Skuadron Helikopter Dianggap Mengganggu Pengembangan Bandara Kalimarau
Balikpapan ☆ Pemkab Berau bersama Dirjen Perhubungan Udara terus melakukan pengembangan Bandara Kalimarau.
Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Bandara Kalimarau, Yuyus Yurdana.
Rencananya, Bandara Kalimarau bakal memiliki taxiway paralel sehingga apron bravo bakal terhubung dengan runway 19. Namun rencana itu, kata Yuyus terhalang oleh posisi skuadron heli serbu milik TNI Angkatan Darat yang ada di eksterminal lama.
Karena itu, kata Yuyus, pihaknya akan kembali melakukan koordinasi dengan Pemkab Berau dan TNI Angkatan Darat. “Ini perlu dikoordinasikan lebih lanjut terkait status operasional Bandar udara umum ke enclave militer,” ungkapnya.
Jika mengacu pada rencana pengembangan bandara tersebut, kata Yuyus, bangunan eksterminal lama dan VIP menjadi obstacle (menghalangi pandangan) terutama bagi pilot pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737-900 ER.
Menanggapi hal itu, Dandim 0902 Tanjung Redeb, Letkol Hendrik Sembiring mengatakan, pihaknya tetap berpegang pada kesepakatan sebelumnya. “Kita tetap berpegangan pada kesepakatan sebelumnya, bahwa bandara lama (eksterminal lama) dijadikan skuadron helikopter,” tegasnya saat ditemui Tribun di ruang kerjanya, (28/2/2014).
Menurut Hendrik, penetapan skuadron heli tempur di eksterminal lama tersebut sudah melalui pertimbangan matang. “Dari wilayah manapun dekat, bahkan helikopter itu bisa menjelajah sampai dari Berau ke Sulawesi,” ungkapnya. Dirinya juga merasa heran, setelah sekian lama dikoordinasikan bersama Otoritas Bandara Kalimarau, baru sekarang persoalan itu muncul.
“Kenapa baru dipermasalahkan sekarang? Waktu itu Panglima Kodam sudah mengajukan izin pinjam pakai dan sudah disetujui oleh Dirjen Perhubungan Udara. Kemudian di tahun 2013, kita sudah melakukan peninjauan lokasi skuadron helikopter tapi tidak pernah dibilang obstacle,” ujarnya.
Keberadaan Skuadron Helikopter Bukan Untuk Untuk Kepentingan Pribadi
Menanggapi polemik antara Otoritas Bandara Kalimarau dan TNI Angkatan Darat yang membangun skuadron helikopter tempur di eksterminal lama Bandara Kalimarau, Dandim 0902 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau mengatakan, keberadaan skuadron helikopter tempur merupakan strategi penting untuk pertahanan negara.
Meski demikian Letkol Hendrik Sembiring mengatakan, pihaknya mempersilakan Otoritas Bandara Kalimarau untuk meninjau ulang keberadaan skuadron helikopter tersebut. “Skuadron helikopter itu bukan untuk kepentingan pribadi. Tapi untuk kepentingan negara karena menyangkut keamanan dan pertahanan negara,” tegasnya.
“Kalau itu (rencana pengembangan Bandara Kalimarau) dimenangkan, kemudian strategi pertahanan kita harus mengalah, silahkan saja,” imbuhnya. Dijelaskannya, penempatan skuadron helikopter tempur di Bandara Kalimarau dianggap yang paling tepat.
Secara geografis, Pulau Kalimantan berada di tengah pulau-pulau di Indonesia, sehingga helikopter mampu menjangkau pulau lain di Indonesia. Hal yang sama juga dilakukan oleh helikopter komersial yang menjadikan kota Balikpapan sebagai home base.
Lebih spesifik, TNI Angkatan Darat menilai, Kabupaten Berau merupakan posisi sentral untuk menjangkau wilayah-wilayah di Kalimantan Timur. Kondisi ini dianggap mendukung operasional TNI ke tiga wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, diantaranya Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
Balikpapan ☆ Pemkab Berau bersama Dirjen Perhubungan Udara terus melakukan pengembangan Bandara Kalimarau.
