat ia baru tiba di kediamannya kawasan Distrik Lince, Lima, Peru, Senin (1/9/2024) malam.
Kamera keamanan yang terpasang di Blok 3 Avenida Cesar Vallejo merekam detik-detik saat dua orang bersepeda motor menunggu Zetro sebelum memberondongnya dengan tembakan. Kontan, peristiwa itu mengejutkan komunitas diplomatik serta warga sekitar.
Dilansir media setempat, Exitosa, dalam rekaman CCTV terlihat para pelaku diduga sicario (pembunuh bayaran) berhenti di dekat gedung, mengawasi kedatangan korban yang pulang ke rumah dengan sepeda setelah menjalankan tugas di kedutaan.
Begitu Zetro berhenti di depan gedung apartemen, para penyerang langsung melepaskan tembakan tanpa ragu. Setelah itu mereka melarikan diri dengan kecepatan tinggi menggunakan sepeda motor, meninggalkan korban dalam kondisi kritis.
Korban segera dibawa ke Klinik Javier Prado. Namun, meski sempat mendapat upaya pertolongan medis, nyawa Zetro dinyatakan tidak tertolong. Mayor Daniel Guivar dari Kepolisian Nasional Peru (PNP) menyebutkan bahwa kejadian ini merupakan pembunuhan serius pertama di Distrik Lince tahun ini.
"Motif di balik pembunuhan belum diketahui, tetapi kemungkinan adanya aksi balas dendam tidak dapat dikesampingkan. Saat ini Divisi Homicidio serta DEPINCRI Jesus Maria sedang melakukan penyelidikan,” kata Mayor Daniel.
Menurut Mayor Daniel, berdasarkan ciri fisik yang diidentifikasi dari rekaman kamera keamanan, para pelaku adalah warga negara asing.
Pihak berwenang kini menggelar operasi di berbagai titik ibu kota untuk memburu para pelaku. Rekaman video yang diperoleh menjadi bukti penting untuk menelusuri jejak pelarian dan mengonfirmasi identitas pelaku. Polisi juga telah menutup area depan gedung untuk melakukan olah TKP dan mengumpulkan barang bukti.
Diketahui, Zetro baru lima bulan bertugas di Peru sebagai diplomat. Ia tinggal di apartemen bersama istri dan tiga anaknya yang masih kecil. Menurut keterangan warga sekitar, Zetro kerap berangkat ke kantor kedutaan menggunakan sepeda.
Lokasi kejadian hanya berjarak beberapa meter dari Taman Ramon Castilla, kawasan yang ramai oleh aktivitas keluarga dan perdagangan. Hal ini memicu kemarahan warga karena aksi kekerasan terjadi di ruang publik yang seharusnya aman.