Mayor Jenderal Qassem Soleimani, Komandan Pasukan Khusus Iran. [tasnimnews]●
Pada tanggal 24 Juli 2015, sebuah pesawat komersil Iran mendarat di Bandara Udara Moskow, Rusia.
Tidak ada yang istimewa terkait hal tersebut, semua berjalan seperti biasanya. Namun belakangan, pihak intelijen negara barat baru mengetahui bahwa pesawat itu mengangkut seseorang yang “istimewa”.
Sosok itu adalah Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Soleimani merupakan Komandan pasukan Satuan elite Garda Revolusi Iran, Qods Force.
Soleimani juga kerap dijuluki Komandan pasukan bayangan (Shadow Commander) oleh media-media Barat.
Pria ini diyakini sebagai otak operasi intelijen Iran di hampir semua palagan di Timur Tengah.
Sebut saja Irak, Afghanistan, Lebanon, Suriah, bahkan Yaman.
Sejumlah kalangan meyakini tanpa kehadiran Soleimani di Suriah, rezim Bashar al Assad saat ini tinggalah kenangan.
Nah, apa maksud dan tujuan perwira tinggi Iran ke Moskow kala itu?
Belakangan terkuak kunjungan Soleimani saat itu untuk menemui Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Presiden Vladimir Putin.
Dalam tulisannya, Tom Perry, Kepala Biro Reuters di Timur Tengah mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, Soleimani meyakinkan Rusia bahwa Suriah sangat membutuhkan kehadiran militer negara itu.
Menurut Soleimani, posisi Assad yang terjepit kelompok pemberontak bisa berbalik di atas angin jika Rusia hadir dengan pasukan dan persenjataannya.
Soleimani menawarkan aliansi operasi militer Iran dan Rusia di Suriah: Rusia di udara dan Iran di darat.Kapal perang Rusia menembakkan rudal dari Laut Kaspia ke basis ISIS di Suriah. (indiaexpress) ●
Artinya, Rusia cukup dengan menggelar operasi serangan udara, dan biarkanlah Iran dan Suriah yang “menyelesaikan” bagian yang di darat.
Dalam pertemuan tersebut, Soleimani membentangkan peta pertempuran antara tentara pemerintah Suriah dan pemberontak, yang sudah mulai bergeser mendekati Tartus, kawasan pesisir Suriah.
Di sinilah, Soleimani memainkan kartu trufnya untuk mendesak Rusia.
Jenderal Iran ini sangat menyadari pentingnya Tartus bagi Rusia.
Tartus merupakan satu-satunya pangkalan militer Rusia di Timur Tengah. Tanpa Tartus, Rusia tak lagi punya pijakan di kawasan tersebut.
“Soleimani menempatkan peta Suriah di atas meja. Petinggi Rusia sangat khawatir dan mencemaskan aset mereka di Suriah. Jenderal Iran itu meyakinkan mereka, masih ada peluang untuk membalikkan situasi,” sebuah kata sumber Reuters.
Lobi Soleimani akhirnya berhasil. Hari-hari ini, dunia melihat pesawat dan rudal-rudal Rusia wara-wiri di langit Suriah.
Arti Suriah bagi Iran
Apa pentingnya Suriah bagi Iran? Banyak pihak yang hingga kini masih bertanya-tanya, alasan Teheran mati-matian mempertahankan Assad dari serangan pemberontak.
Ada dua alasan. Pertama, saat Perang Teluk 1, Suriah merupakan satu-satunya negara Timur Tengah yang mendukung Iran, ketika seluruh negara lain berada di belakang Irak.
Kedua, Keberlangsungan rezim Assad diperlukan Teheran untuk menjamin jalur pasokan senjata dan logistik yang mereka kirim kepada kelompok Hizbullah di Lebanon.
Hizbullah merupakan “tangan” Teheran untuk memukul Israel, seperti yang terjadi pada tahun 2006.
Selain Hizbullah, Iran juga dicap negara Barat sebagai pendukung utama kelompok “radikal” di Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam.
Namun, suka atau tidak, hari ini negara-negara Barat harus mengakui stabilitas di Timur Tengah tak mungkin tercapai bila mereka mengabaikan Iran! [Reuters]
Pada tanggal 24 Juli 2015, sebuah pesawat komersil Iran mendarat di Bandara Udara Moskow, Rusia.
