Menimbang Penawaran Italia Dan Belanda
Desain PKR 10514 (Damen Schelde) |
Kemenhan dipastikan sudah memesan kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR) tanpa peluncur rudal dari Damen Schelde, Belanda, pada 2012 seharga US$ 220 juta. Namun Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Persenjataan mengkritik adanya penawaran serupa yang lebih menguntungkan dari galangan Orisonte Sistem Navali, Italia, namun tidak direspon Kemhan.
Poengky Indarti mewakili Koalisi Masyarakat Sipil menjelaskan bahwa galangan kapal dari Italia memberikan harga jual yang sama dengan Damen schelde dan telah termasuk peluncur rudal, terpedo maupun radarnya.
"Bahkan pihak Italia bersedia membangun kapal 100% di galangan PT PAL Surabaya. Entah mengapa dari tiga penawaran, termasuk Rusia, Justru tawaran Belanda yang disetujui. Bahkan, pada tahun 2013 akan diadakan kontrak pembelian kedua," kata Poengky.
Poengky menambahkan, kapal dari Belanda membutuhkan tambahan biaya US$ 75 juta untuk melengkapi peluncur rudal dan terpedo. Pembelian dari Belanda seperti membeli Tank tanpa meriam. Tawaran pihak Italia pun menjanjikan PT PAL mendapat 15% pengerjaan dari nilai kontrak.
Desain Korvet Nasional |
Menanggapi kritikan tersebut, Sekjen Kemhan Marsekal Madya Eris Heryanto, seusai pertemuan General border Commitee RI-Malaysia di Jakarta, menyanggah adanya kejanggalan dalam pembelian kapal PKR tersebut. "Kita mengirim 250 tenaga kerja PT PAL ke Belanda. Itu sudah termasuk dalam nilai kontrak. Tidak benar PT PAL hanya mendapat pengerjaan senilai 3%. Para teknisi Indonesia turut bekerja di Belanda dan mendapat transfer teknologi," ujar Eris.
Dia menegaskan, pemilihan Damen Schelde udah sesuai prosedur Lelang. Dari tawaran Rusia, Italia, dan Belanda, pihak Damen lebih unggul sehingga dipilih. Kemhan memang akan mengeluarkan biaya tambahan untuk melengkapi rudal dan Terpedo setelah kapal selesai. Hal ini wajar dan sesuai prosedur.
Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengingatkan, pembelian PKR dari Belanda tersebut sejak semula sudah dicermati DPR dan ada keganjilan. "Kami, sesudah masa reses, akan memanggil Kemhan pada Januari 2013. Belanda memang lebih unggul dibandingkan pesaing lain karena mereka paham cara patgulipat di Indonesia," kata Hasanuddin.
Dia menenggarai kontrak pembelian PKR kedua dan ketiga dengan cara yang sama diduga merugikan Indonesia dan hanya menguntungkan segelintir orang. Bahkan, pihaknya mendengar dari PT PAL dan AL pun ada keberatan terhadap pembelian PKR dari Belanda tersebut.(GM)
● Kompas Cetax
Pokoknya kalau sudah adu argumen, dapat dipastikan pihak orang2pinter yang bakal menang. Sedang yang satunya lagi sialan nich gw nggak dpt bagian. Jadi sami mawon karena jamannya jaman ueeedan. Sing ora edan ora keduman.monggo diteruskan adu argumennya. Yang pasti rakyatlah yang membayar harganya. Hidup Proyek!!!
BalasHapusGanyang korupsi kalau ketahuan, kalau nggak ketauan........jalan terus.........iwak peyek, sampai elek, sampai tuwek, ngene-ngene baek.......wk,wk,wk,wk