Evaluasi Kerja Sama Dengan Tiongkok Peluncuran Rudal C-705 dari KRI Clurit (jawapos) ☆
Rudal C705 yang gagal ditembakkan pada acara latihan Latihan Armada Jaya Ke-34 yang digelar TNI Angkatan Laut (AL) di perairan Banongan, Situbondo, Jatim, pada Rabu (14/9) harus menjadi bahan evaluasi Kementerian Pertahan.
Sebab, kata Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi, itu menjadi insiden yang sangat memalukan dan disaksikan langsung Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, kegagalan atau delay tiga menit rudal C705 saat diluncurkan dari KRI Clurit 641 dan tidak mengenai sasaran saat latihan militer itu, menjadikan efek gentar militer Indonesia melemah di mata negara-negara sekitar.
“Harus diinvestigasi dan juga dievaluasi, apakah rudal yang harganya konon dua puluh miliar satu buah tersebut rusak sebelum diterima atau, alat komunikasi datanya yang bermasalah,” ujarnya di Jakarta, Jumat (16/9).
Nyatanya, kata Bobby, rudal hasil kerja sama Indonesia-Tiongkok itu akan digunakan untuk menjaga kedaulatan negara di Laut China Selatan (LCS).
Oleh karenanya, kerjasama dalam hal transfer teknologi antara Kemenhan dengan Sastind China, perlu dievaluasi. Begitu pula terhadap kandungan lokal antara PT DI dan CPMIEC China.
Sebab, pembelian rudal C705 ini sudah sampai kontrak ketiga di tahun 2015. Karenanya, dia berpendapat agar TNI AL lebih baik menunda kontrak rudal C705.
Bila perlu, batalkan membelian lebih banyak lagi rudal tersebut dan mengalihkan pada alutsista dari negara lain.
“Kekecewaan presiden harus disikapi dengan cepat, sebelum kerjasama militer dengan Sastind China merugikan Indonesia,” pungkas politikus Golkar itu.
Rudal C705 yang gagal ditembakkan pada acara latihan Latihan Armada Jaya Ke-34 yang digelar TNI Angkatan Laut (AL) di perairan Banongan, Situbondo, Jatim, pada Rabu (14/9) harus menjadi bahan evaluasi Kementerian Pertahan.
Sebab, kata Anggota Komisi I DPR Bobby Adhityo Rizaldi, itu menjadi insiden yang sangat memalukan dan disaksikan langsung Presiden Joko Widodo.
Pasalnya, kegagalan atau delay tiga menit rudal C705 saat diluncurkan dari KRI Clurit 641 dan tidak mengenai sasaran saat latihan militer itu, menjadikan efek gentar militer Indonesia melemah di mata negara-negara sekitar.
“Harus diinvestigasi dan juga dievaluasi, apakah rudal yang harganya konon dua puluh miliar satu buah tersebut rusak sebelum diterima atau, alat komunikasi datanya yang bermasalah,” ujarnya di Jakarta, Jumat (16/9).
Nyatanya, kata Bobby, rudal hasil kerja sama Indonesia-Tiongkok itu akan digunakan untuk menjaga kedaulatan negara di Laut China Selatan (LCS).
Oleh karenanya, kerjasama dalam hal transfer teknologi antara Kemenhan dengan Sastind China, perlu dievaluasi. Begitu pula terhadap kandungan lokal antara PT DI dan CPMIEC China.
Sebab, pembelian rudal C705 ini sudah sampai kontrak ketiga di tahun 2015. Karenanya, dia berpendapat agar TNI AL lebih baik menunda kontrak rudal C705.
Bila perlu, batalkan membelian lebih banyak lagi rudal tersebut dan mengalihkan pada alutsista dari negara lain.
“Kekecewaan presiden harus disikapi dengan cepat, sebelum kerjasama militer dengan Sastind China merugikan Indonesia,” pungkas politikus Golkar itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.