Peranan FASI Dalam Operasi Kemanusiaan Di Tim Tim
Britten Norman BN-2A Islander |
LEPAS
tengah malam tanggal 10 Agustus 1975 di Timor Timur pecah perang
saudara yang mengakibatkan puluhan ribu penduduknya mengungsi ke
wilayah Indonesia di sepanjang perbatasan Kabupaten Belu, Nusa Tenggara
Timur (NTT). Pada puncaknya jumlah pengungsi Timor Timur mencapai
40.000 orang. Salah satu dampak pergolakan di Timor Timur terhadap NTT
ialah meningkatnya permintaan hubungan udara dari Bandara Penfui (EI
Tari), Kupang ke lapangan terbang Atambua yang masih berupa landasan
rumput dan tanpa terminal. Penerbangan pada jalur itu dilakukan dengan
pesawat Twin Otter, Merpati Nusantara Airlines (MNA) yang masih
bersifat irregular flight. Kemudian Dirgantara Air Service (DAS)
mengirimkan Britten Norman BN-2A Islander sebagai pesawat carter.
Direktorat Bea & Cukai menambah sebuah pesawat Piper PA 30/310
Navajodan Piper PA30/200 Comanche untuk mendukung kebutuhan pemerintah.
Piper PA30/200 Comanche |
Disebabkan
meningkatnya kebutuhan angkutan udara akhirnya kepala penerbangan Bea
& Cukai yang juga menjadi Ketua Aero Club Indonesia mengerahkan
pesawat aeroclub untuk menunjang kebutuhan.
Piper PA-28/180 Arrow |
Mula-mula
pesawat beregistrasi "S" (Sierra) sebagai pesawat sport atau FASI
dioperasikan untuk jalur penerbangan Kupang - Atambua. Pesawat itu
adalah sebuah Piper PA-28/180 Arrow PK-SWR dan Piper PA-32 Cherokee VI
PK SRD. Kemudian juga diperkuat dengan pesawat bermesin ganda Piper
PA-34 Seneca II PK-SBA. Dalam mendukung operasi kemanusiaan untuk
penanganan pengungsi Timor Timur, pesawat-pesawat Aero Club Indonesia
mengangkut personel-personel Palang Merah Indonesia (PMI),
International Red Cross (IRC), pejabat-pejabat pemerintah, militer,
mengangkut makanan dan obat-obatan. Selain itu juga mengantar Duta
Besar Vatikan untuk Indonesia Monsinyur Lorenzo Varano dari Kupang ke
Atambua pulang pergi dengan pesawat Seneca II untuk menyaksikan keadaan
pengungsi secara langsung.
Cessna-206 STOL |
Piper PA-31 Navajo |
Piper PA32 Cherokee VI |
Piper PA-34 Seneca II |
Ketika
Dili sudah jatuh, kebutuhan hubungan udara antara Kupang - Dili sangat
mendesak. Aero Club Indonesia membuat jembatan udara Kupang - Dili
dengan tiga pesawat bermesin ganda sebagai tulang punggung yaitu dua
Piper PA-34 Seneca II masing-masing PK-SBA dan PK-SRI serta sebuah
Piper PA-31 Navajo PK-SPG, Piper PA-28/180 Arrow PK-SRW dan dua Piper
PA32 Cherokee VI masing-masing PK-SAA dan PK-SRD, Cessna-206 STOL
PK-SBR dan sebuah Piper PA-28/140 Cherokee PK-SWR.
Pesawat-pesawat itu
mengangkut personel, makanan dan obat-obatan ke landasan rumput yang
pendek di kota-kota kabupaten (conselho) dan kota kecamatan (posto) di
Timor Timur yaitu Maliana, Suai, Same, Viqueque, Los Palos dan di pulau
Atauro. Pesawat Cessna-206 PK-SBR juga digunakan untuk menerbangkan
Francisco Xavier dos Amaral, presiden Fretilin, dari Dili ke Denpasar.
Di Dili Aero Club Indonesia digunakan mendidik para pejabat menjadi
penerbang Private Pilot License (PPL) diantaranya Brigjen TNI Dading
Kalbuadi, Pangkodahan Timor Timurdan Kolonel Inf.
Sutarto, Danrem164/Wiradharma. Pesawat Aero Club yang dioperasikan di
Timor Timur bukan tanpa korban. Pesawat Piper PA-140 PK-SRH yang
diterbangkan oleh Drs. Roesdi dibantu Eddy seorang penerbang PPL
menemui kecelakaan dalam ferry flight dari Kemayoran Jakarta menuju ke
Komoro, Dili, lewat Surabaya, Denpasar dan Maumere, Flores. Sekitar
sejam setelah tinggal landas dari Maumere, PK-SRH mengalami kerusakan
mesin sehingga pesawat mendarat darurat di laut.
Meskipun
Eddy berhasil keluar dari pesawat, ia tewas tenggelam di laut. Setelah
Roesdi terapung-apung di laut selama 26 jam, ia terdampar di pantai
Oecusi, Timor Timur. Berkat pengabdiannya di Timor Timur beberapa orang
penerbang Aero Club Indonesia mendapat anugerah kehormatan Satya
Lencana Seroja. Pesawat-pesawat beregistrasi "S" atau FASI yang
dioperasikan di Timor Timur sejak pertengahan tahun1975 sampai akhir
tahun 1982, hampir mencapai jumlah 6.000 jam terbang. Melihat peranan
pesawat FASI di Timor Timur, Brigjen TNI Dading Kalbuadi memberikan
komentar, "Tidak terbayangkan bahwa pesawat-pesawat kecil itu dapat
memberikan manfaat yang besar bagi Bangsa dan Negara."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.