Tidak ada yang istimewa terkait hal tersebut, semua berjalan seperti biasanya. Namun belakangan, pihak intelijen negara barat baru mengetahui bahwa pesawat itu mengangkut seseorang yang “istimewa”.
Sosok itu adalah Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
Soleimani merupakan Komandan pasukan Satuan elite Garda Revolusi Iran, Qods Force.
Soleimani juga kerap dijuluki Komandan pasukan bayangan (Shadow Commander) oleh media-media Barat.
Pria ini diyakini sebagai otak operasi intelijen Iran di hampir semua palagan di Timur Tengah.
Sebut saja Irak, Afghanistan, Lebanon, Suriah, bahkan Yaman.
Sejumlah kalangan meyakini tanpa kehadiran Soleimani di Suriah, rezim Bashar al Assad saat ini tinggalah kenangan.
Nah, apa maksud dan tujuan perwira tinggi Iran ke Moskow kala itu?
Belakangan terkuak kunjungan Soleimani saat itu untuk menemui Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu dan Presiden Vladimir Putin.
Dalam tulisannya, Tom Perry, Kepala Biro Reuters di Timur Tengah mengungkapkan, dalam pertemuan tersebut, Soleimani meyakinkan Rusia bahwa Suriah sangat membutuhkan kehadiran militer negara itu.
Menurut Soleimani, posisi Assad yang terjepit kelompok pemberontak bisa berbalik di atas angin jika Rusia hadir dengan pasukan dan persenjataannya.
Soleimani menawarkan aliansi operasi militer Iran dan Rusia di Suriah: Rusia di udara dan Iran di darat.Kapal perang Rusia menembakkan rudal dari Laut Kaspia ke basis ISIS di Suriah. (indiaexpress) ●
Artinya, Rusia cukup dengan menggelar operasi serangan udara, dan biarkanlah Iran dan Suriah yang “menyelesaikan” bagian yang di darat.
Dalam pertemuan tersebut, Soleimani membentangkan peta pertempuran antara tentara pemerintah Suriah dan pemberontak, yang sudah mulai bergeser mendekati Tartus, kawasan pesisir Suriah.
Di sinilah, Soleimani memainkan kartu trufnya untuk mendesak Rusia.
Jenderal Iran ini sangat menyadari pentingnya Tartus bagi Rusia.
Tartus merupakan satu-satunya pangkalan militer Rusia di Timur Tengah. Tanpa Tartus, Rusia tak lagi punya pijakan di kawasan tersebut.
“Soleimani menempatkan peta Suriah di atas meja. Petinggi Rusia sangat khawatir dan mencemaskan aset mereka di Suriah. Jenderal Iran itu meyakinkan mereka, masih ada peluang untuk membalikkan situasi,” sebuah kata sumber Reuters.
Lobi Soleimani akhirnya berhasil. Hari-hari ini, dunia melihat pesawat dan rudal-rudal Rusia wara-wiri di langit Suriah.
Arti Suriah bagi Iran
Apa pentingnya Suriah bagi Iran? Banyak pihak yang hingga kini masih bertanya-tanya, alasan Teheran mati-matian mempertahankan Assad dari serangan pemberontak.
Ada dua alasan. Pertama, saat Perang Teluk 1, Suriah merupakan satu-satunya negara Timur Tengah yang mendukung Iran, ketika seluruh negara lain berada di belakang Irak.
Kedua, Keberlangsungan rezim Assad diperlukan Teheran untuk menjamin jalur pasokan senjata dan logistik yang mereka kirim kepada kelompok Hizbullah di Lebanon.
Hizbullah merupakan “tangan” Teheran untuk memukul Israel, seperti yang terjadi pada tahun 2006.
Selain Hizbullah, Iran juga dicap negara Barat sebagai pendukung utama kelompok “radikal” di Palestina, seperti Hamas dan Jihad Islam.
Namun, suka atau tidak, hari ini negara-negara Barat harus mengakui stabilitas di Timur Tengah tak mungkin tercapai bila mereka mengabaikan Iran! [Reuters]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.