Hal tersebut dikemukakan oleh Kepala Bandara Kalimarau, Yuyus Yurdana.
Rencananya, Bandara Kalimarau bakal memiliki taxiway paralel sehingga apron bravo bakal terhubung dengan runway 19. Namun rencana itu, kata Yuyus terhalang oleh posisi skuadron heli serbu milik TNI Angkatan Darat yang ada di eksterminal lama.
Karena itu, kata Yuyus, pihaknya akan kembali melakukan koordinasi dengan Pemkab Berau dan TNI Angkatan Darat. “Ini perlu dikoordinasikan lebih lanjut terkait status operasional Bandar udara umum ke enclave militer,” ungkapnya.
Jika mengacu pada rencana pengembangan bandara tersebut, kata Yuyus, bangunan eksterminal lama dan VIP menjadi obstacle (menghalangi pandangan) terutama bagi pilot pesawat berbadan lebar seperti Boeing 737-900 ER.
Menanggapi hal itu, Dandim 0902 Tanjung Redeb, Letkol Hendrik Sembiring mengatakan, pihaknya tetap berpegang pada kesepakatan sebelumnya. “Kita tetap berpegangan pada kesepakatan sebelumnya, bahwa bandara lama (eksterminal lama) dijadikan skuadron helikopter,” tegasnya saat ditemui Tribun di ruang kerjanya, (28/2/2014).
Menurut Hendrik, penetapan skuadron heli tempur di eksterminal lama tersebut sudah melalui pertimbangan matang. “Dari wilayah manapun dekat, bahkan helikopter itu bisa menjelajah sampai dari Berau ke Sulawesi,” ungkapnya. Dirinya juga merasa heran, setelah sekian lama dikoordinasikan bersama Otoritas Bandara Kalimarau, baru sekarang persoalan itu muncul.
“Kenapa baru dipermasalahkan sekarang? Waktu itu Panglima Kodam sudah mengajukan izin pinjam pakai dan sudah disetujui oleh Dirjen Perhubungan Udara. Kemudian di tahun 2013, kita sudah melakukan peninjauan lokasi skuadron helikopter tapi tidak pernah dibilang obstacle,” ujarnya.
Keberadaan Skuadron Helikopter Bukan Untuk Untuk Kepentingan Pribadi
Menanggapi polemik antara Otoritas Bandara Kalimarau dan TNI Angkatan Darat yang membangun skuadron helikopter tempur di eksterminal lama Bandara Kalimarau, Dandim 0902 Tanjung Redeb, Kabupaten Berau mengatakan, keberadaan skuadron helikopter tempur merupakan strategi penting untuk pertahanan negara.
Meski demikian Letkol Hendrik Sembiring mengatakan, pihaknya mempersilakan Otoritas Bandara Kalimarau untuk meninjau ulang keberadaan skuadron helikopter tersebut. “Skuadron helikopter itu bukan untuk kepentingan pribadi. Tapi untuk kepentingan negara karena menyangkut keamanan dan pertahanan negara,” tegasnya.
“Kalau itu (rencana pengembangan Bandara Kalimarau) dimenangkan, kemudian strategi pertahanan kita harus mengalah, silahkan saja,” imbuhnya. Dijelaskannya, penempatan skuadron helikopter tempur di Bandara Kalimarau dianggap yang paling tepat.
Secara geografis, Pulau Kalimantan berada di tengah pulau-pulau di Indonesia, sehingga helikopter mampu menjangkau pulau lain di Indonesia. Hal yang sama juga dilakukan oleh helikopter komersial yang menjadikan kota Balikpapan sebagai home base.
Lebih spesifik, TNI Angkatan Darat menilai, Kabupaten Berau merupakan posisi sentral untuk menjangkau wilayah-wilayah di Kalimantan Timur. Kondisi ini dianggap mendukung operasional TNI ke tiga wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia, diantaranya Nunukan, Malinau dan Kutai Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.