Setelah final docking, akan dilakukan inclining test untuk memenuhi persyaratan HAT dilanjutkan dengan SAT, dan serah-terima kapal. Kapal BRS dr Wahidin Sudirohusodo 991 [PAL]
Tim Kemanproan Kapal BRS PT PAL Indonesia (Persero) bersama Tim Kelaikan Material (TKM) dari TNI AL, serta Tim Satgas telah merampungkan uji coba atau Sea Trial pada Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dan Landing Craft Vehicle Personnel (LCVP) Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr Wahidin Sudirohusodo.
Kadep Hubungan Masyarakat PT PAL Indonesia (Persero) Utario Esna Putra, dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Rabu, menjelaskan RHIB dan LCVP merupakan bagian dari kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr Wahidin Sudirohusodo, dan rampungnya uji coba ini menandai salah satu pencapaian pada proyek sebelum pelaksanaan Harbour Acceptance Test (HAT).
Ia menjelaskan dalam uji coba itu Kapal BRS dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi parameter keberhasilan dengan tercapainya maximum speed sebesar 31,9 knots dan 30,7 knots pada LCVP ke-1 dan ke-2 dengan kondisi full load.
Angka itu, kata Utario, melebihi persyaratan minimum yang diamanatkan kontrak antara PAL dengan Mabes TNI AL yaitu sebesar 30 knots. Pada uji coba RHIB, maximun speed yang tercapai adalah 27,6 knots dengan persyaratan minimum 27 knots.
2 unit LCVP KRI dr Wahidin mampu dipacu hingga diatas 30 knots [indomiliter]
RHIB dan LCVP memiliki fungsi sebagai sarana angkut personil, relawan medis, atau peralatan dari darat ke kapal ataupun sebaliknya.
Kapal BRS memiliki ukuran yang besar dan tidak bisa merapat ke daratan dalam kondisi tertentu atau diperlukan Tug Boat untuk menarik kapal ke dermaga, sehingga akan memakan waktu yang cukup lama.
Hal ini membuat RHIB dan LCVP sangat diperlukan dalam mobilitas evakuasi medis dengan estimasi waktu lebih singkat, terutama dalam kondisi darurat.
Sementara itu, usai melakukan uji coba pada LCVP dan RHIB akan dilanjutkan dengan final docking. Proses tersebut meliputi penyiapan peralatan pendukung di atas kapal untuk kelanjutan pekerjaan outstanding kapal.
RHIB [indomiliter]
Kemudian, perbaikan lampu penerangan kapal yang berfungsi untuk pergeseran, open sea chest yang dilakukan pembersihan di dalamnya, pemeriksaan cat bawah garis air (BGA), penyempurnaan pengecatan di bagian kapal bawah garis air, pemeriksaan propeler dan daun kemudi (rudder blade) dan pembersihan bow thruster.
"Setelah final docking, akan dilakukan inclining test untuk memenuhi persyaratan HAT dilanjutkan dengan SAT, dan serah-terima kapal," katanya.
Ia menjelaskan, kemajuan proses pembangunan Kapal BRS dr Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan telah mencapai sebesar 96,259 persen, dengan semua block sudah terpasang 100 persen.
"Alat kesehatan yang telah siap beroperasi meliputi: X-Ray, CT-Scan, Mortuary Refrigerator, CSSD dan Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti COVID-19," katanya.
Tim Kemanproan Kapal BRS PT PAL Indonesia (Persero) bersama Tim Kelaikan Material (TKM) dari TNI AL, serta Tim Satgas telah merampungkan uji coba atau Sea Trial pada Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dan Landing Craft Vehicle Personnel (LCVP) Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr Wahidin Sudirohusodo.
Kadep Hubungan Masyarakat PT PAL Indonesia (Persero) Utario Esna Putra, dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Rabu, menjelaskan RHIB dan LCVP merupakan bagian dari kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) dr Wahidin Sudirohusodo, dan rampungnya uji coba ini menandai salah satu pencapaian pada proyek sebelum pelaksanaan Harbour Acceptance Test (HAT).
Ia menjelaskan dalam uji coba itu Kapal BRS dr. Wahidin Sudirohusodo telah memenuhi parameter keberhasilan dengan tercapainya maximum speed sebesar 31,9 knots dan 30,7 knots pada LCVP ke-1 dan ke-2 dengan kondisi full load.
Angka itu, kata Utario, melebihi persyaratan minimum yang diamanatkan kontrak antara PAL dengan Mabes TNI AL yaitu sebesar 30 knots. Pada uji coba RHIB, maximun speed yang tercapai adalah 27,6 knots dengan persyaratan minimum 27 knots.
2 unit LCVP KRI dr Wahidin mampu dipacu hingga diatas 30 knots [indomiliter]
RHIB dan LCVP memiliki fungsi sebagai sarana angkut personil, relawan medis, atau peralatan dari darat ke kapal ataupun sebaliknya.
Kapal BRS memiliki ukuran yang besar dan tidak bisa merapat ke daratan dalam kondisi tertentu atau diperlukan Tug Boat untuk menarik kapal ke dermaga, sehingga akan memakan waktu yang cukup lama.
Hal ini membuat RHIB dan LCVP sangat diperlukan dalam mobilitas evakuasi medis dengan estimasi waktu lebih singkat, terutama dalam kondisi darurat.
Sementara itu, usai melakukan uji coba pada LCVP dan RHIB akan dilanjutkan dengan final docking. Proses tersebut meliputi penyiapan peralatan pendukung di atas kapal untuk kelanjutan pekerjaan outstanding kapal.
RHIB [indomiliter]
Kemudian, perbaikan lampu penerangan kapal yang berfungsi untuk pergeseran, open sea chest yang dilakukan pembersihan di dalamnya, pemeriksaan cat bawah garis air (BGA), penyempurnaan pengecatan di bagian kapal bawah garis air, pemeriksaan propeler dan daun kemudi (rudder blade) dan pembersihan bow thruster.
"Setelah final docking, akan dilakukan inclining test untuk memenuhi persyaratan HAT dilanjutkan dengan SAT, dan serah-terima kapal," katanya.
Ia menjelaskan, kemajuan proses pembangunan Kapal BRS dr Wahidin Sudirohusodo secara keseluruhan telah mencapai sebesar 96,259 persen, dengan semua block sudah terpasang 100 persen.
"Alat kesehatan yang telah siap beroperasi meliputi: X-Ray, CT-Scan, Mortuary Refrigerator, CSSD dan Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti COVID-19," katanya.
★ antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.